FAKULTAS HUKUM
BANJARMASIN
2022
URGENSI PENYATUAN KEWENANGAN MEMBUAT AKTA
TESIS
Diajukan oleh :
WAHYU ADY RAMADHANI
NIM. 2020216310037
FAKULTAS HUKUM
BANJARMASIN
2022
Tesis ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Penguji
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................7
C. KEASLIAN PENELITIAN........................................................................7
E. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................12
F. METODE PENELITIAN.........................................................................29
G. SISTEMATIKA PENULISAN.................................................................35
BAB II Ratio Legis Atas Kewenangan Jabatan Notaris Membuat Akta Pertanahan........36
BAB III Politik Hukum Pemerintah Berkaitan Dengan Tumpang Tindih Kewenangan
Membuat Akta Pertanahan Oleh Notaris Dan Pejabat Pembuat Akta Tanah...37
BAB IV PENUTUP........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................39
i
BAB I
PENDAHULUAN
Tentang Jabatan Notaris, “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
adalah tergolong pejabat umum yang merupakan salah satu profesi di bidang
hukum, yang berwenang untuk membuat akta autentik dalam bidang hukum
perdata.1
1
Rahmida Erliyani dan Siti Rosyidah Hamdan. 2020. Akta Notaris Dalam Pembuktian
Perkara Perdata dan Perkembangan Cyber Notary. Yogyakarta; Dialektika, hlm. 59
1
1
Notaris sebagai pejabat yang berwenang dalam membuat akta autentik telah
dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
adalah:
buku khusus;
3. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan;
adalah, “Suatu akta autentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang
tertentu yang dikualifikasikan sebagai Pejabat Umum, seperti akta autentik tidak
saja dapat dibuat oleh Notaris, misalnya juga oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah,
2
Habib Adjie. 2015. Kebatalan Dan Pembatalan Akta Notaris. Bandung: Refika Aditama,
hlm. 6
3
Akta yang dibuat oleh Notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda,
hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta yang dibuat Notaris dapat
Notaris.3
kewenangan yang diberikan kepada notaris sebagai pejabat umum adalah dalam
hal pembuatan akta autentik di samping kewenangan lainnya yang ditentukan oleh
Undang-Undang, salah satu akta autentik yang dapat di buat oleh Notaris salah
Nomor 2 Tahun 2014 yang berbunyi “membuat Akta yang berkaitan dengan
pertanahan“
akta-akta yang berhubungan dengan pertanahan, namun hal ini menjadi masalah,
karena pembuatan akta tanah merupakan tugas dan wewenang dari Pejabat
Pembuat Akta Tanah, yang bernaung secara langsung di bawah Badan Pertanahan
Nasional, yang secara langsung mempunyai tugas dan fungsi mengenai sistem
pertanahan di Indonesia.
Pejabat Pembuat Akta Tanah sendiri menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan
3
Abdul Ghofur Anshori. 2009. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan
Etika. Yogyakarta: UII Press, hlm. 46
4
Pembuat Akta Tanah, adalah “Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya PPAT,
adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta autentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas
Nomor 37 tahun 1998 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah yang kemudian
tentang Pendaftaran Tanah ini menetapkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah
tertentu mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
Nomor 24 Tahun 2016 tersebut, menjelaskan bahwa Profesi Pejabat Pembuat Akta
Tanah juga merupakan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat
perbuatan hukum tertentu berupa hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun. Sehingga Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk di dalam hukum
5
dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran dan
perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu 5.
1. Jual beli;
2. Tukar menukar;
3. Hibah;
4
Riduan Syahrani. 1985. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung: Penerbit
Alumni, hlm. 305
5
Mustofa. 2010. Tuntutnan Pembuatamn Akta-Akta PPAT. Yogyakarta: KaryaMedia, hlm. 2
6
Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang merupakan cikal bakal dari Pejabat
Pembuat Akta Tanah itu sendiri maka akan kalah kekuatannya karena telah
Notaris.
