1. Kartun (Cartoon)
Dimana komik yang isinya hanya berupa satu tampilan, komik ini didalamnya berisi
beberapa gambar tokoh yang digabungkan dengan tulisan- tulisan. Tujuan komik ini
biasanya mengandung unsur kritikan, sindiran, dan humor. Sehingga dari
gambar(kartun/tokoh) dan tulisan tersebut mampu memberikan sebuah arti yang jelas
sehingga pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya dari komik tersebut.
Contoh:
Kita bisa melihat di koran-koran ataupun majalah, di dalam komik Koran maupun majalah
biasanya menampilkan gambar kartun dari sosok seoarang tokoh tertentu yang intinya berupa
kritikan, sindiran, bahkan cerita lucu yang menghibur.
Contoh:
- Godam gadungan di dalam koran
- Panji Koming di dalam koran Kompas
Yupz..betul banget Buku komik adalah suatu cerita yang berisikan gambar-gambar,
tulisan dan cerita yang dikemas dalam sebuah buku. Buku Komik (Comic Book) ini sering kita
jumpai bahkan mungkin sering kita baca. Comic book sering kali disebut sebagai komik cerita
pendek, yang biasanya di dalam komik ini berisikan 32 halaman, tetapi ada juga komik yang
berisi 48 halaman dan 64 halaman, komik ini biasanya berisikan cerita lucu, cerita cinta(cerita
remaja), superhero(pahlawan) dan lain-lain.
Buku Komik itu sendiri terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Lho kok di bagi lagi sie kak?
Pertanyaan yang bagus, lebih lanjutnya kita baca aja di bawah ini.
Contoh:
- Gundala, Godam, Si Buta Dari Gua Hantu, Lamaut
- Kapten Bandung, Caroq, Gina
- Gunturgen, Blacan, Zantoro
- Komik-komiknya Marvel dan DC Comics (luar negeri)
Contoh:
- Tintin (luar negeri)
- Lucky Luke (luar negeri)
- Asterik/Obelik (luar negeri)
Komik Novel Grapis (Graphic Novel)
Biasanya isi ceritanya lebih panjang dan komplikasi serta membutuhkan tingkat berpikir yang
lebih dewasa untuk pembacanya. Isi buku bisa lebih dari 100 halaman. Bisa juga dalam bentuk
seri atau cerita putus.
.
6. Komik Ringan (Comic Simple)
Komik yang satu ini adalah komik yang biasanya dibuat dari hasil karya sendiri yang di
fotokopi dan di jilid sehingga menjadi sebuah komik. Alternative ini sangat mendukung
dalam pembuatan komik, karena hanya bermodal ide dan keahlian menggambar di
tambah pengeluaran yang sangat ringan. Sang pencipta komik ini bisa ikut berpartisipasi
dalam membuat komik, hal ini bisa dijadikan langkah awal untuk menjadi seorang
komikus.Contoh:
- Kakek Bejo (pragatcomic.com)
Uhhtthttp://pensilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-komik/p:/
Sedikit Pengetahuan Komik dari Otak Saya
Setelah menonton tintin dan merasa seperti anak kecil lagi, saya ingin berbagi pengetahuan
saya tentang komik yang merupakan salah satu hal paling saya suka di kehidupan ini setelah bisa
membaca. Saya akan menjelaskan apa itu komik, apa itu novel grafis, manga, komik-komik
amerika dan hal-hal lain.
What is comic?
Pertama saya akan menjelaskan apa itu komik? pasti banyak yang sudah tahu. Definisi menurut
saya saya komik adalah sebuah cerita bergambar yang dinarasikan melalui kotak yang disebul
panel. Menceritakan sebuah kisah melalui gambar di dalam panel. Jika menggunakan dialog,
maka biasanya dialog digunakan di dalam balon komik yang dihubungkan oleh karakter yang
melakukan dialog. Komik pertama kali populer ketika muncul di koran-koran, biasanya
mencertitakan lelucon-lelucon hanya dengan sedikit panel. Sebetulnya klo diperhatikan, komik
sudah ada dari jaman dulu kala ketika manusia purba melakukan dokumentasi dengan gambar-
gambar di goa-goa. Dan sebelum ada cerita bergambar di dalam panel, koran-koran sudah
terlebih dahulu membuat karikatur yang merupakan awal-awal dari komik.
Terus apa sih bedanya komik dan novel grafis? Novel grafis
adalah sebuah komik yang mempunyai tema lebih serius, karena dulunya biasanya komik hanya
menceritakan cerita konyol dan lelucon dengan panel sedikit. Pada zaman sekarang, sudah
banyak komik yang bertema serius sehingga penggunaan istilah novel grafis menjadi agak kabur.
Contoh novel grafis: V for Vendetta, Contract with God, Watchmen, Sin City.
Manga
Komik dan novel grafis sudah saya jelaskan, sekarang saya akan membagi pengetahuan saya
tentang ciri khas komik berdasarkan negara asalnya. Dimulai dengan jenis yang paling populer di
Indonesia : Manga!! . Yah betul manga sangat populer sekali di sini, one piece dan naruto adalah
2 judul manga yang paling terkenal untuk saat ini. Manga adalah komik jepang, pada umumnya
penggambaran karakternya biasanya menggunakan mata besar dan juga kebanyakkan dalam
format hitam putih. Cerita-cerita manga sebelum dikumpulkan menjadi 1 volume yang disebut
tankoubon, pada umumnya diterbitkan dulu di majalah komik secara per chapter, majalah manga
yang terkenal adalah shounen jump. Manga pun mempunyai jenis berdasarkan target pembaca.
