Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ISSN: 2549-8347 (Online), ISSN: 2579-9126 (Print)


Volume 2 No. 2 September 2018

PEMBERDAYAAN KELOMPOK MASYARAKAT PERAJIN BAMBU


DI DESA SIRKANDI PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA

EMPOWERING GROUP OF COMMUNITY BAMBOO SOCIETY


IN THE VILLAGE OF PURWAREJA KLAMPOK BANJARNEGARA
1)
Sarno
1)
Program Studi Agroteknologi, Politeknik Banjarnegara
Jl. Raya Madukara Km. 2 Kenteng Banjarnegara, Jawa Tengah
email: abisarno1@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat UMKM perajin bambu dilaksanakan di Desa


Sirkandi Kecamatan Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara.Desa Sirkandi memiliki potensi jumlah
perajin bambu yang tergabung dalam UMKM paling banyak di Kecamatan Purwareja Klampok
Banjarnegara.Tujuan kegiatan diarahkan pada kelompok masyarakat UMKM Perajin Bambu Arrohman
terutama dalam hal peningkatan produksi dan pendapatan.Pengembangan industri kreatif berbasis potensi
desa berupa diversifikasi produk kerajinan bambu seperti piti dan tampah berkualitas dan
marketable.Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu pendidikan masyarakat dan pelatihan yang
ditujukan kepada kelompok UMKM perajin bambu Arrohman.Pendidikan masyarakat dilakukan melalui
kegiatan penyuluhan tentang pengembangan industri kreatif bambu, diversifikasi produk dan strategi
pemasaran produk kerajinan bambu.Pelatihan berupa demonstrasi langsung atau praktik diversifikasi
produk kerajinan bambu berupa piti dan tampah bambu. Hasil kegiatan berupa peningkatan pengetahuan
UMKM tentang pemanfaatan potensi bambu sebagai bahan kerajinan, keterampilan UMKM meningkat
melalui kegiatan pelatihan keterampilan penerapan strategi diversifikasi dan pemasaran produk,
diversifikasi produk kerajinan bambu yang dihasilkan oleh UMKM berupa produk tampah bambu, dan
penerapan standarisasi pada tahapan produksi.

Kata Kunci: Pemberdayaan, Kelompok Masyarakat, Perajin Bambu, Banjarnegara

ABSTRACT

Empowerment activities of community groups of bamboo craftsmen SMEs implemented in the


Village Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara District. Sirkandi village has the potential of the
number of bamboo crafters who are incorporated in the most SMEs in Purwareja Klampok Banjarnegara.
The purpose of the activity is directed to community groups of SMEs Arrohman Bamboo Crafters, especially
in terms of increasing production and income. The development of creative industries based on the potential
of the villages in the form of diversification of bamboo handicraft products such as piti and tampah quality
and marketable. The method used in this activity is community education and training aimed at the group of
UMKM Arrohman bamboo crafters. Community education is conducted through extension activities on the
development of bamboo's creative industry, product diversification and marketing strategy of bamboo
handicraft products. Training in the form of direct demonstration or diversification of bamboo handicraft
products in the form of piti and tampah bamboo. The result of the activity is to increase the knowledge of
UMKM about the utilization of bamboo potential as a craft material, the skills of UMKM increased through
skill training activity of diversification strategy and product marketing, bamboo handicraft product
diversification produced by UMKM in the form of bamboo tampah products, and standardization
application at production stage.
309
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

