Anda di halaman 1dari 233

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah yang pasti

dilewati oleh wanita normal dalam kehidupannya, masalah utama yang

seringkali dihadapi dalam maternal care adalah masih tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dan AKB juga

mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas

pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat,

kualitas kesehatan lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam

memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes, 2012).

Indonesia menduduki urutan ke tiga di kawasan Asia Selatan dan Asia

Tenggara, banyaknya AKI berjumlah 228 dari 100.000 kelahiran hidup.

Sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam.

Tahun 2012 AKI mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup atau meningkat

sekitar 57 persen dibandingkan tahun 2007 (SDKI, 2012). Dalam 5 tahun

terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000

kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi

penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian

anak balita juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine


2

Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5% dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

sebanyak 11,2% (KEMNKES, 2015).

Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2013 berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Jawa tengah AKI mencapai 675 kasus atau 29 per 100.000

kelahiran hidup dan cenderung meningkat disbanding tahun sebelumnya.

(Depkes, 2014). AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 sebesar

10,41/1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan AKI di

Kabupaten Banyumas tahun 2014 adalah sebesar 114,7 per 100.000 kelahiran

hidup sedangkan pada tahun 2013 adalah sebesar 126 per 100.000 kelahiran

hidup, dengan demikian AKI tahun 2014 mengalami penurunan namun angka

tersebut masih melebihi target dari AKI di Provinsi Jawa Tengah, yaitu 60

per 100.000 kelahiran hidup. AKB di Kabupaten Banyumas tahun 2014

adalah sebesar 9,04 per 1000 kelahiran hidup, hal ini masih melebihi target

dari AKB di Provinsi Jawa Tengah, yaitu <8,7/1000 kelahiran hidup (DKK

Banyumas, 2013-2015).

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2015 di Puskesmas

Karanglewas terdapat 1 kasus angka kematian ibu dengan perdarahan

postpartum, dan kasus kematian bayi sebanyak 20. Jumlah ibu bersalin

sebanyak 1117, 265 diantaranya masuk dalam persalinan dengan resiko tinggi.

Jumlah bayi baru lahir sebanyak 1764, 20 bayi meninggal dan 1744 bayi

hidup, (Laporan KIA Puskesmas Karnglewas, 2015).


3

AKI sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target

MDG’s tahun 2015, meskipun jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh

antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu

hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. Penyebab utama

kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum.

Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care

dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan

kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah kurangnya penanganan

komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,

dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat

jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya >3 tahun) (KEMENKES RI,

2015)

Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu adalah jumlah

tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah

relatif tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum

memadai. Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS

PONEK meningkat namun belum di iringi dengan peningkatan kualitas

pelayanan. Peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa

remaja, menjadi faktor penting dalam penurunan AKI. Peserta KB cukup

banyak merupakan potensi dalam penurunan kematian ibu, namun harus terus

digalakkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Keanekaragaman


4

makanan menjadi potensi untuk peningkatan gizi ibu hamil, namun harus

dapat dikembangkan paket pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang

tinggi kalori, protein dan mikronutrein (KEMENKES RI, 2015).

AKI dan AKB yang masih tinggi mendapat perhatian khusus di dunia,

tidak tercapainya target MGDs periode 2010-2015 untuk menurunkannya

serta perubahan lingkungan yang ekstrim hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup

manusia sendiri, dimana kemajuan pembangunan tidak mengindahkan

keadaan lingkungan hidup disekitarnya. Sehingga dalam perundingan

internasional permasalahan lingkungan global, menciptakan sebuah konsep

Sustainble Development Goals (SDGs) yang pengembangan konsep

pembangunan berkelanjutan harus berasaskan kelestarian dimana memenuhi

kebutuhan saat ini tanpa bedampak terhadap kebutuhan dimasa akan datang

(Nurroh, 2014).

SDGs mempunyai 17 tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, yang

termasuk dalam perhatian khusus sektor kesehatan (kebidanan) adalah

mengakhiri kelaparan, dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi dan

mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan

termasuknya bayi, di sepanjang tahun dan mengakhiri segala bentuk

malnutrisi, termasuk pencapaian target internasional 2025 untuk penurunan

stunting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita

hamil dan menyusui, serta lansia; menjamin kehidupan yang sehat dan

mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Faktor kondisi ibu
5

sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan

ke depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil

dan melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu

melindungi bayi dari infeksi dan kurangnya nutrisi. Penanganan

keterkaitannya dengan tugas dan wewenang bidan dalam masalah ini adalah

penurunan AKI, AKBa, AKN; HIV/AIDS, TB, Malaria; Akses Kesehatan

Reproduksi (termasuk KB, ASFR) (KEMENKES RI, 2015).

Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan

berkesinambungan diantaranya yaitu memberikan asuhan kebidanan

(antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan

kebidanan masa nifas dan BBL (neonatal care) (Varney, 2006). Asuhan

kebidanan pada ibu hamil sampai bayi penting dilakukan karena asuhan ini

dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ibu agar masa kehamilan hingga

kehamilan sampai bayi baru lahir berjalan dengan normal. Setiap ibu hamil

diharuskan mendapatkan asuhan kebidanan kehamilan minimal 4 kali selama

kehamilannya, yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester II dan 2x

pada trimester III (Saifuddin, 2010). Masalah-masalah yang mungkin terjadi

pada masa kehamilan diantaranya adalah hipertensi, anemia, solusio plasenta,

plasenta previa, dan kelainan / gangguan jiwa (Mochtar, 2012).

Persalinan merupakan proses alamiah yang harus dilewati oleh setiap

wanita hamil. Asuhan yang diberikan oleh bidan saat persalinan meliputi

pertolongan kelahiran dengan prinsip sayang ibu dan bayi, pencegahan


6

komplikasi pada ibu dan bayi serta pencegahan komplikasi lanjutan pada

masa nifas (Saifuddin, 2010). Masalah yang mungkin dapat terjadi saat proses

persalinan diantaranya perdarahan, infeksi, dan persalinan lama

(Prawirohardjo, 2009).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan

masa kritis baik bagi ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian

akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas

terjadi dalam 24 jam pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti

tugas dan tanggung jawab bidan terhenti, namun asuhan kepada ibu berlanjut

secara komprehensif sampai melewati masa nifas yaitu selama 6 minggu

setelah persalinan (Maryunani, 2009). Asuhan yang diberikan saat masa nifas

adalah berupa kunjungan nifas sebanyak 4 kali kunjungan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta

menanhami masalah-masalah yang mungkin terjadi (Saifuddin, 2010).

Bayi baru lahir normal adalah berat badan antara 2500-4000 gram,

cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital

(cacat bawaan) yang berat (Rahardjo, 2014). Ditinjau dari pertumbuhan dan

perkembangan bayi, periode neonatal merupakan periode yang paling kritis.

Pencegahan asfiksia, mempertahankan suhu tubuh bayi terutama pada bayi

berat lahir rendah, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian air susu

ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian oleh karena diare,

pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat badan dan stimulasi


7

psikologis merupakan tugas pokok bagi petugas kesehatan bayi dan anak.

Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu

pada waktu ibu hamil dan melahirkan. (JNPK-KR, 2013).

B. Perumusan Masalah

Puskesmas Karanglewas dalam satu tahun terakhir ini memiliki jumlah

AKI 1, dengan kasus perdarahan post partum dan jumlah AKB 20. Jumlah ibu

bersalin sebanyak 1117, 265 diantaranya masuk dalam persalinan dengan

resiko tinggi. Jumlah bayi baru lahir sebanyak 1764, 20 bayi meninggal dan

1744 bayi hidup. Rumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana

pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. V dan By Ny V di Puskesmas

Karanglewas dengan pendekatan manajemen Kebidanan Varney dan

Pendokumentasian SOAP?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu menganalisis asuhan kebidanan pada Ny. V dan By. Ny. V di

Puskesmas Karanglewas dengan pendekatan manajemen kebidanan

Varney.
8

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir (BBL) pada Ny. V di Puskesmas Karanglewas.

b. Mampu membuat interpretasi data ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir (BBL) pada Ny. V di Puskesmas Karanglewas.

c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial ibu hamil, bersalin, nifas

dan bayi baru lahir (BBL) pada Ny. V di Puskesmas Karanglewas.

d. Mampu melakukan tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir (BBL) pada Ny. V di

Puskesmas Karanglewas.

e. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan secara

menyeluruh dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

(BBL) pada Ny. V di Puskesmas Karanglewas.

f. Mampu melakukan rencana tindakan ibu hamil, bersalin, nifas dan

bayi baru lahir (BBL) pada Ny. V di Puskesmas Karanglewas.

g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin,

nifas dan bayi baru lahir (BBL) pada Ny. V di Puskemas Karanglewas.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman penulis

dan individu (pembaca) tentang asuhan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Hasil penulisan ini juga diharapkan
9

dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan standar asuhan

kebidanan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi penulis

Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selama di bangku

kuliah mengenai manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir normal dengan menggunakan

asuhan kebidanan sesuai prosedur, serta dapat memberikan manfaat

bagi penulis untuk menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman.

b. Bagi Institusi

Dapat dijadikan sebagai bahan dokumentasi dan bahan perbandingan

untuk studi kasus selanjutnya.

c. Bagi Bidan

Dapat dijadikan acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan

terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara

komprehensif.

d. Bagi Klien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang kehamilan, persalinan, nifas

dan BBL terutama bagi wanita usia subur, dan betapa pentingnya

pemeriksaan kehamilan serta pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terutama bidan.


10

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1 Keaslian Penelitian

No Nama dan Judul Penelitian Jenis Tujuan Hasil Penelitian


Tahun Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Indriati R. Studi kasus Laporan Memberikan Ny. K umur 26
(2012) asuhan studi kasus asuhan tahun G2P1A0
kebidanan dengan kebidanan yang telah diberikan
komprehensif metode bersifat asuhan kebidanan
pada Ny. K, 26 deskriptif komprehensif mulai usia
tahun Di pada ibu hamil, kehamilan 38
Wilayah Kerja bersalin, nifas minggu sampai
Puskesmas serta dengan post
Kejaran Wetan memberikan partum 6 minggu
Indramayu. asuhan pada tidak terjadi
bayi baru lahir komplikasi yang
dapat
membahayakan
ibu dan janin.

2 Primadytha Asuhan Study Kasus Menganalisis Asuhan Ny. S dari


(2015) kebidanan pada asuhan pengkajian hingga
ibu hamil di kebidanan pada evaluasi sudah
PKD ibu hamil sesuai standar
Purbalingga dengan pelayanan
Kidul menggunakan walaupun ada
pendekatan kesenjangan yaitu
tujuh langkah tidak dilakukan
Varney IMD

3 Fitria Oki Asuhan Laporan Menganalisis Asuhan Ny. V


(2016) kebidanan pada studi kasus asuhan dari pengkajian
Ny. V dan By. dengan kebidanan pada hingga evaluasi
Ny. V di metode ibu hamil, sudah sesuai
Wilayah Kerja deskriptif bersalin, nifas dengan standar
Puskesmas dan BBL pelayanan
Karanglewas dengan walaupun
Kabupaten menggunakan terdapat beberapa
Banyumas pendekatan kesenjangan yaitu
tujuh langkah pada
Varney pengumpulan
data, perencanaan
dan
implementasi.
11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa, dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2007).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam

40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga 27), dan

trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Hanifah, 2008).

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280

hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang

berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature,


12

sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur

(Mansjoer, 2007).

b. Diagnosis kehamilan

Perkiraan hamil bisa dilihat melalui tanda subyektif dan tanda

obyektif, antara lain:

1) Tanda kemungkinan hamil

a) Tanda subyektif hamil

(1) Terlambat datang bulan (amenore)

(2) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah)

(3) Mengidam (menginginkan makanan atu minuman tertentu)

(4) Konstipasi atau obstipasi

(5) Pingsan dan mudah lelah

(6) Anoreksia (tidak nafsu makan)

b) Tanda objektif hamil

(1) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan

memperhatikan tanda piscacek dan hegar

(2) Perubahan warna dan konsistensi serviks

(3) Kontraksi Braxton Hicks

(4) Terdapat balotement

(5) Teraba bagian janin

(6) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum


13

(7) Terdapat hyperpigmentasi kulit

(8) Terdapat kebiruan vagina/selaput lender vulva (tanda

chadwick)

2) Tanda pasti kehamilan

a) Teraba gerakan janin dalam rahim

b) Terdengar denyut jantung janin (hamil 12 minggu)

c) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

d) Pemeriksaan ultrasonografi

(1) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu

(2) Terdapat fetal plate, usia kehamilan 4 minggu

(3) Terdapat kerangka janin, usia kehamilan 12 minggu

(4) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu

(Manuaba, 2010).

c. Perubahan fisiologis pada kehamilan

Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan

dengan beberapa system yang disebabkan oleh efek khusus dari hormone.

Perubahan ini terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin,

menyiapkan tubuh ibu untuk bersalin, perkembangan payudara untuk

pembentukan/produksi air susu selama masa nifas (Salmah, 2006).

Perubahan fisiologi sebagian sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan

terus berlanjut selama kehamilan. Secara fisiologis perubahan-perubahan

yang dapat terjadi selama kehamilan antara lain:


14

1) Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan

melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.

Uterus mempunyai kemampuan untuk bertambah besar dengan cepat

selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam

beberapa minggu setelah persalinan.

Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan. Pada awal

kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormone

progesterone. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih

penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi.

Pada awal kehamilan tuba fallopi, ovarium dan legamentum rotundum

berada sedikit dibawah apek fundus, sementara pada akhir kehamilan

akan berada sedikit diatas pertengahan uterus.

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti

bentuk aslinya seperti buah alpukat. Seiring dengan perkembangan

kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan

menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Pada akhir

kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan

seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal,

mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga hampir

menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi kearah

kanan, dekastrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid didaerah


15

kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen

bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis.

Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis

disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis.

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan

kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat vaskularisasi dan terjadinya

oedema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi

dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.

Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen

yang mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan

persalinan. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya

berupa jaringan matriks ekstraseluler terutama mengandung kolagen

dengan elastin dan proteoglikan dan bagian sel yang mengandung otot

dan fibroblast, epitel, serta pembuluh darah.

Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi

kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi

kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan

elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah parallel terhadap sesamanya

sehingga serviks menjadi lunak dibanding kondisi hamil, tetapi tetap

mampu mempertahankan kehamilan. Pada saat kehamilan mendekati


16

aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.

Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi

dalam keadaan menyebar (dispersi) dan ter-remodel menjadi serat.

Proses remodeling sangat kompleks dan melibatkan proses

kaskade biokikmia, interaksi antara komponen seluler dan matriks

ekstraseluler, serta infiltrasi stroma serviks oleh sel-sel inflamasi seperti

netrofil dan makrofag. Proses remodeling ini berfungsi agar uterus dapat

mempertahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian proses

distruksi serviks yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan.

Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus

kehamilan yang berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi

perubahan kompleks ini akan mengakibatkan persalinan praterm,

penundaan persalinan menjadi posterm dan bahkan gangguan persalinan

spontan.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan

folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dpat

ditemukan di ovarium. Felikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7

minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesterone dalam jumlah yang relative minimal.

Relaksin, suatu hormone protein yang mempunyai struktur mirip

dengan insulin dan insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh
17

korpus luteum, desidua, plasenta dan hati. Aksi biologi utamanya adalah

dalam proses remodeling jaringan ikat pada saluran reproduksi, yang

kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses

persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi

diketahui mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks

dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan

preterm.

4) Vagina dan Perineum

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia

terlihat jelas pada kulit dan otot-ototdi perineum dan vulva, sehingga

pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda

Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya

sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel sel otot polos.

Dinding vagina menalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan

meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan

hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan bertambah

panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami hipertrofi

dengan gambaran seperti paku sepatu.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi

akan berwarna keputihan, menebal, da pH antara 3,5-6 yang merupakan


18

hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan

oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidopillus.

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali

ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari

striae sebelumnya.

Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea

alba) akan berubah menjadi hitam kecokelatan yang disebut linea nigra.

kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah

dan lebar yang disebut cloasma atau melasma gravidarum. Selain itu,

pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi yang

berlebihan.

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah

epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya

peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir

bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan

progesterone diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan

diduga menjadi factor pendorongnya.


19

6) Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

akan menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat.

Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan

pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum

dapat keluar. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang

mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat

diproduksi karena hormone prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting

hormone. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman.

Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan

membesar dan cenderung akan menonjol keluar. Jika payudara makin

besar, striae seperti yang akan terlihat pada perut akan muncul.

7) Sistem Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal

dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan

bertambah 12,5 kg. pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan

dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar

0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih

dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing sebesar

0,5 kg dan 0,3 kg.


20

Hasil konsepsi, uterus, dan darah ibu secara relative mempunyai

kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat.

WHO menganjurkan asupan protein per hari pda ibu hamil 51 gram.

Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang

disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial dan

hiperinsulinemia.

Konsentrasi lemak, lipoprotein, dan apoliprotein dalam plasma

akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian

besar di sentral yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi

sehingga cadangan lemak itu berkurang.

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 gram kalsium yang

sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan janin. Kekurangan zat ini

dapat menyebabkan pertumbuhan janin terlambat. Pada perempuan

hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3-11,3 mg/hari, tetapi hanya pada

perempuan-perempuan beresiko yang dianjurkan mendapat suplemen

mineral ini.

Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel

dalam sintesis DNA/RNA. Defisiensi asam folat selama kehamilan akan

menyebabkan terjadinya anemia megaloblastik dan defisiensi pada masa

prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan menyebabkan neural

tube defect pada janin sehingga perempuan yang merencanakan


21

kehamilan dianjurkan mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai

usia kehamilan 12 minggu.

8) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-5 cardiac output dan perubahan ini terjadi untuk

mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga terjadi

peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi

peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload.

Peeforma ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan

ressistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulasasi arterial.

Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan

terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vakular perifer.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan

vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi

terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah

balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya penurunan preload dan

cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial

yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang

cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan

pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal.

Selama trimester akhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal

menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena alas an inilah tidak

dianjurkan ibu hamil dalam posisi pada akhir kehamilan.


22

9) Traktus Digestivus

Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan

tergeser. Demikian juga dengan yang lainya seperti apendiks yang akan

bergeser ke arah atas dan lateral.

Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot

polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidrokolid

dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa

pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke

esophagus bawah sebagi akibat perubahan posisi lambung dan

menurunnya tonus sfingter esophagus bagian bawah.

Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan

trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama

kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang secara

spontan. Hemoroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai

akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah

karena pembesaran uterus.

Hati pada manusia tidak mengalami perubahan selama kehamilan

baik secara anatomic maupun morfologik.

10) Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulakan

berkemih. Ginjal akan membesar, glomerular filtration rate, dan renal


23

plasma flow juga akan meningkat. Pada ureter akan terjadi dilatasi

dimana sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus.

Ovarium kanan dengan posisi melintang diatas ureter kanan juga

diperkirakan sebagai factor penyebabnya.

11) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar

kuang lebih 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti

penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan meningkat 10 kali

lipat pada saat kehamilan aterm. Kelenjar tyroid akan mengalami

pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat dari hyperplasia

dan peningkatan vaskularisasi.

Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan

magnesium, fosfat, hormone paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin.

Adanya gangguan pada salah satu factor itu akan menyebabkan

perubahan yang lainnya.

Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,

sedangkan hormone androstenedion, testosterone, aldosteron, dan

kortisol akan meningkat.

12) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progesif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi

anterior, lordosis menggeser pusat daya berat kebelakang arah dua


24

tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat

mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas

tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya

menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung

terutama pada akhir kehamilan.

(Sulin, 2008)

d. Ketidaknyamanan Ibu Hamil TM III

1) Sesak nafas

Terjadi karena ekspansi dan batas diafragma dengan pembesaran

uterus/rahim. Cara mengatasinya yaitu sikap tubuh yang benar,makan

jangan terlalu kenyang porsi kecil tapi sering, jangan merokok, jika

sesak berlebihan pergi ke dokter.

2) Insomnia

Terjadi karena gerakan bai, kram otot, sering kencing dan sesak

nafas. Cara mengatasinya yaitu istirahat dengan usap-usap pungung,

minum susu hangat, mandi air hangat sebelum tidur, topang bagian

tubuh dengan bantal.

3) Sering kencing

Terjadi akibat penekanan uterus/Rahim juga kepala janin. Cara

mengatasinya yaitu batasi minum sebelum tidur, latihan senam kegel,

jika kencing terasa sakit cepat pergi ke dokter.

4) Kontraksi Braxton Hiks


25

Terjadi karena kontraksi uterus dalam persiapan persalinan. Cara

mengatasinya istirahat, atur posisi, cara bernafas, usap-usap punggung.

5) Kram kaki

Terjadi karena penekanan saraf yang mensuplai ekstrimias bagian

bawah disebabkan pembesaran perut, ibu terlalu lelah, lama berdiri.

Cara mengatasinya istirahat, pengurutan daera betis, selama kram kaki

harus di fleksi

6) Oedema

Terjadi karena teralu lama, duduk kaki tergantung, pakaian ketat

dan kaki di tinggikan, kurang olah raga. Cara mengatasinya yaitu

minum cukup, memakai stocking, istirahat paha dan kaki di tinggikan,

bila dengan cara tersebut tidak hilang maka pergi ke dokter.

7) Varises

Terjadi karena pengaruh hormone, pembesaran rahim. Cara

mengatasinya yaitu istirahat paha dan kaki di angkat 1 jam kurang lebih

2 kali sehari, berdiri jangan terlalu lama, memakai stocking

8) Hemoroid

Terjadi karena varises pada anus, akibat dari konstipasi, faeces

yang keras. Cara mengatasinya yaitu pencegaan agar faeses tidak keras,

contoh makan sayur yang berserat dan buah misalnya buah papaya,

duduk jangan terlalu lama, posisi tidur miring, kompres dingin/hangat,

obat suppositoria atas indikasi dokter.


26

(Sumarni dkk, 2013).

e. Ante Natal Care

1) Definisi

Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan

(Saifuddin, 2009).

2) Kebijakan Kunjungan ANC

Kebijakan program menurut WHO, Kunjungan antenatal sebaiknya

dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan:

a) Satu kali pada triwulan pertama (0-12 minggu)

b) Satu kali pada triwulan kedua (13-27 minggu)

c) Dua kali pada triwulanb ketiga (28-40 minggu) (Saifuddin, 2009).

Jadwal kunjungan ANC:

a) Trimester I dan II

(1) Setiap bulan sekali

(2) Diambil data tentang laboratorium

(3) Pemeriksaan ultrasonografi

(4) Pendidikan kesehatan tentang empat sehat lima sempurna,

tambahan protein 0,5 g/kg BB (satu telur/hari)


27

(5) Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari

terjadinya komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus toxoid

(TT) (Manuaba, 2007).

b) Trimester III

(1) Setiap dua minggu sekali

(2) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan

(3) Diet empat sehat lima sempurna

(4) Pemeriksaan ultrasonografi

(5) Imunisasi TT II

(6) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan,

komplikasi hamil trimester III

(7) Rencana pengobatan

(8) Pendidikan kesehatan tentang:

(a) Tanda bahaya kehamilan trimester III

Tanda bahaya kehamilan trimester III yaitu tanda bahaya

yang dapat terjadi menjelang persalinanatau disaat

kehamilan trimester III, seperti perdarahan (bukan lender

darah) yang berwarna merah segar atau pun berwarna

hitam, ketuban pecah sebelum waktunya (tidak disertai

dengan pembukaan), sakit kepala hebat, penglihatan kabur,

bengkak pada wajah dan jari tangan, nyeri perut yang

hebat, demam tinggi, dan gerakan janin tidak terasa (Buku


28

Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal, 2007).

(b) Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan yaitu persiapan persalinan pada ibu,

dimana ibu harus sudah merencanakan tempat bersalin,

penolong, transportasi, cara menghubungi palayanan

kesehatan, biaya, pendamping, pengambilan keputusan dan

persiapan pendonor serta apa saja yang perlu dibawa saat

persalinan yaitu (pakaian, kain panjang, celana, pembalut,

pakaian bayi, popok, bedong, alat mandi dll) (Maryunani,

2013).