Jenis-jenis manga:
1.Shounen - komik untuk laki-laki, biasanya komik jenis ini yang paling berhasil menjadi
populer di dunia.
Contoh:Dragonball, One Piece dan Naruto
2.Shoujo - komik untuk perempuan, biasanya bertema superheroine dan romance (sempat
dikenal disini dengan serial cantik)
Contoh: sailor moon
3.Seinen - komik untuk orang dewasa, temanya lebih serius dan biasanya lebih vulgar.
Contoh: Hellsing dan Bambino
Modern manga dipelopori oleh Osamu Tezuka yang populer dengan astro boy yang legendaris,
beliau terinspirasi oleh film-film disney sehingga banyak karakter dibuat oleh mata yang
besar.Menurut pengamatan saya alasan mengapa manga bisa sangat populer dan merajai komik
disini adalah karena faktor budaya, dimana orang indonesia bisa merasakan hubungan dengan
karakter-karakter yang ada di manga, dibandingkan oleh komik-komik dari negara lain.
Komik Amerika
Komik Amerika adalah komik yang bertanggung jawab dengan adanya istilah "Superhero"
karena judul-judul yang terkenal biasanya komik yang bertema pahlawan super atau
superhero.Superman,Batman,Spiderman,Captain America dan The Hulk adalah karakter-karakter
yang populer dari komik amerika. Untuk genre Superhero di amerika ada 2 perusahaan komik
yang bersaing yaitu DC Comics dan Marvel Comics, 2 perusahaan tersebut adalah rival abadi.
Superman dan Batman adalah produk dari DC Comics sedangkan Spiderman dah The Hulk
adalah produk Marvel Comic. Selain kedua perusahaan tersebut ada juga penerbit-penerbit lain
tetapi tidak seterkenal kedua perusahan tersebut. Walaupun banyak, tidak semua komik amerika
bertema superhero,ada sekedar komedi ringan seperti calvin and hobbes, little lulu juga komik-
komik disney seperti mickey mouse dan donald duck (walaupun banyak juga digambar oleh artis
eropa) juga beberapa novel grafis non superhero.
Komik amerika sangat khas dengan gambarnya dan ceritanya yang tetap berlanjut dengan
kontinuitas (umumnya komik superhero) dan setiap bagian cerita dikerjakan oleh tim kreatif
yang berbeda sehingga sering menemukan gaya gambar yang berbeda walaupun judul yang
sama, tidak seperti komik jepang yang ditangani oleh orang yang sama dari awal hingga akhir.
Tim kreatif terdiri dari penulis dan artis, penulis menangani cerita dan artis menangani gambar,
rotasi tim kreatif juga merupakan hal yg khas dari komik amerika.
Salah satu hal yang paling menarik dari komik amerika adalah adanya crossover, yaitu ketika
karakter dari judul yg berbeda bergabung dalam 1 komik, ada juga yang disebut mega crossover
yaitu ketika banyak sekali karakter bergabung dalam arc cerita yang sama dan biasanya cerita
dari mega crossover akan memberikan efek ke kontinuitas komiknya ke depan. Untuk format
penerbitan biasanya dirilis per chapter dengan penomoran dan kemudian ketika arc cerita itu
selesain akan dikumpulkan dan diterbitkan ulang dengan nama trade paper back.
Komik amerika di Indonesia tidak sepopuler komik jepang karena jarang yang menerbitkan
dan edisi bahasa inggrisnya relatif mahal, tetapi fans yang setia cukup banyak dan orang awam
pun tetap tahu karena efek film-film hollywood yang berdasarkan komik-komik amerika
sehingga walaupun tidak diterbitkan oleh penerbit lokal, karakter-karakter tersebut tetap iconic.
Komik Eropa
Komik dari eropa sempat menjadi raja di Indonesia, dengan format ukuran besar dan sempat
mengisi masa kecil mayoritas yang besar di tahun 80an dan awal 90an. Sangat banyak komik
eropa yang masuk di Indonesia,beberapa yang masuk dan diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia adalah judul-judul komik yang bisa dibilang legendaris dan iconic terutama komik-
komik dari belgia dan perancis yang biasa disebut Franco-Belgian Comic, menggunakan bahasa
perancis sebagai bahasa aslinya.
Yang termasuk Franco-Belgian Comic: Tintin, Asterix, Spirou, Smurf
Dari gaya gambar pun mereka cukup khas ada yang menggunakan teknik gambar realistik yaitu
memakai gambar yang seperti lukisan yang realis seperti manusia pada umumnya, biasanya
digunakan pada komik yang bertema petualangan aksi dan sains fiksi, ada juga yang
menggunakan gaya comik dinamis, menggambar karakter seperti kartun tetapi banyak
menggunakan garis-garis bantu untuk menggambarkan gerakan yang dilakukan oleh karakter.