Keywords : Empowerment, Community Groups, Bamboo Craftsmen, Banjarnegara

Submitted : 20 Februari 2018 Revision: 10 Agustus 2018 Accepted : 3 Oktober 2018

PENDAHULUAN bambu sebanyak 3.600 buah dalam sehari atau


sekitar 108.000 buah/bulan. Kebutuhan akan
Kegiatan pemberdayaan kelompok bahan baku bambu 1 batang/orang dapat
masyarakat UMKM perajin bambu menghasilkan sekitar 180 buah piti dalam
dilaksanakan di Desa Sirkandi yang sehari, sehingga kebutuhan pasokan bahan
merupakan salah satu desa di Kecamatan baku bambu sekitar 20 batang/hari dengan
Purwareja Klampok Kabupaten Banjarnegara. harga Rp 5.000,-/batang. Harga jual produk
Memiliki luas wilayah paling luas yaitu 579,57 piti bambu sekitar Rp 150,-/buah di pedagang
hektar atau sekitar 27,29 % dari luas pengumpul. Jika dihitung maka penerimaan
kecamatan. Memiliki jumlah Dusun 5, jumlah yang diperoleh kelompok perajin piti bambu
RW 5, dan jumlah RT sebanyak 33. Desa sekitar Rp 27.000,-/orang/hari atau sekitar Rp
Sirkandi terletak di 7,48o LS 109,46o BT. 810.000,-/orang/bulan (Sarno, dkk, 2014).
Ketinggian tempat mencapai 108 mdpl dan Permasalahan klasik yang masih terjadi pada
jarak ke ibukota kecamatan mencapai 4 km. kelompok masyarakat perajin bambu secara
Desa Sirkandi memiliki jumlah penduduk garis besar dapat dijelaskan bahwa belum
sebanyak 6.154 jiwa dengan jumlah penduduk adanya kegiatan diversifikasi produk kerajinan
laki-laki sebanyak 3.070 jiwa dan penduduk tangan bambu.Artinya dari dahulu sampai
perempuan sebanyak 3.084 jiwa.. Luas lahan sekarang masih turun temurun membuat
sawah sekitar 0,50 km2 , bukan sawah 1,71 produk kerajinan tangan hanya jenis piti
km2 dan bukan lahan pertanian mencapai 3,58 bambu.Belum mengenal bentuk/jenis
km2 . Mayoritas masyarakat Desa Sirkandi kerajinan bambu lainnya.Padahal jika
bermata pencaharian sebagai perajin dikembangkan menjadi bentuk/jenis kerajinan
bambu.Hal tersebut didukung oleh adanya tangan bambu lainnya dapat meningkatkan
potensi jumlah tanaman kehutanan berupa pendapatan masyarakat dan tentu saja
tanaman bambu mencapai 4.088 (BPS memperluas jaringan pemasaran yang selama
Kabupaten Banjarnegara, 2017). ini menjadi masalah utama.

Keberadaan jumlah UMKM perajin Potensi sumberdaya alam berupa


bambu Arrohman di Desa Sirkandi mencapai jumlah tanaman bambu yang melimpah di
107 orang tersebar di dua dusun yaitu Beji dan Desa Sirkandi baru dimanfaatkan oleh para
Kereyek.Jenis produk kerajinan tangan yang kelompok masyarakat perajin bambu sebagai
dihasilkan masih menjadi icon dari dulu produk piti bambu dan sebagian lagi
sampai sekarang adalah piti. Piti merupakan dijual.Keahlian secara turun temurun terus
jenis kerajinan tangan yang terbuat dari bambu dilestarikan oleh masyarakat.Upaya pemberian
dan biasanya digunakan sebagai pemahaman kepada masyarakat perajin bambu
wadah/kemasan produk makanan seperti getuk menjadi salah satu upaya yang perlu dilakukan
goreng, tempat nasi, dan lain-lain. Kelompok dalam rangka mendukung peningkatan
masyarakat yang tergabung dalam perajin piti produksi dan pendapatan. Selain itu ditujukan
bambu mampu menghasilkan produksi piti dalam rangka mendukung pengembangan
310
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