(c) Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan yaitu kenceng-kenceng teratur

minimal 2x dalam 10 menit, keluar lender darah, sakit

pinggang yang menjalar ke bagian perut bawah, keluar

cairan amis (ketuban) disertai dengan pembukaan serviks

(Manuaba, 2007).

3) Asuhan Standar Minimal (14T) Antenatal Care

Dalam penerapan praktik sering dipakai standar minimal perawatan

antenatal care. Palayanan antenatal care minimal 5T, meningkat

menjadi 7T, dan kemudian 12T, sedangkan untuk daerah gondok, dan

endemic malaria menjadi 14T (Sumarni dkk, 2013), yaitu:


29

a) Ukur tinggi badan/berat badan

Tinggi badan diperiksa sekali pada kunjungan pertama kali, untuk

mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk dikategorikan

adanya resiko apabila hasil pengukuran <145 cm. berat badan

diukur setiap ibu berkunjung untuk mengetahui kenaikan atau

penurunan berat badan. Kenaikan berat badan normal rata-rata

antara 6,5-16 kg (Sumarni dkk, 2013).

b) Ukur tekanan darah

Tekanan darah diukur setiap kali ibu berkunjung. Pemeriksaan

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi dan pre eklamsi. Apabila turun dibawah normal kita

pikirkan kea rah anemia. Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole: 110/80-120/80 mmHg (Sumarni dkk, 2013).

c) Ukur tinggi fundus uteri

Mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita

sentimeter, letakkan titik nol pada tepi atas simpisis dan

rentangkan samapai fundus uteri. Pertumbuhan janin normal dapat

dilihat dari tinggi fundus uteri, yang pada kehamilan 28 minggu 25

cm, 32 minggu 27 cm, dan 36 minggu 30 cm (Kusmiyati, 2009).

d) Pemberian imunisasi TT

TT1 diberikan pada trimester II, sedangkan TT2 diberikan 4

minggu setelah TT1.


30

Table 2. jadwal pemberian TT pada ibu hamil

Dosis Saat pemberian % Lama


Perlindungan perlindungan
TT 1 Kunjungan pertama/sedini mungkin pada 0 Tidak ada
kehamilan
TT 2 Minimal 4 minggu setelah TT 1 80 3 tahun
TT 3 Minimal 6 bulan setelah TT 2 95 5 tahun
TT 4 Minimal 1 tahun setelah TT 3 / kehamilan 99 10 tahun
berikutnya
TT 5 Minimal 1 tahun setelah TT 4/ salama 99 Selama subur
kehamilan berikutnya

Sumber: Sumarni dkk, 2013

e) Pemberian tablet zat besi (minimal 90 tablet)

Tablet zat besi mengandung 200 mg sulfat ferosus dan 0,25 mg

asam folat yang diikat dengan laktosa. Kebutuhan tablet zat besi

selama kehamilan yaitu 90 tablet (Sumarni dkk, 2013).

f) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)

adalah untuk mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit

menular seksual antara lain sifilis. Pemeriksaan kepada ibu hamil

yang pertama kali datang diambil specimen darah vena kurang

lebih 2 cc. apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan

pengobatan/dilakukan rujukan (Sumarni dkk, 2013).

g) Temu wicara/konseling

Konseling ibu hamil merupakan upaya untuk menciptakan

hubungan yang baik sehingga dapat mengurangi rasa cemas,


31

ketegangan jiwa yang didapat muncul sebagai gangguan fisik ibu

(Sumarni dkk, 2013).

h) Tes/pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali,

lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb

bertujuan untuk mendeteksi anemia pada kehamilan. Kadar Hb

normal ibu hamil yaitu lebih dari 11 gr% (Sumarni, 2013).

i) Tes/pemeriksaan urin protein

Pemeriksaan urin protein bertujuan untuk mengetahui adanya

protein urin ibu hamil. Pemeriksaan menggunakan asam asetat 2-

3% ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat darah tinggi dan kaki

oedem. Pemeriksaan ini juga untuk mendeteksi adanya pre eklamsi

(Sumarni dkk, 2013).

j) Tes reduksi urin

Pemeriksaan ini ditujukan hanya pada ibu dengan indikasi

penyakit gula/diabetes mellitus atau riwayat penyakit gula pada

keluarga ibu dan keluarga suami (Sumarni dkk, 2013).

k) Perwatan payudara

Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan

dimulai pada kehamilan 6 bulan (Sumarni dkk, 2013).

l) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)


32

Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam

mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah

melahirkan, mencegah sembelit dan membantu tidur ibu agar lebih

nyenyak (Sumarni dkk, 2013).

m) Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemik)

Pemberian kapsul ini ditujukan pada kasus Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKI) didaerah endemis (Sumarni dkk,

2013).

n) Terapi obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil didaerah

endemik malaria atau kepada ibu hamil pendatang baru berasal

dari daerah malaria, juga ibu hamil dengan gejala khas malaria

yaitu panas tinggi sidertai menggigil dan hasil apusan darah yang

positif (Sumarni dkk, 2013).

4) Penanganan Kehamilan Trimester III

Menurut Mangkuji, dkk (2012), penatalaksanaan kehamilan pada

trimester III adalah sebagai berikut:

a) Memberikan informasi kepada ibu hamil tentang hasil pemeriksaan

dilakukan

b) Memberikan pendidikan kesehatan, misalnya tentang gizi ibu

hamil, personal hygiene, mengatasi rasa cemas, tanda-tanda

persalinan, persiapan persalinan dan keluarga berencana


33

c) Memberikan tablet tambah darah

d) Memberikan terapi sederhana sesuai dengan kondisi kesehatan ibu

hamil

e) Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil

f) Memberikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan

dalam kehamilan dan cara mengatasinya

g) Mendeteksi letak bayi untuk mengetahui letaknya dalam keadaan

normal atau tidak

h) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu

yang akan datang.

2. Persalinan

a. Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(APN, 2008). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang

mampu hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro,

2008).

b. Klasifikasi

1) Persalinan normal (spontan), bila persalinan seluruhnya berlangsung

dengan kekuatan tenaga diri sendiri.


34

2) Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari

luar.

3) Persalinan anjuran, bila persalinan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan merangsang (Manuaba, 2010).

c. Tanda-tanda Permulaan Persalinan

Permulaan terjadinya persalinan seiring penurunan hormone

progesterone menjelang persalinan:

1) Lightening atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida saat minggu ke-36. Pada multipara

tidak begitu terlihat.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun

3) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih

tertekan oleh kepala janin

4) Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah dari uterus, yang disebut “false labor pains”

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

bisa bercampur darah (bloody show) (APN, 2008).

d. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Bandiyah (2009), factor-faktor yang mempengaruhi persalinan

adalah power, passage, passanger, psycian, psikologis.

1) Power (kekuatan)
35

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin

dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan

primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi,

usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan

sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi

involunter. Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang

terdapat pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari

titik pemicu, kontraksi dihantarkan ke uterus bagian bawah dalam

bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat. Kekuatan

sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar

panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.

Sehingga wanita merasa ingin mengedan. Usaha mendorong ke bawah

ini yang disebut kekuatan sekunder. Kekuatan sekunder tidak

mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi serviks lengkap.

Kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan

vagina. Jika dalam persalinan seorang wanita melakukan usaha colunter

(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat. Mengedan akan

melelahkan ibu dan menimbulkan trauma serviks (Sumarah, 2009).

2) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun


36

jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam

proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap

jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

3) Passenger (janin dan plasenta)

Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan

presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala janin merupakan bagian

yang paling kecil mendapat tekanan. Namun, kerena kemampuan tulang

kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan

lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat

(Llewellyn, 2010).

Passanger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan

lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang

menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan

pada kehamilan normal (Sumarah, 2009).

4) Psycology (Psikologi Ibu)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika

ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atu yang disampaikan

kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatiran


37

jika ditanyai. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya

merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan

diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan

dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir

mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam

mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang-orang

terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang

berlangsung.

Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan

suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, member sentuhan, member

penenangan nyari non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan

dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk dukungan

psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan

akan berjalan lebih mudah.

(Sumarah, 2009).

5) Psycian (Penolong)

Menurut Christina (2010), menyatakan bahwa peran dari

penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi

yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Bila diambil keputusan untuk

melakukan campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati,

tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi


38

juga resiko potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang

terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”.

Dalam menghadapi persalinan seorang calon ibu dapat

mempercayakan dirinya pada bida, dokter umum, dokter spesialis

obstetric dan ginekologi, bahkan melakukan pengawasan hamil 12-14

kali sampai pada persalinan. Pertemuan konsultasi dan menyampaikan

keluhan, menciptakan hubungan saling mengenal antar calon ibu dengan

bidan atau dokter yang akan menolongnya. Kedatangannya sudah

mencerminkan adanya “informed consent” artinya telah menerima

informasi dan dapat menyetujui bahwa bidan atau dokter itulah yang

akan menolong persalinannya. Pembinaan hubungan antara penolong

dan ibu saling mendukung dengan penuh kesabaran sehingga persalinan

dapat berjalan dengan lancar.

Kala I, perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan akan

berjalan aman, oleh karena kepala masuk pintu atas panggul, bahkan

pembukaan telah maju dengan baik. Keberadaan bidan atau dokter

sangan penting untuk memberikan semangat hingga persalinan dapat

berjalan dengan baik. Untuk menambah kepercayaan ibu, sebaiknya

setiap kemajuan diterangkan sehingga semangat dan kemampuannya

untuk mengkoordinasikan kekuatan persalinan dapat dilakukan.

Pemindahan penderita keruangan dimana anaknya telah menunggu,


39

masih merupakan tanggung jawab bidan atau dokter paling sedikit

selama 2 jam pertama.

(Bandiyah, 2009).

e. Proses Terjadinya Persalinan

Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga

menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya

kekuatan his. Dengan penurunan hormone progesterone menjelang

persalinan dapat terjadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menurut Manuaba

(2010), menyebabkan:

1) Turunnya kepala, masuk pintu atas pangul, terutama primigravida

minggu ke-36.

2) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun

3) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi jaringan otot

rahim dan tertekannya pleksus Franskenhauser yang terletak sekitar

serviks (tanda persalinan palsu)

4) Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim

5) Terjadi pengeluaran lender, lender penutup serviks dilepaskan.

f. Tanda Persalinan (Sumarah, 2009)

1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi

yang makin pendek.

2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lender, lender

campur darah).
40

3) Dapat disertai ketuban pecah.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan

serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks).

g. Tahapan Persalinan (Manuaba, 2010)

1) Kala I

Adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam

sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/jam.

2) Kala II

Kala II atau kala pengusiran, gejala utama:

a) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, durasi 50-100 detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai pengeluaran

cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan.

d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak

sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,

hidung dan muka, serta kepala.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar.


41

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong.

g) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30

menit.

3) Kala III (pelepasan uri)

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan

lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan

Nitabush, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta, tanda-

tandanya : uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena

plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang

dan terjadi perdarahan.

4) Kala IV (observasi)

Dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan

postpartum sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan :

tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan

darah, nadi, suhu, pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan).

Perdarahan normal jika jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

h. Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Ibu Dalam Persalinan

Prinsip umum dari asuhan sayang ibu dalam pesalinan yang harus

dilaksanakan oleh bidan adalah:

1) Merawat ibu dengan penuh hormat


42

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati

pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa

mendengarkan sama dengan member nasehat.

3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta

sopan

4) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi

5) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda

melakukannya serta meminta izin terlebih dahulu

6) Selalu mendiskusikan teuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja

yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini

7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai

dan tersedia bersama ibu

8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama

persalinan, kelahiran dan pasca bersalin.

9) Mengizinkan ibu untuk menggunakan posisi apa saja yang diinginkan

selama proses persalinan dan kelahiran.

10) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu

(episotomi, pencukuran dan enema).

11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding

dan Attachment).

(Yanti, 2010)
43

i. Asuhan Persalinan

1) Mengenali gejala dan tanda kala II

(1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir.

(3) Pakai celemek plastik.

(4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Pakai sarung tangan DTT padatangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

(6) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril) pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik.

3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi air DTT.

(8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.


44

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan sarung

tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan.

(10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160 x/menit).

4) Menyiapkan ibu dan keluarga untukmembantu proses bimbingan

meneran.

(11) Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai

dengan keinginannya.

(12) Minta keluarga menyiapkan posisi meneran.

(13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran.

(14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit.

5) Persiapkan pertolongan kelahiran bayi

(15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah mebuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
45

(16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

(18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

6) Persiapkan pertolongan kelahiran bayi Lahirnya kepala

(19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineumdengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersihdan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat

atau dangkal.

(20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.

(21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaranpaksi luar, pegang secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan

distal untuik melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai


46

(23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kebawah kearah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.

7) Penanganan bayi baru lahir

(25) Lakukan penilaian (selintas).

(26) Keringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan.

8) Penatalaksanaan aktif kala tiga

(27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal).

(28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayilahir, suntikkan oksitosin 10 unit

IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

(30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
47

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

(31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

(32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi.

(33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi.

(34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.

(35) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

(36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakangatas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

ulangi prosedur di atas.

Mengeluarkan plasenta

(37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan mengikuti porosjalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-

kranial).
48

(38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan.

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

9) Menilai perdarahan

(40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus.

(41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

10) Melakukan prosedur pasca persalinan

(42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

(43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

(44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri

tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 dengan dosis 1

mg intramuskuler di paha kiri anterolateral.


49

(45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B dipaha kanan anterolateral.

Evaluasi

(46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per

vaginam.

(47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan nilai

kontraksi.

(48) Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan.

(49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

pasca persalinan.

(50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 oc).

Kebersihan dan keamanan

(51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah dekontaminasi.

(52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

(53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering.


50

(54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan yang

diinginkan.

(55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%.

(56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit.

(57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

(58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV.

(JNPK-KR, 2008)

j. Penggunaan Partograf

Partograf adalah alat untuk mencatat hasil observasi dan pemeriksaan

fisik ibu dalam proses persalinan serta merupakan alat utama dalam

mengambil keputusan klinik khususnya pada persalinan kala satu.

1) Keunggulan partograf

a) Mancatat hasil observasi dalam kemajuan persalinan dengan

memeriksa pembukaan serviks berdasarkan pemeriksaan dalam

b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal,

dengan demikian dapat mendeteksi secara dini kemungkinan


51

terjadinya partus lama. Hal ini merupakan bagian terpenting dari

proses pengambilan keputusan klinik persalinan kala I.

2) Bagian-bagian partograf

a) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

(2) Turunnya bagian terendah dan kepala janin

(3) Kontraksi uterus

b) Kondisi janin

(1) Denyut jantung janin

(2) Warna dan volume air ketuban

(3) Moulase kepala janin

c) Kondisi ibu

(1) Tekanan darah, nadi dan suhu badan

(2) Volume urine

(3) Obat dan cairan

3) Cara mencatat temuan pada partograf

Observasi dimulai sejak ibu datang, apabila ibu datang masih

dalam fase lateens, maka hasil observasi ditulis di lembar observasi

bukan pada partograf. Karena partograf dipakai setelah ibu masuk fase

aktif yang meliputi:

a) Identifikasi ibu
52

Lengkapi bagian awal atau bagian atas lembar partograf secara teliti

pada saat mulai asuhan persalinan yang meliputi Nama, Umur,

Gravida, Para, Abortus, Nomor Rekam Medis/Nomor Klinik,

Tanggal dan waktu mulai dirawat, Waktu pecahnya selaput

ketuban.

b) Kondisi janin

Kolom jalur dan skala angka pada partograf bagian atas adalah

untuk pencatatan

(1) Denyut jantung janin

DJJ dinilai setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda

gawat janin). Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf

diantara garis tebal angka 180 dan 100, riilai normal sekitar 120

s/d 160, apabila ditemukan DJJ dibawah 120 dan diatas 160,

maka penolong harus waspada.

(2) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam

dengan menggunakan lambing sebagai berikut

U : jika ketuban Utuh belum pecah

J : jika ketuban sedah pecah dan air ketuban Jernih

M : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

dengan Mekonium
53

D : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

dengan Darah

K : jika ketuban sudah pecah dan air ketuban Kering

(3) Penyusupan/Moulase kepala janin

Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan kepala

janin dengan menggunakan lambing sebagi berikut:

0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat di raba

1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan

2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi

masih dapat dipisahkan

3 : tulang-tulang kepala janin tumapng tindih dan tidak

dapat dipisahkan

c) Kemajuan Persalinan

(1) Dilatasi serviks

Pada kolom dan lajur kedua dari partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0 s.d 10 yang tertera

pada tepi kolom kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Kotak

diatasnya menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm.

pada pertama kali menulis pembesaran dilatasi serviks harus

ditulis tepat pada garis waspada. Cara pencatatannya dengan

member tanda silang (X) pada garis waspada sesuai hasil


54

periksa dalam/VT. Hasil pemeriksaan dalam/VT selanjutnya

dituliskan sesuai dengan hasil sebelumnya.

Apabila dilatasi serviks melewati garis waspada, perlu

diperhatikan apa penyebabnya dan penolong harus menyiapkan

ibu untuk dirujuk.

(2) Penurunan bagian terendah janin

Skala 0 s/d 5 pada garis tepi sebelah kiri keatas, juga

menunjukkan seberapa jauh penurunan kepala janin kedalam

panggul. Dibawah lajur kotak dilatasi serviks dan penurunan

kepala menunjukkan waktu / jam dimulai fase aktif, tertera

kotak-kotak untuk mencatat waktu actual saat pemeriksaan fase

aktif dimulai, setiap kotak menunjukkan 30 menit.

(3) Kontraksi uterus/his

Dibawah lajur waktu pada partograf terdapat lima kotak dengan

tulisan “kontraksi” tiap 10 menit disebelah luar kolom. Setiap

kotak untuk satu kali kontraksi. Jumlah kotak yang diisi kea rah

atas menunjukkan frekuensi kontraksi dalam 10 menit. Setiap

30 menit, periksa dan dokumentasikan frekuensi kontraksi yang

datang dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan

detik. Adapun cara dokumentasi lama kontraksi:

(a) Buatlah titik-titik pada kotak bila lama kontraksi kurang

dari 20 detik
55

(b) Buatlah arsiran garis-garis pada kotak bila lama kontraksi

kurang 20-40 detik

(c) Buatlah blok pada kotak bila lama kontraksi lebih dari 40

detik

(4) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tersedia lajur

kotak untuk mencatat obat-obatan dan cairan yang diberikan.

(5) Kondisi ibu. Bagian akhir pada lembar partograf berlkaitan

dengan kondisi ibu yang meliputi: Nadi, tekanan darah,

temperatur tubuh, urine (volume, aceton, protein).

(Sumarah, 2008).

3. Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa Latin, waktu

mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut Puerperium yaitu dari

kata Puer yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti

masa setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih hamil. (Vivian

dkk, 2011).
56

b. Periode Masa Nifas

Menurut Mochtar (2012), periode masa nifas terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah dibolehkan berdiri dan

berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja yang setelah 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6 sampai 8 minggu.

3) Remote puperperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila ibu selama hamil dan waktu persalinan

mempunyai komplikasi, waktu sehat sempurna bisa berminggu-minggu,

bulanan atau tahunan.

c. Involusi Alat-Alat Kandungan

Proses involusi uterus adalah sebagi berikut:

1) Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari

uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan

menyebabkan serat otot atrofi.

2) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi

di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot

yang telah sempat mengendur sehingga panjangnya 10 kali dari semula

dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga
57

dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang

berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormone ekstrogen

dan progesterone.

3) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi otot uterus sehingga

akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya

suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs

atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu di cerminkan oleh perubahan

lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi

organ pelvis.

(Vivian dkk, 2011).

Tabel 3. Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Bekas Keadaan


Uteri (gr) Melekat Serviks
Plasenta (cm)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000

Uri lahir 2 jari di bawah 750 12,5 Lembek


pusat

Satu minggu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari


pusat-simfisis setelah
postpartum
Dua minggu Tak teraba di atas 350 3-4 dapat dilalui 2
simfisis jari
Akhir minggu
Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 pertama dapat
dimasuki 1 jari
Delapan minggu Sebesar normal 30
Menurut Mochtar, 2012
58

Involusi alat-alat kandungan meliputi:

1) Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya

kembali seperti sebelum hamil.

2) Bekas implementasi uri

Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri

dengan diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3.5 cm, pada

minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih.

3) Luka-luka

Pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

4) Rasa nyeri

Yang disebut after pains, (merian atau mulas-mulas) di sebabkan

kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu

diberikan pengertian pada ibu hamil hal tersebut dan jika terlaul

mengganggu, dapat diberikan obat-obat anti nyeri dan antimulas

5) Lokia

Lokia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas.

a) Lokia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desi dua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium,

selama 2 hari pascapersalinan.

b) Lokia sanguinolenta:berwarna mera kuning, berisi dara dan


59

lendir,terjadi hari ke 3 sampai 7 hari pascapersalinan

c) Lokia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7 sampai 14 pascapersalinan.

d) Lokia alba: cairan putih, setelah 2 minggu

e) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Lokiaostatis:lokhea yang keluarnya tidak lancar.

6) Serviks

Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong,

berwarna mera kehitaman.Konsistensinya lunak, kadang-kadang

terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa

di masukan ke rongga rahim; setela 2 jam, dapat dilalui 2-3 jari, dan

setela 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari.

d. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan yaitu

waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat

genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti

keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses

penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan diat yang

cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat yang cukup dan

sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas antara lain

sebagi berikut:
60

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui

sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan

untuk tumbuh kembang bayi.

2) Ambulasi

Perawatan puerperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk

melakukan mobilisasi dini.

Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium

b) Mempercepat involusi uterus

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin

d) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik

c) Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu merawat/memelihara

anaknya.

d) Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal

e) Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di

perut
61

f) Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio

3) Eliminasi

Setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali

melahirkan akan terasa pedih bila Buang Air Kecil (BAK) . Keadaan

ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat

persalinan sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih penuh,

maka harus diusahakan agar penderita dapat BAK sehingga tidak

memerlukan penyadapan karena bagaimanapun kecilnya akan

membawa infeksi.

Defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari postpartum.

Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang

mengeras) tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris.

4) Kebersihan Diri Dan Perineum

a) Personal hygiene

Mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di

kamar mandi. Bagian yang paling utama dibersihkan adalah

putting susu dan mamae.

b) Perineum

Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus

dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan sabun yang

lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut jahitannya

lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau


62

tidak di cuci.

5) Istirahat

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa

lebih lelah bila partus berlangsung lama. Seorang ibu baru akan cemas

apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal

ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan

pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam

untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah

dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu.

a) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan

b) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

pendarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri.

6) Seksual

Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam

waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan


63

suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1

atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah

berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman

untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sediki 4 kali kunjungan masa nifas di lakukan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi serta menilai

status ibu dan bai meliputi:

1) Kunjungan I (6 sampai 8 jam post partum)

Tujuan:

a) Mencegah perdarahan karena atonia uteri.

b) Mendeteksi penyebab lain perdarahan.

c) Memberikan konseling pada ibu atau keluarga bagaimana cara

mencegah perdarahan masa nifas.

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan BBL.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan II (6 hari post partum)

Tujuan:

a) Memastikan involusiuterus berjalan normal (uterus berkontraksi

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau).
64

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan II (2 minggu post partum)

Tujuan:

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal (uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau).

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan IV (6 minggu post partum)

Tujuan:

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya


65

alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Pelayanan kesehatan yang diberikan adalah:

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu

b) Pemeriksaan fundus uteri (involusi uterus)

c) Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervaginam lainnya

d) Pemeriksaan payudara dan anjurkan ASI eksklusif 6 bulan

e) Pemberian kapsul Vtamin A 200.000 IU sebanak dua kali, pertama

segera setelah melairkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian

Vitamin A pertama.

(Kemenkes RI, 2010)

4. Bayi Baru Lahir (BBL)

a. Pengertian BBL

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. Masa yang memerlukan adaptasi dari kehidupan

intrauterin ke kehidupan ekstrauterin untuk dapat hidup dengan baik yang

sangat bergantung pada orang dewasa. Masa neonatal adalah bayi berumur 0

(baru lahir) sampai usia 2 bulan yang terbagi atas dua: neonatal dini usia 0-7

hari dan neonatal lanjut usia 7-28 hari. (Marmi, dkk, 2014).