Contohnya: Spirou dan Smurf. Dan yang terakhir adalah teknik schematic scene yang masih
bersifat kartun tetapi menekankan background dan proporsional yang realistis, dipopulerkan oleh
Tintin.
Komik-komik ini sangat populer di eropa dan banyak komik itali terpengaruh oleh gaya franco
belgian. Tetapi kurang populer di Amerika dan Inggris, karena disebabkan oleh perbedayaan
budaya komik, begitu juga sebaliknya walaupun ada beberap judul komik yang disukai.
Selain komik-komik franco belgian, ada juga komik dari itali, komik dari spanyol dan komik
inggris. Untuk komik dari Inggris beberapa pernah populer di Indonesia seperti Trigan dan
Storm, ada juga komik inggris yang populer di amerika seperti Judge Dredd, V for Vendetta,
League of Extraordinary Gentlemen dimana semuanya pernah diangkat oleh Hollywood menjadi
film layar lebar.
Komik di Indonesia
Terus bagaimana sih keadaan komik di Indonesia? Adakah komik dari Indonesia? Seperti
yang biasa kita lihat di bagian komik toko buku terkemuka komik-komik jepang masih menjadi
raja di dunia komik kita dan ada beberapa komikus lokal yang menggunakan gaya manga untuk
mengerjakan karyanya.
Komik Amerika beberapa judul sempat terbit tetapi kurang konsisten dalam penerbitannya.
Komik-komik Eropa banyak yang diterbitkan ulang dan melanjutkan penerbitannya hingga
cerita-cerita petualangan terbaru, hal ini mungkin disebabkan oleh efek Smurf dan Tintin yang
diangkat ke layar lebar.
/phttp://zoroapple.blogspot.com/2011/11/sedikit-pengetahuan-komik-dari-
otak.htmlehttp://zoroapple.blogspot.com/2011/11/sedikit-pengetahuan-komik-dari-
otak.htmlnsilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-
komik/ttphttp://pensilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-komik/Karakter superhero
yang terdapat di dalam komik tidak terbatas pada superhero dengan karakter yang memiliki
stereotip gentlemen, ramah, perkasa dan adiluhung seperti dewa dengan dibalut kostum ketat dan
jubah. Penggambaran secara umum ini tentu saja tidak terlepas dari visualisasi tokoh Superman,
tokoh komik superhero yang menggambarkan sifat-sifat seorang pahlawan yang memiliki
kelebihan dibanding rata-rata manusia pada umumnya. Setelah kepopuleran Superman, praktis,
banyak juga bermunculan tokoh-tokoh super berjubah yang mengikuti kepopuleran Superman,
salah satu diantaranya adalah Captain Marvel. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, para
penerbit ingin sesuatu yang lain hadir di dalam persaingan industri komik, hingga banyak ragam
karakter superhero diciptakan.
Berbagai macam tokoh superhero pun bermunculan dengan berbagai ciri khas yang mereka
miliki. Hingga saat ini ragam jenis karakter superhero pun terus bersaing, akan tetapi hanya
beberapa jenis karakter saja yang selalu diminati pembaca. Kategorisasi karakter superhero pun
beragam pula, mulai dari berdasarkan kemampuan, kekuatan dan juga sifatnya.
TABEL 2.3
Kategorisasi Karakter Superhero Berdasarkan Kekuatan Dan Keistimewaan Yang Dimilikinya
1. Super Strengh
Jenis ini bisa dikatakan sebagai tipe klasik, karakter superhero dalam tipe ini pada
umumnya memiliki kekuatan melebihi manusia biasa, kebal, dan juga biasanya mereka
memiliki kemampuan untuk terbang
2. Tanker
Jenis ini memiliki kekuatan yang besar namun terlihat lebih brutal serta karakternya
digambarkan memiliki postur tubuh yang lebih besar dari manusia, biasanya terlihat kuat
dan terkadang berkarakter kasar
3. Blaster
Superhero yang masuk ke dalam tipe ini memiliki kemampuan untuk melancarkan
serangan yang berupa tembakan baik itu berupa energi murni atau ciptaan yang terdapat
dalam tubuh mereka (yang disebebkan oleh kekuatan super mereka) ataupun mereka
yang menggunakan senjata.
4. Marksman
Sesuai dengan namanya, para superhero tipe marksman ini akan menggunakan senjata
proyektil.
5. Mage
Superhero dengan tipe mage lebih mengandalkan kekuatan magis yang mereka untuk
menembakkan energi ciptaan. Tipe superhero ini menguasai berbagai macam sihir
sebagai sumber kekuatan mereka.
6. Gadgeteer
Superhero dalam tipe ini mampu menciptakan sejumlah peralatan yang digunakannya
untuk menghasilkan ataupun meniru kekuatan super, untuk mengimbangi superhero lain.
7. Armored Hero
Seperti namanya, tipe karakter ini menggunakan baju tempur atau baju zirah yang
berteknologi tinggi yang mampu memberikannya kekuatan dan dilengkapi dengan
sejumlah persenjataan
8. Dominus
Tipe karakter ini biasanya menjadi pilot dari sebuah robot raksasa baik dari dalam atau
dari luar. Tipe ini lebih banyak dijumpai pada sejumlah superhero Jepang .
