Anda di halaman 1dari 4

NASKAH JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Nama : Indra Abdurrouf Mata Kuliah : Kesehatan Gizi AUD


Semester :3 Dosen : Ika Candra Destiyanti, M.
Program Studi : PGPAUD Pd.I
Fakultas : FKIP

I. Pertanyaan / Soal

1. Permasalahan perkembangan AUD diindonesia adalah obesitas atau gizi


buruk. Bagaimana anda sebagai orangtua memberikan menu seimbang
kepada buah hati anda?
2. Program pemerintah sebelumnya untuk mengatasi obesitas dan gizi buruk
adalah 4 sehat 5 sempurna namun di perbaharui kembali dengan
penanganan melalui gizi seimbang? Apa perbedaan antara program 4 sehat 5
sempurna dengan gizi seimbang?
Dalam paparannya, Doddy  menjelaskan ada empat perbedaan utama konsep lama empat sehat
lima sempurna, dengan konsep terkini yang dinamakan pedoman gizi seimbang, yaitu:

1. Penekanan Pesan

Seperti kita ketahui konsep Empat Sehat Lima Sempurna menekankan pada konsumsi nasi, lauk
pauk, sayur, buah dan memandang susu sebagai bahan pangan yang menyempurnakan.

Sementara konsep Gizi Seimbang dimaknai sebagai susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu,
PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu: Membiasakan makan makanan yang beraneka ragam,
Menjaga pola hidup bersih, Pentingnya pola hidup aktif dan olah raga, dan pantau berat badan.

2. Susu Bukan Penyempurna

Di dalam konsep Empat Sehat Lima Sempurna, susu menjadi manakan/minuman yang
dikelompokkan tersendiri dan dianggap sebagai penyempurna. Sedangkan di dalam konsep PGS,
susu termasuk kedalam kelompok lauk-pauk dan bukan makanan penyempurna dan dapat
digantikan dengan jenis makanan lainnya yang sama nilai gizinya.

Kandungan gizi dalam susu adalah protein dan beragam mineral (Kalsium, Fosfor, Zat Besi).
Sementara dalam PGS, jika sudah cukup dan beragam konsumsi sumber protein seperti telur dan
daging, daging dan ikan, tidak mengonsumsi susu juga tidak apa-apa, terang Doddy.

3. Penjelasan Mengenai Porsi

Dalam konsep Empat Sehat Lima Sempurna tidak menyertakan informasi jumlah yang harus 
dikonsumsi dalam sehari. Sedangkan konsep PGS tidak hanya ada atau tidak, juga memasukkan
penjelasan tentang kuantitas atau jumlah (porsi) yang harus dimakan setiap hari untuk setiap
kelompok makanan.
Seperti diketahui, setiap hari tubuh membutuhkan asupan protein nabati 2-3 porsi, protein hewani
2-3 porsi,  makanan pokok 3-8 porsi, sayuran 3-5 porsi, buah 3-5 porsi dan minum air mineral
minimal 8 gelas.

Dalam PGS jika pola makan kita tinggi karbohidrat, tinggi lemak, sedikit protein, sedikit sayur
dan buah, maka pola  tersebut tidak bisa dikatakan sehat. Berbeda pada 4 sehat 5 sempurna, pola
makan tersebut dihitung meski protein, sayur dan buah porsinya sedikit, jelasnya.

4. Pentingnya Minum Air Mineral


Konsep Empat Sehat Lima Sempurna tidak menggambarkan bahwa tubuh perlu minum air
mineral secara cukup, aman, dan bersih. Sementara konsep PGS sudah menjelaskan pentingnya
mencukupi kebutuhan minum air mineral minimal 2 liter, atau lebih kurang 8 gelas per hari.

3. Menu Catering di sekolah yang anda pimpin kurang beragam dan kurang
higienis sehingga banyak murid murid yang sering sakit dan tidak masuk
sekolah. Bagaimana sikap anda sebagai kepala sekolah mengatasi
permasalahan tersebut?
o Meningkatkn kualitas kebersihan dan kehigienisan Makanan
yang disediakan di sekolah dengan membeli ahan makanan di
tempat yag higienis dan terpercaya.
o Berkonsultasi dengan Pihak kesehatan terdekat agar Makanan
yangdisediakan terjamin kbersihan dan kehigienisan nya melalui
Kontrol dan pengecekan makanan.
o Membuka Saran dan masukan bagi Orangtua/Wali murid yang
ingin memberikan saran menu sehat yang baik untuk Peserta
didik.

4. Bagaimana Trik anda sebagai Guru PAUD untuk mengatasi anak yang takut
makan nasi ? Bagaimana mengatasi anak yang takut makan sayur/ buah?