BBL normal adalah bayi baru lahir dengan berat badan antara 2500-

4000 gram dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu. BBL

dengan usia 0-7 hari disebut neonatal dini, sedangkan 7-28 hari disebut
66

neonatal lanjutan. (Sari, dkk, 2014).

b. Kehilangan Panas Pada Bayi Baru Lahir

Berikut ini merupakan empat mekanisme tentang hilangnya panas tubuh dari

bayi baru lahir:

1) Konduksi

Konduksi yaitu pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui

kontak langsung

2) Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah

panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu udara)

3) Radiasi

Panas yang dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antar dua objek yang

mempunyai suhu berbeda)

4) Evaporasi

Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap.

(Marmi dan Rahardjo, 2012).

c. Penanganan Bayi Baru Lahir

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah:

1) Membersihkan jalan nafas

2) Memotong dan merawat tali pusat

3) Mempertahankan suhu bayi


67

4) Identifikasi

5) Pencegahan infeksi

(Saifuddin, 2009)

d. Pemantauan BBL

Tujuannya untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan

identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian

keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir:

1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

2) Bayi tampak aktif atau lunglai

3) Bayi kemerahan atau biru

Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir:

1) Suhu badan dan lingkungan

2) Tanda-tanda vital

3) Berat badan

4) Mandi dan perawatan kulit

5) Pakaian

6) Perawatan tali pusat

Pemantauan tanda-tanda vital:

1) Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur atau ketiak

2) Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hamper bersamaan

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara waktu inspirasi maupun


68

ekspirasi, gerak pernafasan 30-50 kali permenit

3) Nadi dapat dipantau disemua titik-titik nadi perifer

4) Tekanan darah dipantau hanya ada indikasi

(Saifuddin, 2009).

e. Tanda-tanda bayi lahir normal

1) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian

turun sampai 140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit.

2) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai

dengan pernapasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan intercostals,

serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.

3) Nilai apgar 7-10 (Lihat tabel Apgar Score).

4) Berat badan 2500 gram- 4000 gram.

5) Panjang badan lahir 48-52 cm.

6) Lingkar kepala 33-35cm.

7) Lingkar dada 30-38 cm.

8) Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. Reflek moro

sudah baik, apabila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.

9) Grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda di atas telapak

tangan, bayi akan mengengam.

10) Genatalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada

perempuan).

11) Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki).


69

12) Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan (Sarwono, 2002).

Tabel 4. Nilai APGAR

Skore 0 1 2
A: Appearance color (warna Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kulit) ektrimitas biru kemerahan

P: Pulse (heart rate) (frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
denyut jantung)

G: Grimace (reaksi teradap Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/ bersin


rangsangan) mimik

A: Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstrimitas Gerakan aktif


sedikit fleksi

R: Respiration (usaha bernafas) Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat


teratur

Jumlah
Sumber : Mochtar, 2012

Klasifikasi klinik nilai APGAR

1) Nilai 7-10 : Bayi normal

2) Nilai 4-6 : asfiksia sedang ringan

3) Nilai 0-3 : asfiksia berat

f. Pelayanan kesehatan neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehaan yang kompeten kepada

neonatus setidaknya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah

lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Bentuk

pelayanan esensial pada bayi:


70

1) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan

mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya setelah lahir.

Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri segera setelah lahir

dengan melekatkan bayi di dada atau perut ibu dan kulit bayi melekat

pada kulit ibu (skin to skin contact) setidaknya selama 1-2 jam sampai

bayi menyusui sendiri. Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan

penyakit yang menyerang bayi, karena kandungan antibodi yang ada

pada colostrum dan ASI.

2) Pemberian Salep Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera

setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah

lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata

antibiotik tetrasiklin 1% (KEMENKES RI, 2010)

Cara pemberian salep mata antibiotik:

a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian

keringkan

b) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan

pemberian obat tersebut

c) Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah


71

d) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata

yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata

atau tetes mata

e) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh

mata bayi

f) Jangan menghapus salep mata bayi dan anjurkan keluarga untuk

tidak menghapus obat-obat tersebut (KEMENKES RI, 2010).

3) Memberikan Vitamin K

Pemberian Vitamin K diberikan selama 2 jam pertama kehidupan bayi

baru lahir secara intra muskular, untuk mencegah terjadinya perdarahan

(Mitayani, 2010).

Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:

a) Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan

yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles

(KKM)

b) Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti

Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli

c) Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan

vitamin K sintetik, tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena

dapat menyebabkan anemia hemolitik (KEMENKES RI, 2011).

Cara pemberian

a) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis


72

b) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1

(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg

Vitamin K1 per 1 ml

c) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K adalah:

(1) Masukan vitamin K ke dalam semprit sekali pakai steril 1 ml,

kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi

bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan

paling lambat 2 jam setelah lahir

(2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi

Hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam

d) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan

dosis dan cara yang sama

e) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K 1

dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis

dan cara yang sama

f) Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi

(KEMENKES RI, 2011).

4) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah

pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B

bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama

jalur penularan ibu-bayi. Penularan Hepatitis pada bayi baru lahir dapat
73

terjadi secara vertikal (penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan)

dan horizontal (penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk

mencegah terjadinya infeksi vertikal, bayi harus di imunisasi Hepatitis B

sedini mungkin. (Mitayani, 2010).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah:

a) Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) (umur 0-48 jam)

Asuhan yang di berikan pada KN 1:

(1) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi,

meliputi frekuensi jantung, suhu, nadi, pernafasan.

(2) Mengobservasi BAB dan BAK bayi.

(3) Memandikan bayi.

(4) Menjaga kehangtan bayi dengan memberi pakaian yang hangat

pada bayi dan memberikan selimut, serta tutup kepala.

(5) Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan tali pusat yaitu

dengan menjaga tali pusat agar tetap kering dan juga menjaga

kebersihan tali pusat.

(6) Menganjurkan ibu agar tetap menjaga personal hygine bayi

dengan popok jika basah.

b) Kunjungan Neonatus 2 (KN 2) (umur 3-7 hari)

(1) Mengobservasi tanda-tanda vital bayi meliputi suhu, pernafasan

dan nadi bayi.

(2) Menimbang berat badan bayi.


74

(3) Memastikan bayi menyusui dengan benar.

(4) Memeriksa bayi apakah terlihat kuning atau tidak.

(5) Memeriksa tali pusat bayi ada tanda-tanda infeksi seperti pus

atau tidak.

c) Kunjungan Neonatus 3 (KN 3) (8-28 hari)

(1) Menimbang berat badan bayi.

(2) Mengobservasi tanda-tanda vital bayi meliputi suhu, pernafasan

dan nadi bayi.

(3) Memeriksa tali pusat bayi ada pus atau tidak dan sudah lepas

atau belum.

(4) Memastikan bayi mendapatkan ASI secara eksklusif.

(5) aberikan bayi imunisasi BCG dan polio 1.

(6) Menjelaskan pada ibu tentang nutrisi pada bayi.

(7) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk

mendapatkan imunisasi dan menimbang berat badan secara

rutin.

Kunjungan Neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila

terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar

kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu

peratama dan bulan pertama kehidupan. Sehingga jika bayi lahir di


75

fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untk tetap tingal di fasilitas kesehatan

selama 24 jam pertama.

B. Manajemen Kebidanan

1. Definisi

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2007).

2. Langkah-Langkah

a. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar.

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

yang meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan .

b. Langkah II : Interpretasi Data.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau kan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

dan Mengantisipasi Penanganannya.

Tahap ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi.


76

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan.

d. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera,

Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan tenaga kesehatan Lain

Berdasarkan Kondisi Ibu.

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik

atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus.

e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

f. Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan

Aman.

Langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah V dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini

bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII : Mengevaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

di berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-


77

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan suatu pendekatan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan. Manajemen

kebidanan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya menurut varney yang

telah dirangkum dalam sebuah pendokumentasian dengan nama metode SOAP.

SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif, Objektif, Analisis,

Penatalaksanaan (Saifudin, 2006)

S : Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan hasil anmnesa dari klien

yang mencakup keluhan dan riwayat.

O : Merupakan data yang dihasilkan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan serta berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang serta

pemeriksanan laboratorium

A : Merupakan hasil kesimpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

sehingga didapatkan suatu kesimpulan tentang diagnosa atau masalah yang

terjadi

P : Berisi tentang asuhan yang telah dilakukan berdasarkan diagnosa yang telah

ditegakan.

4. Tinjauan Asuhan Kebidanan

a. Kehamilan
78

Manajemen asuhan kebidanan diterapkan dalam 7 langkah Varney

yang terdiri dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial,

antisipasi penanganan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney sebagai berikut:

1) Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh

untuk mengevaluasi ibu:

a) Data Subjektif

(1) Identitas pasien

Nama : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan (Ambarwati, 2008).

Umur : adalah usia individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin

cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang

lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang

belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam,

2008).
79

Agama :untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien

dalam berdoa (Ambarwati, 2008).

Pendidikan :berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwarti, 2008).

Suku/bangsa :berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari (Ambarwati, 2008).

Pekerjaan :Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan

untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian.

Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang

lebih sedikit untuk memperoleh informasi

(Depkes RI, 1996). Dengan adanya pekerjaan

seseorang akan memerlukan banyak waktu dan

memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk

hanya memiliki sedikit waktu untuk

memperoleh informasi, sehingga pengetahuan

yang mereka peroleh kemungkinan juga

berkurang (Notoatmodjo, 2007).


80

Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan dengan maksud untuk

mempermudah hubungan.

(2) Alasan kunjungan

Alasan kunjungan dikaji untuk mengetahui apa tujuan klien datang

ke tempat pelayanan kesehatan (Varney, 2007), (misal: ingin

memastikan bahwa dirinya hamil, kontrol kehamilan/ANC rutin,

ingin berkonsultasi tentang ketidaknyamanan yang dirasakan,

ingin memastikan kondisi janinnya dsb).

(3) Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan klien

pada saat pengkajian (Nursalam, 2008). Keluhan TM III adalah

sesak nafas, insomnia, sering kencing, kram kaki, kontraksi

Braxton hicks, oedema, varises dan haemoroid.

(4) Riwayat kesehatan

(a) Riwayat penyakit sekarang

Mengetahui penyakit sekarang

Mengetahui penyakit yang diderita saat ini seperti penyakit

jantung, hipertensi, DM, HIV/AIDS, kanker (Sujiyatini, 2009).

(b) Riwayat penyakit sistemik


81

Mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti jantung,

ginjal, asma, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsy atau

penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009).

(c) Riwayat penyakit keluarga

Mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis, menurun seperti

jantung dan DM, ada tidaknya keturunan kembar dalam

keluarga (Sujiyatini, 2009).

(5) Riwayat Obstetri

(a) Riwayat menstruasi

Dikaji data mengenai menarche, siklus, lama, banyaknya,

sifat dan warna, dismenorhea, flour albus dan kapanHari

Pertama Haid Terakhir (HPHT) diketahui maka dapat

dijabarkan taksiran tangal persalinan memakai rumus naegele:

hari +7, bulan -3, tahun +1. Apakah umur kehamilannya

cukup bulan atau sesuai dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL)

(Moctar, 1998).

Rumus naegele bisa dipakai jika haid ibu teratur. Rumus ini

tidak bisa digunakan jika:

i. Ibu mempunyai riwayat haid yang tidak teratur atau

amenore
82

ii. Ibu sudah hamil saat masih mempunyai menyusui dan

belum pernah haid lagi setelah melahirkan

iii. Ibu sudah hamil setelah berhenti mengonsumsi pil KB

dan belum haid lagi

Jika salah satu situasi di atas terjadi, perkiraan tanggal

persalinan dilakukan secara klinis dengan melihat besarnya

uterus dan dengan menggunakan ultrasound

(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Pada ibu hamil tanyakan ini kehamilan yang keberapa,

pernah melahirkan berapa kali, abortus berapa kali, riwayat

kehamilan yang dahulu seperti tahun kehamilan, jumlah ANC,

masalah selama kehamilan. Riwayat persalinan yang dahulu

seperti usia keamilan, jenis persalinan, penolong persalinan,

laki-laki atau perempuan, berat badan bayi, ada penyulit atau

tidak. Riwayat nifas yang dahulu ada komlikasi atau tidak.

Anak hidup/mati, sehat/sakit, umur anak, meneteki atau tidak,

lama meneteki.

(c) Riwayat kehamilan sekarang

TM I : ANC berapa kali, tempat di mana, PP test tanggal

berapa hasilnya positif/negative, keluhan/masalah,

Obat/suplementasi yang di berikan, Imunisasi, nasehat/penkes

yang didapat
83

TM II : ANC berapa kali, tempat di mana, gerakan janin

pertama kali, keluhan/masalah, obat/suplementasi yang

diberikan, imunisasi, nasehat/penkes yang didapat

TM III : ANC berapa kali, tempat dimana, gerakan janin

kuat/lemah; lebih/kurang 10x dalam 12 jam, keluhan/masalah,

obat/suplementasi, imunisasi, nasehat/penkes yang didapat.

Kunjungan ini:

Tanda-tanda bahaya yang dialami, gerakan janin akhir-akhir

ini kuat/lemah; lebih/kurang dari 10x dalam 12 jam, keluhan

lain selain keluhan utama (Saifuddin, 2010).

(d) Riwayat KB

Alat kontrasepsi yang pernah dipakai dan lamanya, kapan

terakhir berhenti, alasan berhenti, keluhan/masalah, rencana

KB setelah bersalin. (Sujiyatini, 2009)

(e) Riwayat perkawinan

Status perkawinan menikah/tidak menikah, pernikahan ke

berapa, lama menikah, hubungan dengan suami. (Sujiyatini,

2009)

(f) Pola Kebutuhan Sehari-hari

i. Pola Nutrisi

Selama hamil

(i) Makan
84

Frekuensi makan pokok per hari, komposisi ;nasi

berapa kali perari, porsi sedang/penuh, lauk berapa

kali perhari, porsi sedang/besar, bervariasi/tidak

(nabati/hewani) jika tidak bervaiasi jenisnya, cemilan

berapa kali perhari, jenisnya, pantangan ada/tidak,

alasan.

(ii) Minum

Jumlah total gelas perhari, jenisnya, jumlah susu gelas

perhari, jenis susu.

Perubahan selama hamil ini

ii. Eliminasi

Sebelum hamil

(i) Buang Air Kecil

Frekuensi, warna, keluhan/masalah

(ii) Buang Air Besar

Frekuensi, warna, konsistensi lembek/keras,

keluhan atau masalah.

Perubahan selama hamil ini

iii. Personal hygiene

(i) Sebelum hamil :

Mandi, keramas, gosok gigi, ganti pakaian, celana

dalam, kebiasaan memakai alas kaki.


85

(ii) Perubahan selama hamil ini

iv. Hubungan seksual

(i) Sebelum hamil

(ii) Perubahan selama hamil ini

v. Istirahat/tidur

(i) Sebelum hamil

Jumlah tidur malam, tidur siang, keluhan/masalah

(ii) Perubahan selama hamil ini


vi. Aktivitas fisik dan olah raga
(i) Sebelum hamil
Aktifitas fisik (beban pekerjaan) ibu, olahraga,
jenisnya.
(ii) Perubahan selama hamil ini
vii. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Merokok, minuman beralkohol, obat-obatan, jamu.
viii. Data psikososial – Spiritual – Kultural - Ekonomi

(i) Kehamilan ini diharapkan/tidak oleh ibu dan suami

(ii) Respon dan dukungan keluarga terhadap kehamilan

ini

(iii) Mekanisme koping (cara pemecahan

masalah)

(iv) Ibu tinggal serumah dengan

(v) Hewan peliharaan


86

(vi) Pengambilan keputusan utama dalam keluarga: Dalam

kondisi Emergensi, ibu dapat/tidak dalam mengambil

keputusan sendiri

(vii) Orang terdekat ibu

(viii) Yang menemai ibu untuk kunjungan ANC

(ix) Adat istiadat yang berkaitan dengan kehamilan

(x) Tempat pertolongan persalinan yang diinginkan

(xi) Penghasilan perbulan (jika ibu mau menyebutkan)

Jika ibu tidak ingin menyebutkan, maka menurut ibu

apakah cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan

pokok setiap hari dan biaya persalinan

(xii) Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan

Ibu taat menjalankan ibadah/tidak; menurut agama:

Kebiasaan puasa

(xiii) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan (Misal: ibu

dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan

yang diberikan oleh nakes wanita maupun pria; tidak

boleh menerima pelayanan dari petugas kesehatan

pria; tidak boleh menerima tranfusi darah; tidak boleh

diperiksa genetalia dsb)

(xiv) Tingkat pengetahuan: hal-hal yang sudah diketahui ibu

dan hal-hal yang ingin diketahui ibu


87

2) Data Objektif

a) Umum

(1) Keadaan Umum

Mengetaui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek

(Prihardjo, 2007).

(2) Tanda Vital

(a) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistolik 90-120, diastolic 60-

80 (Kusmiyati, 2009)

(b) Suhu

Mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan

febris/infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius.

Suhu wanita hamil tidak lebih dari 38oC (Winkjosastro,

2008).

(c) Nadi

Mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit

(Saifuddin, 2002). Batas normalnya 69-100 x/ menit

(Perry, 2005).

(d) RR
88

Mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung

dalam 1 menit (Saifuddin, 2010). Batas normalnya 12-

20x/ menit (Perry, 2005).

(3) Berat Badan

Berat badan ideal calon ibu saat hamil antara 45-65kg

(Suririnah, 2008). Pada saat hamil ibu biasanya mengalami

peningkatan berat badan sekitar 11-12 kg mulai dari awal

kehamilan sampai akhir kehamilan.

(4) LILA

LILA minimal untuk ibu hamil 23,5cm (Suririnah, 2008)

b) Status Present

(1) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung

rambut sampai ujung kaki (Nursalim, 2008), meliputi:

(a) Kepala

i. Rambut: meliputi warna, mudah rontok atau tidak dan

kebersihannya.

ii. Muka: keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah

edema (Winkjosastro, 2008).

iii. Mata : untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah

muda dan sclera warna putih (Alimul, 2006).

iv. Hidung : bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak.


89

v. Telinga : bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak

vi. Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gii, gusi berdarah

atau tidak.

(b) Leher

Memeriksa adanya pembesaran kelenjar tyroid, ada benjolam atau

tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.

(c) Dada dan axilla

Untuk mengetahui keadaan dada terdapat retraksi otot pernafasan

atau tidak, payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak,

ada nyeri atau tidak.

(d) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri

atau tidak, terdapat gangguan pada lien, hati dan ginjal atau tidak.

(e) Ekstremitas atas dan bawah

Ada cacat atau tidak oedema atau tidak teraba varices atau tidak

(Winkjosastro, 2008).

(f) Genetalia eksterna dan anus

Ada tidaknya lecet, memar dan lesi lain (herpes, kondilom/kutil)

pada kulit genetalia, oedema vulva, abses kelenjar bartolini dan

skene

Anus : hemoroid/tidak

(2) Status Obstetrikus


90

(a) Inspeksi

i. Muka

cloasma gravidarum ada/tidak

ii. Mammae

tegang, hiperpigmentasi aerola, kelenjar montgomery

lebih menonjol, papila menonjol/datar/masuk, kolostrum

sudah keluar/belum

iii. Abdomen

membesar, melintang/memanjang, linea nigra, striae

gravidarum.

iv. Genetalia

pengeluaran pervaginam, catat karakteristiknya.

(b) Palpasi

i. Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri sehingga

dapat diketahui berat janin, umur kehamilan dan bagian

janin yang ada di fundus. Kepala : bulat, keras,

melenting (Manuaba, 2007). Bokong : tidak begitu

bulat, lunak, tidak melenting (Manuaba, 2007).

ii. Leopold II : menentukan bagian yang ada dikanan dan

kiri. Apakah punggung atau ekstremitas (Manuaba,

2007).
91

iii. Leopold III : menentukan bagian terendah janin apakah

kepala atau bokong (Manuaba, 2007).

iv. Leopold IV : mengetahui seberapa masuknya bagian

bawah janin ke dalam rongga panggul (Manuaba, 2007).

Taksiran Berat Janin (TBJ) : dapat ditentukan berdasarkan

Johnson Tausack untuk mengetahui pertimbangan persalinan

secara spontan pervaginam (Mansjoer, 2005).

(c) Auskultasi

Frekuensi DJJ/menit, teratur/tidak, letak punctum maximum

dan jumlah

NB: DJJ umumnya sudah jelas terdengar menggunakan

Doppler mulai usia 16 minggu. Fetoskop dapat digunakan pada

usia 20 minggu keatas.

(d) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kadar hemoglobin pada kunjungan pertama dan

pada usia diatas 28 minggu. Pemeriksaan urine untuk protein

dan glukosa atas indikasi.(Sumarni dkk, 2013)

b) Interpretasi Data

Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk

kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus (Varney, 2007).

Contoh:
92

Ny. …, G …, P … A …, Umur … tahun, umur kehamilan …minggu,

janin tunggal, hidup intra uterine, preskep, puka/puki, bagian terendah

sudah masuk PAP/belum.

Data Dasar:

(a) Data subyektif

i. Pernyataan ibu mengenai nama

ii. Pernyataan ibu mengenai kehamilannya, apakah sudah pernah

melahirkan atau belum, sudah pernah abortus atau belum

iii. Pernyataan ibu mengenai hari pertama haid terakhir

iv. Pernyataan ibu mengenai keluhan yang dirasakan

v. Pernyataan ibu mengenai gerakan janin yang dirasakan

(b) Data Obyektif

i. Tanda vital

(i) Tekanan darah

(ii) Suhu

(iii) Nadi

(iv)Respirasi

ii. LILA

iii. Status obstetrikus

(i) Inspeksi

(ii) Palpasi abdomen

(iii) Auskultasi DJJ


93

(iv)Pemeriksaan penunjang

c) Diagnosa Potensial

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi atau diagnosis masalah

lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis saat ini berkenaan

dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu

dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang

mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting

dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. Pada kehamilan ini

normal maka tidak muncul diagnosa potensial karena pada semua

pemeriksaan di dapatkan data-data yang menunjukan keadaan ibu

normal.(Varney, 2007). Pada kasus kehamilan normal diagnosa

potensial : tidak ada.

d) Kebutuhan tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses

penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer

atau kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan

perawatan berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh

terus dikaji dan kemudian dievaluasi. Beberapa data

mengidentifikasikan situasi kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan

mengambil tindakan secara cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan

bayinya. Karena tidak muncul adanya diagnosa potensial maka pada

kehamilan normal tidak ada antisipasi tindakan segera, konsultasi dan


94

kolaborasi (Varney, 2007). Pada kasus kehamilan normal tidak ada

kebutuhan tindakan segera, konsultasi dan kolaborasi

e) Perencanaan

Langkah kelima, mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh, ditentukan dengan mengacu hasil langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang

diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta

perawatan kesehatan yang dibutuhkan (Varney, 2007).

Dalam menyusun rencana asuhan pada wanita hamil, sebenarnya harus

disesuaikan dengan hasil temuan dalam pengkajian data agar lebih tepat

sasaran. Tetapi secara umum dapat dilakukan hal-hal di bawah ini:

1) Berikan informasi kepada ibu hamil tentang hasil pemeriksaan

dilakukan

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan

3) Berikan tablet tambah darah

4) Berikan terapi sederhana sesuai dengan kondisi kesehatan ibu

hamil

5) Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil

6) Berikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan dalam

kehamilan dan cara mengatasinya

7) Deteksi letak bayi untuk mengetahui letaknya dalam keadaan

normal atau tidak


95

8) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu yang

akan datang.

(Mangkuji dkk, 2012)

f) Pelaksanaan

Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan secara

menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secera keseluruhan oleh bidan

atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim

kesehatan lain (Varney, 2007). Pelaksanaan bidan sesuai perencanaan

diatas yaitu:

(a) Memberikan informasi kepada ibu hamil tentang hasil pemeriksaan

dilakukan, karena pasien berhak mendapatkan informasi yang

meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya yang baru lahir

serta pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi: penyakit

yang diderita, tindakan kebidanan yang kan dilakukan, alternatif

terapi lainnya, prognosanya, dan perkiraan biaya pengobatan.