9. Speedster
10. Tipe superhero ini memiliki kecepatan dan gerak reflek yang melebihi manusia dan
bahkan superhero lainnya. Biasanya digambarkan dengan tubuh yang lebih ramping
dibandingkan karakter superhero lainnya.
11. Mentalist
Superhero dengan kekuatan psikis dan mampu melakukan manipulasi terhadap pikiran
dengan cara psikokinetik ataupun telekinesis.
12. Elementalist
Superhero yang masuk ke dalam tipe ini memiliki kekuatan untuk mengendalikan
elemen-elemen alam dan juga kekuatan alam.
13. Shapesifter
Tipe Superhero dengan kemampuan untuk mengubah bentuk tubuhnya sesuai dengan
keinginannya. Kebanyakan tipe shapesifter memiliki tubuh yang sangat lentur.
14. Size Changer
Mereka yang tergabung dalam tipe ini adalah superhero yang mampu mengubah ukuran
tubuhnya saja
15. Acrobatic
Superhero dalam tipe ini lebih mengandalkan kelincahan, reflek dan kelenturan tubuh
mereka untuk beraksi cepat (meskipun tidak secepat mereka yang masuk dalam golongan
speedster ). Selain itu dalam aksinya mereka digambarkan memiliki kemampuan
akrobatik
16. Martial Artist
Superhero yang masuk ke dalam ini lebih banyak mengandalkan keahlian bela diri yang
mereka latih sendiri, karena kekuatan super yang mereka miliki terbatas atau tidak
memiliki sama sekali kekuatan super
Walaupun ada pengkategorian semacam ini, pada prekteknya, beberapa karakter superhero tidak
bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori di atas karena ia merupakan gabungan dari
beberapa kemampuan yang disebutkan dalam tiapkategori. Batman, misalnya ia merupakan tipe
martial artist, tetapi juga masuk ke dalam kategori gadgeter.
b. Government Support
Bebarapa karakter superhero diciptakan dan bekerja untuk pemerintah untuk mengabdi kepada
kepentingan nasional sebuah negara dan melindungi bangsa dari ancaman. Contoh dari superhero
tipe ini adalah Captain America, Captain Britain dan Alpha Flight, yang diceritakan merupakan
tim superhero dari Kanada. Akan tetapi semenjak kondisi politik Amerika yang berubah pasca
kejadian 9/11, dalam versi The Ultimates, karakter Captain America diciptakan untuk melakukan
beberapa pekerjaan kotor pemerintah. Di lain versi, pada kontinuitas Marvel Universe, Captain
America memilih untuk memberontak pada kebijakan pemerintah Amerika yang dinilainya
sudah tidak lagi menjunjung tinggi nilai kebebasan dan hak asasi.
c. Public Heroes
Public Heroes, adalah superhero yang tidak memiliki identitas rahasia, seperti kebanyakan tokoh
superhero lainnya. Mereka biasanya secara terang-terangan membuka identitas mereka di
masyarakat. Contoh dari superhero yang masuk dalam kelompok ini adalah The Fantastic
Four,The Ultimates, dan beberapa superhero Marvel setelah alur cerita Civil War.
d. Rages
Superhero jenis ini sebenarnya lebih cocok untuk berada pada kategori anti hero, akan tetapi
alter-ego yang dimiliki superhero tipe ini memiliki sifat yang berlawanan dengan karakternya. Ia
digerakkan oleh kekuatan yang luar biasa dan bersifat destruktif, sehingga tak jarang superhero
jenis ini juga merupakan musuh bagi beberapa superhero lainnya. Satu-satunya superhero yang
memiliki karakterisasi seperti ini adalah Hulk
e. Multi-identities
Beberapa tokoh superhero diketahui menyandang nama yang sama dengan kekuatan yang relatif
sama. Akan tetapi sifat penggunaan nama yang sama ini adalah kondisional, yaitu apabila
mereka memiliki kekuatan dan misi yang sama, pemegang nama sebelumnya pensiun, meninggal
atau beralih dengan alter-ego yang baru. Contoh superhero yang menyandang nama yang sama
adalah Green Lantern, Flash dan Robin. Untuk membedakan mereka, para penulis dan seniman
komik biasanya menambahkan identitas asli di belakang nama mereka, seperti Flash Jay Garrick,
Flash Wally West atau Green Lantern John Stewart, Green Lantern Hal Jordan.
f. Extraterrestrials
Superhero yang masuk dalam kategori ini adalah para makhluk hidup atau manusia dari planet
lain ataupun dunia lain yang mengabdikan dirinya untuk melindungi bumi sebagai rumah
mereka. Beberapa contoh superhero yang ada dalam kategori ini adalah Superman, Martian
Manhunter, Hawkman dan Silver Surfer.
g. Mythological
Superhero yang masuk dalam kategori ini umumnya memiliki asal usul yang terkait dengan
kisah-kisah mitologi yang ada, seperti tokoh Thor dan Hercules dari Marvel yang merupakan
tokoh-tokoh dewa dan pahlawan dalam mitologi kuno yang intepretasikan kembali sebagai
superhero. Kasus lain seperti yang terdapat di dalam kisah Wonder Woman yang asal usulnya
terkait dengan legenda pejuang perempuan Yunani kuno yaitu kaum Amazon. Untuk Indonesia
sendiri, tokoh Sri Asih, asal usulnya terkait dengan legenda Dewi Sri.
