Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ANIS BASWEDAN

Disusun Oleh:

RIZKY FIRNANDA
20422066

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2021
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

A. PENDAHULUAN..............................................................................................1

B. ISI DAN PEMBAHASAN................................................................................3

1. Pemikiran Anis Baswedan..........................................................................3

2. Relevansi Dengan Pendidikan Islam Sekarang........................................7

C. PENUTUP........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan janji kemerdekaan bangsa Indonesia untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa. Janji seluruh rakyat Indonesia itu, sampai

sekarang belum bisa terwujudkan secara sempurna. Hanya sebagian saja bangsa

Indonesia yang terlunasi janji kemerdekaan-nya. Dengan pendidikan yang mereka

raih, mereka dapat mencapai kehidupan yang lebih baik untuk diri dan

keluarganya. Tetapi, tidak sedikit rakyat Indonesia yang masih menunggu

lunasnya janji itu. Mereka belum mendapat pendidikan yang layak, mereka juga

belum terangkat dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya. Melihat

perkembangan dan wajah pendidikan di Indonesia saat ini, di satu sisi

menunjukkan kemajuan, namun di sisi lain masih banyak kekurangan yang perlu

kiranya untuk di evaluasi bersama. Baik dari kualitas guru, distribusi guru yang

tidak merata, sarana dan prasarana, sulitnya akses menuju tempat belajar

(sekolah), dll.

Pendidikan adalah satu gerakan bangsa dan bukan semata tugas

pemerintah. Menurut Anies Baswedan mendidik adalah tugas konstitusional

negara, tapi mendidik adalah tugas moral setiap orang pendidik. Secara konstitusi

mendidik itu tanggungjawab Negara, tapi secara moral itu tanggungjawab kita

semua. Oleh karena itu, melalui program Gerakan Indonesia Mengajar, Anies

Baswedan mengajak para pemimpin muda Indonesia yang telah selesai

berkiprah di kampus, untuk terjun ke pelosok-pelosok negeri ini. Melunasi

janji-janji kemerdekaan, menyebarkan harapan, memberikan inspirasi dan

menggantungkan mimpi bagi anak-anak negeri lewat kehadiran para lulusan

terbaik universitas ternama.

Ide awal Gerakan Indonesia Mengajar berasal dari Anies Baswedan.

Pada dekade 1990-an, Anies adalah mahasiswa dan aktivis di Universitas Gadjah

1
Mada (UGM). Ia adalah Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM dan terlibat di

berbagai aktivitas kemahasiswaan. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak

dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990, yaitu Prof. Dr. Koesnadi

Hardjasoemantri (Pak Koes). Pak Koes, seorang keturunan ningrat dari

Tasikmalaya, adalah eks Tentara Pelajar yang pasca-revolusi kemerdekaan

menjadi mahasiswa di UGM yang baru berdiri di Yogyakarta. Pada tahun

1950-an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga

Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA

di daerah, khususnya di luar Jawa.1

Dalam beberapa kasus PTM ini justru mendirikan SMA baru dan

pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu

dari 8 orang yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Beliau berangkat ke

Kupang dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia

mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Salah satunya adalah

Adrianus Mooy yang dikemudian hari menjadi Gubernur Bank Indonesia. Cerita

penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.

Dengan semboyan setahun mengajar seumur hidup menginspirasi,

Gerakan Indonesia Mengajar adalah merupakan satu aktivitas

dimana anak-anak muda terbaik diundang untuk menjadi guru di SD-SD yang

berada di desa-desa terpencil selama satu tahun. Alasannya kenapa menjadi guru

SD, karena 66% SD kekurangan guru dan SD adalah basik pertama untuk

menumbuhkan semangat pada anak-anak untuk mampu melanjutkan dan

mempersiapkan dirinya ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan guru adalah

orang yang senyatanya mempunyai efek yang luar biasa untuk mencerdaskan

1
Cut Sjahrifa, “Pelatihan Leadership and Coaching Untuk Meningkatkan Kemampuan
Para Calon Pengajar Muda Dakam Program Indonesia Mengajar,” Journal of Sustainable
Community Development (JSCD) 1, no. 1 (2019): 18–23, h.20.