(2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan

yaitu kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa

tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah), dapat disertai

ketuban pecah.
96

(3) Memberikan tablet tambah darah yaitu suplemen untuk tambah

darah yang wajib diminum oleh setiap ibu hamil minimal 90 tablet

selama kehamilan

(4) Memberikan terapi sederhana sesuai dengan kondisi kesehatan ibu

hamil seperti Vitamin

(5) Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil

(6) Memberikan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan ibu

hamil di TM III agar ibu lebih mengetahui ketidaknyamanan di TM

III dan ibu tidak merasa cemas atau khawatir jika terjadi sesuatu hal

meliputi : sesak nafas, insomnia, sering kencing, kram kaki,

kontraksi Braxton hicks, oedema, varises dan haemoroid.

(7) Mendeteksi letak bayi untuk mengetahui letaknya dalam keadaan

normal atau tidak

(8) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu

yang akan datang.

(Mangkuji dkk, 2012)

g) Evaluasi

Langkah terakhir, evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa

apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai

tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada

langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan


97

perawatan kesehatan (Varney, 2007). Evaluasi bidan sesuai pelaksanan

yaitu:

(a) Ibu paham hasil pemeriksaan, dan ibu merasa senang karena ibu

dan janin dalam keadaan sehat

(b) Ibu paham dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan

(c) Ibu sudah mendapat tablet fe

(d) Ibu sudah mendapatkan terapi oral berupa vitamin

(e) Ibu bersedia untuk melakukan senam hamil

(f) Ibu paham tentang ketidaknyamanan ibu hamil Trimester III

(g) Ibu sudah mengetahui bahwa bayi ibu dalam keadaan normal

(h) Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang

5. DATA PERKEMBANGAN I (Kala I)

a. Kala I

Tanggal:.....,.....2016

Waktu:......WIB

Tempat:.......

1) Subjektif

Menurut JNPK-KR (2008) data subjektif dalam kala I adalah:

a) Identitas Klien

(1) Nama : Ny…, umur…tahun, agama…,

(2) Alamat : . . .

b) Ibu mengatakan
98

(1) Kapan mulai kontraksi

(2) Mules sering mulai tanggal dan jam:....

(3) Selaput ketuban sudah pecah atau belum

(4) Keluar lendir darah dari jalan lahir sejak pukul:.......WIB

(5) Terakhir makan, minum

(6) Terakhir BAB dan BAK

2) Objektif

Menurut JNPK-KR (2008) data objektif dalam kala I adalah

a) Keadaan umum

(1) Keadaan umum: baik

(2) Keadaan emosional: stabil

(3) Kesadaran: composmentis

b) TTV

(1) TD (tekanan sistolik 110-120, tekanan diastolik 70-80)

mmHg,

(2) N (80-90) x/menit,

(3) R (16-20) x/menit,

(4) S (35,5-37,5) ºC

c) BB sebelum hamil:.....kg,

d) Setelah hamil: (akhir kehamilan BB total 9-12) kg

e) Pemeriksaan fisik
99

(1) Abdomen: tidak ada luka bekas op, terdapat linea nigra, strie

gravidarum

(2) TFU ...cm

(3) Leopold I: teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

(4) Leopold II: teraba keras, memanjang, ada tekanan seperti

papan (punggung) disebelah kanan/kiri

(5) Leopold III: teraba keras, bulat dan melenting (kepala)

(6) Divergen: bagian terendah janin sudah masuk PAP

(7) DJJ: 120-160x/menit

(8) TBJ: (n-11) x 155 =.....

(9) His: 3x/10’/30’’

f) Periksa Dalam

(1) Vulva dan vagina: normal

(2) Portio: tipis, lunak, tebal

(3) Pembukaan: 1-10 cm

(4) Kulit ketuban: +/-

(5) POD: UUK

(6) Penurunan kepala: Hodge I-IV

(7) Moulase: tidak ada

(8) Bagian menumbung: tidak ada

2) Asessment

NY....umur...G...P...A...hamil....Minggu Janin Tunggal Hidup intra


100

uteri, puki/puka, presentasi kepala, turun di hodge...., Inpartu kala 1

fase laten/aktif.

3) Planning

a) Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa

keadaan ibu dan janin saat ini dalam kondisi baik. Menganjurkan

ibu agar tidur miring kiri agar peredaran darah ke janin lancardan

pernafasan ibu lega: ibu mau melakukanya

b) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada his

c) Menawarkan posisi yang akan dilakukan pada saat proses

persalinan

d) Menawarkan pendamping pada saat proses persalinan

e) Persiapan ruangan dan alat partus set serta obat-obat urotonika

dan alat resusitasi pada bayi

f) Memberikan suport kepada ibu

g) Mengobservasi keadaan umum, His, DJJ, nadi, setiap 30 menit,

tensi, suhu, respirasi, pemeriksaan dalam setiap 4 jam, PPV,

boundlering.

b. DATA PERKEMBANGAN II ( Kala II )

Tanggal:....,.....2016

Waktu: .......WIB

Tempat :......

1) Subjektif
101

Menurut JNPK-KR (2008) data subjektif dalam kala II adalah:

Ibu mengatakan

a) Ada dorongan kuat untuk meneran

b) Merasakan regangan yang semakin meningkat pada rectum

dan vagina

c) Merasa mau buang air besar

d) Keluar lendir darah semakin banyak

2) Objektif

Menurut JNPK-KR (2008) data objektif dalam kala II adalah

Keadaan umun

a) KU: baik

b) Kesadaran composmentis

c) Emosional: stabil

d) DJJ 120-160 (normal)

e) His 5x/10’/40’’

f) Terdapat tanda kejala kala II: dorongan ingin meneran,

vulva membuka, perineum menonjol, ada tekanan pada anus

g) Kandung kemih kosong

h) Periksa dalam: Vulva tidak ada kelainan, portio tidak teraba,

pembukaan 10 cm, kulit ketuban -, presentasi blakang

kepala, posisi UUK kanan depan, kepala turun di hodge IV,

tidak ada moulase


102

3) Asessment

NY...umur...tahun, G...P..A...Hamil....Minggu, janin tunggal,

hidup intra uteri, puka/puki, pressentasi kepala, penurunan kepala

di hodge IV inpartu kala II

4) Planning

a) Mengenali gejala dan tanda kala II

(1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

b) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi ibu dan bayi baru lahir.

(3) Pakai celemek plastik.

(4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang

dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih

mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissu atau

handuk pribadi yang bersih dan kering.

(5) Pakai sarung tangan DTT padatangan yang akan

digunakan untuk periksa dalam.

(6) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril)

pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

c) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik


103

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hatihati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

(8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

sarung tangan yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam

dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung

tangan dilepaskan.

(10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

atau saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ

dalam batas normal (120-160 x/menit).

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untukmembantu proses

bimbingan meneran.

(11) Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

(12) Minta keluarga menyiapkan posisi meneran.

(13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa

ada dorongan kuat untuk meneran.


104

(14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa

ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.

e) Persiapkan pertolongan kelahiran bayi

(15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di

perut ibu, jika kepala bayi telah mebuka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

(16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu.

(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

(18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

f) Persiapkan pertolongan kelahiran bayi Lahirnya kepala

(19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineumdengan satu

tangan yang dilapisi dengan kain bersihdan kering.

Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan

posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan

ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat atau

dangkal.
105

(20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan

proses kelahiran bayi.

(21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahirnya bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaranpaksi luar, pegang

secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah

dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus

pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal

untuik melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai

(23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kebawah kearah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan

siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.

Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara

kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu

jari dan jari-jari lainnya.


106

g) Penanganan bayi baru lahir

(25) Lakukan penilaian (selintas).

(26) Keringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan.

c. DATA PERKEMBANGAN III ( Kala III )

Tanggal:...,....2016

Waktu: ......WIB

Tempat:.....

1) Subjektif

Menurut Mochtar (2012) data subjektif dalam kala III adalah:

Ibu mengatakan

a) Merasa senang dan bersyukur atas kelahiran banyinya

b) Perutnya tarasa mulas

c) Terasa keluar darah dari jalan lahir

2) Objektif

Keadaan Umum

a) KU: baik

b) Kesadaran: composmentis

c) Emosional: stabil

d) TFU: setinggi pusat

e) Kontraksi: kuat

f) Kandung kemih: kosong

g) Perdarahan : normal > 500cc


107

h) Plasenta belum lahir

i) Tanda pelepasan plasenta: uterus globuler, talipusat

bertambah panjang, ada semburan darah dari jalan lahir

(JNPK-KR, 2008).

3) Asessment

NY...., umur...tahun, P...A...Inpartu kala III

4) Planning

Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III

(27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi

bayi dalam uterus (hamil tunggal).

(28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontraksi baik.

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayilahir, suntikkan

oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas

bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin).

(30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali

pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat

pada 2 cm distal dari klem pertama.

(31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.


108

(32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak

kulit ibu ke kulit bayi.

(33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang

topi di kepala bayi.

(34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva.

(35) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi

atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.

(36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus

kearah belakangatas (dorso-kranial) secara hati-hati

(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak

lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat

dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

ulangi prosedur di atas.

Mengeluarkan plasenta

(37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil

penolong menarik tali pusat dengan mengikuti

porosjalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).


109

(38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan

plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian

lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disediakan.

(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir,

lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di

fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar

dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras).

Menilai perdarahan

(40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi

dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau

tempat khusus.

(41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi

menyebabkan perdarahan.

d. DATA PERKEMBANGAN IV ( KALA IV )

Tanggal :....,....2016

Waktu:.....WIB

Tempat:.....
110

1) Subjektif

Menurut Mochtar (2012) data subjektif dalam kala IV adalah:

Ibu mengatakan:

a) Senang karena bayi dan ari-arinya sudah lahir

b) Mengatakan lelah dan capek

c) Mengatakan masih mules

2) Objektif

Keadaan Umum

a) KU: Baik   

b) Keadaan Emosional :Stabil   

c) Kesadaran: Composmentis

d) Tekanan Darah: (tekanan sistolik 110-120, tekanan diastolik

70-80) mmHg

e) Suhu: (35,5-37,5)ºC

f) Nadi: (80-90) x/menit

g) Respirasi: (16-20) x/menit

h) TFU: 3 jari di bawah pusat (Varney, 2007)

i) Kontraksi : Kuat.

j) Kandung kemih : Kosong.

k) Perdarahan : normal (jumlah perdarahan tidak melebihi 400

sampai 500 cc) (Sumarah, 2008)

l) Laserasi : Tidak ada laserasi


111

3) Asessment

NY....umur....P...A....Inpartu kala IV

4) Planning

(42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

(43) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada

ibu paling sedikit 1 jam

(44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran

bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1

dengan dosis 1 mg intramuskuler di paha kiri anterolateral.

(45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan

imunisasi hepatitis B dipaha kanan anterolateral.

(46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

(47) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus

dan nilai kontraksi

(48) Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan.

(49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama pasca persalinan


112

(50) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-

37,50C)

(51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas

peralatan setelah dekontaminasi.

(52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

(53) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

(54) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan

yang diinginkan.

(55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%.

(56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

(57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

(58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa

tanda vital dan asuhan kala IV.


113

e. DATA PERKEMBANGAN V ( Nifas 6 jam)

Tangal:.....,.....2016

Waktu:.......WIB

Tempat:.....

1) Subjektif

Menurut Saleha (2009) data subjektif dalam nifas 6 jam adalah:

a) Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya 6 jam yang lalu

b) Ibu mengatakan perutnya merasa mules badan terasa lelah

c) Ibu sudah makan dan minum

d) Ibu sudah BAK dan BAB atau belum

e) Ibu sudah istirahat/tidur

f) Ibu sudah turun dari tempat tidur

2) Objektif

a) Keadaan Umum

(1) KU: Baik

(2) Kesadaran : composmetis 

b) TTV

(1) Tekanan Darah: (tekanan sistolik 110-120, tekanan

diastolik 70-80) mmHg

(2) Respirasi: (16-20) x/menit

(3) Nadi: (80-90) x/menit

(4) Suhu: (35,5-37,5) oC


114

c) Status obstetri

(1) Muka: Tidak ada oedema dan tidak pucat

(2) Mata: Konjungtiva merah muda, skelera putih

(3) Payudara: Puting susu menonjol bersih, kolostrum

keluar

(4) Abdomen: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uerus

baik, kandung kemih kosong

(5) Genetalia: Vulva vagina tidak ada kelainan,

pengeluaran darah kurang lebih 20 cc, konsistensi

encer, tidak ada luka laserasi masih bersih

(6) Ekstermitas: tidak ada oedema, tidak ada varises,

reflek patela positif (JNPK-KR, 2008).

3) Assement

NY...umur...tahun, P...A... Post Partum 6 jam

4) Planning

a) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu Ibu mengetahui

bahwa keadaannya baik

b) Mengobservasi TFU, Keadaan Umum, kontraksi uterus dan

pendarahan TFU 3 jari dibawah perut, kontraksi baik,

pendarahan kurang lebih 50 cc.

c) Memberikan terapi Vit. A, Fe, dan antibiotik.


115

d) Memotivasi ibu untuk melakukan kegiatan ringan ibu sudah

mulai turun dari tempat tidur.

e) Memberitahu ibu tentang nutrisi yang baik saat menyusui dan

tidak ada pantangan Ibu mengerti tentang penjelasan yang

diberikan.

f. DATA PERKEMBANGAN VI ( BBL 2 jam)

Tanggal:...,....2016

Waktu:....WIB

Tempat:....

1) Subjektif

a) Ibu mengatakan telah melahirkan anaknya 2 jam yang lalu

b) Ibu mengatakan bayinya sudah diberikan salep mata

jam.....WIB

c) Ibu mengatakan bayinya sudah diberikan vit k jam.....WIB

d) Ibu mengatakan bayi berjenis kelamin perempuan/laki-laki

menangis kuat saat lahir dan tidak ada kelainan.

e) Ibu mengatakan bayinya sudah dilakukan IMD hasilnya

berhasil/tidak, lamanya....jam.

f) Bayi dalam keadaan sehat dan mulai menyusui.

2) Objektif

a) Keadaan umum

(1) KU: baik


116

(2) Kesadaran Composmentis

b) TTV

(1) Nadi: (120-130) x/menit

(2) Pernapasan: (30-40) x/menit

(3) Suhu: (35,5-37,5)°C

(4) Denyut jantung: (120-160) x/menit (Sarwono, 2002)

c) Antropometri

(1) BB sekarang: (2500-4000) gram

(2) PB: (48-52) cm

(3) LK: (32-38) cm

(4) LD: (30-38) cm

(5) Lila: (10-13) cm (Sarwono, 2002)

d) Pemeriksaan fisik

(1) Tidak ada kelainan dalam pemeriksaan fisik dan reflek-

reflek normal

(2) Tali pusat mulai kering

(3) Bayi bergerak aktif (Sarwono, 2002)

3) Asessement

Bayi Ny...umur 2 jam Normal

4) Planning

a) Menjaga kehangatan bayi


117

b) Menjaga kebersihan tali pusat bayi dengan membungkus tali

pusat menggunakan kasa kering steril

c) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif secara on

demand (sesuai keinginan bayi)

d) Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar agar bayi

merasa nyaman dan tidak tersedak yaitu: Biasakan mencuci

tangan dengan sabun sebelum menetekkan, Perah sedikit

kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan

sekitarnya, Ibu duduk, tiduran atau berbaring dengan santai,

bayi diletakkan menghadap ke ibu dan perut bayi menempel

ke perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara, telinga dan

lengan bayi berada pada satu garis lurus, kemudian pastikan

mulut bayi terbuka lebar sampai menutupi daerah areola, cara

agar mulut bayi membuka adalah dengan menyentuh putting

susu pada bibir atau pipi bayi, setelah mulut bayi terbuka

lebar, segera masukkan putting susu sampai daerah areola ke

mulut bayi, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

sebelum pindah ke payudara yang lainnya, jangan mencuci

putting susu menggunakan sabun atau alcohol karena dapat

membuat putting kering dan luka.


118

C. Dasar Hukum Yang Berhubungan Dengan Kasus

Dasar hukum yang berhubungan dengan kasus antara lain:

1. Permenkes RI Nomor HK. 0202/MENKES/1464/2010

a. Pasal 8

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi:

1) Pelayanan kebidanan

2) Pelayana kesehatan reproduksi perempuan; dan

3) Pelayanan kesehatan masyarakat

b. Pasal 11

Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8 (1) berwenang untuk:

1) Memberikan imunisasi dalam rangka menjalankan tugas

pemerintah.

2) Bimbingan senam hamil.

3) Episiotomi.

4) Penjahitan luka episiotomy.

5) Kompresi bimanual interna dalam rangka kegawatdaruratan,

dilanjutkan dengan perujukan.

6) Pencegahan anemia.

7) Inisiasi menyusu dini dan promosi ASI eksklusif.

8) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.


119

9) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.

10) Pemberian minum dengan sonde atau pipet.

11) Pemberian obat bebas, uterotonika untuk postpartum dan

manajemen aktif kala tiga.

12) Pemberian surat keterangan kelahiran dan.

13) Pemberian surat keterangan ibu hamil untuk keperluan cuti

kelahiran.

c. Pasal 14

1) Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang/

pasien dan tidak ada dokter ditempat kejadian, bidan dapat

melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8.

2) Bagi bidan yang menjalanka praktik didaerah yang tidak emilki

dokter, dalam rangka melaksanankan tugas pemerintah dapat

melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 8.

3) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) adalah kecamatan atau kelurahan/desa yang ditetapkan

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

4) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat(3) telah

terdapat dokter, kewenangan bidan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) memperoleh sertifikat.


120

2. Kompetensi Bidan Indonesia

Kompetensi ke-3: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

a. Pengetahuan dasar

1) Anatomi dan fisiologi tubuh manusia

2) Siklus menstruasi dan konsep konsepsi

3) Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan

5) Mendiagnosa kehamilan

6) Perkembangan normal kehamilan

7) Komponen riwayat kesehatan

8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selam antenatal

9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran

dan atau tinggi fundus uteri

10) Mengenal tanda dan gejal anemia ringan dan berat, hyperemisis

gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen,

molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda,

kelainan letak serta pre eklamsia.

11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haemoglobin

dalam darah, test gula, protein, aceton, dan bakteri dalam urine.
121

12) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuka fsik,

ketidaknyamanan yang tidak lazim, pertumbuham fundus uteri

yang diharapkan.

13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak

kehamilan dalam keluarga.

14) Penyuluhan dalam kehamilan : perawatan fisik, perawatan buah

dada, ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan

dan aktivitas ( senam hamil).

15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.

16) Penatalaksanaan immunisasi pada wanita hamil.

17) Pertumbuhan dan perkembangan janin.

18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.

19) Persiapan keadaan dan rumah / keluarga untuk menyambut

kelahiran bayi.

20) Tanda-tanda dimulainya persalinan.

21) Promosi, dan dukungan pada ibu menyusukan.

22) Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan

persalinan dan kelahiran.

23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.

24) Mengurangi ketidaknyamanan selam masa kehamilan.

25) Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk

mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan.


122

26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol dan

obat terlarang bagi wanita hamil dan janin.

27) Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu

terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmosis.

28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam

jiwa, seperti pre eklamsia, pendarahan pervaginam, kelahiran

prematur, anemia berat.

29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.

30) Resusitasi kardiopulmonary.

b. Ketrampilan dasar

1) Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta

menganalisa pada setiap kunjungan / pemeriksaan ibu hamil.

2) Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan

lengkap.

3) Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk

pengukuran tinggi fundusuteri / posisi / presentasi dan penurunan

janin.

4) Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang

panggul.

5) Menilai keadaan janin selama kehamilan termamsuk detak

jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan

gerakan janin dengan palpasi uterus.


123

6) Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan

persalinan.

7) Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan.

8) Mengkaji kenaikan berat badab ibu dan hubungannya dengan

komplikasi kehamilan.

9) Memberikan penyuluhan pada klien / keluarga mengenai tanda-

tanda berbahaya dan serta bagaimana menghubungi bidan.

10) Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan,

hyperemisis gravidarum tingkat I, abortus imminen dan pre

eklamsia ringan.

11) Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi

ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan.

12) Memberikan immunisasi pada ibu hamil.

13) Mengidentifikasi penyimpanan kehamilan normal dan

melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas

pelayanan yang tepat dari:

a) Kekurangan gizi.

b) Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA.

c) Pre eklamsia berat dan hipertensi.

d) Pendarahan per-vaginam.

e) Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.


124

f) Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.

g) Kematian janin.

h) Adanya edema yang signifikan, sakit kepala yang hebat,

gangguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan

oleh tekanan darah tinggi.

i) Ketuban pecah sebelum waktu.

j) Persangkaan polyhydramnion.

k) Diabetes melitus.

l) Kelainan kongenital pada janin.

m) Hasil laboratorium yang tidak normal.

n) Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin.

o) Infeksi pada ibu hamil seperti : PMS, vaginitas, infeksi

saluran perkemihan dan salurran nafas.

14) Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan,

kelahiran dan menjadi orang tua.

15) Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku

kesehatan selama hamil, seperti nutrisi, latihan (senam),

keamanan dan berhenti merokok.

16) Pengunaan secara ama n, jamu/ obat-obat tradisional yang

tersedia.
125

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis laporan ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus,

yaitu studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui

suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012). Metode yang

digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat

gambaran tentang keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2012).

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Tempat penelitian merupakan lokasi dimana pengambilan kasus

tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Tempat studi kasus dalam

penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Karanglewas, Kabupaten

Banyumas.

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2012). Studi kasus

ini akan dilakukan pada bulan Mei 2016

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus ini adalah Ny. V dan By Ny. V


126

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode

a. Wawancara

Suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seorang sasaran peneliti (reponden) atau bercakap-cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo,

2012). Wawancara dalam kasus ini akan dilakukan pada ibu hamil,

keluarga dan tenaga kesehatan. Data yang diambil melalui wawancara

meliputi identitas pasien, kesehatan pasien dan perkembangan

kehamilan, persalinan nifas sampai dengan BBL. Tekhnik wawancara

yang digunakan berupa autoanamnesa dan alloanamnesa.

1) Autoanamnesa

Autoanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan kepada

pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer,

karena langsung dari sumbernya (Sulistyawati, 2009).

Autoanamnesa dalam studi kasus ini dilakukan pada Ny. V.

2) Alloanamnesa

Alloanamnesa adalah anamnesa yang dilakukan pada keluarga

pasien untuk memperoleh data pasien. Ini dilakukan pada keadaan

darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan


127

data yang akurat (Sulistyawati, 2009). Alloanamnesa dalam studi

kasus ini dilakukan pada Tn. S

b. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien sistematis dengan cara:

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan

sistematik dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran

dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.

Inspeksi yang dilakukan pada Ny. V dalam kasus ini dengan cara

melihat keadaan umum, keadaan fisik dan keadaan obstetrik

pasien.

2) Palpasi

Suatu tekhnik yang menggunakan indera peraba tangan dan

jari yang merupakan suatu instrument sensitive dan dapat

digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor,

bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran. Dalam hal ini palpasi

akan dilakukan untuk mengukur nadi, posisi janin dan tinggi

fundus uteri (TFU).

3) Perkusi

Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan


128

tujuan menghasilkan suara, perkusi yang bertujuan untuk

mengidentifikasi lokasi, bentuk dan konsistensi jaringan. Pada

kasus ini perkusi akan dilakukan dalam pemeriksaan reflek

patella.

4) Auskulitasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan

suatu yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan ini akan dilakukan untuk mengetahui tekanan darah

pasien yaitu dengan menggunakan stetoskop dan denyut jantung

janin (DJJ) dengan menggunakan linex.

5) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang hendaknya dilakukan pada ibu

hamil adalah pemeriksaan hemoglobin (Hb) dalam darah pada

trimester III dan apabila ada indikasi, hendaknya melakukan

pemeriksaan protein dan glukosa urin (Mochtar, 2012).

c. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati subjek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang

berhubungan dengan kasus yang akan diambil. Observasi dapat berupa

pemeriksaan umum, fisik dan pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo,

2012). Pelaksanaan observasi pada ibu hamil, bersalin, nifas sampai

dengan BBL.
129

2. Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang langsung didapat dari responden

(Notoatmodjo, 2012). Data primer dalam studi kasus ini berupa

identitas, keadaan pasien dan hasil pemeriksaan.

b. Data sekunder

1) Studi Dokumentasi

Dokumen adalah semua bentuk informasi yang berhubungan

dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi kasus ini

dokumen merupakan buku catatan rekam medis yang didapatkan

dari Puskesmas Karanglewas.

2) Studi Kepustakaan

Kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting

dari menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan

dari buku, laporan penelitian, jurnal dan sumber terbaru yang

berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan BBL

terbitan tahun 2004-2015.

E. Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Tekhnik Pengolahan Data


130

Menurut Mengkuji (2012), tekhnik pengolahan data dalam studi

kasus ini akan dilakukan sesuai dengan manajemen kebidanan tujuh

langkah Varney yang terdiri dari:

a. Langkah I: Pengumpulan data dasar

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah untuk

mengevaluasi dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan

antara lain:

1) Keluhan pasien

2) Riwayat kesehatan pasien

3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai kebutuhan

4) Meninjau catatan baru dan cacatan sebelumnya

5) Meninjau data laboratorium.

b. Langkah II: Interpretasi data dasar

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah

menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan

sehingga ditemukan: diagnosis atau masalah. Diagnosis yang

dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan

yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan

perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan dari

hasil pengkajian.

c. Langkah III: Identifikasi diagnosis potensial


131

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah

mengidentifikasi diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian

diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi. Berdasarkan

temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi agar

diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu, bidan harus

bersiap-siap apabila diagnosis tersebut benar-benar terjadi.

d. Langkah IV: Identifikasi kebutuhan tindakan segera, konsultasi

dan kolaborasi

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan,

data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera

dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa

menunggu beberapa waktu lagi.

e. Langkah V: Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah

merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah teridentifikasi

dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi

dilihat juga dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya,


132

apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu merujuk klien.

Setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui oleh kedua belah

pihak, yaitu bidan dan pasien.

f. Langkah VI: Implementasi

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah

melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-

5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan

atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan

sendiri, bidan tetap ikut bertanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya secara asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat

bersama tersebut.

g. Langkah VII: Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah:

1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan

yang mencakup pemenuhan kebutuhan untuk menilai apakah

sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan

diagnosis.

2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

untuk mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.

2. Analisis Data
133

Analisis data dilakukan dengan menganalisis kesenjangan antara

teori dengan praktik asuhan kebidanan pada Ny. V dan By Ny. V di

Puskesmas Karanglewas.

F. Jadwal Laporan Tugas Akhir

Tabel 5. Keaslian Penelitian

No Kegiatan No Des Jan Feb Mart Apr Me Jun Jul Agst


v i
1 Pengajuan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
3 Melaksanakan
Penelitian
4 Seminar
proposal
5 Penyusunan
bab IV dan V
6 Sidang KTI
134

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL

PADA NY. V UMUR 20 TAHUN G1P0A0 UK 37 MINGGU

DI PKD PASIR KULON

I. PENGKAJIAN

Tanggal : 14 Mei 2016

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : PKD Pasir Kulon

A. Subyektif

1. Identitas Klien

Nama Ibu : Ny. V Nama Suami : Tn. S

Umur : 20 Tahun Umur : 29 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa,Indonesia Suku/Bangsa : Jawa,Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pasir Kulon 4/6 Alamat : Pasir Kulon 4/6


135

2. Keluhan Utama : tidak ada

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan yang lalu

Ibu tidak pernah mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap

kehamilan, seperti :

1) Penyakit jantung, hipertensi, varices, tromboflebtis.

2) Asma, TBC, masalah paru lain.

3) Diabetes, masalah tiroid/kelenjar Gondok.

4) Hepatitis B, masalah pada hati lainnya.

5) ISK, radang/infeksi ginjal, batu ginjal.

6) GO, sifilis, kondiloma, herpes, HIV/AIDS, penyakit kelamin

lainnya.

7) Radang/infeksi organ reproduksi, tumor/kanker organ

reproduksi (termasuk hasil pap smear abnormal)

8) Operasi yang berhubungan dengan organ reproduksi (SC,

miomektomi, cystektomi) atau operasi perut lainnya.

9) Depresi, kecemasan berat, penyakit jiwa lainnya.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu tidak sedang mengalami penyakit yang berpengaruh terhadap

kehamilan, seperti :

1) Penyakit jantung, hipertensi, varices, tromboflebtis.

2) Asma, TBC, masalah paru lain.


136

3) Diabetes, masalah tiroid/kelenjar Gondok.

4) Hepatitis B, masalah pada hati lainnya.

5) ISK, radang/infeksi ginjal, batu ginjal.

6) GO, sifilis, kondiloma, herpes, HIV/AIDS, penyakit kelamin

lainnya.

7) Radang/infeksi organ reproduksi, tumor/kanker organ

reproduksi (termasuk hasil pap smear abnormal)

8) Operasi yang berhubungan dengan organ reproduksi (SC,

miomektomi, cystektomi) atau operasi perut lainnya.

9) Depresi, kecemasan berat, penyakit jiwa lainnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit :

1) Hipertensi, penyakit jantung.

2) Diabetes

3) Kelainan/cacat bawaan

4) Penyakit jiwa.

5) TBC, hepatitis, tiphoid, herpes kulit.

6) Suami tidak pernah menderita penyakit kelamin seperti :

Sifils, GO, HIV/AIDS

7) Tidak ada riwayat kembar

8) Tidak ada riwayat preeklamsi-eklamsi pada ibu/kakak.

4. Riwayat Obstetri
137

a. Riwayat Haid

1) Menarche : 15 Tahun

2) Siklus : 28 hari, teratur

3) Lamanya : 7 hari

4) Banyaknya : Hari ke 1-2 ganti pembalut 3x, penuh

Hari ke 3-4 ganti pembalut 3x, 1/2 penuh

Hari ke 5-7 ganti pembalut 2x, bercak-

bercak

5) Sifat & Warna : Cair, warna merah tua

6) Dismenore : hari pertama haid

7) Flour Ablous : Segera setelah haid

8) HPHT : 28 Agustus 2015

HPL : 4 Juni 2016

b. Riwayat Kehamilan-Persalinan-Nifas yang Lalu

Kehamilan yang ke 1 Pernah melahirkan 0 Abortus 0 (G1 P0

A0 )

No Kehamilan Persalinan H/M,

Sht/Skt,
Tahun Frek. Penyulit UK Jenis Penolong L/P Penyulit Nifas
Umur
Persalinan +
ANC Anak,
BB
Meneteki,

1 2015 Hamil Ini


138

c. Riwayat Kehamilan Sekarang

1) TM I : ANC 2x; tempat di BPM Eci

PP Test : hasil + ;diperiksa oleh Bidan

Keluhan/Masalah : Mual, pusing

Obat / Suplementasi: Bio, Kalk, B1

Imunisasi / Penkes yang didapat : TT 2 (7 Desember 2015) /

Makan porsi kecil tapi sering

2) TM II : ANC 3x; tempat di BPM Eci

Gerakan Janin pertama kali bulan Januari 2016

Keluhan/masalah : Tidak ada

Obat/Suplementasi : Tablet Fe 1x/sehari, Vit. C

Imunisasi/Penkes yang di dapat : -/ Istirahat yang cukup,

makan bergizi, senam hamil.

3) TM III : 1x ;tempat di PKD Pasir Kulon

Gerakan janin sekarang : Kuat ; lebih dari 10x dalam 12 jam

Keluhan/masalah : Tidak ada

Obat/Suplementasi : Hemafort 1x/hari ; Vit C ; Vit B6

Imunisasi/penkes yang didapat : Tanda Bahaya Kehamilan

Kunjungan ini:

(a) Tanda bahaya kehamilan : tidak ada


139

(b) Gerakan janin : (+) kuat, lebih dari 12x dalam sehari

(c) Keluahan : tidak ada

5. Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah memakai alat kontasepsi.

Rencana KB setelah bersalin : IUD

6. Riwayat Perkawinan

1) Status perkawinan menikah sah; pernikahan pertama; sudah

berjalan 1 tahun

2) Ibu mengatakan hubungan dengan suami baik.

7. Pola Hidup Keseharian

a. Pemenuhan Nutrisi

1) Sebelum Hamil

a) Makan

1) Frekuensi makan pokok : 3x perhari

2) Komposisi :

Nasi : 3x @ 1 piring sedang

Lauk : 3x @ 1-2 potong sedang ;

bervariasi (Nabati dan Hewani )

3)Cemilan : 1x sehari, jenisnya gorengan

4) Pantangan : Tidak ada

b) Minum

Jumlah total 6-7 gelas perhari ; jenisnya air putih


140

2) Perubahan selama hamil

Makan kadang lebih dari 3x sehari

Ibu minum susu hamil 1x sehari

b. Eliminasi

1) Sebelum Hamil

a) Buang Air Kecil

(1) Frekuensi perhari : 5x ; warna jernih kekuningan ;

tidak ada masalah

b) Buang Air Besar

(1) Frekuensi perhari : 1x ; warna kuning kecoklatan ;

lembek

(2) Tidak ada masalah

2) Perubahan selama hamil

Frekuensi Buang Air Kecil meningkat menjadi 7-8x sehari

c. Personal Hygiene

1) Sebelum Hamil

(1) Mandi 2x sehari

(2) Keramas 3x seminggu

(3) Gosok gigi 2x sehari

(4) Ganti pakaian 2x sehari ; Celana dalam 2x sehari

(5) Kebiasaan memakai alas kaki : ada jika keluar rumah

2) Perubahan selama hamil : Tidak ada


141

d. Hubungan Seksual

1) Sebelum Hamil

Frekuensi : 3x seminggu

2) Perubahan selama hamil

Frekuensi : 2x seminggu

e. Istirahat Tidur

1) Sebelum hamil

(a) Tidur malam 7 jam

(b) Tidur siang tidak pernah

(c) Tidak ada masalah dengan tidur

2) Perubahan selama hamil

Tidur siang 2 jam

f. Aktivitas Fisik dan Olahraga

1) Sebelum hamil

(a) Ibu tidak pernah berolah raga secara khusus

2) Perubahan Selama hamil

(a) Ibu berolah raga jalan-jalan pagi

g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan

1) Ibu tidak pernah merokok, minum-minuman beralkohol,

atau minum jamu.

2) Minum obat hanya jika sakit dan sesuai resep dokter.

8. Data Psikososial-spiritual-kultural-ekonomi
142

a. Kehamilan ini diharapkan oleh ibu dan suami, keluarga senang

dan sangat mendukung kehamilan ini

b. Mekanisme Koping : Jika mengalami masalah, ibu selalu

membicarakan dengan suami dan seringkali dengan

musyawarah keluarga untuk pemecahannya.

c. Ibu tinggal serumah dengan suami dan ibu kandung

d. Hewan peliharaan : tidak ada

e. Pengambilan keputusan utama dalam keluarga : suami, dalam

kondisi emergensi ibu dapat mengambil keputusan sendiri.

f. Orang terdekat ibu adalah suaminya.

g. Untuk kunjungan ANC ibu selalu ditemani oleh suaminya.

h. Ibu melakukan adat jawa ‘ngupati’ atau 4 bulanan dan ‘mitoni’

atau 7 bulanan dengan harapan anak yang dikandungnya selalu

sehat.

i. Tempat pertolongan persalinan yang di inginkan : Puskesmas

Karanglewas

j. Praktik agama yang berhubungan dengan kehamilan :

1) Ibu taat menjalankan ibadah menurut agama islam

2) Kebiasaan puasa pada bulan Ramadhan semampunya.

3) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan : ibu dapat

menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang

diberikan nakes wanita maupun pria.


143

k. Tingkat Pengetahuan Ibu : Ibu sudah mengetahui tentang

tanda bahaya kehamilan.

Ibu belum megetahui tentang persiapan persalinan dan tanda-

tanda persalinan.

B. Objektif

1. Pemeriksaan Fisik Umum

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tekanan darah : 110/70 mmHg

4) Pernafasan : 24x/menit

5) Nadi : 84x/menit

6) Suhu : 36,2℃

7) Berat Badan Sekarang : 70 kg

8) Tinggi Badan : 159 cm

9) Kenaikan berat badan : 19 kg

10) LILA : 26 cm

2. Status Present

a. Kepala dan Muka

(1) Rambut : Bersih, tidak mudah rontok


144

(2) Mata : Simetris, tidak ada oedema pada kelopak mata,

konjungtiva merah muda, pandangan tidak kabur, sklera

putih

(3) Hidung : Tidak ada polip, tidak ada oedema mukosa,

bersih

(4) Mulut : Bibir tidak pecah-pecah,mukosa mulut tidak

sianosis, gigi bersih, tidak ada stomatitis, epulis, lidah

bersih warna merah muda.

(5) Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada tanda-

tanda infeksi, tak ada pengeluaran sekret.

b. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.

c. Dada dan Mamae

(1) Inspeksi : Simetris, tidak ada sesak nafas, tidak ada

retraksi otot pernafasan

(2) Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar limfe

aksilaris, mammae tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.

d. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada

pembesaran pada hepar dan limpa, serta tidak ada nyeri pada

daerah ginjal.

e. Ekstremitas
145

(1) Atas : Tidak ada oedema, tidak ada luka bekas

tusukan jarum, kuku tidak sianosis.

(2) Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada memar, tidak ada

varices, tidak sianosis dibawah kuku, homan sign ka/ki :

-/-, reflek patela ka/ki +/+

f. Genetalia eksterna dan anus

(1) Tidak ada lecet, tidak ada memar, tidak ada oedema

vulva, kelenjar bartholini/skene normal.

(2) PPV ( Pengeluaran pervaginam) : tidak ada

(3) Anus tidak ada hemoroid

3. Status Obstetrik

a. Inspeksi

(1) Muka : tidak ada chloasma gravidarum

(2) Mammae : tegang, membesar, hiperpegmentasi areola,

penonjolan kelenjar montgomeri, pappila menonjol,

sudah keluar kolostrum.

(3) Abdomen : membesar, memanjang, ada linea nigra, dan

tampak striae gravidarum.

(4) Genetalia : tidak ada pengeluaran pervaginam.

b. Palpasi Leopold

Leopold I

(1) TFU : pertengahan pusat –PX


146

(2) Daerah fundus teraba 1 bagian lunak, kurang bulat, tidak

melenting

Leopold II

(1) Sebelah kanan teraba 1 bagian keras memanjang,

memberikan tahanan seperti papan.

(2) Sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold III

(1) Bagian bawah teraba 1 bagian keras, bulat

(2) Sudah tidak bisa digoyangkan

Leopold IV

(1) Bagian terendah janin sudah masuk PAP

TFU menurut Mc.Donald : 29 cm

TBJ : (29-11) x 155 = 2790 gram

c. Auskultasi

Frekuensi DJJ 142x/menit, teratur, punctum maksimum kanan

bawah pusat ibu, jumlah 1.

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan kadar hemoglobin: 11,2 gr%

b. Pemeriksaan urine:

1) Protein urin : negative (-)


147

2) Glukosa urin : negative (-)

II. INTERPRETASI DATA

1. Diagnosa Kebidanan

Ny. V umur 20 tahun, G1P0A0 hamil 37 minggu, janin tunggal, hidup,

intrauterin, puka, presentasi kepala, bagian terendah janin sudah masuk

PAP.

a. Data Dasar

Ibu mengatakan bernama Ny. V berumur 20 tahun

Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan

belum pernah keguguran.

HPHT : 28 Agustus 2015 HPL : 4 Juni 2016

Gerakan Janin dirasakan kuat ; lebih dari 10x dalam 12 jam

b. Data Objektif

a. Muka : tidak ada chloasma gravidarum

b. Mammae : tegang, membesar, hiperpegmentasi areola, penonjolan

kelenjar montgomeri, pappila menonjol, sudah keluar kolostrum.

c. Abdomen : membesar, memanjang, ada linea nigra, dan tampak

striae gravidarum.

d. Genetalia : tidak ada pengeluaran pervaginam.

Palpasi Abdomen :

Leopold I
148

TFU : pertengahan pusat –PX

Daerah fundus teraba 1 bagian lunak, kurang bulat, tidak melenting.

Leopold II

1) Sebelah kanan teraba 1 bagian keras, memanjang, memberikan

tahanan seperti papan.

2) Sebelah kiri teraba bagian kecil-kecil janin

Leopold III

1) Bagian bawah teraba 1 bagian keras, bulat, dan melenting

2) Tidak bisa digoyangkan

Leopold IV

1) Bagian terendah janin sudah masuk PAP

Auskultasi : DJJ 142x/menit teratur, PM kanan bawah pusat ibu,

jumlah 1

c. Masalah : Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL

Tidak ada

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA-KONSULTASI-KOLABORASI

Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 14 Mei 2016


149

Jam : 11.20 WIB

1. Informasikan kepada ibu dari hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam

keadaan baik

2. Beritahu ibu tentang persiapan persalinan

3. Beritahu ibu tentang tanda-tanda persalinan

4. Berikan suplementasi dan cara minum

5. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau bila ada

keluhan

VI. IMPLEMENTASI

Tanggal : 14 Mei 2016

1. Pukul 11.23 WIB

Menginformasikan kepada ibu bahwa dari hasil pemeriksaan ibu dan janin

dalam keadaan baik

2. Pukul 11.25 WIB

Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan setelah memasuki umur

kehamilan 7/8 bulan ibu sudah mempersiapkan barang yang akan dibawa

untuk bersalin yaitu barang untuk bayi meliputi baju, bedong, gerita,

selimut, sarung tangan dan kaki bayi, handuk, sabun bayi, minyak telon.

Dan untuk perlengkapan ibu yaitu baju ibu, celana dalam, pembalut, jarit 5

set dan perlengkapan lain yang dibutuhkan oleh ibu. Barang bawaan

tersebut disiapkan didalam tas dan di letakkan ditempat yang mudah


150

terjangkau. Apabila ibu terasa kenceng-kenceng bisa langsung dibawa

ketempat bersalin. Siapkan pendonor darah yang cocok apabila terjadi

kegawatdaruratan, dan siapkan kendaraan untuk mengantar ke puskesmas.

3. Pukul 11.30 WIB

Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu yang pertama perut

mulas secara teratur, sakit dari pinggang sampai ke perut; yang ke dua

mulasnya sering dan lama, yaitu 2-3x merasakan mules, lamanya 15-45

detik atau lebih dalam 10 menit berarti itu sudah ada pembukaan; yang ke

tiga keluar lender bercampur darah dari jalan lahir, hal ini terjadi karena

kepala bayi semakain turun dan menekan pembuluh darah yang ada di

jalan lahir maka keluarlah darah; yang ke empat keluar air ketuban dari

jalan lahir, pecahnya ketuban yang normal adalah ketuban pecah saat

pembukaan sudah lengkap, yang tidak normal adalah ketuban pecah

sebelum ada pembukaan atau pecah lebih dari 8 jam sebelum bayi lahir.

4. Pukul 11.35 WIB

Memberikan suplementasi Etabion 1x1 di minum sesudah makan

5. Pukul 11.37 WIB

Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau bila

ada keluhan

VII. EVALUASI

Tanggal : 14 Mei 2016


151

1. Pukul 11.24 WIB

Ibu sudah mengetahui bahwa keadaan ibu dan janin baik

2. Pukul 11.29 WIB

Ibu sudah mengetahui persiapan persalinan, dan ibu dapat menjelaskan

kembali informasi yang sudah disampaikan.

3. Pukul 11.34 WIB

Ibu sudah mengetahui tentang tanda-tanda persalinan, dan ibu dapat

menjelaskan kembali informasi yang sudah disampaikan.

4. Pukul 11.36 WIB

Ibu sudah mendapatkan supplement.

5. Pukul 11.38 WIB

Ibu bersedia untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau bila ada

keluhan.
152

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 04.45 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas

S :

Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng sejak tanggal 28 Mei 2016 jam

23.00 WIB dan keluar lendir darah dari jalan lahir sejak jam 03.30 WIB tetapi

belum keluar air dan ibu mengatakan cemas. Ibu mengatakan makan terakhir

tanggal 28 Mei 2016 jam 20.00 WIB jenis nasi dan lauk pauk, minum terakhir

tanggal 29 Mei 2016 jam 04.00 jenis air putih, BAK terakhir tanggal 29 Mei

2016 jam 04.00 WIB, BAB terakhir tanggal 28 Mei 2016 jam 07.00 WIB.

O :

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TD : 110/70 mmHg

4) Nadi : 88 x/menit

5) Pernafasan : 19 x/menit

6) Suhu : 36oC
153

7) Inspeksi :

Muka : Tidak ada chloasma gravidarum

Payudara : Ada hiperpigmentasi areola, putting menonjol,

kelenjar Montgomery tambah menonjol kolostrum

sudah keluar sedikit

Abdomen : Membesar,tidak ada linea nigra, ada strie gravidarum

Genetalia : Ada lendir darah

8) Palpasi

Leopold 1 : TFU 3 jari dibawah px, teraba satu bagian bulat, lunak

tidak melenting

Leopold II : Bagian kanan teraba satu bagian keras, memanjang

seperti ada tahanan (punggung). Bagian kiri teraba

bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)

Leopold III : Bagian bawah teraba satu bagian bulat, keras,

melenting (kepala) sudah tidak bisa digoyangkan

Leopold IV : Kepala sudah masuk panggul 3/5 bagian

9) DJJ : 140x/menit, teratur, punctum maksimum kanan bawah pusat,

jumlah 1

10) Kontraksi : 3x/10 menit lamanya 40 detik

11) Pemeriksaan Dalam :

Vulva/uretra : Tidak ada kelainan/normal

Porsio : Tipis
154

Kulit ketuban : Utuh

Pembukaan : 5 cm

Effacement : 50%

Bagian terendah : Kepala

Kaput : Tidak ada

Point of Direction : UUK

Penurunan kepala : Hodge III

Bagian menumbung : Tidak ada

Moulase : Tidak ada

STLD : (+)

A : Ny. V umur 20 tahun, G1P0A0 umur kehamilan 39 minggu 1 hari janin

tunggal, hidup intrauterine, preskep, puka, kepala sudah masuk hodge III,

inpartu kala 1 fase aktif.

P : Asuhan yang diberikan ke Ny.V adalah

1) Jam : 04.55 WIB

Memberitahukan dan menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan

yang telah dilakukan yaitu ibu dalam keadaan baik, janin baik,

pembukaan jalan lahir sudah 5 cm, ketuban utuh.

Evaluasi : Ibu mengatakan sudah tahu pemeriksaan yang telah dilakukan.

2) Jam : 04.57 WIB

Memberikan dukungan kepada ibu dengan menghadirkan orang-orang

yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga, teman dekat,
155

dukungan yang diberikan misalnya menemani, mengusap keringat,

memijat atau menggosok punggung ibu, memberikan makan dan

minuman, memberikan motivasi ibu supaya tidak cemas

Evaluasi : Rasa cemas berkurang karena ditemani oleh ibu dan suami

3) Jam : 05.00 WIB

Menganjurkan ibu untuk memilih dan menggunakan posisi tidur yang

nyaman namun sebaiknya ibu tidak sering dalam posisi tidur terlentang

lurus karena janin akan kekurangan suplai oksigen dari ibu sehingga

dapat mengakibatkan janin stress dan sebaiknya ibu tidur miring ke kiri

supaya janin cepat turun.

Evaluasi : Ibu tidur dengan posisi miring ke kiri.

4) Jam : 05.03 WIB

Menganjurkan ibu untuk beraktivitas sesuai dengan kesanggupannya

misalnya makan, minum, BAB, BAK, duduk, jongkok, tidur sesuai

dengan yang diharapkan ibu.

Evaluasi : Ibu terlihat tiduran.

5) Jam : 05.05 WIB

Menganjurkan ibu untuk makan, minum dan istirahat ketika tidak ada

kontraksi untuk mempersiapkan tenaga terhadap persalinan yang akan

dihadapinya.