h. Demonic
Superhero yang termasuk dalam kategori ini pada umumnya memiliki kekuatan yang berasal dari
kegelapan. Mereka digambarkan memiliki kekuatan yang berasal dari roh jahat, akan tetapi
mereka justru menggunakan kekuatan tersebut untuk balas dendam dan kebaikan (berdasarkan
moral yang dimiliki oleh para hero tersebut). Mereka yang masuk dalam kategori ini adalah
Spawn dan Ghost Rider
j. Comedic
Karena genre superhero begitu populer dan sangat dikenal, maka muncul cerita-cerita parodi
superhero yang bersifat komedi seperti The Incredibles, The Tick ataupun dimunculkan dalam
beberapa kisah lain seperti The Radioactiveman yang terdapat dalam serial the Simpson.
Penutup
Sebenarnya tidak terlalu sulit bagi para seniman komik untuk menciptakan sosok super hero,
karena tiap karakter superhero memiliki keunikan baik dari segi kekuatan, kelemahan, elemen
yang diwakili, sifat serta arketip mana yang mau digunakan. Tulisan ini hanya mendeskripsikan
secara singkat, beberapa jenis superhero yang sudah pernah diciptakan dan karakteristik masing-
masing bisa dijadikan standar untuk menciptakan tokoh-tokoh baru. Semoga tulisan ini bisa
merangsang ide kreatif para seniman komik muda untuk mengembangkan tokoh superheronya
sendiri.
Daftar Pustaka
Daniel, Les; DC Comics, Sixty Years Of The Worlds Favourite Comic Book Heroes; Virgin
Books, London 1995
Kidd, Chip, Geoff Spear ; Mythology: The DC Comics Art of Alex Ross, Pantheon Books, New
York, 2003
The Best of Wizard Basic Training; How To Draw: Character Creation, Wizard Entertainment,
March 2006
Wieringo, Mike; The Best of Wizard Basic Training; How To Draw: Character Creation,
Chapter One, Part 5: Making Characters Move, Wizard Entertainment, March 2006
Character Examples, http://en.wikipedia.org/wiki/Superhero
Superhero Types of Superhero, http://en.wikipedia.org/wiki/Superhero
:/ http://www.stdi.ac.id/jenis-karakter-dalam-
komik//pensilseni.wordpress.com/2011/07/22/jenis-jenis-komik/K RUPA JENIS-
JENIS KOMIKapa itu komik
Scott McCloud mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai gambar-gambar dan
lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (berdekatan, bersebelahan) dalam urutan tertentu
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau untuk mencapai tanggapan estetis dari para
pembaca (Maharsi, 2011). Dengan demikian, komik memanfaatkan ruang dalam media gambar
untuk meletakan gambar demi gambar sehingga membentuk alur cerita.
4. Komik Kompilasi
Komik kompilasi merupakan kumpulan dari beberapa komikus yang berbeda. Cerita yang
terdapat dalam komik kompilsai ini bias tidak berhubungan sama sekali, namun kadang ada juga
penerbit yang memberikan tema yang sama walaupun dengan cerita yang berbeda.
5. Komik Online (Web Comic)
Sesuai dengan namanya maka komik ini menggunakan media internet dalam publikasinya.
Dengan memakai situs web maka komik jenis ini hanya menghabiskan biaya yang relatif lebih
murah disbanding media cetak dan jangkauannya sangat luas tak terbatas. Komik ini muncul
seiring dengan munculnya cyberspace di dunia teknologi komunikasi.
2.10.2. Komik Berdasarkan Jenis Cerita
Pembagian komik berdasarkan jenis cerita terbagi menjadi 4 (empat) macam yaitu
(Maharsi, 2011):
1. Komik Edukasi
Komik secara nyata memberikan andil yang cukup besar dalam ranah intelektual dan artistik
seni. Keragaman gambar dan cerita yang ditawarkan menjadikannya sebagai alat atau media
untuk menyampaikan pesan yang beragam, salah satunya adalah pesan didaktis kepada
masyarakat awam. Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa komik memiliki dua fungsi
sekaligus.
Pertama adalah fungsi hiburan dan kedua dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak
langsung untuk tujuan edukatif. Hal ini karena kedudukan komik yang semakin berkembang
kearah yang baik karena masyarakat sudah menyadari nilai komersial dan nilai edukatif yang
biasa dibawanya (Bonneff, 1998:67).
2. Komik Promosi (Komik Iklan)
Pangsa pasar komik sangat beragam, komik juga mampu menumbuhkan imajinasi yang
selaras dengan dunia anak. Sehingga muncul pula komik yang dipakai untuk keperluan promosi
sebuah produk. Visualisasi komik promosi ini biasanya menggunakan figur superhero atau tokoh
yang merupakan manifestasi citra dari produk yang di promosikan.
3. Komik Wayang
Komik wayang berarti komik yang bercerita tentang cerita wayang, yaitu Mahabharata yang
menceritakan perang besar antara Kurawa dan Pandawa maupun cerita Ramayana yang bercerita
tentang penculikan Dewi Shinta. Komik jenis ini di Indonesia muncul di tahun 60-70an dengan
beberapa komik yang mengawali masa ini yaitu; Lahirnya Gatotkatja (Keng Po), Raden Palasara
karya Johnlo, Mahabharata karya R.A Kosasih yang sangat terkenal terbitan melodi dari
Bandung.