kemandirian dan keberlanjutan usaha industry Salah satu upaya peningkatan daya
kreatif berbasis potensi desa.Persiapan saing usaha kelompok masyarakat dapat
kegiatan pemberdayaan kelompok masyarakat dilakukan melalui penerapan strategi bauran
perajin bambu yang dilakukan adalah dengan pemasaran atau marketting mix strategy.Hal
membuat perencanaan, pengorganisasian tersebut bertujuan membuka peluang pasar
sampai pada kegiatan monitoring dan evaluasi atau pemasaran antar daerah/wilayah.Dengan
kegiatan pendidikan dan pelatihan adanya kegiatan tersebut diharapkan dapat
diversifikasi produk kerajinan bambu menjadi meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
produk piti dan tampah bambu.Kegiatan kerajinan piti bambu yang selama ini masih
pendidikan dan pelatihan tersebut berbasis tersekat-sekat wilayah pasarnya dan belum
pada kelompok masyarakat melalui penerapan menjangkau ke luar daerah.Secara umum
standart operational procedur (SOP) dan penerapan sistem kelembagaan pemasaran
pengawasan sistem mutu pada tahap produksi kelompok masyarakat perajinbambu di Desa
piti dan tampah bambu. Selain itu juga Sirkandi masih tergolong lemah. Lemahnya
dilakukan penerapan standart sanitation sistem kelembagaan pemasaran tersebut
operational procedure (SSOP) pada tahap dikarenakan kelembagaan pemasaran yang
proses produksi piti dan tampah bambu. terlibat belum efisien. Menurut Syahza (2007),
suatu sistem pemasaran yang efisien harus
Pengembangan usaha mikro kecil pada mampu dan memenuhi dua persyaratan yaitu:
kelompok masyarakat bisa menjadi salah satu (1) mengumpulkan hasil pertanian dari
jalan keluar untuk menumbuhkan daya saing produsen ke konsumen dengan biaya
di Indonesia menjadi lebih baik.Tentu saja serendah-rendahnya, (2) mampu
upaya tersebut dilakukan dengan terus mendistribusikan sistem pembagian balas jasa
meningkatkan dan melakukan pendampingan yang adil dari keseluruhan harga konsumen
terhadap kinerja usaha agar tetap mampu akhir kepada semua pihak yang terlibat mulai
bersaing pada era perdagangan bebas.Upaya dari kegiatan produksi hingga pemasaran.
tersebut salah satunya dengan meningkatkan Kelembagaan pemasaran seringkali memiliki
kualitas atau mutu produk yang dihasilkan perbedaan terutama menyangkut komoditas
oleh usaha mikro kecil sesuai dengan latar dan daerah. Namun secara umum
belakang usaha yang digelutinya (Ardiansyah, kelembagaan yang terlibat dalam pemasaran
2011). Mengingat daya saing usaha mikro adalah pedagang pengumpul, para
kecil pada kelompok masyarakatdi Indonesia penyalur/pedagang antar pulau, pedagang
masih sangat rendah sekitar 3,5 dari skor 1-10 besar yang beroperasi di pusat-pusat besar, dan
dibandingkan negara-negara ASEAN. akhirnya para pengecer di daerah konsumsi itu
Lemahnya daya saing tersebut merupakan sendiri yang berhadapan langsung dengan para
salah satu permasalahan yang harus segera konsumen.
dipecahkan demi kemajuan dan kesejahteraan
Indonesia (Bappenas, 2011). Kemampuan Pada pemasaran kerajinan bambu
usaha mikro kecil pada kelompok masih sering dijumpai menempatkannya
masyarakatdi Indonesia untuk melakukan pedagang pengumpul desa sebagai tujuan
proses pengembanganjuga kurang berjalan. Ini utama dalam pemasaran hasil. Hanya sebagian
merupakan cerminan bahwa wirausahawan di kecil perajin yang langsung menjual hasil
Indonesia masih kurang inovatif.Mengingat produksinya ke pedagang besar. Menurut
rendahnya daya saing tersebut maka harus Agustian (2005) dalam hal tujuan pemasaran
dicarikan jalan keluar sehingga daya saing ini, tampaknya orientasi dalam penjualan hasil
usaha di Indonesia menjadi lebih baik. lebih mengarah pada kelembagaan pemasaran
yang paling dekat dan mudah dijangkau
311
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