2
kehidupan bangsa.2

Gerakan yang didukung oleh Indika Group, salah satu perusahaan

swasta itu mempunyai tujuan untuk mengisi kekurangan guru dan mempersiapkan

calon pemimpin (future leaders) yang harapannya ketika kelak mereka menjadi

pemimpin dikemudian hari mereka adalah anak-anak muda Indonesia yang

memiliki kemampuan tingkat dunia (world class competence) tetapi juga memiliki

pemahaman akar rumput atau memahami realitas kehidupan masyarakatnya

(grass root understanding). Kehadiran anak-anak muda terbaik ini bukan hanya

sekedar untuk mengajar, melainkan untuk menjadi role model yang mampu

memberikan inspirasi pada semua murid-muridnya dan bisa memotivasi daerah

tempat mereka mengabdi untuk meraih keterdidikan. Karena keterdidikan adalah

kunci untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan munculnya Gerakan

Indonesia Mengajar ini kiranya dapat menjadi bahan kritikan dan pelajaran

berharga bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan Islam pada

khususnya.

B. ISI DAN PEMBAHASAN

1. Pemikiran Anis Baswedan

Anies mengungkapkan bahwa pendidikan di Indonesia pada hakikatnya

berada pada posisi sudah sangat gawat. Ketika dilihat dari jumlah sekolah,

mahasiswa dan sarana pendidikan lainnya sejak era kemerdekaan tampak

meningkat dan berprestasi secara kuantitas.3 Seiring dengan perihal tersebut Anies

memiliki kekhasan pemikiran diantaranya:4

a. Melunasi janji kemerdekaan.


2
Ananda Purnamasari and Yohanis Franz La Kahija, “Mengajar Sembari Belajar: Sebuah
Interpretative Phenomenological Analysis Tentang Pengalaman Pengajar Muda Gerakan Indonesia
Mengajar,” Jurnal Empati 7, no. 4 (2019): 345–58, h.346.
3
Gun Gun Heryanto & Iding Rosyidin, 10 Tokoh Transformatif Indonesia (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2015), h.8.
4
Edi Sumanto, “Relevansi Pemikiran Pendidikan Cokroaminoto Dengan Anis
Baswedan,” At-Ta’lim 15, no. 2 (2016): 320–39, h.330.

3
Menurut Anies memperoleh kesempatan pendidikan dan peran global

merupakan salah satu janji atas kemerdekaan RI. Karena sifatnya bukan sebatas

cita-cita tetapi lebih dipahami sebagai janji maka sebagian besar masyarakat

Indonesia masih belum terlunasi janji kemerdekaannya. Perihal ini tampak pada

belum meratanya pendidikan diperoleh setiap anak bangsa. Bagi Anies pelunasan

janji itu tidak hanya tanggung jawab konstitusional negara dan pemerintah,

melainkan tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang telah mendapat

pelunasan janji yakni telah terlindungi, tersejahterakan, dan tercerdaskan. 5 Untuk

melunasi. janji kemerdekaan tersebut, maka Anies Baswedan memiliki beberapa

pemikiran dan inisiatif yang wujudkan dengan beberapa pihak yang bersama-sama

bersedia turun tangan.

Selain aspek pendidikan, salah satu janji kemerdekaan yang banyak

mendapat perhatian saat ini adalah soal janji perlindungan untuk setiap warga

negara. Hal ini terkait dengan beberapa tindakan yang mendiskriminasikan

minoritas. Menurut Anies Baswedan Republik ini dirancang untuk melindungi

setiap warga negara. la mengilustrasikan Republik ini sebagai sebuah tenun

kebangsaan yang dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa,

geografis yang sangat unik. Kekerasan atas nama apapun akan merusak tenun

tersebut. Dalam soal perlindungan terhadap warga negara atas kekerasan yang

kerap terjadi menurut Anies Baswedan dilihat sebagai warga negara menyerang

warga negara lainnya, terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Menurutnya

negara tidak bisa mengatur perasaan, pikiran, ataupun keyakinan warga

negaranya. Namun, negara sangat bisa mengatur cara mengekspresikannya.