4. Komik Silat
Komik silat sangatlah popular, karena tema-tema silat yang didominasi oleh adegan laga atau
pertarungan sampai saat ini masih menjadi idola. Untuk seting cerita komik jenis ini
menyesuaikan budaya dari masing-masing Negara yang menerbitkan komik tersebut. Misalkan
jepang dengan ninja dan samurainya atau china dengan kung funya. Sebut saja Naruto dan Twins
karya Tony Wong lalu ada juga komik Warrior dari korea bias sebagai contoh maraknya komik-
komik jenis ini.
2.10.3. Elemen dalam Komik
Terdapat beberapa elemen yang terdapat dalam komik, elemen-elemen tersebut
adalah(Maharsi, 2011):
1. Panel
Panel adalah kotak yang berisi ilustrasi dan teks yang nantinya membentuk sebuah alur cerita.
2. Sudut pandang dan ukuran gambar dalam panel
3. Parit
Parit adalah ruang diantara panel
4. Balon kata
Balon kata merupakan representasi dari pembicaraan ataupun narasi dari peristiwa yang sedang
terjadi atau keadaan yang sedang digambarkan dalam panel tersebut.
Secara garis besar Balon kata dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Balon ucapan: Dalam komik representasi ucapan ini berbentuk seperti gelembung dengan
penunjuk arah yang disebut ekor yang mengarah pada tokoh yang mengucapkan kata-kata
tersebut.
b. Balon Pikiran:Balon ini dipakai untuk merepresentasikan pemikiran tokoh dalam komik.
Pemikiran berarti sebatas hanya kata-kata dalam batin saja. Visualisasi balon pikiran ini
bentuknya seperti rantai yang saling menyambung.
c. Captions: Secara umum dipakai untuk pengisahaan atau penjelasan naratif non dialog. Bias juga
berupa penjelasan situasi, adegan ataupun setting lokasinya.
5. Bunyi huruf
Disebut juga sound lettering. Bunyi huruf ini digunakan untuk mendramatisir sebuah adegan.
6. Ilustrasi
Ilustrasi adalah seni gambar yang dipakai untuk memberi penjelasan atas suatu tujuan atau
maksud tertentu secara visual (Kusrianto, 2007: 140). Terdapat dua jenis ilustrasi dalam komik,
yaitu ilustrasi kartun dan realis. Ilustrasi kartun merujuk pada suatu bentuk tanggapan lucu dalam
citra visual (Noerhadi, 1986: 189). Tokoh-tokoh kartun bersifat fiktif yang dikreasikan untuk
menjadi komedi-komedi bertema sosial serta visualisasi jenaka. Gambar komik realis merupakan
ikon yang paling mirip dengan manusia atau obyek aslinya (McCloud, 2001: 29).
http://ngomikindonesia.blogspot.com/2012/05/apa-itu-komik.html
Komik Sebagai Media Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu media hiburan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
komik, mungkin tak pernah kita sadari bahwa masa kecil kita tidak terlepas dari media visual
yang satu ini. Kita dapat belajar banyak dalam komik yaitu belajar mambaca,memahami cerita
dengan cara visualisasi dan mengenal warna.
Komik pun dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam dunia pendidikan karena
komik dapat dirancang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini komik
berfungsi sebagai penyampai pesan pembelajaran dengan media visual yang dikemas semenarik
mungkin agar siswa atau peserta didik lebih tertarik untuk belajar.
Media pembelajaran adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil
belajar peserta didik, karena melalui medialah pesan pembelajaran dapat disampaikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran tersebut. Untuk mewujudkan efektivitas dalam belajar dan mengajar
maka harus memperhatikan bagaimana pesan pembelajaran tersebut dirancang agar siswa merasa
tertarik untuk belajar.
Kadang peserta didik merasa bosan dalam belajar atau dalam memperhatikan pendidik
menyampaikan materi pelajaran karena pesan atau materi pelajaran tidak dikemas semenarik
mungkin bahkan hanya melalui ceramah,tulisan-tulisan di papan tulis dan dengan cara yang tidak
efisien lainnya, oleh karena itu peran komik dalam penyampaian pesan pembelajaran sangat
diperlukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian komik ?
2. Apa saja jenis-jenis komik ?
3. Apa kelebihan komik sebagai media pembelajaran ?
4. Apa kelemahan komik sebagai media pembelajaran ?
5. Bagaimana komik dirancang sebagai media pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari komik
2. Mengklasifikasikan jenis-jenis komik
3. Mengerti kelebihan dan kekurangan dari komik sebagai media pembelajaran
4. Mengetahui bagaimana komik dirancang sebagai media pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komik
Komik adalah sebuah media yang menyampaikan cerita dengan visualisasi atau
ilustrasi gambar, dengan kata lain komik adalah cerita bergambar, dimana gambar berfungsi
untuk pendeskripsian cerita agar si pembaca mudah memahami cerita yang disampaikan oleh si
pengarang.
Biasanya komik sangat digemari oleh orang-orang yang mempunyai tipe belajar visual
karena dalam komik suatu cerita disampaikan dengan dominasi gambar yang sangat menonjol.