perajin. Bahkan semakin berkembangnya khususnya di daerah pedesaan.Rendahnya


kelembagaan pemasaran seperti halnya kualitas sumberdaya manusia ini tidak pula
munculnya supplier dan dan pasar modern didukung oleh fasilitas pelatihan yang
tidak dapat terakses langsung oleh para perajin memadai, sehingga penanganan produk mulai
karena berbagai kendala baik yang dari pra produksi sampai ke pasca produksi
menyangkut kontinuitas, jumlah yang diminta, dan pemasaran tidak dilakukan dengan
sistem pembayaran maupun kualitas barang baik.Disamping itu, pembinaan perajin selama
yang diminta sangat ketat. Rantai pemasaran ini belum mengarah kepada praktik
yang cukup panjang dapat menyebabkan tidak pemasaran. Maka dari itu tujuan dari kegiatan
efisiennya sistem pemasaran. Oleh karena itu, adalah memberdayakan kelompok masyarakat
terjadinya peningkatan produksi kerajinan UMKM perajin bambu melalui pendidikan,
bambu bila tidak diiringi dengan perbaikan dan pelatihan serta pendampingan dalam
dalam hal pemasarannya, maka sub sistem rangka meningkatkan pendapatan dan
pemasaran selamanya dihadapkan dalam kesejahteraan.
ketidakefisienan dan seringkali pihak perajin
sebagai produsen memperoleh bagian harga
METODE KEGIATAN
yang kurang memadai bagi peningkatan
usahanya. Kelompok masyarakat sasaran adalah
UMKM perajin bambu Arrohman Desa
Pengembangan sektor pertanian dalam Sirkandi Kecamatan Purwareja Klampok
arti luas harus diarahkan kepada sistem Kabupaten Banjarnegara. Pemilihan kelompok
agribisnis dan agroindustri, karena pendekatan masyarakat perajin bambu tersebut didasarkan
ini akan dapat meningkatkan nilai tambah pada pertimbangan banyaknya potensi
sektor pertanian yang pada hakikatnya dapat sumberdaya alam di daerah setempat terutama
meningkatkan pendapatan bagi pelaku-pelaku tanaman bambu yang potensinya dapat terus
agribisnis dan agroindustri di daerah. Untuk dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi
mewujudkan tujuan pengembangan ekonomi industri kreatif yang menjanjikan. Metode
kerakyatan, terutama di sektor pertanian maka kegiatan yang dilakukan adalah pendidikan
perlu dipersiapkan kebijakan strategis untuk masyarakat melalui kegiatan penyuluhan
memperbesar atau mempercepat pertumbuhan tentang pengembangan industri kreatif,
sektor pertanian, khususnya peningkatan diversifikasi produk dan strategi pemasaran
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. produk kerajinan bambu. Metode pelatihan
Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut berupa demonstrasi langsung atau praktik
adalah pengembangan agribisnis dan diversifikasi produk kerajinan bambu berupa
agroindustri yang terencana dengan baik dan piti dan tampah bambu. Pelatihan yang
terkait dengan pembangunan sektor ekonomi dipandu oleh narasumber (tenaga ahli) dan
lainnya. Lebih lanjut diungkapkan Suyono dibantu dengan seperangkat alat bantu untuk
(2007) dalam Syahza (2007), upaya melakukan praktik secara langsung. Sebelum
pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan, kegiatan pelatihan dilakukan terdapat beberapa
sektor pertanian harus menjadi sasaran hal kegiatan berupa persiapan yang perlu
utama.Sektor ini harus dijadikan pijakan dilakukan.
kokoh, sehingga di pedesaan dapat tercapai
swasembada berbagai produk pertanian,
HASIL DAN PEMBAHASAN
terutama kerajinan tangan bambu, sebelum
memasuki era perindustrian.Masalah Hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
rendahnya mutu sumberdaya manusia, dapat dijelaskan sebagai berikut :
312
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

