Anda di halaman 1dari 14

Kuliah Gempa #2 : BEBAN GEMPA PADA GEDUNG

(Dosen : Himawan Indarto)

1. Beban Gempa & Model Massa Terpusat


a. Beban gempa adalah gaya inersia, yang besarnya tergantung dari percepatan gempa (a) dan
massa dari bangunan (m). Menurut Newton, besarnya gaya inersia adalah perkalian antara
massa dengan percepatan.
b. Untuk perhitungan beban gempa diperlukan data masukan berupa percepatan gempa
(spektra gempa) dan massa dari tiap-tiap lantai bangunan.
c. Massa dari lantai-lantai gedung dimodelkan sebagai Sistem MDOF (Multy Degrees Of
Freedom)dengan massa terpusat pada titik berat lantai gedung (model massa terpusat).
d. Berat dari setiap lantai diperhitungkan sebagai berat efektif sesmik, yang besarnya
diperhitungkan dari penjumlahan 100% beban mati dari lantai, ditambah 25% dari beban
hidup yang bekerja pada lantai tersebut. Massa pada setiap lantai diperhitungkan sebagai
berat efektif seismik dibangi dengan percepatan gravitasi.
e. Akibat percepatan gempa pada arah sumbu-x atau sumbu-y, massa dari setiap l;antai
gedung akan bergerak kearah sumbu-x atau sumbu-y. Pergerakan massa lantai akan
mengakibatkan terjadinya gaya-gaya inersi (beban gempa) pada struktur (Gambar 1).

My
2 Mx
2

My
1 Mx
1

Gambar 1. Ilustrasi massa terpusat pada lantai-lantai gedung


Mx1 dan My1 : Massa efektif lantai 1 arah x dan arah y
Mx2 dan My2 : Massa efektif lantai 2 arah x dan arah y

1
f. Arah gempa pada struktur dapat miring (membentuk sudut tertentu terhadap sumbu-x
dan sumbu-y struktur). Untuk memperhitungkan pengaruh ini, pada analisis struktur
dilakukan simulasi dengan cara menjumlahkan gempa arah-x dan gempa arah-y dengan
kombinasi : 100% gempa arah-x + 30% gempa arah-y
30% gempa arah-x + 100% gempa arah-y

2. Beban Pada Bangunan Gedung


Ada 4 beban yang diperhitungkan bekerja pada bangunan gedung yaitu: beban mati (DEAD),
beban hidup (LIVE), gempa arah sumbu-x (QUAKE-X), dan gempa arah sumbu-y (QUAKE-Y).
Beban mati dan beban hidup merupakan beban vertikal pada struktur gedung yang arahnya
mengacu pada sumbu-z. Beban gempa merupakan beban horisontal pada struktur gedung, yang
arahnya mengacu pada sumbu-x dan sumbu-y.
Beban mati dan beban hidup dapat berupa beban garis (frame load) dan beban merata (area
load). yang bekerja pada bangunan. Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan
standar SNI 1727-2013/2020 (Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung)
Beban gempa yang diperhitungkan pada struktur, umumnya berbentuk Kurva Respon
Spektra Gempa (Spektra Gempa). Kurva Spektrum Respon Gempa Desain, dibuat berdasarkan
Peta Gempa 2017 dan standar kegempaan : SNI 1726-2019 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non Gedung).

Bangunan gedung mempunyai konfigurasi seperti pada Gambar 2. Struktur bangunan terdiri
dari 5 lantai (4 tingkat) : Lantai Dasar (Ground Floor), Lantai 1, Lantai 2, Lantai 3, Lantai 4 (Atap).

Lantai Tingkat Balok Arah-X Balok Arah-Y


Lantai 4 (Atap)
Lantai 3 (70x35)cm – L=8 m (50x25)cm – L=6 m
Lantai 2 (Biru) (Coklat)
Lantai 1

Lantai Tingkat Balok Anak Pelat


Lantai 4 (Atap) t=12 cm
Lantai 3 (35x20)cm – L=6 m
Lantai 2 (Hitam) t=14 cm
Lantai 1

2
Gambar 2. Konfigurasi Struktur Gedung

Tingkat Tinggi Tingkat Kolom


Tingkat 4 4m (45x45)cm
Tingkat 3 4m (Kuning)
(55x55)cm
Tingkat 2 4m
(Putih)

Beban Mati dan Beban Hidup Pada Bangunan


Beban Mati Beban Hidup
Lantai Tingkat
Area Load Frame Load Area Load Frame Load
Lantai 4 (Atap) 50 kg/m2 - 150 kg/m2 -
Lantai 3
75 kg/m2 750 kg/m 250 kg/m2 -
Lantai 2
Lantai 1 75 kg/m2 750 kg/m 350 kg/m2 -
Catatan : Beban mati, belum termasuk berat sendiri dari balok dan pelat
Area Load : beban merata pada lantai, Frame Load : beban dinding pada balok tepi