Dialog antar pemikiran setajam apapun boleh, namun begitu berubah jadi

kekerasan maka pelakunya berhadapan dengan negara dan hukum.

b. Pendidikan Sebagai Eskalator Ekonomi


5
Safrudin Aziz, Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Kalimedia, 2019), h.328.

4
Menurut Anies saat ini pendidikan menjadi eskalator sosial ekonomi

masyarakat Indonesia bahwa naiknya status sosial ekonomi seseorang sangat

ditentukan oleh pendidikan tinggi yang dimilikinya. Akan tetapi karena mahalnya

biaya pendidikan dan terbatasnya jenjang perguruan tinggi berdampak pada tidak

bisa dinaikinya eskalator ini. Atas permasalahan tersebut, Anies Baswedan

menelurkan beberapa insiatif pendidikan yang menciptakan perubahan positif di

masyarakat. Diantara beberapa inisiatif Anies adalah sebagai berikut:6

1) Indonesia Menyala

Program Indonesia Menyala pertama kali diluncurkan pada 15 April

2011. Program ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan mayoritas masyarakat

Indonesia yang masih kekurangan bahan bacaan yang bermutu. Sehingga perlu

membangun perpustakaan yang bertempat di wilayah penempatan pengajar muda.

Adapun perpustakaan Indonesia Menyala terdiri dari dua bentuk yakni

perpustakaan tetap dan perpustakaan berputar. Perpustakaan tetap yaitu

perpustakaan yang berisikan buku yang hanya digunakan di satu sekolah

penempatan. Sedangkan, perpustakaan berputar, berbentuk sebuah tas yang

dibawa keliling oleh Pengajar Muda untuk dibaca oleh masyarakat sekitar.

Program Indonesia Menyala menghilangkan sekat besar akses terhadap bacaan

yang terbatas pada masyarakat masyarakat pedesaan di Indonesia, sehingga

semakin meneguhkan bahwa pendidikan. adalah hak yang harus diterima setiap

masyarakat.

2) Menciptakan Kelas Inspirasi

Kelas inspirasi adalah sebuah program pendidikan dengan mengundang

para profesional sukses karena pendidikannya, untuk berbagi cerita dan

pengalaman kerja selama satu hari. Tujuan program ini tidak lain untuk

6
A A Musyaffa et al., Kapita Selekta Pendidikan (Dari Makna Sampai Analisis)
(Bandung: CV Oman Publishing, 2020), h.67-71.

5
membekali peserta didik belajar dari secara langsung dari para profesional sukses

serta efek balik dari para profesional khususnya kelas menengah untuk memahami

realita dan fakta kondisi pendidikan kita. Kelas inspirasi juga tampaknya menjadi

agenda silaturahmi antara sekolah dengan para profesional kelas menergah.

Sehingga diharapkan melalui kegiatan itu mampu mendorong peran aktif

kalangan profesional dalam dunia pendidikan.

3) Menciptakan Program Indonesia Mengajar

Program Indonesia Mengajar pada hakikatnya dilandasi oleh semangat

janji kemerdekaan RI sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena hingga saat ini masih banyak

masyarakat Indonesia yang belum menikmati pendidikan yang disebabkan atas

tidak terdistribusinya pendidik yang tidak merata. Selain itu, program ini juga

bertujuan mengirimkan anak-anak muda terbaik bangsa yang disebut sebagai

Pengajar Muda (PM) untuk mengajar selam.a satu tahun di Sekolah Dasar di desa-

desa terpencil di penjuru negeri.

Tidak hanya mengajar para Pengajar Muda juga berinteraksi langsung

dengan pemangku kepentingan di daerah dan masyarakat. Selanjutnya program ini

juga bertujuan menciptakan calon pemimpin yang memiliki pemahaman akar

rumput dan kompetensi global. Pentingnya program tersebut sejak tahun

Indonesia Mengajar telah memberangkatkan lebih dari 200 PM ke 17 kabupaten

yang tersebar dari barat sampai timur Indonesia.

c. Pemikiran tentang Kualitas Manusia Indonesia

Menurut Anies Garda terdepan untuk mernperoleh kemenangan bukan

ditentukan oleh Sumber Daya Alam semata. Tetapi kualitas manusia. Ia

6
menggunakan istilah kualitas manusia bukan kualitas sumber daya manusia. Hal

tersebut dikarenakan manusia Indonesia tidak boleh dipandang semata-mata

sebagai sumber daya. Kualitas manusia ini hanya bisa diraih lewat pendidikan

yang berkualitas. Pendidikan berkualitas itu sebab utamanya bukan karena

gedung, buku, kurikulum atau bahasa yang berkualitas. Untuk mendorong hal

tersebut menurutnya kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang

menggerakkan manusia Indonesia. Kepemimpinan yang menginspirasi, bukan

mendikte. Kepemimpinan yang bersifat patron-client tidak lagi cocok untuk

kondisi Indonesia saat ini. Yang lebih cocok menurut Anies adalah kepemimpinan

yang mampu membuat orang bergerak, turun tangan dann berkontribusi untuk

menyelesaikan masalah.