Evaluasi : Ibu sudah makan dan minum serta istirahat saat tidak ada

kontraksi.
156

6) Jam : 05.08 WIB

Menganjurkan ibu untuk rileks sewaktu ada kontraksi dengan cara ibu

tarik nafas panjang, tahan nafas sebentar kemudian lepaskan perlahan

dengan cara meniup melalui mulut, tujuannya untuk mengendorkan otot-

otot dan mengurangi ketegangan saraf.

Evaluasi : Ibu berusaha untuk menggunakan teknik relaksasi sewaktu

ada kontraksi.

7) Jam : 05.10 WIB

Menyiapkan alat-alat dan obat untuk persalinan seperti patus set beserta

kelengkapannya yaitu: partus set: 1/2 kocher, gunting episiotomi,

gunting tali pusat, kasa, kom, spuit, 2 klem, umbilical klem, serta sarung

tangan steril, heating set: benang catgut, gunting, jarum heacting,

nalvoder, pinser sirugis dan anatomis, oksitosin 10 IU tetapi belum

dimasukkan dalam spuit, resusitasi set: deele, untuk bayi asfiksia siapkan

tempat datar, kain yang digulung 6 cm, lampu sorot, ambubag kalau ada,

pakaian ibu: baju ganti, handuk, celana dalam, pembalut dan kain,

pakaian bayi: baju, handuk, popok, gerita, bedong, topi, sarung tangan

dan sarung kaki. Lain-lain: partograf, waslaf, kain untuk 1/3 bokong,

celemek, topi, masker, kacamata, sepatu boot, tensimeter, dopler/linex,

kom DTT, larutan klorin, tempat sampah kotor kering dan basah, kendil.

Evaluasi : Semua kelengkapan bersalin sudah disiapkan.

8) Jam : 05.15 WIB


157

Mengobservasi keadaan umum ibu, tanda-tanda vital berupa TD setiap 4

jam, suhu setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, DJJ setiap 30 menit,

kontraksi setiap 30 menit, kemajuan persalinan setiap 4 jam yang akan

datang.

Evaluasi : Hasil observasi terlampir dalam tabel 6.

Tabel. 6 Observasi Persalinan

Tanggal/jam TD Nadi/Suhu DJJ His/Kontraksi Keterangan


29-05-2016 88x/menit 140x/menit 3x/10’ lama 40
05.15 WIB detik
05.45 WIB 85x/menit 138x/menit 3x/10’ lama 40
detik
06.15 WIB 87x/menit 138x/menit 4x/10’ lama 40
detik
06.45 WIB 84x/menit 140x/menit 4x/10’ lama 45
Detik

07.15 WIB 85x/menit 137x/menit 4x/10’ lama 45


detik
07.45 WIB 87x/menit 140x/menit 4x/10’ lama 45
detik
08.15 WIB 110/80 88x/menit 140x/menit 4x/10’ lama 50 VT : 8cm
36,50C detik Portio
tipis,lunak kk: +

08.45 WIB 84x/menit 138x/menit 5x/10’ lama 50


detik
09.15 WIB 88x/menit 137x/menit 5x/10’ lama 50 Ketuban pecah
detik spontan, warna
jernih, bau khas.
158

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 09.15 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas

S :

Ibu mengatakan bertambah mules dan ingin BAB

Ibu mengatakan seperti ada dorongan meneran pada anusnya

Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir ngepyok

O :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Nadi : 88 x/ menit

4) Pernafasan : 19 x/ menit

5) Suhu : 36,5oC

6) Tekanan darah : 110/70 mmHg

7) DJJ : 140x/menit, teratur, punctum maksimum di bawah

pusat, jumlah satu

8) Kontraksi : 5x/10 menit lama 50 detik


159

9) Inspeksi

Vulva : Membuka

Perineum : Menonjol

10) Pemeriksaan dalam

Vulva/uretra : Tidak ada kelainan/ normal

Portio : Tidak teraba

Kulit ketuban : Pecah

Pembukaan : 10 cm

Effacement : 100%

Bagian terendah : Kepala

Kaput : Tidak ada

POD : UUK jam 12

Penurunan kepala : Hodge III+

Bagian menumbung: Tidak ada

Moulase : Tidak ada

STLD : (+)

A:

Ny. V, umur 20 tahun, G1P0A0 umur kehamilan 39 minggu 1 hari, janin

tunggal hidup intrauterine, preskep, puka, kepala sudah masuk hodge III+,

inpartu kala II.

P:

Asuhan untuk Ny. V adalah:


160

1) Mengenali gejala dan tanda kala II

(1) Jam : 09.16 WIB

Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

Evaluasi : Ibu merasakan dorongan untuk mengejan, anus

membuka, perineum menonjol, vulva membuka.

2) Menyiapkan pertolongan persalinan

(2) Jam : 09.17 WIB

Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan

bayi baru lahir.

Memasang underped dibawah bokong ibu.

Evaluasi : Peralatan sudah lengkap dan ibu sudah di pasang

underrped

(3) Jam : 09.18 WIB

Memakai celemek plastik

Evaluasi : Penolong sudah menggunakan celemek

(4) Jam : 09.19 WIB

Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Evaluasi : Penolong sudah mencuci tangan dan mengeringkan

dengan kain bersih


161

(5) Jam : 09.20 WIB

Memakai sarung tangan DTT padatangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam

Evaluasi : Penolong sudah menggunakan sarung tangan DTT

(6) Jam : 09.21 WIB

Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril) pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik

Evaluasi : Oksitosin sudah disiapkan

3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

(7) Jam : 09.23 WIB

Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT

Evaluasi : Vulva sudah dibersihkan dengan kapas DTT

(8) Jam : 09.24 WIB

Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

Evaluasi : Pembukaan sudah lengkap

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan sarung

tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam


162

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan

Eveluasi : Tidak dilakukan

(10) Jam : 09.26 WIB

Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160 x/menit)

Evaluasi : DJJ 144x/menit

4) Menyiapkan ibu dan keluarga untukmembantu proses bimbingan

meneran

(11) Jam : 09.27 WIB

Memeritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan

sesuai dengan keinginannya

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui pembukaannya lengkap

(12) Jam : 09.30 WIB

Meminta keluarga menyiapkan posisi meneran

Evaluasi : Keluarga sudah menyiapkan posisi ibu untuk meneran

(13) Jam : 09.31 WIB

Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran

Evaluasi : Ibu meneran saat ada dorongan yang kuat


163

(14) Jam : 09.33 WIB

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit

Evaluasi : Ibu mengambil posisi dorsal recumbent

5) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah mebuka vulva dengan diameter 5-6 cm

Evaliasi : Tidak dilakukan

(16) Jam : 09.34 WIB

Memasang underped dibawah bokong ibu

Evaluasi : Ibu sudah dipasang underped

(17) Jam : 09.35 WIB

Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan

Evaluasi : Partus set sudah lengkap

(18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

Evaluasi : Tidak dilakukan

6) Persiapkan pertolongan kelahiran bayi Lahirnya kepala

(19) Jam : 10.00 WIB

Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi


164

dengan kain bersihdan kering. Tangan yang lain menahan kepala

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat

atau dangkal

Evaluasi : Perineum ibu sudah dilindungi dan ibu meneran

perlahan

(20) Jam : 10.12 WIB

Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil

tindakan sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran bayi

Evaluasi : Tidak ada lilitan tali pusat

(21) Jam : 10.13 WIB

Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan

Evaluasi : Kepala bayi sudah putar paksi luar

Lahirnya bahu

(22) Jam : 10.14 WIB

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

arah atas dan distal untuik melahirkan bahu belakang


165

Evaluasi : Sudah melakukan bipariental

Lahirnya badan dan tungkai

(23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kebawah kearah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas

Evaluasi : Tidak dilakukan

(24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing

mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya

Evaluasi : Tidak dilakukan

7) Penanganan bayi baru lahir

(25) Jam : 10.15 WIB

Melakukan penilaian (selintas)

Evaluasi : Bayi menangis kuat warna kemerahan

(26) Jam : 10.15 WIB

Mengeringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan

Evaluasi : Tubuh bayi sudah dikeringkan kecuali tangan


166

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 10.16 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas

S :

Ibu mengatakan masih mules

Ibu mengatakan lega karena bayinya sudah lahir dengan selamat

Ibu mengatakan badan terasa capek

O:

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Nadi : 88 x/menit

4) Pernafasan : 20 x/menit

5) Suhu : 36oC

6) Tekanan darah : 100/70 mmHg

7) Palpasi abdomen: TFU setinggi pusat, teraba bulat keras, kandung

kemih teraba kosong, kontraksi uterus baik

8) Terdapat pelepasan plasenta: uterus globuler, tali pusat bertambah

panjang, ada semburan darah dari jalan lahir.


167

A:

Ny. V umur 20 tahun, P1A0 inpartu kala III

P : Asuhan untuk Ny. V adalah

(27) Jam : 10.16 WIB

Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal)

Evaluasi : Janin teraba tunggal

(28) Jam : 10.16 WIB

Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui akan disuntik

(29) Jam : 10.16 WIB

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)

Evaluasi : Ibu sudah disuntik Oksitosin

(30) Jam : 10.17 WIB

Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama


168

Evaluasi : tali pusat sudah di klem

(31) Jam : 10.17 WIB

Memotong dan pengikatan tali pusat

Evaluasi : Sudah dilakukan pemotongan tali pusat

(32) Jam : 10.17 WIB

Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi. (IMD)

Evalausi : Bayi sudah diletakkan di dada ibu dilakukan IMD

(33) Jam : 10.18 WIB

Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi

Evaluasi : Ibu dan bayi sudah diselimuti

8) Penatalakasanaan aktif kala tiga

(34) Jam : 10.19 WIB

Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

Evaluasi : Klem sudah di pindahkan

(35) Jam : 10.20 WIB

Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,

untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

Evaluasi : Sudah dilakukan

(36) Jam : 10.20 WIB


169

Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil

tangan yang lain mendorong uterus kearah belakangatas (dorso-kranial)

secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak

lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu

hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas

Evaluasi : Sudah dilakukan dorso-kranial

Mengeluarkan plasenta

(37) Jam : 10.22 WIB

Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan

mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)

Evaluasi : Sudah dilakukan dorso-kranial hingga plasenta lepas

(38) Jam : 10.22 WIB

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan

(39) Evaluasi : Plasenta sudah lahir jam 10.23 WIB

Jam : 10.24 WIB

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan


170

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus

teraba keras)

Evaluasi : Sudah dilakukan masase utrerus

Menilai perdarahan

(40) Jam : 10.25 WIB

Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus

Evaluasi : Plasenta dan selaput ketuban utuh dan lengkap. Plasenta

sudah dimasukkan kedalam kendil

(41) Jam : 10.26 WIB

Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan

Evaliasi : Terdapat laserasi derajat 2, dan sudah dilakukan penjahitan

perineum dengan cara jelujur

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 10.35 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas


171

S :

Ibu mengatakan masih mules namun sudah berkurang

Ibu mengatakan lega karena bayi dan ari-ari sudah lahir

Ibu mengatakan badan terasa capek

O :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Nadi : 88 x/menit

4) Pernafasan : 20 x/menit

5) Suhu : 36,4oC

6) Tekanan darah : 110/80 mmHg

7) Palpasi abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, teraba bulat keras,

kandung kemih teraba kosong, kontraksi uterus baik

A : Ny. V umur 20 tahun, P1A0 inpartu kala IV

P : Asuhan untuk Ny. V adalah

Melakukan prosedur pasca persalinan

(42)Jam : 10.35 WIB

Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam
172

Evaluasi : Kontraksi uterus baik

(43)Jam : 10.35 WIB

Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam

Evaluasi : IMD hanya dilakukan selama 10 menit, hasil bayi tidak

menemukan putting susu ibu

(44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri

tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 dengan dosis 1 mg

intramuskuler di paha kiri anterolateral

Evaluasi : Tidak dilakukan

(45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B dipaha kanan anterolateral

Evaluasi : tidak dilakukan

Evaluasi

(46) Jam : 10.36 WIB

Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per

vaginam

Evaluasi : Memasase perut ibu dan kontraksi baik

(47) Jam : 10.37 WIB

Mengajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan

nilai kontraksi
173

Evaluasi : Ibu sudah paham cara masase uterus

(48) Jam : 10.38 WIB

Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan

Evaluasi : Perdarahan 150 cc

(49) Jam : 10.39 WIB

Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

pasca persalinan

Evaluasi : Hasil di tabel 7

(50) Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 oc)

Evaluasi : Tidak dilakukan

Kebersihan dan keamanan

(51) Jam : 10.40 WIB

Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit)

Evaluasi : Peralatan sudah direndam kedalam larutan klorin

(52) Jam : 10.41 WIB

Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

Evaluasi : Bahan-bahan yang terkontaminasi sudah dibuang ke

tempat sampah
174

(53) Jam : 10.42 WIB

Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering

Evaluasi : Ibu sudah dibersihakan dan sudah memakai pakaian yang

bersih dan kering

(54) Jam : 10.45 WIB

Memastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan

yang diinginkan

Evaluasi : Ibu sudah makan dan minum

(55) Jam : 10.47 WIB

Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%

Evaluasi : Tempat bersalin sudah didekontaminasi

(56) Jam : 10.48 WIB

Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit

Evaluasi : Sarung tangan sudah dicelupkan kedalam larutan klorin

(57) Jam : 10.49 WIB

Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

Evaluasi : Kedua tangan sudah dicuci


175

Dokumentasi

(58) Jam : 10.50 WIB

Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV

Evaluasi : Partograf sudah dilengkapi

Tabel 7. Evaluasi Persalinan Kala IV

Jam Waktu Tekanan Nadi Suhu TFU Kontraksi KK (ml) Perdarahan


(WIB) Darah (x/mnt) (oC) uterus
(mmHg)
1 10.50 110/70 88x/mnt 36oC 2 jari Keras Kosong 45 cc
bwh
pusat
11.05 110/70 85x/mnt 2 jari Keras Kosong 50 cc
bwh
pusat
11.20 110/70 85x/mnt 2 jari Keras Kosong 55 cc
bwh
pusat
11.35 110/80 82x/mnt 2 jari Keras Kosong 60 cc
bwh
pusat
2 12.05 110/70 80x/mnt 2 jari Keras Kosong 65 cc
bwh
pusat
12.35 110/70 80x/mnt 2 jari Keras Kosong 75 cc
bwh
pusat

DATA PERKEMBAGAN VI

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 12.40 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas


176

S:

1) Ibu mengatakan bayinya berjenis kelamin laki-laki

2) Ibu mengatakan senang dengan kelahiran anaknya

3) Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya

4) Ibu mengatakan ASInya sudah keluar sedikit

5) Ibu mengatakan bayinya baru tidur 10 menit yang lalu

6) Ibu mengatakan bayinya sudah BAK 1 kali

7) Ibu mengatakan bayinya sudah BAB

O:

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmetis

c. Nadi : 125 x/menit

d. RR : 52 x/menit

e. Suhu : 37 ᵒC

f. BB/PB : 3100 gram/48cm

g. LK/LD : 32 cm/31 cm

h. LILA : 12 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : mesochepal, sutura tertutup, fontanel anterior datar, fontanel

posterior datar, tidak ada cephal hematom dan caput seccedeneum.


177

b. Kulit : warna kemerahan, turgor elastis, ada verniks kaseosa.

c. Muka : warna kemerahan, tidak ada oedema, tidak ada rhesus

sardonikus, tidak ada tanda lahir.

d. Mata : simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih.

e. Telinga : simetris, tidak ada sekret

f. Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret

g. Mulut : bibir merah muda, lidah bersih

h. Leher : tidak ada pembesaran getah bening, tidak ada bendungan vena

jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk.

i. Dada dan axila : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening.

j. Perut : tali pusat basah, tidak ada pembesaran hepar dan lien

k. Punggung : tidak ada spina bifida

l. Ekstremitas

1) Atas : gerakan aktif, warna kuku merah muda, jumlah jari 10

2) Bawah : gerakan aktif, warna kuku merah muda, jumlah jari 10

m. Genetalian dan anus: testis sudah turun ke skrotum

Anus :berlubang

n. Reflek

1) Reflek moro : baik

2) Reflek rooting : baik

3) Reflek walking : baik


178

4) Reflek babinsky : baik

5) Reflek grasping : baik

6) Reflek sucking : baik

7) Reflek tonic neck : baik

A:

Bayi Ny. V umur 2 jam normal

P:

1) Jam : 12.42 WIB

Menjaga kehangatan bayi dengan tidak memandikan bayi sebelum 6 jam

dan membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan kering,

mengganti popok apabila basah, memakaikan topi, sarung tangan, dan

sarung kaki

Evaluasi : Kehangatan bayi sudah terjaga

2) Jam : 12.43 WIB

Menjaga kebersihan tali pusat bayi dengan membungkus tali pusat

menggunakan kasa kering steril

Evaluasi : tali pusat dalam keadaan bersih

3) Jam : 12.53 WIB


179

Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam, memberikan

ASI eksklusif secara on demand (sesuai keinginan bayi) agar bayi

mendapat asupan nutrisi yang baik

Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif pada bayi secara on

demand

4) Jam : 12.55 WIB

Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar agar bayi merasa

nyaman dan tidak tersedak yaitu:

1) Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum menetekkan

2) Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting

dan sekitarnya

3) Ibu duduk, tiduran atau berbaring dengan santai

4) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dan perut bayi menempel ke

perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara, telinga dan lengan

bayi berada pada satu garis lurus, kemudian pastikan mulut bayi

terbuka lebar sampai menutupi daerah areola

5) Cara agar mulut bayi membuka adalah dengan menyentuh putting

susu pada bibir atau pipi bayi

6) Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan putting susu

sampai daerah areola ke mulut bayi

7) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke

payudara lainnya
180

8) Jangan mencuci putting susu menggunakan sabun atau alcohol

karena dapat membuat putting kering dan luka

Evaluasi : Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar pada bayi

5) Jam : 16.00 WIB

Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan imunisasi HB0 di paha

kanan sepertiga atas bagian luar

Evaluasi : ibu sudah mengerti dan HB0 telah di suntikan bayinya

DATA PERKEMBANGAN V

Tanggal : 29 Mei 2016

Jam : 16.15 WIB

Tempat : Puskesmas Karanglewas

S :

Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan masih mules

Ibu sudah makan nasi, sayur dan minum teh manis 1 gelas

Ibu mengatakan sudah BAK 2x dan belum BAB

Ibu mengatakan sudah tidur 1 jam

O :

1) Keadaan umum : Baik


181

2) Kesadaran : Composmentis

3) Nadi : 84 x/menit

4) Pernafasan : 20 x/menit

5) Suhu : 36,6oC

6) Tekanan darah : 110/70 mmHg

7) Pemeriksaan obstetrik

Payudara : Ada hiperpigmentasi areola, putting menonjol, kelenjar

Montgomery tambah menonjol, kolostrum sudah keluar sedikit

Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong, distensia recti abdominalis tidak ada

Genetalia : Ada pengeluaran pervaginam, lochea berwarna merah dan

mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban (loche rubra)

S : Ny. V umur 20 tahun P1A0 6 jam post partum

P : Asuhan untuk Ny. V adalah

1) Jam : 16.18 WIB

Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan

Evaluasi : Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan bahwa keadaannya sehat

2) Jam : 16.19 WIB

Mengobservasi KU, TTV, perdarahan, lochea dan kontraksi uterus.

Evaluasi : KU baik, TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/ menit, R : 22

x/menit, S : 36,5 oC, kontraksi uterus bauk, TFU 2 jari dibawah pusat,

fundus teraba bulat keras, perdarahan 50 cc, lochea rubra


182

3) Jam : 16.21 WIB

Memberikan terapi Vit.A (1x1), Hemafort (1x1), Asam Mefenamat

(3x1), Amoxilin (3x1)

Evaluasi : ibu sudah mendapatkan terapi Vit A, Hemafort, Asam

Mefenamat, Amoxilin

4) Jam : 16.22 WIB

Menganjurkan ibu makan makanan yang mengandung cukup protein dan

kandungan gizinya baik supaya luka jahitan jalan lahir cepat pulih dan

tidak memantang makanan

Evaluasi : Ibu bersedia tidak memantang makanan

5) Jam : 16.23 WIB

Menyarankan ibu untuk duduk dan jalan-jalan supaya kondisi tubuhnya

cepat kembali seperti semula

Evaluasi : Ibu sudah duduk dan jalan-jalan

6) Jam : 16.24 WIB

Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup dan tetap melakukan tidur

siang saat bayinya tidur

Evaluasi : Ibu mau istirahat


183

A. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan kebidanan komprehenshif pada

Ny V dan bayi Ny. V di Puskesmas Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun

2016 menggunakan asuhan kebidanan menurut Varney, yang terdiri dari tujuh

langkah yaitu pengkajian data dasar, interpretasi data, diagnosa potensial,

tindakan segera, rencana tindakan, pelaksaaan dan evaluasi. Adapun urutannya

sebagai berikut:

1. Pengkajian Data Dasar

Pengkajian adalah langkah vital yang dipakai dalam menerapkan

asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan

informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasikan

keadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus ini, penulis melakukan

pengkajian pada ibu hamil yaitu Ny. V dan didalamnya didapatkan hasil

sebagai berikut:

a. Data Subjektif

1) Data Subjektif Kehamilan

a) Identitas Pasien

Nama : Nama ibu pada pengkajian ini adalah Ny. V.

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam

memberikan penanganan (Ambarwati, 2008).


184

Umur : Anamnesa klien didapatkan hasil bahwa Ny.

V berumur 20 tahun. Umur adalah usia

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup

umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir

dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat

yang lebih dewasa akan lebih percaya dari

pada orang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2008). Umur 20

sampai 32 tahun merupakan usia yang terbaik

untuk mengandung dan melahirkan (Hartono,

2004). Pada data pengkajian subjektif telah

didapatkan hasil bahwa umur Ny. V adalah

20 tahun, pada usia tersebut merupakan usia

yang baik untuk mengandung dan melahirkan

sehingga umur Ny. V merupakan usia yang

aman untuk hamil dan melahirkan sehingga

sesuai dengan teori yang telah dijabarkan oleh

Hartono.
185

Agama : Agama yang dianut Ny. V adalah Agama

Islam. Agama untuk mengetahui keyakinan

pasien tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa

(Ambarwati, 2008).

Pendidikan : Pendidikan ibu adalah SMP. Pendidikan

berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwarti, 2008).

Suku/bangsa : Suku bangsa ibu adalah Jawa. Suku/bangsa

berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari (Ambarwati, 2008).

Pekerjaan : Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan

untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian.

Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau

pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu

yang lebih sedikit untuk memperoleh informasi

(Depkes RI, 1996). Dengan adanya pekerjaan

seseorang akan memerlukan banyak waktu dan


186

memerlukan perhatian. Masyarakat yang sibuk

hanya memiliki sedikit waktu untuk

memperoleh informasi, sehingga pengetahuan

yang mereka peroleh kemungkinan juga

berkurang (Notoatmodjo, 2007).

Alamat : Alamat ibu adalah Desa Pasir Kulon Rt 4 Rw

6, Kecamatan Karanglewas. Alamat ditanyakan

untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan dengan maksud untuk

mempermudah hubungan.

b) Alasan Kunjungan

Dalam kasus Ny. V ibu mengatakan alasan datang karena sudah

jadwalnya untuk kontrol kehamilan. Sesuai dengan teori Varney (2007)

bahwa alasan kunjungan dikaji untuk mengetahui apa tujuan klien datang

ke tempat pelayanan kesehatan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

c) Keluhan utama

Ny. V mengatakan tidak ada keluhan apapun saat ini. Keluhan utama

merupakan keluhan yang paling dirasakan klien pada saat pengkajian

(Nursalam, 2008). Keluhan TM III adalah sesak nafas, insomnia, sering

kencing, kram kaki, kontraksi Braxton hicks, oedema, varises dan

haemoroid.
187

d) Riwayat kesehatan

Pada kasus ini ibu tidak sedang menderita penyakit menurun, menular

dan menahun seperti teori Sujiatini (2009) bahwa untuk mengetahui

penyakit saat ini (jantung, hipertensi, DM, HIV/AIDS, kanker), penyakit

sistemik (jantung, asma, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsy) dan penyakit

pada keluarga (TBC, Heptitis, jantung, DM dan keturunan kembar). Jadi

dapat disimpulkan tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

e) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat Menstruasi

Pada kasus Ny. V riwayat menstruasi yang meliputi menarche,

siklus, banyaknya, sifat dan warna, dismenorhea, flour albus dalam

keadaan normal. Ny. V mengatakan HPHT tanggal 28 Agustus 2015

dan HPL tanggal 4 Juni 2016. Seperti teori yang dijelaskan oleh

Mochtar (1998), riwayat menstruasi dikaji data mengenai menarche,

siklus, lama, banyaknya, sifat dan warna, dismenorhea, flour albus

dan kapan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) diketahui maka dapat

dijabarkan taksiran tangal persalinan memakai rumus naegele: hari

+7, bulan -3, tahun +1. Apakah umur kehamilannya cukup bulan atau

sesuai dengan Hari Perkiraan Lahir (HPL).

Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

(2) Riwayat kehamilan sekarang


188

Ny. V mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya

sebanyak 9 kali. Ny. V mengatakan periksa hamil pada trimester 1

dilakukan 2 kali, pada trimester II dilakukan 3 kali dan pada trimester

III sebanyak 4 kali. Dalam teori Manuaba (2009) kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu pada

trimester I sebanyak 1 kali, pada trimester II sebanyak 1 kali, dan

pada trimester III sebanyak 2 kali. Kunjungan yang dilakukan oleh

klien sudah teratur dalam memeriksakan kehamilannya sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dan pelaksanaan yang sudah

dilakukan Ny. V.

(3) Riwayat persalinan dan nifas yang lalu

Ny. V mengatakan belum pernah hamil, bersalin maupun nifas.

Hal ini dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki riwayat

obstetrik yang buruk atau tidak baik dalam kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu, sehingga bila memang ibu memiliki riwayat obstetrik

yang buruk maka dapat dipersiapkan tindakan-tindakan untuk

pencegahan (Sulaiman, 2005).

(4) Riwayat kehamilan sekarang

Pada kasus Ny. V ANC dilakukan 2 kali saat trimester I, 3 kali

saat trimester II dan 4 kali saat trimester III. Suplementasi yang

didapatkan selama hamil berupa tablet tambah darah dan Vitamin.

Pemberian imunisasi TT. Gerakan janin pertama kali dirasakan pada


189

usia kehamilan 18 minggu. Tidak ada keluhan yang dirasakan selama

hamil. Pendidikan kesehatan yang didapatkan dari TM I sampai TM

III adalah istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, tanda-tanda

persalinan dan persiapan persalinan. Pengkajian pada riwayat

kehamilan sekarang diantaranya adalah frekuensi pemeriksaan

kehamilan, waktu PP test, obat/suplemen yang telah diterima,

pemeberian imunisasi TT, keluhan dalam kehamilan, gerakan janin

dan pendidikan kesehatan yang didapat (Saifuddin, 2010). Namun

pada kasus ini pemberian imunisasi TT hanya dilakukan 2x saja,

alasan bidan karena pada saat capeng dan ANC ke-2 sudah diberikan

imunisasi TT dan imunisasi selanjutnya tidak diberikan. Ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

(5) Riwayat KB

Ny. V belum pernah menggunakan alat kontrasepsi. Rencana

KB setelah bersalin adalah IUD. Menurut teori Sujiyatini (2009), alat

kontrasepsi yang pernah dipakai dan lamanya, kapan terakhir

berhenti, alasan berhenti, keluhan/masalah, rencana KB setelah

bersalin. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

(6) Riwayat Perkawinan

Ny. V mengatakan status perkawinan sah, pernikahan pertama,

sudah berjalan 1 tahun, hubungan dengan suami baik. Dalam teori

Sujiyatini (2009), status perkawinan menikah/tidak menikah,


190

pernikahan ke berapa, lama menikah, hubungan dengan suami. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

(7) Pola Kehidupan Sehari-hari

Pada kasus Ny. V dalam kehidupan sehari-hari pola nutrisi,

eliminasi, personal hygiene, hubungan seksual, istirahat/tidur,

aktivitas fisik dan olah raga, kebiasaan yang merugikan kesehatan,

data psikososial-spiritual-kultural-ekonomi dalam keadaan normal.

Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

2) Data subjektif persalinan kala I

Pada studi kasus ini, Ny. V mengatakan kenceng-kenceng teratur

sejak tanggal 28 Mei 2016 jam 23.00 WIB dan keluar lendir darah dari

jalan lahir tanggal 29 Mei 2016 jam 03.30 WIB tetapi belum keluar air

ketuban. Ibu mengatakan makan terakhir tanggal 28 Mei 2016 jam

20.00 WIB jenis nasi dan lauk pauk, minum terakhir tanggal 29 Mei

2016 jam 04.00 WIB. Ibu mengatakan BAK terakhir tanggal 29 Mei

2016 jam 04.00 WIB dan BAB terakhir tanggal 28 Mei jam 07.00 WIB.

Ibu mengatakan terakhir tidur tanggal 28 Mei 2016 jam 14.00–15.30

WIB. HPHT 28-08-2015 dan HPL 04-06-2016. Ibu mengatakan keluar

cairan dari jalan lahir jam 09.15 WIB.

Hal ini merupakan masa persalinan kala I yang data subjektifnya

berupa pernyataan ibu tentang keluhan yang dirasakan menjelang

persalinan. Keluhan yang muncul pada kala I adalah sudah mulai


191

kenceng-kenceng teratur, selaput ketuban sudah pecah atau belum,

keluar lender darah, terakhir makan dan minum, terakhir BAB dan BAK

(JNPK-KR, 2008) Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

3) Data Subjektif Persalinan Kala II

Data Subjektif Persalinan Kala II, dimana Ny. V mengatakan

bertambah mules dan ingin BAB, seperti ada dorongan meneran pada

anusnya, keluar cairan dari jalan lahir ngepyok. Pada teori JNPK-KR

(2008), ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan

regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, ibu merasa

mau buang air besar, keluar lendir bercampur darah. Pengeluaran cairan

dari jalan lahir ngepyok (ketuban) ibu bersalin berbeda-beda, pecahnya

ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap ada juga yang belum

lengkap, tergantung dari situasi dan kondisi ibu. Hal ini masih dalam

keadaan normal karena ibu sudah memasuki masa persalinan.

Berdasarkan hal itu, terdapat kesesuaian antara praktik dan teori dimana

keluhan Ny.V merupakan tanda bahwa ibu memasuki kala II.

4) Data Subjektif Kala III

Data Subjektif Kala III pada kasus ini yang mana Ny. V

mengatakan lega karena bayinya sudah lahir dengan selamat, perutnya

terasa mules. Hal ini sesuai dengan teori Mochtar (2012) yaitu merasa

senang dan bersyukur atas kelahiran bayinya, perutnya terasa mules dan
192

tersa keluar darah dari jalan lahir. Hal yang dirasakan Ny.V merupakan

tanda bahwa ibu memasuki kala III.

5) Data Subjektif Kala IV

Data Subjektif Kala IV pada kasus ini yang mana Ny. V mengatakan

masih mules namun sudah berkurang, merasa lega karena bayi dan ari-

ari sudah lahir, ibu masih terasa capek. Hal ini sesuai dengan teori

Mochtar (2012), yaitu ibu merasa senang karena bayi dan ari-arinya

sudah lahir, ibu mengatakan lelah dan capek, masih merasa mules.

Berdasarkan pernyataan tersebut terdapat kesesuaian antara praktik dan

teori.

6) Data Subjektif Bayi Baru Lahir 2 Jam

Pada kasus ini Ny.V mengatakan bahwa bayinya berjenis kelamin

laki-laki, bayinya menyusu dengan baik, bayinya sudah BAK 1x, dan

BAB 1x. Dalam teori yang dijelaskan oleh Dewi, V.N.L ibu mengatakan

telah melahirkan anaknya 2 jam yang lalu, bayinya sudah diberikan

salep mata dan vit. K, ibu mengatakan bayinya berjenis kelamin

perempuan/laki-laki, sudah IMD, bayi sehat dan mulai menyusu.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena ibu tidak

mengatakan bayinya lahir 2 jam yang lalu, bayinya sudah diberikan

salep mata dan vit.K hal ini karena bidan yang melakukan dan

menangani sehingga ibu tidak mengatakannya. Pemberian HB0 yang

seharusnya dilakukan 1 jam setelah vit. K tetapi pada kasus diberikan 6


193

jam setelah lahir karena bidan masih mengikuti peraturan imunisasi

HB0 diberikan dalam 12 jam setelah lahir.

7) Data Subjektif Nifas 6 Jam

Pada Ny. V mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan

perutnya masih terasa mules, sudah makan nasi, sayur dan minum teh

manis 1 gelas, sudah BAK 2x ke kamar mandi dan belum BAB, sudah

bisa ke kamar mandi sendiri, ibu juga sudah tidur selama 1 jam. Mules

yang dirasakan Ny. V merupakan hal normal karena proses involusi

uterus, Ny. V sudah BAK 2x ke kamar mandi menunjukan bahwa

mobilisasi Ny. V baik. Data subyektif saat 6 jam post partum yaitu

berisi keluhan yang dirasakan pasien. Ibu masih merasa perutnya masih

mules, perubahan makan, istirahat, BAK, BAB, mobilisasi (Saleha,

2009). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

b. Data Objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008). Data objektif terdiri dari

pemeriksaan umum, status present, status obstetrik dan pemeriksaan

penunjang.

1) Data Objektif Kehamilan

a) Keadaan Umum

Pada kasus Ny. V tingkat kesadarannya baik, dibuktikan dengan

ibu bisa merespon setiap pertanyaan dan bisa mencermati


194

nasehat yang diberikan. Seperti teori yang dijelaskan oleh

Prihardjo (2007), untuk mengetaui keadaan umum apakah baik,

sedang, jelek. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

b) Tanda Vital

(1) Tekanan Darah

Pada Ny.V didapatkan Tekanan darah 110/70 mmHg.

Tekanan darah normal untuk sistolik 90-120, diastolik 60-80

(Yuni Kusmiyati dkk, 2009). Sehingga Ny.V tidak

mengalami masalah atau tanda bahaya dalam kehamilan.

(2) Suhu

Pada Ny. V didapatkan suhu 36,2˚C dan tidak mengalami

infeksi. Mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan

febris/infeksi dengan menggunakan skala derajat celcius.

Suhu wanita hamil tidak lebih dari 38oC (Winkjosastro,

2008). Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

(3) Nadi

Nadi pada Ny.V didapatkan 84x/menit karena Ny.V tidak

memiliki penyakit jantung maka didapatkan nadi dalam

batas normal. Hal ini untuk mengetahui nadi pasien yang

dihitung dalam menit. Batas normalnya 69-100 x/ menit


195

(Perry, 2005). Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

(4) Pernapasan

Pernapasan pada Ny. V didapatkan 24x/menit. Batas normal

pernapasan adalah 12-20x/ menit (Perry, 2005). Maka

didapatkan pernapasan dalam batas normal. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

c) Berat Badan

Berat badan Ny. V saat diperiksa adalah 70 kg dan berat

badan Ny. V selama hamil adalah 19 kg. Berat badan ideal

calon ibu saat hamil antara 45-65kg (Suririnah, 2008). Pada

saat hamil ibu biasanya mengalami peningkatan berat badan

sekitar 11-12 kg mulai dari awal kehamilan sampai akhir

kehamilan.

Berdasarkan teori tersebut, diketahui bahwa kenaikan berat

badan ibu sudah mengalami kenaikan yang tinggi, namun

jika dilihat dari ukuran TFU maka berat badan ibu tidak

terlalu berpengaruh terhadap berat badan janin sehingga

masih dalam kondisi aman.

d) LILA

Pada Ny.V didapatkan LILA 26 cm, maka Ny. V tidak

mengalami KEK. LILA minimal untuk ibu hamil 23,5cm


196

(Suririnah, 2008). Tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

e) Status Present

Dalam pemeriksaan fisik Ny. V yang meliputi kepala, leher,

dada dan axila, abdomen, ekstremitas atas dan bawah,

genetalia eksterna dan anus ibu dalam kondisi normal.

Seperti teori yang dijelaskan oleh Nursalim (2008),

pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

f) Status Obstetrik

Pada status obstetrik Ny. V dari inspeksi, palpasi, auskultasi,

dan pemeriksaan penunjang ibu dalam keadaan normal. Ny.

V, diketahui bahwa presentasi janin adalah kepala dan sudah

masuk panggul dengan tinggi fundus uteri sebesar 29 cm.

berdasarkan TFU tersebut, maka TBJ sebesar 2790 gram dan

sudah memenuhi batas normal. Pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada Ny. V dalam batas normal dengan hasil Hb

11,2 gr%, protein dan glukosa urine negatif. Pemeriksaan

kadar hemoglobin pada kunjungan pertama dan pada usia

diatas 28 minggu. Pemeriksaan urine untuk protein dan

glukosa atas indikasi.(Sumarni dkk, 2013). Terdapat


197

kesenjangan teori dan praktek dalam kasus pemeriksaan

penunjang yang seharusnya pemeriksaan protein dan

glukosa urin atas indikasi, tetapi hal ini untuk mengetahui

ibu dalam keadaan normal atau tidak di Trimester III.

2) Data Objektif Persalinan Kala I

Pada Ny. V keadaan umum baik, TTV dalam keadaan normal.

Pemeriksaan fisik inspeksi normal, palpasi TFU 3 jari dibawah px,

puka, preskep, kepala sudah masuk panggul 3/5 bagian, DJJ

140x/menit, kontraksi 3x/10 menit lama 40 detik. Pemeriksaan

dalam vulva dan vagina normal, porsio tipis, KK utuh, pembukaan

5cm, effacement 50%, bagian terendah kepala, kaput tidak ada,

POD UUK, penurunan kepala Hodge III, bagian menumbung

tidak ada, moulase tidak ada, STLD (+). Pemeriksaan dalam

didapatkan pada saat pertama datang sudah ada pembukaan

serviks yaitu 5 cm, berarti Ny.V sudah masuk dalam persalinan.

Data obyektif pada persalinan kala I berisi tentang tanda-tanda

vital, pemantauan kemajuan persalinan. Misalnya TTV dalam

batas normal, dan pemeriksaan dalam batas normal dan

pemeriksaan pembukaan, kulit ketuban pecah/utuh, pemeriksaan

kontraksi berapa kali dalam 10 menit dan lamanya, pemeriksaan

DJJ (JNPK-KR, 2008). Tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.
198

3) Data Objektif Persalinan Kala II

Pada Ny. V keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

TTV normal, DJJ 149x/menit teratur, kontraksi 5x /10 menit lama

50 detik. Pemeriksaan obstetrik yang dilakukan pada Ny.V berupa

pemeriksaan umum, pemeriksaan obstetrik dalam batas normal

dan pemeriksaan dalam adalah 10 cm. Data obyektif pada

persalinan kala II sama dengan kala I yaitu terdiri dari

pemeriksaan umum, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan

dalam, yang mana pada kala II berisi tentang kemajuan persalinan

seperti tanda-tanda kala II yaitu dorongan meneran, tekanan pada

anus, perineum menonjol, vulva dan sfinger ani membuka,

pembukaan, his dan pemeriksaan DJJ (JNPK-KR, 2008). Hal ini

merupakan tanda bahwa Ny. V memasuki kala II yang dimulai

dari pembukaan 10 cm sampai bayi baru lahir. Tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

4) Data Objektif Kala III

Data obyektif pada kasus Ny.V keadaan umum baik, kesadaran

composmentis, TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, kandung

kemih kosong, dan terdapat pelepasan plasenta yaitu uterus

globuler, talipusat memanjang, ada semburan darah dari jalan

lahir. Data obyektif pada kala III berisi tentang tanda-tanda vital,

TFU, kontraksi, kandung kemih kosong/tidak, jumlah perdarahan,


199

tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah panjang,

uterus menjadi globuler, ada semburan darah secara tiba-tiba

(JNPK-KR, 2008). Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

5) Data Objektif Kala IV

Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus Ny. V adalah

pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetrik. Pada pemeriksaan

obstetrik ditemukan adanya perdarahan dimana darah yang

dikeluarkan ibu sebanyak ± 150 cc. Data obyektif pada kala IV

berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetrik (Varney,

2007). Menurut Sumarah dkk (2008), perdarahan dianggap masih

normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus.

6) Data Objektif Bayi baru lahir 2 Jam

Pada kasus Ny.V pemeriksaan yang dilakukan berupa tanda-

tanda vital dalam keadaan normal, pemeriksaan fisik pada bayi

dan reflek bayi normal.

Data obyektif pada bayi baru lahir 2 jam berisi tentang

pengkajian data secara obyektif melalui pemeriksaan inspeksi dan

auskultasi yang dilakukan secara berurutan. Keadaan umum,

tanda-tanda vital, pengukuran antropometri, reflek pada bayi,


200

pemeriksaan fisik (Sarwono, 2002). Tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek.

7) Data Objektif Nifas 6 Jam

Pada kasus Ny.V didapatkan hasil pemeriksaan KU baik, TTV

normal, satus obstetri normal TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi

uterus keras, perdarahan pervaginam ± 150 cc.

Data obyektif saat 6 jam post partum pada ibu berisi tentang

hasil dari pemeriksaan diantaranya: keadaan umum, tanda-tanda

vital, pemeriksaan fisik, pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi

(JNPK-KR, 2008). Tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktek.

2. Interpretasi Data

Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk

kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus (Varney, 2007).

a. Interpretasi Data Kehamilan

Data yang telah dikumpulkan pada kasus Ny.V dapat ditegakan

diagnosa sebagai berikut: Ny. V, G1P0A0, umur 20 tahun, umur

kehamilan 39 minggu 1 hari, janin tunggal, hidup intrauterin,

presentasi kepala, punggung kanan, bagian terendah sudah masuk

PAP. Dalam teori Varney (2007), Ny. …, G …, P … A …, Umur …

tahun, umur kehamilan …minggu, janin tunggal, hidup intra uterine,


201

preskep, puka/puki, bagian terendah sudah masuk PAP/belum. Tidak

ada kesenjangan antara teori dan kasus

b. Interpretasi Data Persalinan Kala I

Dari diagnosa kebidanan persalinan kala I adalah Ny. V Umur

20 tahun, G1P0A0 umur kehamilan 39 minggu 1 hari, janin tunggal,

hidup intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, penurunan

kepala di Hodge III, inpartu kala I fase aktif.

Interpretasi data pada kala I berisi tentang diagnosa yang

didapatkan dari data subyektif dan obyektif seperti nama ibu, jumlah

kehamilan, persalinan dan abortus, umur ibu, umur kehamilan, janin

tunggal/ ganda, hidup/ mati, intrauterine/ ekstrauterin, presentasi

bayi, persalinan kala I fase laten (pembukaan 1 cm sampai 3 cm) atau

fase aktif (pembukaan 4 cm sampai 10 cm).

NY....umur...G...P...A...hamil....Minggu Janin Tunggal Hidup intra

uteri, puki/puka, presentasi kepala, turun di hodge...., Inpartu kala 1

fase laten/aktif (Varney, 2007).

c. Interpretasi Data Persalinan Kala II

Dari diagnosa persalinan kala II yaitu Ny. V Umur 20 tahun,

G1P0A0 umur kehamilan 39 minggu 1 hari, janin tunggal, hidup

intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, penurunan kepala di

Hodge III+, inpartu kala II.


202

Interpretasi data pada kala II berisi tentang diagnosa yang didapatkan

dari data subyektif dan obyektif seperti nama ibu, jumlah kehamilan,

persalinan dan abortus, umur ibu, umur kehamilan, janin tunggal/

ganda, hidup/ mati, intrauterine/ ekstrauterin, presentasi bayi,

persalinan kala II. Ny...umur...tahun, G...P..A...Hamil....Minggu,

janin tunggal, hidup intra uteri, puka/puki, pressentasi kepala,

penurunan kepala di hodge IV inpartu kala II (Varney, 2007).

d. Interpretasi Data Kala III

Menurut diagnosa kebidanan adalah Ny. V umur 20 tahun,

P1A0, inpartu kala III. Interpretasi data pada kala III berisi tentang

diagnosa yang didapatkan dari data subyektif dan obyektif seperti

Nama ibu, Umur ibu, jumlah persalinan dan abortus, inpartu kala III.

Interpretasi Data Kala IV. NY...., umur...tahun, P...A...Inpartu kala

III (Varney 2007).

e. Interpretasi Data Kala IV

Dari diagnosa kala IV yairu Ny. V Umur 20 tahun, P1A0, inpartu

kala IV. Interpretasi data pada kala IV berisi tentang diagnosa yang

didapatkan dari data subyektif dan obyektif seperti nama ibu, umur

ibu, jumlah persalinan dan abortus, inpartu kala IV.

NY....umur....P...A....Inpartu kala IV (Varney, 2007)

f. Interpretasi Data Bayi Baru Lahir 2 Jam

Dari diagnose kebidanan adalah Bayi Ny. V umur 2 jam normal.


203

Interpretasi data pada 2 jam setelah bayi lahir berisi tentang diagnosa

yang didapatkan dari data subyektif dan obektif seperti Bayi dari

nama ibu, umur bayi, normal. Bayi Ny...umur 2 jam Normal (Varney,

2007).

g. Interpretasi data Nifas

Dari diagnose kebidanan nifas adalah Ny. V Umur 20 tahun,

P1A0, 6 Jam Post Partum normal. Interpretasi data pada 6 jam

postpartum berisi tentang diagnosa yang didapatkan dari data

subektif dan obektif seperti nama ibu, umur ibu, jumlah persalinan

dan abortus, berapa jam Post Partum normal. NY...umur...tahun,

P...A... Post Partum 6 jam (Varney, 2007).

Dari interpretasi data diatas, penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan karena hal itu

merupakan diagnosa yang normal pada kehamilan, persalinan kala I,

kala II, kala III, kala IV, 2 jam bayi baru lahir dan 6 jam nifas.

3. Diagnosa/ Masalah Potensial

Pada Ny. V dan bayi Ny. V diagnosa/ masalah potensial tidak ada

karena kondisi Ny. V dan bayi Ny.V normal.

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi atau diagnosis masalah lain

berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan

tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan

waspada penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin


204

muncul. Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberi

perawatan kesehatan yang aman (Varney, 2007). Pada kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir dan nifas ini normal maka tidak muncul diagnosa

potensial karena pada semua pemeriksaan di dapatkan data-data yang

menunjukan keadaan ibu dan bayi normal, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

4. Kebutuhan Tindakan Segera, Konsultasi dan Kolaborasi

Berdasarkan diagnosa kebidanan, tidak muncul diagnosa potensial

atau tidak mengalami kegawatdaruraan sehingga pada kasus Ny. V dan bayi

Ny. V tidak ada kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi.

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses

penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau

kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan

berkelanjutan bagi wanita tersebut. Data baru yang diperoleh terus dikaji dan

kemudian dievaluasi. Beberapa data mengidentifikasikan situasi

kegawatdaruratan yang mengharuskan bidan mengambil tindakan secara

cepat untuk mempertahankan nyawa ibu dan bayinya. Karena tidak muncul

adanya diagnosa potensial maka pada kehamilan, persalianan, bayi baru lahir

dan nifas normal maka tidak ada antisipasi tindakan segera, konsultasi dan

kolaborasi (Varney, 2007).


