Anda di halaman 1dari 12

PROSES KEPANTAIAN

OVERVIEW MATERI COASTAL PROCESSES

Dosen Pengajar :
Dr. Eng. Ir. Tommy Jansen, MT

Oleh :
Muhammad Mufli Fajar
212021090012

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


PROGRAM STUDI PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK SIPIL
MANADO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, namun demikian masih ada kekurangan didalamnya. Dan juga
saya berterima kasih kepada Dr. Eng. Ir. Tommy Jansen, MT., selaku dosen mata
kuliah Proses Kepantaian yang telah memberikan kepercayaan tugas ini kepada
kami.
Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan tugas yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya tugas yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya, saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan dan juga saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

      
Manado, 10 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENGENALAN MATERI COASTAL PROCESSES...............................4
1.1. Pendahuluan..............................................................................................4
1.2. Proses Pantai..............................................................................................5
1.2.1. Pengertian.......................................................................................5
1.2.2. Transport Sedimen Pantai..............................................................7
1.3. Beberapa Contoh Infrastruktur Proyek Teknik Pantai..............................7
1.3.1. Beach Nourishment........................................................................8
1.3.2. Jetty................................................................................................8
1.3.3. Pemecah Gelombang (Breakwater)...............................................9
1.3.4. Groin............................................................................................10
1.3.5. Terumbu Buatan...........................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENGENALAN MATERI COASTAL PROCESSES

1.1. Pendahuluan
Garis pantai yang memisahkan daratan dengan lautan secara geologi
memiliki komponen yang unik dikomposisi dan mempengaruhi proses fisik
tersebut. Banyaknya garis pantai ini memiliki pantai yang tersusun dari sedimen
seperti kerikil, pasir, atau lumpur yang terus menerus terjadi oleh gelombang,
arus, dan angin. Iklim gelombang yang berbeda yang ada di seluruh dunia sangat
bervariasi terhadap garis pantai, sifat, dan perilaku pantai.
Manusia telah membangun dan mengembangkan infrastruktur dalam
kegiatan sehari-hari. Contohnya di dalam infrastruktur sekitar pesisir pantai
seperti pelabuhan, sebagai pangkalan untuk angkatan laut dan sebagai transportasi
jalur perdagangan.
Ada banyak contoh pekerjaan rekayasa teknik yang telah melibatkan proses
transport sedimen, yang menyebabkan erosi pantai dan kerusakan struktural.
Selain pelabuhan, ada juga dampak buruk pada kegiatan di garis pantai seperti
alur navigasi dan dermaga, groin, dan dinding penahan (revetment), pembangunan
bendungan di sungai yang mengurangi pasokan pasir ke pantai, dan penambangan
pasir pantai.
Selama 50 tahun terakhir, para insinyur teknik pantai telah menjadi profesi
tersendiri dengan tujuan untuk memahami proses pesisir dan mengembangkan
strategi untuk mengatasi erosi garis pantai secara efektif. Dengan pendekatan dan
pengetahuan tentang proses pantai, insinyur teknik pantai dapat merancang
perlindungan pesisir pantai yang efektif. Dan yang paling utama tentang
mekanisme transport sedimen di pantai memungkinkan pengembangan sarana
baru untuk mengurangi masalah erosi. Dengan jumlah penduduk yang berada di
kawasan pantai, serta ancaman kenaikan permukaan laut dan badai, kebutuhan
akan insinyur teknik pantai dan penelitian proses pantai pasti akan meningkat.
Pemahaman tentang proses pantai, arus pantai, dan transport sedimen,
membutuhkan rekayasa teknik sebagai berikut :
 Kemampuan analitis
 Ketertarikan terhadap alam
 Kemampuan untuk menafsirkan banyak hal yang kompleks
 Pengalaman dari mempelajari berbagai garis pantai dan juga proyek –
proyek teknik pantai

1.2. Proses Pantai


1.2.1. Pengertian
Pantai merupakan fenomena alam dimana terjadi keseimbangan dinamis
antara air, angin, dan material (sedimen). Angin dan air bergerak membawa
material (sedimen) dari satu tempat ke tempat yang lain, mengikis, dan kemudian
mengendapkannya lagi di daerah lain secara berkesinambungan.
Fenomena transport sedimen mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
morfologi pantai. Pantai mempunyai pertahanan alami dari serangan arus dan
gelombang dimana bentuknya akan terus menerus menyesuaikan sehingga dapat
meminimalkan energi gelombang yang menerpanya. Sistem pertahanan alami ini
dapat berupa karang penghalang, atol, sand dune, longshore bar, kemiringan
dasar pantai dan vegetasi yang hidup di pantai.
Ada 2 tipe tanggapan dinamis pantai terhadap gerak gelombang, yaitu
tanggapan terhadap kondisi gelombang normal dan tanggapan terhadap kondisi
gelombang badai. Pada saat badai terjadi, pertahanan alami pantai tidak mampu
menahan serangan energi gelombang yang besar, sehingga pantai dapat tererosi.
Setelah gelombang besar reda, pantai berangsur-angsur akan kembali ke bentuk
semula oleh pengaruh gelombang normal. Tetapi ada kalanya pantai yang tererosi
tersebut tidak dapat kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai
terbawa arus dan tidak dapat Kembali ke lokasi semula.
Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral transport, dimana
gerak sedimen di daerah dekat pantai (nearshore zone) oleh gelombang dan arus.
Littoral transport dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu transport
sepanjang pantai (longshore-transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-
offshore transport). Material (pasir) yang ditrasport disebut dengan littoral drift.