d. Pendidikan Antikorupsi

Menurut Anies budaya anti korupsi tepat untuk dimulai, dari dunia

pendidikan. Proses ini dapat dilakukan melalui upaya penanaman nilai anti

korupsi oleh guru saat proses belajar mengajar di sekolah. Melalui program ini

guru sebagai pengajar bertugas sebagai sumber teladannya. Dengan keteladanan

diharapkan mampu mencerminkan sikap anti korupsi bagi peserta didik. Selain

keteladanan, membangun budaya anti korupsi juga bisa dilakukan dengan cara-

cara yang inovatif dan kreatif namun tetap menyenangkan.

2. Relevansi Dengan Pendidikan Islam Sekarang

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan Islam di Indonesia masih jauh dari

yang diharapkan. Selain masalah-masalah baru yang bermunculan, terdapat juga

berbagai problematika lama yang belum tuntas diselesaikan dan dicarikan

penyelesaian, sehingga pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stakeholder

pendidikan semakin menumpuk. Maka dari itu adapung langkah yang dilakukan

berdasarkan pemikiran Anies Baswedan adalah sebagao berikut:

7
Biarkan kurikulum 2013 berjalan secara lentur, dalam pengolahan dan

pelaporan hasil evaluasi, sekolah yang memang sudah memiliki perangkat TI yang

memadai, terapkan kurikulum 2013. Sekolah yang belum memiliki perangkat TI,

pengolahan nilai dan sistem pelaporan bisa menggunakan cara manual, pakai cara

KTSP Kurikulum 2013 secara filosofis pada hakikatnya memiliki landasan yang

kuat. Karena kurikulum 2013 memang dirancang untuk mempersiapkan generasi

emas serta mengantisipasi berkembangnya TI yang telah melanda masyarakat dan

tentu saja melanda dunia pendidikan. Akan tetapi implementasi kurikulum 2013

ini dilakukan secara tergesa-gesa karena baru diluncurkan menjelang akhir jabatan

Muhammad Nuh. Adapun perangkat TI dan semacamnya tampaknya belum

dipersiapkan kelengkapannya di tiap sekolah. Padahal kurikulum 2013 ini

penekanannya pada belajar mandiri dan pemanfaatan TI.7

Mengusahakan pendidikan yang murah, agar masyarakat secara umum

dapat mengenyam pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Dalam pemaparan

visi dan misi Anies. Selanjutnya Anies berencana hapus UN yang bertentangan

dengan UU Sisdiknas dengan segera. Hal ini karena UN lebih dipahami hanya

mengukur peserta didik dari aspek kognitif sernata. Padahal sisi afektif dan

psikomotorik merupakan tujuan pendidikan. Selain itu, UN menimbulkan tekanan

psikologis yang cukup menegangkan, baik bagi peserta didik maupun orang tua.

Selain itu, UN memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun beberapa dampak

yang kurang mengenakan kian muncul ke permukaan. Dalarn pada itu, alternatif

kebijakan yang akan diambil Anies adalah proyek UN dihapus guna membantu

sekolah-sekolah melengkapi sarana KBM berbasis TI, sehingga gagasan one

student one laptop secara bertahap merata pada semua jenjang sekolah dan

wilayah NKRI, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun.

7
Sumanto, “Relevansi Pemikiran Pendidikan Cokroaminoto Dengan Anis Baswedan.”,
h.334.

8
Pendidikan Islam merupakan serangkaian upaya yang dilakukan pendidik

untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik,

sehingga ia tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sementara

pengajaran Islam adalah upaya untuk mengisi intelektual peserta didik dengan

sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam mendefinisikan pendidikan dan pengajaran, ia

hanya membedakan makna pengajaran dan pendidikan pada pengertian kata.

Akan tetapi secara esensial ia tidak membedakannya. Kedua kata tersebut

(pendidikan dan pengajaran) merupakan suatu sistem yang saling berkelindan.

Setiap proses pendidikan, di dalamnya terdapat proses pengajaran. Keduanya

saling melengkapi antara satu dengan yang lain, dalam rangka mencapai tujuan

yang sama. Tujuan dan misi pendidikan akan tercapai melalui proses pengajaran.

Demikian pula sebaliknya, proses pengajaran tidak akan banyak berarti bila tidak

dibarengi dengan proses pendidikan.

