Anda di halaman 1dari 3

Mari Membuat Cerita Komik

Komik Karpet Biru Page·19 Februari 2017


Meskipun relatif jarang diperhatikan, cerita sebuah komik merupakan bagian integral dari
komik itu sendiri. Sebagus apapun visualisasi dari sebuah komik, jika tidak ada cerita yang
disampaikannya, maka tidak lengkaplah komik tersebut sebagai media komunikasi. Cerita
komik sendiri berperan sebagai pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Toh, pada
kenyataannya, banyak orang ingin membeli komik karena gambarnya, bukan karena
ceritanya; dan hal ini tentunya sah-sah saja. Nggak ada yang ngelarang, kok !
Ada buanyak faktor yang rnempengapuhi pembuatan cerita komik. Mari kita tinjau bersama-
sama... yuk !

1. Ide cerita

Bagian vang paling penting dalam pernbuatan sebuah cerita komik yaitu, ya, ide cerita ini.
Apa sih yang ingin kita ceritakan kepada pembaca nanti ? Sebelum menjawab pertanyaan itu
kita harus tahu dulu dong jenis cerita apa yang akan kita bikin. Apa itu superhero, fiksi
ilmiah, horor, petualangan, romance, novel, detektif, humor dan lain-lain. atau kombinasinya.
Berikutnya, kita juga harus menentukan apakah ide cerita kita ini orisinil tau tidak. Orisinil
dalam artian kita berpikir "Hmh ! Sampe kiamat juga nggak akan ada deh yang kepikiran
bikin cerita kayak gin! selain saya ! Hua ha ha ha ha..." Tidak orisinil (dalam artian paling
jelek ya nyontek cerita orang laen yang udah jadi terus diakuin jadi milik sendiri... ugh !) bisa
diartikan kita ngambil cerita dari cerita yang sudah ada dan diadaptasikan (misalnya kayak
cerita-cerita wayang dan legenda mitologis lain). Bisa juga kita modifikasi ; ambil unsur yang
udah ada, trus dikembangin jadi cerita dengan sentuhan sendiri. Ini pun sah-sah saja, sebagai
bagian dari proses kreatif yang tak pernah berhenti.
Jangan lupa, tiap-tiap cerita pun harus punya ciri khas yang bikin dia beda ama cerita lain
yang sejenis (contohnya cerita tentang Spider-Man, ya, beda ama cerita tentang Daredevil,
padahal dua-duanya sama-sama jagoan yang ngurusin kejahatan 'jalanan').

1. Karakter

Dalam pembuatan sebuah karakter, kita pake dua pendekatan : demografis dan psikografis.

 Demografis : nama, umur, alamat, tilpun, jenis kelamin, pekerjaan, orangtua... bla bla
bla blu ble. Pokoknya yang seperti itulah. Tau sendiri khan... hal-hal yang sifatnya
fisik.
 Psikografis : hobi, kecenderungan, sifat, trauma, takut sama apa, warna yang disukai...
singkatnya, sifatnya secara rohaniah.

Karakter ini penting, soalnya dialah pembawa pesan kita kepada pembaca. Saking
pentingnya, sebagian besar judul komik adalah nama tokoh utamanya. Keseirnbangan antara
faktor demografis dan psikografis ini pun amat penting. Lebih bagus bikin tokoh yang keren
tapi sering kentut sembarangan, daripada tokoh yang miskin tapi nggak punya duit buat bayar
iuran klab golf.
Setting
Setting pun sangat puenting dalam pernbuatan sebuah cerita komik. Mo bikin setting yang
gampang dan cepat ? Jawab pertanyaan : 'Kapan ?' dan ‘Dimana?’ Udah! Jadi, deh setting...
(Meskipun sebenarnya lebih dari itu,sih, He he he)
 ‘Kapan ?' di sini erat kaitannya dengan alur- cerita (plot). Apakah cerita yang akan
kita bikin itu terjadinya di masa lalu dan sekarang udah selesai (Imperium
Majapahit) ; terjadi di masa lalu dan terus sampe sekarang bahkan mungkin sampai
masa yang akan datang (Star Wars); terjadi di masa sekarang dan bakal selesai juga
kira-kira masa sekarang (Doraemon); terjadi di masa sekarang dan bakal selesai juga
kira-kira masa sekarang (Star Trek): terjadi di masa depan (Akira) ; atau di abad yang
terlupakan (Dragon Ball)?
 'Dimana ?’ tu tempat terjadinya cerita yang kita bikin. Kota, desa, gunung, laut,
rumah, kamar. pulau terpencil, planet Bumi, planet lain, atom lain... terserah sang
penulis ! Mo bikin realitas sendiri pun sah-sah aja.