Kegiatan Pendidikan Masyarakat dkk (2017) bahwa pengelolaan komoditi


sumber daya alam bambu masih belum
Kegiatan pendidikan berupa
optimal dilaksanakan oleh masyarakat
penyuluhan tentang pengembangan industri
mengingat proses produksi dan pemasaran
kreatif berbasis potensi lokal. Dengan melihat
kerajinan bambu belum berbentuk inovasi
potensi sumberdaya alam Desa Sirkandi
produk dan bernilai ekonomi rendah. Bila
terutama potensi jumlah tanaman bambu yang
kuantitas sumber daya manusia dan sumber
paling besar atau melimpah. Memiliki banyak
daya alam bambu meningkat namun belum
peluang untuk dapat dikembangkan menjadi
disertai dengan pengelolaan yang baik, maka
industri kreatif berbasis potensi desa. Apalagi
akan berdampak terhadap kurangnya kualitas
didukung oleh keberadaan jumlah sumberdaya
produk kerajinan bambu yang
manusia yaitu para perajin bambu yang ada
berkesinambungan memberikan dampak
mencapai 107 orang. Pada kegiatan tersebut
terhadap kemajuan sosial ekonomi
para perajin bambu juga diberikan pemahaman
masyarakat.
dan penjelasan tentang pengembangan industri
kreatif bambu. Berdasarkan hasil assessment Kegiatan pendidikan berupa
lapangan mengenai kondisi masyarakat akan penyuluhan juga dilakukan berkaitan dengan
ketersediaan kegiatan pengolahan potensi bagaimana upaya pengembangan strategi
sumber daya alam, hasil yang diperoleh bahwa pemasaran produk kerajinan bambu terutama
masyarakat belum memiliki kesadaran akan piti dan produk bambu lainnya. Seperti halnya
pentingnya pengolahan hasil komoditi sumber yang disampaikan oleh Hermawan (2015)
daya alam yang mulai diperhatikan pula oleh bahwa sebagai strategi bisnis, marketing
pemerintah. Dalam hal ini, diketahui bahwa merupakan tindakan penyesuaian suatu
jumlah pengrajin bambu masih menjalankan organisasi yang berorientasi pasar dalam
aktivitas tradisionalnya dengan produk menghadapi kenyataan bisnis, baik dalam
kerajinan bambu. Hal ini juga didukung lingkungan mikro maupun lingkungan makro
penjelasan dari Departemen Perdagangan, yang terus berubah. Prosespemasaran
(2008) yang menyatakan bahwa ada beberapa diharapkan dapat menciptakan nilai untuk
arah dari pengembangan industri kreatif ini, pelanggan dan membangun hubungan
seperti pengembangan yang lebih pelanggan.Salah satu strategi yang
menitikberatkan pada industri berbasis: (a) berhubungan dengan kegiatan pemasaran
lapangan usaha kreatif dan budaya (creative perusahaan adalah marketing mix strategy
cultural industry); (b) lapangan usaha kreatif yang didefinisikan oleh Kotler dan Armstrong
(creative industry), atau (c) Hak Kekayaan (1997) dalam Diniaty dan Agusrinal (2014)
Intelektual seperti hak cipta (copyright yang menyatakan bahwa marketing mix as the
industry). set of controllable marketing variables that the
firm bleads to produce the response it wants in
Pada kegiatan penyuluhan tersebut
the target market. Strategi bauran pemasaran
juga diperoleh informasi bahwa kualitas
(Marketting Mix) meliputi straegi 4 P, yaitu
produk kerajinan bambu yang dihasil oleh
strategi produk (product strategy), strategi
perajin masih rendah. Oleh karena itu kegiatan
harga (price strategy), strategi tempat (place
perlu dilanjutkan dengan kegiatan
strategy), dan strategi promosi (promotion
pendampingan dan pelatihan secara
strategy).
berkelanjutan agar diperoleh kualitas produk
yang baik. Hal tersebut senada dengan
penjelasanan yang disampaikan oleh Wibhawa
Tabel 1. Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Produk Piti Bambu