Dengan pertautan kedua proses ini, manusia akan memperoleh kemuliaan

hidup, baik di dunia dan akhirat. Karna justru di sekolah-sekolah itulah

pendidikan mempunyai makna yang penting untuk pertama kali diaplikasikan.

Dalam ruangan yang sempit itulah, konsep pendidikan seharusnya dilaksanakan

oleh para guru sebagai pendidik yang mewakili realitas sosial kepada siswa.

Menjadikan keluarga menjadi bagian dari Tri Sentra pendidikan yakni keluarga

sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama. Sebab kinerja akademik anak

di sekolah pun sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar sekolah, utamanya di

rumah. Selain itu perlu disebarkan program-program yang mendukung orang tua

mendapatkan panduan dan bimbingan dalam mengawal proses pendidikan.

Relavansi Pemikiran Pendidikan, bahwa pemikiran Anis Baswedan pada

prinsipnya masih berpegang pada pemikiran sebelum menjabat menjadi menteri,

diantaranya:8
8
Sumanto, h.335.

9
a. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program Indonesia

pintar melalui wajib belajar 12 tahun bebas pungutan.

b. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional

melalui langkah membangun sejumlah science and technopark di kawasan

politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana serta teknologi terkini.

c. Melakukan revolusi karakter bangsa dengan langkah membangun pendidikan

kewarganegaraan, menghilangkan model penyeragaman dalam sistem

pendidikan nasional, serta jaminan hidup yang memadai bagi terutama guru

yang ditugaskan didaerah terpencil.

d. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia, melalui

langkah memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang

dialog antar warga, mengembangkan insentif khusus untuk memperkenalkan

dan mengangkat kebudayaan lokal, meningkatkan proses pertukaran. budaya

untuk membangun kemajemukan sebagai kekuatan budaya.

e. Perlunya merancang alat akuntabilitas yang bermanfaat bagi seluruh

stakeholder. Artinya sistem evaluasi bersifat memberdayakan siswa sejak dini,

bukan sekedar menghakimi dan menghukumi siswa diujung proses

pembelajaran (rnenghilangkan penyeragaman dalam pendidikan, pemerataan

mutu pendidikan Indonesia, pengembangan pendidikan karakter dan

sebagainya).

C. PENUTUP

Anies Baswedan adalah sosok yang benar-benar dibutuhkan oleh

Indonesia untuk memajukan kualitas pendidikan. Anies Baswedan menfokuskan

pemikiran pendidikannya kepada dua tujuan yang ingin dicapai, yaitu membentuk

sumber daya manusia dengan kualitas pendidikan, dan yang kedua adalah

membekali jiwa peserta didik dengan mental kepemimpinan. Selain itu, Anies

10
Baswedan sadar jika peran pendidik sangat penting, dan itu bukan hanya dari guru

yang berada di sekolah tetapi yang lebih utama adalah peran orang tua di

rumah/keluarga. Kenyataan yang kebanyakan terjadi dewasa ini adalah siswa

hanya belajar, mengikuti guru, mengikuti kurikulum, membayar, kemudian lulus

dan mendapat ijazah/label, tetapi dalam hal kecakapan dan keterampilan masih

kurang. Gagasan Anies Baswedan mengenai ini adalah tentang urgennya

pendidikan karakter yang justru ditujukan kepada pendidik (orang tua dan guru)

lalu biarkan anak-anak menirunya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Safrudin. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kalimedia, 2019.


Heryanto, Gun Gun, and Iding Rosyidin. 10 Tokoh Transformatif Indonesia.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015.
Musyaffa, A A, A Khalik, Siti Asiah, and Ilyas Idris. Kapita Selekta Pendidikan
(Dari Makna Sampai Analisis). Bandung: CV Oman Publishing, 2020.
Purnamasari, Ananda, and Yohanis Franz La Kahija. “Mengajar Sembari Belajar:
Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis Tentang Pengalaman
Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar.” Jurnal Empati 7, no. 4
(2019): 345–58.
Sjahrifa, Cut. “Pelatihan Leadership and Coaching Untuk Meningkatkan
Kemampuan Para Calon Pengajar Muda Dakam Program Indonesia
Mengajar.” Journal of Sustainable Community Development (JSCD) 1, no. 1
(2019): 18–23.
Sumanto, Edi. “Relevansi Pemikiran Pendidikan Cokroaminoto Dengan Anis
Baswedan.” At-Ta’lim 15, no. 2 (2016): 320–39.

12

Anda mungkin juga menyukai