Namun jika digunakan asas hukum Lex Specialis Derogat Legi Generali
posterior derogat legi priori bahwa Undang-Undang yang terbaru (lex posterior)
B. RUMUSAN MASALAH
penelitian tesis ini. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
akta pertanahan?
Akta Tanah?
C. KEASLIAN PENELITIAN
8
yang berkaitan dengan judul penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
Indonesia pada tahun 2017 dengan judul Tesis: Kewenangan Notaris Dalam
b. Kedudukan akta tanah yang dibuat oleh Notaris merupakan akta yang
dibuat oleh Notaris yang berkaitan dengan pertanahan yaitu Surat Kuasa
pendaftaran tanah?12
9
Ibid, hlm. 98
10
Ibid, hlm. 99
11
Abdulloh. Kewenangan Notaris Dalam Pembuatan Akta
Yang Berkaitan Dengan Pertanahan Dalam Konteks Pendaftaran Tanah. 2020. Artikel
dalam jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Hlm. 1
12
Ibid, hlm. 6
13
Ibid
10
a. Selama jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Notaris masih terpisah,
unifikasi jabatan antara Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Notaris, hal ini
dapat dilihat dari pembahasan pada risalah rapat dan juga pada pendapat
Notaris.15
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, baik dilihat dari tema judul
atau topik penelitian maupun subtansi permasalahan yang lebih berfokus pada
akta-akta yang berkaitan dengan bidang pertanahan yang menjadi objek kajian
14
Ibid, hlm. 19
15
Ibid, hlm. 20
11
yang terkait dengan penelitian ini tetaplah digunakan sebagai bahan analisa dalam
Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka yang
berikut:
solusi yang tepat bagi pengambil kebijakan bila timbul masalah yang
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Jabatan Notaris
undang-undang.16
tersebut.17
kewenangan yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2) tentang
undang.
buku khusus;
aslinya;
pembuatan akta;
Tanggung jawab yang dimiliki oleh Notaris menganut prinsip tanggung jawab
autentik, Notaris harus bertanggung jawab apabila atas akta yang dibuatnya
apabila unsur kesalahan atau pelanggaran itu terjadi dari para pihak penghadap,
suatu akta yang terkuat dan akan dipergunakan untuk dijadikan alat bukti di dalam
masyarakat sangat dibutuhkan, yakni akta autentik yang dibuat oleh atau di
hadapan Notaris.19
Kecuali isi akta, setiap perbuatan yang dilakukan oleh Notaris dapat
19
Herlien Budiono. 2017. Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris. Bandung: Citra Aditya
Bakti, hlm. 1
17
Jabatan Notaris.
tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan
dasar pendaftaran.
hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, dan akta
tertentu.20
20
Boedi Harsono. 2003. Hukum agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria, isi, dan pelaksanannya. Jakarta: Penerbit Djambatan, hlm. 72
19
Akta Tanah memiliki satu wilayah kerja yang sama dengan Kantor
wilayah kerja yang telah di atur di dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan
wilayah kerja Pejabat Pembuat Akta Tanah saat ini meliputi satu
wilayah provinsi.
hukum tertentu yang berkaitan dengan Hak Atas Tanah atau Hak Milik
1998 adalah :
a. Jual beli;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
Hak Milik;
macam akta diatas, yang hanya sebatas pada bendan tidak bergerak,
yang berupa :
atas tanah;
atas tanah
21
Mustofa. 2010. Tuntutnan Pembuatamn Akta-Akta PPAT. Yogyakarta: KaryaMedia, hlm.
3
22
Hak Pakai;
Pakai;
“sedang dijaminkan”;
3. Akta Pertanahan
23
seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling
suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang di atur dan diakui
Nomor 37 tahun 1998 menyatakan bahwa, akta yang dibuat oleh Pejabat
tertentu mengenai Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan alat bukti surat
akta yang terdiri atas tanggal dan diberi tanda tangan yang menurut
Kepemilikan hak atas tanah yang selama ini belum mempunyai sertifikat
kepemilikan hak yang ter administrasi dari desa seperti Letter C, dapat
22
Subekti. 2010. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, hlm. 1
23
R. Setiawan. 1977. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. Bandung: Binacipta, hlm.3
24
masyarakat.