Nah, buat Bunda yang kebingungan bagaimana agar anak mau makan buah dan
sayur, bisa simak beberapa tips berikut ini:

1. Kenalkan Berulang-ulang
Kalau kali ini anak menolak maka sayur bayam, jangan putus asa, Bun. Ayo coba
lagi, meski berkali-kali.
"Cara pengenalan makanan ke anak-anak pada dasarnya harus berulang-ulang,
tetapi tetap menyenangkan. Nah, waktu libur sekolah seperti sekarang ini adalah
waktu yang sesuai untuk mulai belajar,"
Nah, kalau sesudahnya sudah menolak, maka baru bisa disimpulkan bahwa anak
tidak menyukai makanan tersebut. 

2. Ajarkan Warna yang Sama Rasanya Tidak Sama


Kadang anak nggak suka makan kangkung hanya karena warnanya sama dengan
warna bayam. Padahal warna yang sama, rasanya belum tentu sama. Hal ini perlu
kita tanamkan pada anak, Bun.
Jadi, misalnya saat anak tidak menyukai rasa brokoli berwarna hijau, orang tua
masih bisa mengenalkan sayuran berwarna hijau lainnya. "Anak biasanya
mengasosiakan warna dengan rasa. Di sini pentingnya peran orang tua untuk
mengajarkan tentang keberagaman warna dan rasa pada makanan yang diberikan
ke anak-anak," sambung Rachel.

3. Kreasikan Agar Menarik


Agar anak semangat makan sayur dan buah, sebaiknya tampilannya juga dibikin
menarik, Bun. Rachel mencontohkan dengan membuat karakter kartun dari tomat
dan timun.
"Hal ini akan menstimulasi rasa penasaran anak untuk mencoba makanan itu,"
tambah Rachel.

4. Berikan dalam Porsi Kecil

Bun, cobalah menyodorkan buah dan sayur dalam porsi kecil. Dengan begitu anak
tidak akan takut duluan karena harus menghabiskan seporsi besar makanan yang
tidak disukainya.

5. Sebagai guru PAUD tidak hanya mengajari anak di dalam kelas namun juga
memberi teladan diluar kelas. Bagaimana sikap anda menghadapi keluhan
orangtua diluar kelas untuk membantu anaknya bersikap sopan terhadap
orangtua?

1. Pahami 3 hal mendasar saat mengajarkan anak sopan santun


Hal pertama dan sederhana yang perlu dilatih sejak dini berkaitan dengan
mengajarkan sopan santun pada anak adalah melatihnya mengenal 3 kata ajaib,
maaf, terima kasih dan tolong. Mulailah mengajari anak balita mengatakan 3 kata ini.
Biasakan anak mengatakan maaf jika memang salah, katakan tolong pada siapa
pun ketika anak membutuhkan bantuan, dan tentu saja jangan lupa ucapkan terima
kasih ketika ia mendapatkan pertolongan. Bila anak balita terbiasa mengatakan 3
kata ini, ia akan lebih mudah bersosialisasi seiring beranjak dewasa.
Perlu Parents sadari, melatih anak agar terbiasa mengucapkan 3 kata ini butuh
kesabaran dan konsistensi Anda sebagai orangtua.
2. Mengajarkan anak sopan santun, jadilah role model
Anak adalah foto kopi orangtua. Mereka ibarat spons yang bisa menyerap apa yang
dilakukan dan dikatakan orangtuanya. Jadi, bagaimana anak bisa memiliki sopan
santun jika mereka tidak mendapatkan contoh yang konkret dari orangtuanya?
Untuk itu mulailah dari hal sederhana dan yang paling mendasar dengan
membiasakan anak untuk mengatakan kata terima kasih, maaf dan tolong, serta
permisi
Berikan contoh secara konsisten karena dengan melihat perilaku orangtuanya, maka
anak akan meniru. Jadi jangan pernah bermimpi anak balita Anda akan bersikap
manis dan memiliki sopan santun jika Anda sendiri sebagai orangtuanya belum
mampu bersikap demikian.
3. Pastikan bahwa Anda memiliki tujuan yang masuk akal
Ketika melatih anak memahami dan belajar sopan santun, serta bisa
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, hal yang perlu diingat lainnya adalah
penting bagi Parents untuk tidak memiliki eskpektasi berlebihan.
Tidak ada salahnya untuk menurunkan harapan Anda. Artinya, cobalah menetapkan
tujuan yang masuk akal dan hal apa saja yang perlu dicapai anak balita Anda.
Jangan lupa, bahwa anak tidak akan mendengarkan dan mematuhi Anda sepanjang
waktu, dan ini adalah hal  lumrah dan memang dilakukan semua anak balita. Ingat
saja, ini adalah proses mereka bisa belajar.

Anda mungkin juga menyukai