Kadang komik bersifat menghibur sehingga kalangan penggemar komik adalah anak-anak dan
remaja.
Komik yang sering kita temukan adalah komik-komik yang bercerita superhero,
cerita kartun dan legenda. Akan tetapi komik pun dapat dirancang dengan gagasan yang berisi
materi atau nilai-nilai yang positif yaitu berisi tentang nilai-nliai sosial, budaya, agama dan
ekonomi.
Komik mempunyai unsur dasar visual yaitu komik dapat dipakai sebagai alat
penyampai pesan yang berisi arti dan makna sehingga terjadi komunikasi visual antara pesan
yang disampaikan oleh komik tersebut dengan si pembaca melalui daya imajinasinya.
B. Jenis Komik
1. Komik karikatur
Komik karikatur biasanya hanya berupa satu tampilan saja, dimana di dalamnya bisa
terdapat beberapa gambar yang dipadu dengan tulisan-tulisan. Biasanya komik tipe
kartun/karikatur ini berjenis humor (banyolan) dan editorial (kritikan) atau politik (sindiran)
dapat menimbulkan sebuah arti sehingga si pembaca dapat memahami maksud dan tujuannya.
Bisa dilihat pada surat kabar maupun majalah yang menampilkan gambar kartun/karikatur dari
sosok tokoh tertentu.
2. Komik Strip
Komik Strip (Strip comics) adalah sebuah gambar atau rangkaian gambar yang berisi
cerita. Komik Strip ditulis dan digambar oleh seorang kartunis, dan diterbitkan secara teratur
(biasanya harian atau mingguan) di surat kabar dan di internet. Biasanya terdiri dari 3 hingga 6
panel atau sekitarnya. Penyajian isi cerita juga dapat berupa humor/banyolan atau cerita yang
serius dan menarik untuk disimak setiap periodenya hingga tamat.
Contoh komik strip yang populer di Indonesia di antaranya Benny & Mice. Benny &
Mice adalah sebuah seri strip komik yang terbit setiap minggu di harian Kompas. Strip komik ini
mengambil latar keadaan kota Jakarta yang Metropolitan. Komik yang dikarang oleh
Muhammad Misrad dan Benny Rachmadi ini banyak melakukan kritik sosial kepada penduduk
Jakarta dari berbagai kalangan. Kedua tokohnya, yaitu Benny & Mice sebenarnya merupakan
gambaran diri dari kedua pengarang sendiri. Komik ini bergaya hiperbolik. Kisah kartun Benny
& Mice diambil dari realitas sosial di sekitar kedua pengarangnya.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan bahwa kartun Benny &
Mice sebenarnya adalah bagian dari tradisi kritik kebudayaan yang disampaikan dengan bahasa
sopan namun menggelitik dan membuat orang berpikir.
3. Buku Komik
Rangkaian gambar-gambar, tulisan dan cerita dikemas dalam bentuk sebuah buku
(terdapat sampul dan isi). Buku Komik (Comic Book) ini sering disebut sebagai komik cerita
pendek, yang biasanya dalam Buku Komik berisikan 32 halaman, biasanya pada umumnya ada
juga yang 48 halaman dan 64 halaman, dimana didalamnya berisikan isi cerita, iklan, dan lain-
lain.
Pembagian Buku Komik
Buku komik ini berukuran seperti buku biasa, tidak terlalu lebar dan besar. Walau berkesan tipis
namun bisa juga dikemas dengan menggunakan kualitas kertas yang baik/bagus sehingga
penampilan/penyajian buku ini terlihat menarik. Apalagi dengan gambar dan warna yang cantik,
membuat buku komik ini sangat digemari.
Komik pembelajaran merupakan contoh dari penerapan TP, sebab dengan adanya media
komik sebagai sumber untuk belajar akan mempermudah pebelajar dalam proses pembelajaran,
khususnya dalam merealisasi konsep-konsep pelajaran yang bersifat abstrak apabila disajikan
dalam bentuk teori saja dan perlu adanya penyajian konkrit, seperti konsep-konsep pada
ilmu sains. Dalam hal inilah komik pembelajaran berperan besar dalam menyajikan konsep-
konsep abstrak tersebut ke dalam contoh yang konkrit dalam ke hidupan sehari-hari. Itulah yang
menjadi inti penerapan dari teknologi pendidikan, yaitu untuk memecahkan permasalahan dalam
proses belajar, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif, efisien, dan menarik.
Dalam mendesain dan mengembangkan komik pembelajaran, ada beberapa hal penting
yang harus diperhatikan, sehingga penerapan tersebut dapat dikatakan sesuai dengan prinsip
penerapan teknologi pendidikan.
Hal-hal yang menjadi prinsip dalam sub kawasan desain pesan, yaitu perhatian, persepsi,
dan daya serap pebelajar, yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan agar terjadi
komunikasi antara pengirim (pembuat komik pembelajaran) dan penerima (pebelajar yang
membaca komik pembelajaran). Sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh penerima pesan tersebut, serta mempertimbangkan persepsi-persepsi yang
mungkin timbul dalam benak penerima pesan.
c. Manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran.