313
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

No Penerapan Strategi Uraian/Keterangan


a. Produk piti bambu yang dipasarkanberukuran kecil
Strategi Produk
01 b. Produk piti bambu ukuran kurang lebih 20 x 20 x cm
(Product Strategy)
c. Produk ketebalannya/ketinggiannya sekitar 5 cm
a. Harga produk berkisar antara Rp 250 – Rp 300/buah
Strategi Harga
02 b. Harga produk biasa mengalami perubahan ketika menjelang hari
(Price Strategy)
raya/lebaran dan hari besar tertentu
a. Tempat pemasaran pada kios/warung,agen/distributor/pedagang besar
Strategi Tempat
03 diluar kota, agen pengecer di pasar tradisional
(Place Strategy)
b. Upaya dapat menembus pasar di luar wilayah
Strategi Promosi a. Promosi melalui brosur/leaflet yang disebar dan melalui media
04
(Promotion Strategy) internet
Sumber : data primer diolah, 2017
perajin bambu Desa Sirkandi. Pelatihan
Kelompok masyarakat UMKM perajin diversifikasi produk tersebut juga dibarengi
bambu Arrohman Desa Sirkandi belum dengan pelatihan penerapan standarisasi pada
melakukan inovasi dan diversifikasi produk tahapan produksi kerajinan bambu. Produk
kerajinan bambu yang dilakukan dan hasil pelatihan diversifikasi adalah produk
pemasarannya masih bersifat terbatas. kerajinan berupa tampah atau nampan bambu.
Keterampilan dan kapasitas para perajin dalam Selama ini perajin hanya memproduksi
mengolah dan memanfaatkan bahan bambu kerajinan jenis piti bambu saja. Seperti
juga masih terbatas. Oleh karena itu, kegiatan diketahui bahwa piti bambu memiliki nilai jual
pelatihan bagi para perajin bambu dalam yang lebih murah dibandingkan dengan
diversifikasi dan menciptakan inovasi produk produk tampah bambu.
kerajinan bambu yang kreatif sangat baik Adapun pelatihan diversifikasi produk
mengingat peluang kemajuan sosial ekonomi juga dibarengi dengan pelatihan penerapan
masyarakat Desa Sirkandi yang sedang standart operational procedure(SOP) dan
berkembang. Menurut Wibhawa dkk (2017) standart sanitation operational procedure
bahwa adapun peluang dan potensi yang dapat (SSOP) pada tahapan proses produksi piti
ditinjau terhadap pemberdayaan perajin bambu bambu, penerapan standar pengawasan mutu
untuk pengelolaan dan pemasaran produk produk, dan diversifikasi serta inovasi produk
kerajinan bambu diantaranya adalah diadakan kerajinan bambu berupa tampah bambu.
sosialisasi terkait dengan informasi mengenai Kegiatan pelatihan jugadidampingi oleh
keuntungan dan manfaat dari pengelolaan kelompok perajin tampah bambu dari daerah
produk kerajinan bambu sebagai salah satu lain yaitu daerah Desa Situwangi Kecamatan
inovasi industri rumah tangga kreatif yang Rakit Kabupaten Banjarnegara yang
bernilai. Hal ini juga dapat didukung dengan merupakan sentra kerajinan bambu. Pelatihan
pengetahuan akan bagaimana pengelolaan ini ditujukan untuk memberi keterampilan
bambu dapat berdampak terhadap kemajuan kepada perajin bambu dalam pengembangan
perekonomian dan diperkuat bila diadakannya industri kreatif bambu di Desa
kerjasama antar kelompok perajin bambu Sirkandi.Deskripsi produk kerajinan bambu
dalam sebuah wadah koperasi bersama. hasil kegiatan pelatihan para perajin bambu
Kegiatan Pelatihan Diversifikasi Produk Desa Sirkandi, dan hasil penerapan standart
dan Penerapan Standarisasi Tahapan operational procedure (SOP) dan standart
Produksi sanitation operational procedure (SSOP) pada
tahapan proses produksi tersaji pada Tabel 2.
Kegiatan pelatihan diversifikasi
produk kerajinan bambu ditujukan bagi para
314
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

Tabel 2. Deskripsi Produk Kerajinan Bambu


Varian
No Deskriptor
Anyam 8 Anyam 9
A Deskripsi Produk Piti Bambu
1 Deskripsi umum Wadah yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk balok, terdiri dari
bagian alas dan tutup
2 Warna Coklat khas bambu (tanpa pewarna)
3 Ukuran 10x10x6 cm 12x12x7 cm
4 Penggunaan Wadah getuk goreng (kemasan 250 g) Wadah getuk goreng (kemasan
500 g)
B Deskripsi Produk Tampah Bambu
1 Deskripsi umum Alat bantu yang terbuat dari anyaman bambu untuk memisahkan beras,
maupun biji-bijian, dari bahan lain yang tidak dikendaki (Jawa: menampi)
2 Warna Coklat khas bambu (tanpa pewarna)
3 Ukuran Ø 50 cm
4 Penggunaan Menampi beras/bijian, menjemur bahan pangan