Sebuah akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dikatakan sah apabila akta
yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi syarat-syarat yang telah
kesepakatan dan kecakapan tidak terpenuhi maka, akta yang telah dibuat
tertentu dan kausa halal tidak terpenuhi maka, akta yang dibuat batal
demi hukum. Ini berarti bahwa akta tersebut dianggap tidak ada.
kantornya dengan dihadiri oleh para pihak dalam perbuatan hukum yang
hanya apabila salah satu pihak dalam perbuatan hukum atau kuasanya
tidak dapat datang di kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah karena alasan
yang sah, dengan ketentuan pada saat pembuatan aktanya para pihak
Akta Tanah harus dilakukan sesuai dengan kejadian, status dan data
kesaksiannya.
Akta Tanah dapat saja menolak pembuatan akta, yang tidak didasari data
atas sebagian bidang tanah yang sudah terdaftar atau tanah milik adat,
Pembuat Akta Tanah wajib mencantumkan NIB dan atau nomor hak atas
4. Teori Kewenangan
yang memengaruhi.
ada.24
wewenang, yang ada hanya pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu
tinggi.
(PERPU)
materi suatu peraturan itu dinilai bertentangan dengan materi peraturan yang
lebih tinggi.
Ni’matul Huda. 2012. HUKUM TATA NEGARA INDONESIA edisi Revisi. Jakarta:
25
dijadikan sebagai landasan atau dasar hukum bagi peraturan yang lebih
Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang
F. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Data
2. Tipe Penelitian
26
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji. 2015. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 15.
32
3. Sifat Penelitian
hukum yang berlaku untuk mencapai tujuan sehingga memiliki arah dan
tujuan yang jelas terkait dengan objek yang diteliti, yaitu tentang
pertanahan.
4. Pendekatan Penelitian
yang berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani 29, pendekatan
27
Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, hlm. 177
28
Ibid. hlm. 178
29
Ibid. hlm 136
33
dibedakan menjadi tiga golongan, yakni bahan hukum primer, sekunder dan
sebagai berikut:
2043);
30
Ibid. hlm 166
31
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji.2012. Penelitian Hukum Normatif. Cet. XXI. Jakarta.
Rajawali: Pers, hlm 33
34
2006.
utama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-
32
Rahmida Erliyani. 2020. Metode Penulisan dan Penelitian Hukum. Yogyakarta: Magnum
Pustaka Utama. hlm. 45
36
terhadap bahan-bahan hukum yang ada relevansi nya dengan topik masalah
pertanahan.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
37
mengenai isi dan materi dalam penyusunan tesis ini, maka masing-masing isi dan
babnya terdiri atas beberapa sub bab, yang pada prinsipnya dapat digambarkan
sebagai berikut.
BAB I, dalam bab ini penulis memberikan gambaran penulisan hukum yang
Penulisan,
BAB II, dalam bab ini penulis menguraikan tentang tinjauan umum yang
berisikan tentang jabatan Notaris, dan akta pertanahan, yang berkaitan dengan
rumusan masalah.
BAB III, dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab
terhadap apa yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya dan Saran terhadap
BAB II
Ratio Legis Atas Kewenangan Jabatan Notaris Dalam Membuat Akta
Pertanahan
39
BAB III
Politik Hukum Pemerintah Berkaitan Dengan Tumpang Tindih Kewenangan
Membuat Akta Pertanahan Oleh Notaris Dan Pejabat Pembuat Akta Tanah
40
BAB IV
PENUTUP
41
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji. 2015. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
Subekti. 2010. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa,
Syahrani, Riduan. 1985. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung:
Penerbit Alumni.
Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847
Nomor 23).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043).
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4432).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
(Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5491).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3696).
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3746).