205

5. Perencanaan

Langkah kelima, mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang

menyeluruh, ditentukan dengan mengacu hasil langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang

diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dapat diantisipasi serta

perawatan kesehatan yang dibutuhkan (Varney, 2007).

a. Perencanaan Kehamilan

Rencana ini meliputi:

1) Berikan informasi kepada ibu hamil tentang hasil pemeriksaan

dilakukan

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan

3) Berikan tablet tambah darah

4) Berikan terapi sederhana sesuai dengan kondisi kesehatan ibu hamil

5) Anjurkan ibu untuk melakukan senam hamil

6) Berikan pendidikan tentang ketidaknyamanan dalam kehamilan dan

cara mengatasinya

7) Deteksi letak bayi untuk mengetahui letaknya dalam keadaan

normal atau tidak

8) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu yang

akan datang.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tidak menganjurkan

ibu untuk senam hamil dan tidak memberikan penkes ketidaknyamanan


206

ibu hamil karena ibu sudah mendapatkan anjuran dan penkes tersebut

saat kunjungan ANC yang lalu.

b. Perencanaan persalinan Kala I

1) Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan ibu

dan janin saat ini dalam kondisi baik. Menganjurkan ibu agar tidur

miring kiri agar peredaran darah ke janin lancardan pernafasan ibu

lega: ibu mau melakukanya

2) Anjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada his

3) Tawarkan posisi yang akan dilakukan pada saat proses persalinan

4) Tawarkan pendamping pada saat proses persalinan

5) Persiapan ruangan dan alat partus set serta obat-obat urotonika dan

alat resusitasi pada bayi

6) Berikan suport kepada ibu

7) Observasi keadaan umum, His, DJJ, nadi, setiap 30 menit, tensi,

suhu, respirasi, pemeriksaan dalam setiap 4 jam, PPV, boundlering.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tidak menawarkan

posisi yang akan dilakukan pada saat bersalin karena ibu belum

memasuki kala II

c. Perencanaan Persalinan Kala II

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua


207

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu

dan bayi baru lahir

3) Pakai celemek plastik

4) Lepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5) Pakai sarung tangan DTT padatangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam

6) Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril) pastikan tidak terjadi

kontaminasi pada alat suntik

7) Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang

dibasahi air DTT

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan sarung

tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%

kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan


208

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi atau saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120-160 x/menit)

11) Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik

dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai

dengan keinginannya

12) Minta keluarga menyiapkan posisi meneran

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran

dalam 60 menit

15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah mebuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

(underped)

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersihdan kering. Tangan yang lain menahan kepala


209

bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat

atau dangkal

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran

bayi

21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan

arah atas dan distal untuik melahirkan bahu belakang

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kebawah kearah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya

25) Lakukan penilaian (selintas)

26) Keringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan


210

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena tidak mencelupkan

sarung tangan ke klorin, tidak meletakkan handuk bersih di perut ibu,

tidak meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bawah bokong ibu tetapi

memakai underped, tidak memakai sarung tangan DTT yang baru

tetapi memakai sarung tangan yang digunakan untuk memastikan

pembukaan lengkap.

d. Perencanaan Kala III

1) Pemeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal)

2) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

3) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)

4) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama

5) Potong dan pengikatan tali pusat

6) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi. (IMD)


211

7) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di

kepala bayi

8) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

9) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

10) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakangatas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan

ulangi prosedur di atas

11) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan mengikuti porosjalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-

kranial)

12) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang telah disediakan

13) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase


212

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)

14) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus

15) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan

Tidak ada kesenjangan teori dan kasus.

e. Perencanaan Kala IV

Lakukan prosedur pasca persalinan

1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

2) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam

3) Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri

tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 dengan dosis 1

mg intramuskuler di paha kiri anterolateral

4) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

hepatitis B dipaha kanan anterolateral

5) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per

vaginam
213

6) Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan nilai

kontraksi

7) Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan

8) Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

pasca persalinan

9) Memeriksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 x/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5


o
c)

10) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit)

11) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

12) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang

bersih dan kering

13) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minum dan makanan

yang diinginkan

14) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5%


214

15) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0.5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit

16) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

17) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yaitu HB0 tidak

diberikan 2 jam setelah lahir, tetapi 6 jam setelah lahir.

f. Perencanaan Bayi Baru lahir 2 Jam

1) Jaga kehangatan bayi dengan tidak memandikan bayi sebelum 6

jam dan membungkus bayi menggunakan kain yang bersih dan

kering, mengganti popok apabila basah, memakaikan topi, sarung

tangan, dan sarung kaki

2) Jaga kebersihan tali pusat bayi dengan membungkus tali pusat

menggunakan kasa kering steril

3) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal 2 jam,

memberikan ASI eksklusif secara on demand (sesuai keinginan

bayi) agar bayi mendapat asupan nutrisi yang baik

4) Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar agar bayi merasa

nyaman dan tidak tersedak yaitu:

(a) Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum menetekkan


215

(b) Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah

putting dan sekitarnya

(c) Ibu duduk, tiduran atau berbaring dengan santai

(d) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dan perut bayi menempel

ke perut ibu, dagu bayi menempel ke payudara, telinga dan

lengan bayi berada pada satu garis lurus, kemudian pastikan

mulut bayi terbuka lebar sampai menutupi daerah areola

(e) Cara agar mulut bayi membuka adalah dengan menyentuh

putting susu pada bibir atau pipi bayi

(f) Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan putting

susu sampai daerah areola ke mulut bayi

(g) Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum

pindah ke payudara lainnya

(h) Jangan mencuci putting susu menggunakan sabun atau

alcohol karena dapat membuat putting kering dan luka

5) beritahu ibu bahwa bayinya akan diberikan imunisasi HB0 di

paha kanan sepertiga atas bagian luar

Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

g. Perencanaan nifas 6 jam

1) Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu Ibu mengetahui

bahwa keadaannya baik


216

2) Mengobservasi TFU, Keadaan Umum, kontraksi uterus dan

pendarahan TFU 3 jari dibawah perut, kontraksi baik,

pendarahan kurang lebih 50 cc.

3) Memberikan terapi Vit. A, Fe, dan antibiotik.

4) Memotivasi ibu untuk melakukan kegiatan ringan ibu sudah

mulai turun dari tempat tidur.

5) Memberitahu ibu tentang nutrisi yang baik saat menyusui dan

tidak ada pantangan Ibu mengerti tentang penjelasan yang

diberikan.

Tidak ada kesenjangan teori dan praktek.

6. Pelaksanaan

Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan yang

disusun. Langkah ini dapat dilakukan secera keseluruhan oleh bidan atau

dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim

kesehatan lain (Varney, 2007), pada langkah keenam, rencana asuhan

menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanankan

secara efisien dan aman.

a. Implementasi Kehamilan

Asuhan yang diberikan pada Ny. V adalah memberikan

informasi kepada ibu dari hasil pemeriksaan ibu dan janin dalam

keadaan baik, memberitahu ibu tentang persiapan persalinan,

memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan, memberikan


217

suplementasi dan cara minum, menganjurkan ibu untuk kunjungan

ulang 1 minggu kemudian atau bila ada keluhan. Dalam langkah ini

peneliti menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik

yaitu bidan tidak menganjurkan ibu untuk senam hamil dan penkes

ketidaknyamanan kehamilan karena hal tersebut sudah disampaikan

saat kunjungan ANC yang lalu.

b. Implementasi Persalinan Kala I

Asuhan yang diberikan Ny. V pada kala I adalah

menginformasikan hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk

miring kiri, menganjurkan ibu untuk pemenuhan nutrisi,

memberikan dukungan kepada ibu dengan menghadirkan orang-

orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga untuk

memberikan makan, minum dan memberikan motivasi ibu supaya

tidak cemas, menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung

kemih dan BAB ke kamar mandi jika memungkinkan, melakukan

observasi kemajuan persalinan, menyiapkan alat-alat untuk bersalin,

pakaian ibu, pakaian bayi. Implementasi dilakukan sesuai dengan

teori JNPK-KR (2008). Dalam langkah ini peneliti menemukan

adanya kesenjangan antara teori dan praktik yaitu tidak menawarkan

posisi yang dilakukan pada saat proses persalinan, karena ibu belum

memasuki Kala II, dan melakukan pemeriksaan dalam (VT)


218

selanjutnya tidak menunggu 4 jam kemudian dikarenakan terdapat

indikasi dilakukan VT yaitu ketuban pecah.

c. Implementasi Persalinan Kala II

Asuhan yang diberikan Ny. V adalah mendengar dan melihat

adanya tanda persalinan kala dua, memastikan kelengkapan

peralatan, bahan dan obat-obatan esensial, memakai celemek plastik,

melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan

tangan dengan tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering,

memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam, memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik,

membersihkan vulva dan perineum, melakukan periksa dalam untuk

memastikan pembukaan lengkap, mendekontaminasi sarung tangan

dengan cara mencelupkan sarung tangan yang memakai sarung

tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam

dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,

memeriksa denyut jantung janin (DJJ), memberitahu bahwa

pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu

dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan

keinginannya, meminta keluarga menyiapkan posisi meneran,

melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran, menganjurkan ibu untuk berjalan,


219

berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit, meletakkan

handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala

bayi telah mebuka vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang

underped dibawah bokong ibu, membuka tutup partus set dan

perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan, memakai sarung

tangan DTT pada kedua tangan, setelah tampak kepala bayi dengan

diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan

satu tangan yang dilapisi dengan kain bersihdan kering. Tangan

yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan

atau bernapas cepat atau dangkal, memeriksa kemungkinan adanya

lilitan tali pusat dan ambil tindakan sesuai jika hal itu terjadi, dan

segera lanjutkan proses kelahiran bayi, tunggu kepala bayi

melakukan putaran paksi luar secara spontan, setelah kepala

melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut

gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul

dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal

untuik melahirkan bahu belakang , setelah kedua bahu lahir, geser

tangan kebawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk


220

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas, setelah

tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata,

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya, melakukan penilaian

(selintas), mengeringkan tubuh bayi kecuali bagian tangan.

Implementasi dilakukan menurut teori JNPK-KR (2008).

Dalam hal ini ada kesenjangan antara teori dan praktik yaitu

tidak dilakukan dekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 % karena ibu sudah pembukaan lengkap dan sudah siap

melakukan pertolongan persalinan, tidak meletakkan handuk bersih

karena handuk untuk menegeringkan bayi menggunakan jarit yang

sudah disiapkan, tidak meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3

bagian dibawah bokong ibu tetapi memakai underped, tidak

memakai sarung tangan DTT yang baru tetapi memakai sarung

tangan untuk pemeriksaan dalam, tidak dilakukan sangga susur

karena bayi lahir terlalu cepat.

d. Implementasi Kala III

Asuhan yang diberikan pada Ny. V adalah melakukan

penegangan tali pusat terkendali, melakukan masase uterus,

mengecek perdarahan dan laserasi jalan lahir, mengajari ibu massase

uterus. Menurut Menurut IBI (2013), asuhan yang diberikan saat


221

inpartu kala III adalah lakukan MAK III antara lain, Penegangan Tali

Pusat Terkendali (PTT), masase, cek plasenta, dan evaluasi adanya

laserasi pada vagina/ perineum. Berdasarkan teori tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktik.

e. Implementasi Kala IV

Asuhan yang diberikan adalah mengevaluasi kemungkinan

terdapat laserasi, memastikan uterus berkontraksi dengan baik,

melakukan IMD, memberikan vitamin K1, memberikan imunisasi

HB0, memantau kontraksi dan mencegah perdarahan, mengajarkan

ibu masase uterus, mengevaluasi jumlah perdarahan, memantau 2

jam postpartum setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit

pasca persalinan, memeriksa keadaan bayi, menempatkan semua

peralatan habis pakai ke dalam larutan klorin, membuang bahan-

bahan terkontaminasi, membersihkan ibu, menganjurkan ibu untuk

makan dan minum, mendekontaminasi tempat bersalin, mencelupkan

sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin, mencuci kedua tangan,

melengkapi partograf.

Menurut IBI (2013). Asuhan yang diberikan pada kala IV ialah

memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam, memulai IMD dengan memberi cukup waktu

untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu minimal 1 jam),

setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD lakukan antropometri,


222

pemberian salep mata dan Vit K, setelah pemberian vitamin K,

berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral

bayi, mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus,

mengobservasi Tanda-tanda Vital (tekanan darah, nadi, suhu), TFU,

kontraksi, uterus, kandung kemih, perdarahan setiap 15 menit sekali

pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua, melengkapi

partograf.

Pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu IMD dilakukan

selama 10 menit saja, pemberian vitamin K1 tidak menunggu satu

jam tetapi setelah dilakukan IMD bayi langsung diberikan salep mata

dan Vitamin K1, alasan bidan karena kondisi ibu setelah melahirkan

masih lemah jadi harus istirahat dan bayi dihangatkan lalu diberikan

salep mata dan vit.K.

f. Implementasi Bayi Baru Lahir 2 Jam

Asuhan yang diberikan pada bayi Ny.V adalah menjaga

kehangatan bayi, menjaga kebersihan tali pusat bayi, menganjurkan

ibu untuk meemberikan ASI eksklusif secara on demand,

mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, memberikan imunisasi

HB0. Terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena HB0

tidak diberikan 2 jam setelah lahir.

g. Implementasi Nifas 6 Jam


223

Asuhan yang diberikan pada 6 jam postpartum adalah

memberitahu hasil pemeriksaan, mengobservasi KU, TTV

perdarahan, lochea dan kontraksi uterus, memberikan terapi Vit. A

(1x1), Hemafort (1x1), Asam Mefenamat (3x1), Amoxilin (3x1),

menganjurkan ibu untuk makan yang mengandung cukup protein,

menyarankan ibu untuk duduk dan jalan-jalan, menganjurkan ibu

untuk istirahat yang cukup.

Pada kasus Ny. V tidak terdapat adanya kesenjangan antara

teori dan praktik.

7. Evaluasi

Langkah terakhir, evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa

apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai

tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu seperti yang diidentifikasi pada

langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan

kesehatan (Varney, 2007).

1) Evaluasi Kehamilan

Evaluasi dari kasus Ny. V dalam kehamilan adalah ibu paham

hasil pemeriksaan dan paham apa yang dijelaskan oleh bidan. Hal ini

dibuktikan dengan ibu dapat mengulang kembali apa yang telah di

jelaskan oleh bidan, dan adanya kesepakaan antara petugas kesehatan

dan Ny. V bahwa ibu akan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau

jika ada keluhan.


224

2) Evaluasi Persalinan Kala I

Evaluasi dari kasus Ny.V dalam kala I adalah ibu paham hasil

pemeriksaan dan ibu bersedia mematuhi anjuran yang diberikan oleh

bidan. Pemantauan kesejahteraan ibu, bayi dan kemajuan persalinan

berjalan dengan baik.

3) Evaluasi Persalinan Kala II

Persalinan sudah dipimpin dengan baik, bayi lahir spontan

menangis kuat tanggal 29 Mei 2016 jam 10.15 WIB, gerakan aktif,

kulit kemerahan jenis kelamin laki-laki.

4) Evaluasi Kala III

Tindakan MAK III terlaksana, dengan melakukan PTT

sebanyak 2 kali, plasenta lahir lengkap tanggal 29 Mei 2016 jam

10.23 WIB, kotiledon dan selaput ketuban lengkap.

5) Evaluasi Kala IV

Evaluasi kala IV yaitu implementasi pada kala IV sudah di

lakukan. Ny. V merasa nyaman karena sudah bersih, TD 110/80

mmHg, nadi 88x/menit, suhu 36˚C, TFU 2 jari bawah pusat,

Kandung Kemih kosong, perdarahan dalam batas normal.

6) Evaluasi Bayi baru lahir 2 jam

Bayi dalam keadaan hangat dengan suhu 37˚C, gerakan bayi

aktif, sudah BAK 1x, BAB 1x, nutrisi bayi tercukupi.

7) Evaluasi Nifas 6 Jam


225

Ibu paham dengan asuhan yang diberikan oleh bidan

dibuktikan dengan ibu dapat mengulang kembali yang telah

dijelaskan oleh bidan dan sudah minum suplementasi yang diberikan.

Evaluasi pada Ny. V dan bayi Ny.V telah sesuai dengan

tindakan yang di lakukan oleh bidan.


226

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Pengumpulan data pada Ny. V dan By. Ny. V telah dilakukan dengan

melakukan anamnesa untuk mendapatkan data subjektif dan dengan

melakukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mendapatkan data

objektif. Terdapat kesenjangan kesenjangan dalam data subjektif yaitu

dalam riwayat kehamilan sekarang pada imunisasi TT hanya dilakukan 2x

saja alasan bidan karena pada saat capeng dan ANC ke-2 sudah diberikan

imunisasi TT dan imunisasi selanjutnya tidak diberikan, dan pada BBL 2

jam ibu tidak mengatakan bayinya telah diberikan vit. K. Dalam data

objektif yaitu pada status obstetrik yang melakukan pemeriksaan protein

dan glukosa urin seharusnya pemeriksaan tersebut dilakukan apabila

terdapat indikasi tetapi hal ini untuk mengetahui ibu dalam keadaan

normal atau tidak di Trimester III.

2. Pada kasus Ny. V dan By. Ny. V interpretasi data didapatkan dari data

subjektif dan objektif, diagnosa kebidanan yang dibuat juga sesuai dengan

teori mengenai pembuatan diagnosa kebidanan. Tidak ada kesenjangan

dengan teori.
227

3. Pada kasus Ny. V dan By. Ny. V tidak ada diagnosa atau masalah

potensial pada kasus kehamilan, persalinan, nifas dan BBL dikarenakan

tidak ada data yang menunjukkan adanya tanda bahaya.

4. Pada kasus Ny. V dan By. Ny. V tidak ada kebutuhan tindakan segera,

konsultasi dan kolaborasi pada kasus kehamilan, persalinan, nifas dan

BBL Ny. V merupakan fisiologis.

5. Pada Ny. V dan By. Ny. V perencanaan asuhan pada kehamilan terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus yaitu tidak anjurkan ibu untuk senam

hamil dan tidak memberikan penkes ketidaknyamanan ibu hamil karena

ibu sudah mendapatkan anjuran tersebut saat kunjungan ANC yang lalu.

Pada persalinan kala I terdapat kesenjangan yaitu tidak tawarkan posisi

yang akan dilakukan pada saat bersalin karena ibu belum memasuki kala

II, persalinan kala II tidak mencelupkan sarung tangan ke klorin, tidak

letakkan handuk bersih di perut ibu, tidak letakkan kain bersih yang dilipat

1/3 bawah bokong ibu tetapi memakai underped, tidak memakai sarung

tangan DTT yang baru tetapi memakai sarung tangan yang digunakan

untuk memastikan pembukaan lengkap, dalam kala IV bayi tidak

diberikan imunisasi HB0 saat 2 jam setelah lahir.

6. Pada Ny. V dan By. Ny. V perencanaan yang dibuat untuk kehamilan,

nifas dan BBL tidak sesuai dengan teori maka hasil implementasi terdapat

kesenjangan yaitu tidak menganjurkan ibu untuk senam hamil dan tidak

memberikan penkes ketidaknyamanan kehamilan karena anjuran tersebut


228

sudah disampaikan kunjungan ANC yang lalu. Dalam persalinan tidak

menawarkan posisi yang dilakukan saat proses persalinan karena ibu

belum memasuki kala II, pemeriksaan dalam (VT) tidak dilakukan 4 jam

karena pada VT yang ke dua terdapat indikasi dilakukan VT yaitu ketuban

pecah, tidak dilakukan dekontaminasi sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 % karena ibu sudah pembukaan lengkap dan sudah siap

melakukan pertolongan persalinan, tidak meletakkan handuk bersih karena

handuk untuk menegeringkan bayi menggunakan jarit yang sudah

disiapkan, tidak meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah

bokong ibu tetapi memakai underped, tidak memakai sarung tangan DTT

yang baru tetapi memakai sarung tangan untuk pemeriksaan dalam, tidak

dilakukan sangga susur karena bayi lahir terlalu cepat. IMD dilakukan

selama 10 menit saja, pemberian vitamin K1 tidak menunggu satu jam

tetapi setelah dilakukan IMD bayi langsung diberikan salep mata dan

Vitamin K1, alasan bidan karena kondisi ibu setelah melahirkan masih

lemah jadi harus istirahat dan bayi dihangatkan lalu diberikan salep mata

dan vit.K, HB0 tidak diberikan 2 jam setelah lahir.

7. Evaluasi asuhan yang sudah diberikan ke Ny. V dan By. Ny. V pada saat

kehamilan, persalinan, nifas dan BBL dilakukan sudah sesuai dengan

perencanaan. Evaluasi tersebut sudah sesuai dengan teori.


229

B. SARAN

1. Bagi Bidan

Bidan sebagai tenaga kesehatan terlatih yang mana merupakan ujung

tombak dari pelayanan kesehatan ibu di masyarakat, hendaknya selalu

meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan supaya dapat

memberikan asuhan kebidanan pada pasien yang berkualitas dan

memenuhi kebutuhan klien. Hendaknya dalam menjalankan pratik

kebidanan, sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan wewenang

bidan. sebagai tenaga kesehatan sebaiknya selalu member dukungan pada

ibu hamil agar mau memeriksakan kehamilannya secara rutin.

2. Bagi Pasien

Ibu hamil agar rutin memeriksakan kehamilannya sesuai dengan

jadwal, agar komplikasi-komplikasi kehamilan, bersalin, nifas dan BBL

dapat terdeteksi secara dini dan tetap didapatkan suatu kehamilan,

bersalin, nifas dan BBL yang normal/fisiologis sehingga ibu maupun bayi

sehat sesuai yang diharapkan.

3. Bagi Mahasiswa

a. Bagi mahasiswa agar lebih banyak belajar lagi tentang kehamilan,

persalinan, nifas dan BBL fisiologis.

b. Dalam menyusun asuhan kebidanan hendaklah dilakukan sesuai

dengan kebutuhan pasien, lebih teliti dan relevan dengan keadaan

yang sebenarnya.
230

4. Bagi Institusi

Memberlakukan waktu bimbingan langsung ke lahan, agar mahasiswa

dapat dengan mudah menyerap asuhan yang diberikan langsung di lahan

sesuai dengan teori yang ada.

5. Bagi Masyarakat Umum

Masyarakat hendaknya tahu mengenai manfaat pengawasan dan

pemeriksaan kehamilan secara keseluruhan. Sehingga bisa tercipta tujuan

akhir kehamilan yaitu “Well born baby” dan “Well healt mother”.
231

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. A. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ambarwati, E. R. (2008). Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Bopak. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta. EGC.

Budiarto, E. (2012). Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat.


Jakarta: EGC.
Dinkes Jateng. (2012). Buku profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Depkes. 1996. Makanan Ibu Hamil. Jakarta: Bina Gizi Masyarakat. Depkes RI

DKK Banyumas, (2013). Profil kesehatan kabupaten Banyumas. Purwokerto.

JNPK-KR. (2008). Asuhan persalinan normal. Jakarta: Depkes RI.

Kusmiati, Yuni, Dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya.

Mangkuji, dkk. (2012). Asuhan 7 langkah Varney dan SOAP. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. G. (2007). Gawat darurat obstetric ginekologi dan obstetric


ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. 2009. Keluarga Berencana. Dalam Manuaba
I.A.C., Manuaba I.B.G.F. (eds). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Maryunani dan Nurhayati. (2009). Asuhan pada ibu dalam masa nifas
(postpartum). Jakarta: Trans Info Media.
Mitayani. (2009). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
232

Mochtar, R. (2012).Synopsis obtetri. Jakarta: EGC.

Mochtar, R. (1998). Sinopsis obstetri. Catakan II Edisi ke Dua. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktik.


Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirodihardjo, S. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Prihardjo. (2007). Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Saiffudin. A. B. (2002). Buku panduan pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
Saiffudin. A. B. (2010). Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
YBP-SP.
Saleha. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Trans Info Media.

Salmah, dkk. (2006). Asuhan kebidanan pada antenatal. Jakarta: EGC.

Sujiyanti. (2009). Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, A. (2009). Buku ajar Asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta:
ANDI.
Sumarah, Y. N, Widyastuti, Y, Wiyanti N. (2009). Perawaan ibu bersalin.
Yogyakarta: Fitramaya.
Suemarni, & Tri Anasari. (2013). Asuhan kebidanan ibu hamil normal.
Purwokerto. Universitas Jenderal Soedirman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumarni, dkk. (2011). Asuhan kebidanan patologi. Purwokerto : UPT Percetakan
UNSOED.
233

Suririnah. (2008). Buku pintar kehamilan dan persalinan. Jakarta: PT. Garamedia
Pustaka Utama.
Varney, H. (1997). Varney Midwifery. Hamilton, Pesis Mary. Dasar-dasar
keperawatan maternitas. Jakarta: EGC
Varney, H. (2007). Varney’s midwifery. New York: Jones and Barrtlett Publisher.

Vivian dan Sunarsih. (2011). Asuhan kebidanan pada ibu nifas, Jakarta : Salemba
Medika.
Winkjosastro, H. (2008). Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

Yanti. (2010). Buku ajar asuhan kebidanan persalinan. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Anda mungkin juga menyukai