3
Gambar 3. Beban Mati Pada Lantai Gedung
qD = 50 kg/m2 (Biru) – qD = 75 kg/m2 (Ungu)

Gambar 4. Beban Hidup Pada Lantai Gedung


qL = 150 kg/m2 (Biru) – qL = 250 kg/m2 (Kuning) - qL = 350 kg/m2 (Ungu)

4
Gambar 5. Beban Mati (Dinding) Pada Balok Tepi : qD = 750 kg/m

3. Berat/Massa Efektif Seismik


Gaya Gempa adalah gaya inersia. Menurut Newton, besarnya gaya inersia adalah perkalian
antara massa (m) dengan percepatan (a). Untuk perhitungan beban gempa pada gedung dengan
software SAP2000, diperlukan data masukan berupa Kurva Respon Spektra Gempa dan massa
dari lantai gedung.
Massa dari setiap lantai gedung diperhitungkan berdasarkan Berat Effektif Sesimik (W),
dibagi dengan Percepatan Gravitasi (g). Berat Efektif Sesimik dari setiap lantai gedung
diperhitungkan berdasarkan 100% beban mati dari lantai, ditambah 25% dari beban hidup yang
bekerja pada lantai. Beban mati yang diperhitungkan terdiri : berat sendiri pelat dan balok, berat
dinding, dan berat dari penutup lantai dan plafond. Berat sendiri dari kolom, dapat diabaikan
beratnya pada saat menghitung Berat Efektif Seismik.

Massa efektif seismik Atap :


Berat balok arah sumbu X = (0,70x0,35) x (32 x 5) x 2400 = 94.080 kg
Berat balok arah sumbu Y = (0,50x0,25) x (24x 5) x 2400 =36.000 kg
Berat balok anak = (0,35x0,20) x (24x4) x 2400 = 16.128 kg
Berat Pelat = (24x32) x 0,12 x 2400 = 221.184 kg
Beban mati pada pelat = (24x32) x 50 = 38.400 kg
Beban hidup pada pelat = 0,25 x (24x32) x 150 = 28.800 kg
Berat Atap = 434.592 kg = 435 ton,
Massa Atap = 435/9,8 ≃ 45 ton.dt2/m

5
Massa efektif seismik Lantai 2 dan Lantai 3 :
Berat balok arah sumbu X = (0,70x0,35) x (32 x 5) x 2400 = 94.080 kg
Berat balok arah sumbu Y = (0,50x0,25) x (24x 5) x 2400 =36.000 kg
Berat balok anak = (0,35x0,20) x (24x4) x 2400 = 16.128 kg
Berat dinding sekeliling = (24+32) x 2 x 750 = 84.000 kg
Berat Pelat = (24x32) x 0,14 x 2400 = 258.048 kg
Beban mati pada pelat = (24x32) x 75 = 57.600 kg
Beban hidup pada pelat = 0,25 x (24x32) x 250 = 48.000 kg
Berat Lantai 2 & Lantai 3 = 593.856 kg = 594 ton
Massa Lantai 2 & Lantai 3 = 594/9,8 ≃ 61 ton.dt2/m

Massa efektif seismik Lantai 1 :


Berat balok arah sumbu X = (0,70x0,35) x (32 x 5) x 2400 = 94.080 kg
Berat balok arah sumbu Y = (0,50x0,25) x (24x 5) x 2400 =36.000 kg
Berat balok anak = (0,35x0,20) x (24x4) x 2400 = 16.128 kg
Berat dinding sekeliling = (24+32) x 2 x 750 = 84.000 kg
Berat Pelat = (24x32) x 0,14 x 2400 = 258.048 kg
Beban mati pada pelat = (24x32) x 75 = 57.600 kg
Beban hidup pada pelat = 0,25 x (24x32) x 350 = 67.200 kg
Berat Lantai 1 = 613.056 kg = 613 ton
Massa Lantai 1 = 613/9,8 = 63 ton.dt2/m
Untuk memasukkan data massa seismik efektif pada titik berat lantai bangunan pada software
SAP2000, pilih (klik) titik yang akan diinput masaa-nya (misal lantai atap bangunan), kemudian
gunakan menu : Assign, Joint, Masses

Tabel 1. Massa Efektif Seismik Tiap Lantai Gedung


Massa Efektif Dipasang Tipe
Lantai`
(ton.dtk2/m) Pada Joint Contraint
Atap 45 243 Diafragma
3 61 40 Diafragma
2 61 71 Diafragma
1 63 70 Diafragma

6
Gambar 6. Massa Terpusat Diletakkan Pada Titik Berat Lantai Gedung

Lantai 1
Klik joint 70 (titik berat Lantai 1), pilih menu : Assign, Joint, Masses
Specify : As Mass
Coordinate System : Global
Mass : Global X Axis Direction = 63
: Global X Axis Direction = 63
Options : Replace Existing Masses
Units : Tonf,m,C