buluhnya 45 sampai 65 cm. Bentuk batang


Tahapan produksi piti dan tampah bambu tali sangat teratur. Bambu tali
bambu memiliki persamaan dalam hal bahan digunakan sebagai bahan baku karena sifatnya
baku yang digunakan. Bahan baku yang yangliat dan tidak mudah putus atau patah.
digunakan untuk kedua produk tersebut adalah Selain itu, serat bambunya juga lebih halus
bambu tali. Morfologis bambu tali yaitu warna dan lebih mudah untuk dianyam. Bambu tali
batang bambu tali adalah hijau yang digunakan sebagai bahan baku telah
sampaikekuning-kuningan. Batang bambu tali berumur 6 bulan dengan diameter 7-10 cm.
tidak bercabang di bagian bawah. Diameter Sebelum diolah lebih lanjut, bambu tali yang
batang antara 2,5 sampai 15 cm, tebal dinding telah dipotong akan dijemur terlebih dahulu
3 sampai 15 mm, danpanjang ruas atau selama ± 4 hari.

Tabel 3. Standarisasi Tahapan Produksi Piti dan Tampah Bambu


No Tahapan Proses Standarisasi
A Standarisasi Tahapan Produksi Piti Bambu
1 Pengadaan bambu Bambu tali
2 Pemotongan bambu 50 cm dan 35 cm
3 Pembelahan bambu 1 bilah bambu dibelah menjadi 8-10 bagian
4 Pembentukan lapisan tipis bambu Lapisan tipis bambu diirat hingga ketebalan 0,4-0,5
mm
5 Penganyaman dan pembentukan struktur Dianyam rapat dan rapi
6 Perapian piti bambu Dirapikan pada sisi terluar anyaman
B Standarisasi Tahapan Produksi Tampah Bambu
1 Pengadaan bambu Bambu tali
2 Pemotongan bambu 55 cm dan 50 cm
3 Pembelahan bambu 1 bilah bambu dibelah menjadi 8-10 bagian
4 Pembentukan lapisan tipis bambu Lapisan tipis bambu diirat hingga ketebalan 0,7-0,8
mm
5 Penganyaman dan pembentukan tampah Dianyam rapat dan rapi
6 Pemberian pegangan tampah Pegangan tampah yang dibentuk dari 2 bilah bambu

315
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

terlihat rapi dan kokoh


7 Penghilangan sisa serabut bambu dengan pemanasan Sisa-sisa serabut halus bambu hilang dan terbentuk
warna kecoklatan yang khas
8 Pengikatan pegangan Pengikatan dilakukan dengan rapi dan kuat

