Jurusan Kebidanan
Disusun Oleh:
JURUSAN KEBIDANAN
2009
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup besar dan relatif tinggi jika dibandingkan
dengan negara-negara di ASEAN ( Assosiation Soult Of East Asia Nation). Kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2007 262 per 100.000 kelahiran hidup hal ini masih tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan angka kematian ibu di negara tetangga seperti thailand, malaysia
dan singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal karena singapura sudah
6 per 100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG ( Millenium Development Goal )
untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila yang dilakukan lebih intensif
untuk mempercepat laju penurunannya. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, eklamsi, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Kontribusi dari penyebab
kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 % , eklamsi 13% , aborsi yang
tidak aman 11 %, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah preeklamsi
dan eklamsia yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari
keseluruhan kematian maternal.
Di Indonesia pre-eklamsi dan eklamsi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian
maternal dan kematian perinatal yang tinggi. oleh karena itu, diagnosa dini pre-eklamsia yang
merupakan tingkat pendahuluan tingkat eklamsia serta penanganannya, perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu.
Preeklamsia dan eklamsi lebih sering terjadi pada primigravida dibandingkan dengan
multigravida. faktor resiko lain yang menjadi predisposisi terjadinya preeklamsia meliputi
hiper kronik, kelainan faktor pembekuan, diabetes, penyakit ginjal, usia ibu yang terlalu tua
atau terlalu muda dan riwayat preeklamsia dalam keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Pre-eklamsi dan eklamsi, merupakan kesatuan penyakit, yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu terjadi. Pre eklamasi diikuti dengan
timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. Diagnosis pre-eklamsia ditegakkan berdasarkan
adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi dan proteinuria.
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) .
2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsi dan eklamsi belum diketahui secara pasti, banyak teori yang coba
dikemukakan para ahli untuk menerangkan penyebab, namun belum ada jawaban yang
memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori Iskhemik plasenta. Namun teori ini
juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini.
3. Klasifikasi
: kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau > atau mencapai 140
mmHg.
: protein urin positif 1, edema umum, kaki, jari tangan dan muka.
Kenaikan BB > 1Kg/mgg.
2. Eklamsi Parturientum.
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum
sukar dibedakan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklamsi Puerperium .
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)
4. Patologi
Pre-eklamsi ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian
besar pemeriksaaan anatomik patologik berasal dari penderita eklampsi yang meninggal.
Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan
anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-eklamsi tidak banyak berbeda dari pada
ditemukakan pada eklamsi. Perlu dikemukakan disini bahwa tidak ada perubahan
histopatologik khas pada pre-eklamsi dan eklamsi. Perdarahan, infark, nerkosis ditemukan
dalam berbagai alat tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus
arteriola. Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam
patogenesis kelainan-kelainan tersebut.
1. Perubahan hati
1. Retina
1. Otak
Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan
dan nekrosis
Menimbulkan nyeri kepala yang berat
1. Paru-paru
2. Jantung
Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kemaian janin
Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin
1. Perubahan ginjal
Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki dan tangan, kenaikan
tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria. Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif
belum dijumpai, tetapi pada pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut : Sakit kepala
terutama daerah frontal, rasa nyeri daerah epigastrium, gangguan penglihatan, terdapat mual
sampai muntah,gangguan pernafasan sampai sianosis,gangguan kesadaran.
Gejala klinis Eklamsi terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih dan terdapat tanda-tanda
pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri
ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi), serta ada gangguan fungsi organ, dan kejang – kejang.
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong)
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
4. Stadium Koma.
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
7. Diagnosis
Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan pre-eklamsia dan eklamsi. Beberapa
penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diit tinggi protein, suplemen
kalsium, magnesium dan lain-lain). Atau medikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretic,
asapirin, dll) dapat mengurangi timbulnya pre-eklamsia.
9. Penanganan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu adalah menghentikan kejang kejang yang terjadi dan
mencegah kejang ulang, mengurangi koma,serta meningkatkan jumlah diueresis.
S :
Ny. Rosa usia 24 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 32 minggu, mengatakan sering sakit
kepala, nyeri perut, kadang pinggang, terasa sakit dan kaki bengkak.
O:
1. Vital sign:
TB : 153 cm
BB : 52 kg
2. Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, serta tidak ada kelainan
Bawah : terdapat oedema, bentuk simetris, tidak ada ketegangan, varises dan refleks
patela baik.
3. Abdomen
Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi maupun benjolan tanda
kelainan.
Mc Donald : 33 cm
Protein urine : +1
A:
E : Ibu mengerti tentang kondisi kehamilan saat ini dan berkata akan menjaga kehamilannya.
2. Memberi informasi pada ibu tentang tanda bahaya pre eklamsi dan terapi/ pengobatan
pre eklamsi
1. Memberikan informasi tentang tanda dan bahaya terutama pada ibu pre eklamsi yaitu
dimungkinkan akan terjadi perdarahan pada saat bersalin dan menganjurkan pada ibu
bila ada tanda bahaya segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat.
2. Menganjurkan ibu untuk diit rendah garam, tinggi protein dan banyak makan sayuran
serta buah-buahan dan banyak minum( minimal 8 gelas sehari ).
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe 350mg dengan dosis 1 tablet/
hari, diminum setiap malam hari, dengan menggunakan air putih atau air jeruk untuk
mempercepat penyerapan Fe dalam tubuh.
E. Ibu mengerti tanda bahaya pre eklamsi, pentingnya diet yang baik dan bersedia untuk
melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu yang akan datang,
atau jika ada keluhan yang dirasakan ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Ida Bagus Gede Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC, JAKARTA