Gambar 7. Data Masukan Massa Pada Titik Berat Lantai 1 (Joint 70)
7
Lantai 2
Klik joint 71 (titik berat Lantai 2), pilih menu : Assign, Joint, Masses
Specify : As Mass
Coordinate System : Global
Mass : Global X Axis Direction = 61
: Global X Axis Direction = 61
Options : Replace Existing Masses
Units : Tonf,m,C

Gambar 8. Data Masukan Massa Pada Titik Berat Lantai 2 (Joint 71)

8
Lantai 3
Klik joint 40 (titik berat Lantai 3), pilih menu : Assign, Joint, Masses
Specify : As Mass
Coordinate System : Global
Mass : Global X Axis Direction = 61
: Global X Axis Direction = 61
Options : Replace Existing Masses
Units : Tonf,m,C

Gambar 9. Data Masukan Massa Pada Titik Berat Lantai 3 (Joint 40)

9
Atap (Lantai 4)
Klik joint 243 (titik berat Atap), pilih menu : Assign, Joint, Masses
Specify : As Mass
Coordinate System : Global
Mass : Global X Axis Direction = 45
: Global X Axis Direction = 45
Options : Replace Existing Masses
Units : Tonf,m,C

Gambar 10. Data Masukan Massa Pada Titik Berat Lantai 4/Atap (Joint 243)

10
Gambar 11. Massa efektif seismik (Joint Masses) Pada Titik Berat Lantai Gedung

4. Diaphragm Constraint
Pada saat terjadi gempa, beban-beban gempa akan bekerja pada pusat-pusat massa dari
setiap lantai bangunan. Karena lantai tingkat dari suatu bangunan pada umumnya sangat kaku
dengan adanya pelat, balok induk, dan balok anak (disebut sebagai Lantai Diafragma Kaku), maka
pada saat terjadi gempa, pelat lantai dan beban yang ada diatasnya akan bergerak bersama.
Akibat gempa, pada satu lantai gedung dapat terjadi 2 gerakan translasi kearah sumbu-x dan
sumbu-y, dan 1 gerakan rotasi dengan sumbu-z sebagai sumbu rotasinya. Jadi pada satu lantai
gedung, dapat terjadi 3 gerakan, atau disebut pada setiap lantai gedung mempunyai 3 DOF
(Degree OF Freedom/Derajat Kebebasan).
Agar suatu lantai gedung dapat bergerak bersama secara translasi dan rotasi, maka pada
model struktur gedung, perlu dilakukan Diaphragm Constraint pada setiap lantainya. Cara
memasukkan Diaphragm Constraint pada setiap lantai gedung sebagai berikut :

11
Constraint Lantai 1
Klik semua pelat, balok, dan balok anak pada Lantai 1, klik menu : Assign, Joint, Constraint.
Pada kotak Assign/Define Constraint, masukkan data :
Choose Constraint Type : Diaphragm, klik Add New Constraint
Pada kotak Diaphragm Constraint , ketik/masukkan data :
Constraint Name : DIAPRAGMA-1
Coordinate System : GLOBAL
Constraint Axis :Z
Klik OK
Klik Display
Klik Show Undeformed Shape

Gambar 12. Diaphragm Constraint Pada Lantai 1

Constraint Lantai 2
Klik semua pelat, balok, dan balok anak pada Lantai 2, klik menu : Assign, Joint, Constraint.
Pada kotak Assign/Define Constraint, masukkan data :
Choose Constraint Type : Diaphragm, klik Add New Constraint
Pada kotak Diaphragm Constraint , ketik/masukkan data :
Constraint Name : DIAPRAGMA-2
Coordinate System : GLOBAL
Constraint Axis :Z
Klik OK
Klik Display
Klik Show Undeformed Shape

12
Gambar 13. Diaphragm Constraint Pada Lantai 2

Constraint Lantai 3
Klik semua pelat, balok, dan balok anak pada Lantai 3, klik menu : Assign, Joint, Constraint.
Pada kotak Assign/Define Constraint, masukkan data :
Choose Constraint Type : Diaphragm, klik Add New Constraint
Pada kotak Diaphragm Constraint , ketik/masukkan data :
Constraint Name : DIAPRAGMA-2
Coordinate System : GLOBAL
Constraint Axis :Z
Klik OK
Klik Display
Klik Show Undeformed Shape

Gambar 14. Diaphragm Constraint Pada Lantai 3

13
Constraint Lantai 4
Klik semua pelat, balok, dan balok anak pada Lantai 4, klik menu : Assign, Joint, Constraint.
Pada kotak Assign/Define Constraint, masukkan data :
Choose Constraint Type : Diaphragm, klik Add New Constraint
Pada kotak Diaphragm Constraint , ketik/masukkan data :
Constraint Name : DIAPRAGMA-4
Coordinate System : GLOBAL
Constraint Axis :Z
Klik OK
Klik Display
Klik Show Undeformed Shape

Gambar 15. Diaphragm Constraint Pada Lantai 4 (Atap)

14

Anda mungkin juga menyukai