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Pantai


Gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar dapat
menggerakkan sedimen dasar. Laju transport sedimen sepanjang pantai tergantung
pada sudut dating gelombang, durasi, dan besarnya energi gelombang.
Apabila gelombang yang terjadi membentuk sudut terhadap garis pantai,
maka akan terjadi 2 proses angkutan sedimen yang bekerja secara bersamaan,
yaitu komponen tegak lurus dan sejajar garis pantai. Suatu pantai mengalami
erosi, akresi (sedimentasi), atau tetap stabil tergantung pada sedimen yang masuk
dan yang meninggalkan pantai tersebut.

Gambar 1.2 Tampak Atas Arus Sedimen Pantai


1.2.2. Transport Sedimen Pantai
Berdasarkan ukuran butirannya, sedimen dapat diklasifikasikan menjadi ;
lempung (clay), lanau (silt), pasir (sand), kerikil (gravel), kerikil kasar (pebble),
kerakal (cobble), dan berangkal (boulder).
Klasifikasi berdasarkan ukuran butiran yang umum digunakan dalam teknik
pantai adalah klasifikasi Wentworth. Berdasarkan klasifikasi ini pasir yang
mempunyai ukuran antara 0,0625 – 2,00 mm masih dibagi lagi menjadi sub
bagian. Material yang sangat halus seperti lempung dan lanau mempunyai sifat
kohesif.

1.3. Beberapa Contoh Infrastruktur Proyek Teknik Pantai


Pekerjaan yang kurang tepat dari konstruksi di garis pantai adalah
banyaknya proyek yang dibangun tanpa data yang diperlukan untuk pengetahuan
tentang proses pantai. Kekurangan ini, sebagian besar disebabkan oleh
perkembangan pengetahuan manusia tentang perilaku pantai yang relatif baru dan
sulitnya mendapatkan gelombang dan data transpor sedimen. Selain itu,
kekhawatiran atas dampak proyek pesisir di pantai dalam beberapa dekade
terakhir orang-orang hanya menggunakan pantai sebagai tempat tinggal, rekreasi,
dan industri. Maka dari itu perlu dibuatkan bangunan-bangunan pengaman pantai
untuk meminimalisir dampak dari gelombang, arus, dan erosi.
1.3.1. Beach Nourishment
Beach nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan
sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai
tetap stabil. Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau
terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitas pantai dapat dilakukan dengan
penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi
secara terus menerus, maka suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan
laju sama dengan kehilangan pasir. Untuk pantai yang cukup panjang maka
penambahan pasir dengan cara pembelian kurang efektif sehingga digunakan
alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain dari pantai.

Gambar 1.3 Beach Nourishment


1.3.2. Jetty
Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara
sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai.
Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan di muara
dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang
sampai ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat
berpengaruh terhadap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas di
depan muara gelombang pecah.
Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan
pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan
kapal masuk ke muara sungai.

Gambar 1.4 Jetty


1.3.3. Pemecah Gelombang (Breakwater)
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai
ke pantai, sehingga terjadi endapan di belakang bangunan. Endapan ini dapat
menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.

Gambar 1.5 Pemecah Gelombang (Breakwater)


1.3.4. Groin
Groin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif
tegak lurus terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton
(pipa beton), dan batu. Pemasangan groin menginterupsi aliran arus pantai
sehingga pasir terperangkap pada ‘upcurrent side’ sedangkan pada ‘downcurrent
side’ terjadi erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut.
Penggunaan groin dengan menggunakan satu buah groin tidaklah efektif.
Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan. Selain tipe lurus
seperti yang ada pada gambar ada juga groin tipe L dan tipe T, yang semuanya
dibangun berdasarkan kebutuhan.

Gambar 1.6 Groin


1.3.5. Terumbu Buatan
Terumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru. Di Jepang dan Amerika
usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan
dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk
menarik dan meningkatkan populasi ikan. Di Indonesia, terumbu buatan mulai
disadari peranan dan kehadirannya oleh masyarakat luas sejak tahun 1980-an,
pada saat dimana Pemda DKI Jakarta menyelenggarakan program bebas becak,
dengan merazia seluruh becak yang beroperasi di ibu kota dan kemudian
mengalami kesulitan dalam penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai
becak tersebut dibuang ke laut.
Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan
telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan
dan biota laut lainnya.
Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari
pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas (hard engineering approach) ke
arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering approach). Salah
satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah gelombang (breakwater) yang
semula ambangnya selalu terletak di atas muka air laut, kini diturunkan elevasinya
hingga terletak dibawah muka air laut.
DAFTAR PUSTAKA

Dean, R. G., and R. A. Dalrymple, “Coastal Processes with Engineering


Applications”, Cambridge University Press, United Kingdom, 2001.

Anda mungkin juga menyukai