1. Alur cerita

Alur mana nih, yang kita mo pake untuk bercerita ? Dua-duanya ternyata sama ampuhnya.
§ Maju : diceritain sang tokoh dari awal ampe akhir kisahnya. Biasanya komik Jepang
(manga) atau komik Eropa yang pake alur ini.
§ Campuran : mulai dari tengah, menuju akhir dengan kilas balik. Komik Amerika zaman
sekarang kebanyakan pake alur ini.

1. Storytelling

Bagaimana cara kita bercerita pada pembaca ? Metode yang bisa dipakai :
1. Orang pertama (subyektif) : menceritakan isi cerita dari sudut pandang si tokoh itu sendtri.
Frank Miller, Mark Waid, diantara para penulis yang ahli dengan gaya storytelling seperti ini.
2. Orang ketiga (obyektif) : kita bertindak sebagai pengamat, orang lain yang menceritakan
tokoh atao cerita tersebut kepada pembaca
Selain yang tersebut diatas, ada beberapa hal yang sebaiknya (baca : SEHARUSNYA)
diperhatikan oleh mereka yang berniat menjadi penulis cerita komik
1. Hadapilah kenyataan bahwa artis komik (terutama penciller) akan lebih ngetop dan lebih
dicari orang ketimbang penulis cerita komik. Tapi hal ini sebenarnya bukan masalah, kalo
kita mo liat Frank Milter, Mark Waid, Garth Ennis, Kazuo Koike.dll.
2. Jangan tulis lagi apa yang sudah divisualisasikan lewat gambar. Para penulis pemula
biasanya membuat kesalahan ini. Wajar, Nggak apa-apa. Tapi jangan lagi ya...
3. Tulis apa yang harus ditulis. Biar bagamanapun pengennya kita nulls adegan yang kita
anggap keren dan romantis, kalo '.tu tidak menunjang Jalannya cerita.., lewat aja.
4. Jangan langsung bikin cerita yang membabi buta. Bikinlah cerita-cerita yang sifatnya
personal dan berhubungan sama karakter cerita kita. Usahakan mendekatkan dan
mengakrabkan tokoh cerita kita kepada pembaca. Hal ini bisa dilakukan dengan menggali
asal-usul tokoh tersebut, latar belakang, tokoh pembantu, dan setting.
5. Biasakanlah konsultasi dengan artis yang akan menggambar cerita kita. Kasih tau dia apa
rnau kita, dan kita denger juga apa rnaunya sebagai input visualisasi cerita komik yang kita
bikin.
6. Cobalah bikin “jreng” di halaman pertama dan halaman terakhir. “Jreng” di halaman
pertama fungsinya untuk menarik pernbaca agar membaca komik kita sampe abis, jedangkan
jreng di halaman terakhir fungsinya untuk membuat pembaca bersabar Sambil berharap edisi
berikutnya segera muncul. Asyik kan ?
7. Perkenalkanlah karakter kepada pembaca. Jangan sampai karakter sang tokoh jadi asing
untuk pernbaca. Hal ini berfungsi untuk mempertahankan pembaca yang lama dan menarik
perhatian pembaca yang baru. Tentunya cara memperkenalkannya pun harus variatif, nggak
mbosenin.
8. Berlatih bikin dialog yang bagus. Nggak mungkin ada duo tokoh yang lagi berantem gaya
ngomong dan intonasinya sama. Logat Jawa beda ama logat Batak. Bahasa ABG beda ama
bahasa orang tua, Bahasa ilmiah juga nggak sama ama bahasa ilmiah, dst. Hadapilah
kenyataan bahwa kita tinggal dalam masyarakat majemuk!
9. Cari gaya penulisan sendiri yang bikin kita beda dan punya nilai plus kalo dibandingin ama
penulis komik laen. Nggak gampang, emang... dan perlu waktu. Mulailah dengan menulis
hal-hal yanj menurut kita menyenangkan untuk ditulis.
10. Kalo mo sok profesional, jangan, jadilah profesional (?) Biasakan menulis sinopsis
maksimal 1 halaman A4, 2 spasi. Isi sinopsisnya harus ada awal, tengah, akhir (jelas !), tokoh
dan karakterisasinya, juga setting.
Nnaa... kayaknya dasar-dasar untuk menulis cerita komik udah Immy bagi semua. Dari
semua itu, intinya yang paling penting adalah MULAI menulis cerita komik. Kalo nggak
mulai menulis cerita komik, ya, nggak akan jadi lah cerita komik kita, Ya nggak ? Jadi, mari
kita sama-sama (belajar) menulis cerita komik. Jangan lupa... yang namanya proses kreatif itu
nggak pernah berhenti, dan dunia komik adalah dunia dengan kemungkinan tak terbatas.
Hidup komik Indonesia !
@Imansyah Lubis
Jakarta 11 Maret 1997
Disajikan pada Workshop Komik, Pekan Komik Nasional I, 1997

Anda mungkin juga menyukai