Melihat nilai historis dan budaya lokal pemasaran dianggap sebagai salah satuunsur
kerajinan bambu yang sangat berharga, maka strategi yang paling potensial di dalam
dinilai perlu melakukan langkah-langkah memasarkan produk.
strategis guna tetap melestarikan Desa
Merujuk pada hasil kegiatan yang
Sirkandi sebagai daerah sentra kerajinan
telah dilakukan maka diperlukan langkah
bambu dengan tetap memperhatikan aspek
rencana tindak lanjut. Rencana tindak lanjut
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
yang diperlukan antara lain adalah kegiatan
permintaan pasar akan kerajinan bambu.
pendampingan secara berkelanjutan kepada
Langkah yang dinilai tepat guna mengatasi
para perajin bambu dalam upaya pemasaran
kondisi tersebut adalah dengan meningkatkan
produk, penguatan kelembagaan yang terlibat
kuantitas dan kualitas produk kerajinan bambu
dalam pemasaran produk, pengembangan
di Desa Sirkandi. Peningkatan kuantitas, baik
sinergitas kelompok perajin bambu dengan
dalam hal jumlah produksi maupun
pihak pemerintah atau pun perusahaan swasta.
keberagaman produk yang dihasilkan akan
Pendampingan para perajin bambu dalam
semakin memperbesar peluang pasar dan
mengembangkan industri kreatif berbasis
menjamin tersedianya produk dalam jumlah
potensi lokal desa
tertentu secara kontinyu sebagaimana
permintaan pasar. Sementara itu peningkatan
kualitas, melalui adanya standarisasi produk
SIMPULAN
sesuai regulasi dan permintaan pasar,
diharapkan akan memberikan jaminan Berdasarkan pada hasil kegiatan yang
kepuasan konsumen terhadap produk kerajinan telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bambu yang diproduksi. bahwa kegiatan pemberdayaan kelompok
masyarakat UMKM perajin bambu di Desa
Kegiatan Pelatihan Penerapan Strategi Sirkandi memberikan manfaat berupa
Bauran Pemasaran Produk peningkatan pengetahuan dan kapasitas,
Kegiatan pelatihan penerapan strategi semakin termotivasi serta para perajin bambu
bauran pemasaran produk secara sederhana paham tentang pemanfaatan potensi bambu
yang dilakukan pada para perajin bambu sebagai bahan kerajinan dalam mendukung
membawa manfaat terhadap adanya kemandirian dan keberlanjutan usaha menuju
peningkatan pengetahuan dan kemampuan pengembangan industri kreatif berbasis
para perajin merumuskan dan membuat potensi desa. Selain itu memberikan manfaat
strategi pemasaran untuk produk piti dan adanya peningkatan keterampilan usaha
tampah bambu yang mereka produksi. melalui penerapan strategi diversifikasi dan
Menurut Selang (2013) menyatakan bahwa pemasaran produk kerajinan bambu.
bauran pemasaran merupakan salah satu
strategi pemasaran untuk menyampaikan
DAFTAR PUSTAKA
informasi secara luas, memperkenalkan suatu
produk barang dan jasa, merangsang Agustian, A, (2005). Analisis Berbagai Bentuk
konsumen untuk memberi bahkan Kelembagaan Pemasaran dan
menciptakanpreferensi pribadi terhadap image Dampaknya Terhadap Peningkatan
suatu produk. Oleh karena itu bauran
316
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018
Sarno
Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Perajin Bambu Di Desa Sirkandi Purwareja Klampok Banjarnegara

Usaha Komoditas Pertanian. Pusat Berbasis Agribisnis di Daerah Riau,


Penelitian dan Pengembangan Sosial Lembaga Penelitian Universitas Riau,
Ekonomi. Badan Penelitian dan Pekanbaru.
Pengembangan. Departemen
Selang, C.A.D., (2013). Bauran Pemasaran
Pertanian.
(Marketing Mix) Pengaruhnya
Ardiansyah, (2011). Peluang Usaha dari TerhadapLoyalitas Konsumen Pada
Kerajinan Bambu. STMIK Amikom Fresh Mart Bahu Mall Manado. Jurnal
Yogyakarta. EMBA, 1, (3). 71-80.
BAPPENAS, (2011), Masterplan Percepatan Wibhawa, B, Sahadi H, Agus WR, Budi M.T,
dan Perluasan Pembangunan Maulana Binahayati.2017.
Ekonomi Indonesia. Pengembangan Produktivitas
Pengrajin Bambu Melalui Pelatihan
BPS Kab. Banjarnegara. 2017. Kecamatan
Olahan Aneka Kerajinan Bambu di
Purwareja Klampok Dalam Angka
Desa Genteng Kecamatan Sukasari
2017.
Sumedang. Jurnal Penelitian & PPM.
http://banjarnegarakab.bps.go.id.Diaks
4, (2), 129 – 389.
es 09 Februari 2018.
Departemen Perdagangan RI, (2008),
Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025: Rencana
Pengembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia 2009 – 2015.
Diniaty, D, Agusrinal. (2014). Perancangan
Strategi Pemasaran Pada Produk
Anyaman Pandan. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri, 11, (2), 175 –
184.
Hermawan, H, (2015). Analisis Pengaruh
Bauran Pemasaran Terhadap
Keputusan, Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen Dalam Pembelian Roti
Ceria di Jember. Jurnal Manajemen
dan Bisnis Indonesia,1, (2) .
Sarno, Lukmanul H, Bondan HS. (2014). IbM
Kerajinan Bambu di Purwareja
Klampok Banjarnegara. Laporan
Mono Tahun Kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Politeknik
Banjarnegara.

Syahza. A, (2007). Model Pemberdayaan


Masyarakat Dalam Upaya Percepatan
Pembangunan Ekonomi Pedesaan

317
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISSN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 2 No. 2 September 2018

Anda mungkin juga menyukai