Secara khusus komik sebagai penerapan dari teknologi cetak mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komik adalah salah satu media yang menyampaikan cerita melalui ilustrasi gambar,
gambar berfungsi sebagai pendeskripsian cerita. Adapun jenis-jenis komik yaitu komik karikatur,
komik strip dan buku komik. Komik mempunyai kekurangan yaitu dapat membuat malas,
menumpulkan imajinasi, iritasi mata dan kenakalan remaja jika cerita yang disajikan dalam
komik tersebut negatif.
Kelebihan komik yaitu dapat menumbuhkan minat baca, belajar membaca, berhitung dan
menjadi motivasi anak dalam belajar karena materi yang disajikan dikemas semenarik mungkin.
Dalam kawasan teknologi pendidikan, komik termasuk dalam kawasan desain yaitu desain
pesan, dengan merekayasa bentuk fisik dari pesan. Dalam penyajian komik sebagai media
pembelajaran haruslah memperhatikan karestistik dari komik dan tahap-tahap yang harus
ditempuh.
B. Saran
Dalam proses pembuatan komik harus memperhatikan karakteristik si pebelajar dan harus
melalui tahap-tahap tertentu. Unsur-unsur visual harus dibuat secara harmonis karena dapat
mempengaruhi pesan yang akan disampaikan. Jika ingin menggunakan komik sebagai media
pembelajaran maka materi yang akan disajikan harus disiapkan terlebih dahulu. Cerita dalam
komik pun harus menyesuaikan materi yang akan disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://pinggiralas.blogspot.com/2010/06/ptk-pembelajaran-konsep-pecahan.html, 11 Maret 2011;
22.30 WIB
Wurianto, Eko. 2009, Artikel Pendidikan, http://guruindo.blogspot.com/2009/06/komik-sebagai-
media-pembelajaran.html
A., Sofwan D. 2007. Anak Membaca Komik, Kenapa Tidak?. Dalam "Penulis Lepas",
http://www.penulislepas.com/v2/?p=533.
Ascott, Rudy. 2006. Better Education Through Comic Books. Dalam "Associated Content",
http://www.associatedcontent.com/article/51650/better_education_through_comic_books.html.
Lorelli, Romona. 2006. Good or Evil? Comic Books and Their Influence on Kids. Dalam
"Associated Content",
http://www.associatedcontent.com/article/27974/good_or_evil_comic_books_and_their.html.
Kurnia, R.S. Komik diantara Pro dan kontra menggali nilai dari jalinan gambar,
http://pelitaku.sabda.org/komik_di_antara_pro_dan_kontra_menggali_nilai_dari_jalinan_gambar
, 23.45 WIB.
Kusrianto, Adi. Pengantar Desain Komunikasi Visual. 2009. Yogyakarta :
http://daynishurnal.wordpress.com/2010/05/10/komik-sebagai-media-komunikasi-grafis/. 00.10
WIB.
Prindani, Widya. 2009. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/fisika/article/view/1961/. 01.30
WIB.
Sigit Prayitno, Yosep. 2009. http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100009034516/4280/.
02.30 WIB.
Fitria, Rizca. 2010. http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-
pembelajaran/ 02.45 WIB.
Seels, Barbara B.,dkk. Teknologi
Pembelajaran.2004.Jakarta:UNJ.http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-
media-pembelajaran/
Prawiradilaga, Dewi S., dan Siregar, Eveline. Mozaik Teknologi
Pendidikan.Jakarta:Kencana.http://rizcafitria.wordpress.com/2010/07/05/komik-sebagai-media-
pembelajaran/
Budiningsih, Asri. C. Dr. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta : UNY Press.
http://arjunabelajar.blogspot.com/2011/03/komik-sebagai-media-pembelajaran.html
Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai
kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek (Davies,
1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan
batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai
proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses,
orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi
bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan
yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk
mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan
kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut
dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif
(pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak,
dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan
demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan
instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian
yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran
adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan
pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses
membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang
telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan
keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat
didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan
atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan
sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal,
atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai
tentang kualitas hasil belajar secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan
kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta
didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan
terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran,
dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi
dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
1. Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi diartikan
sebagai:
Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK.
Mendiknas No. 045/U/2002).
Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
perilaku.
Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai
dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi,
pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak
lanjut.
a. Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa
sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi yang harus dikuasai
oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif.
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara
behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan
course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi
yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgeman
dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian, sedang non-tes dapat
berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benar
salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi: bisaa, hubungan antar hal, kompleks,
analisis kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat
berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen
tes atau non-tes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes
atau non-tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok
instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen
evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat
dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi
dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu
kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan
tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu
kompetensi dasar.
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis
berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi,
sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar siswa. Analisis
dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan
kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus
dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara
objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan
jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
f. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian
pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang
akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan
berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri. Tindaklanjut pembelajaran yang
akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan
pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut
berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi
yang digunakan meliputi tujuan, proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
ANALISIS INSTRUMEN
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil
belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk
instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian (uraian objektif
dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja
(performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan
pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting dalam
menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat
jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu
ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu
instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa,
kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dan sebagainya.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak
sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian
menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh
anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah
persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:
Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud
validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga
aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan
koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan
hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji reliabilitias
dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si evaluator
dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari
hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah kontinuitas dan
komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-
kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens
yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil
yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu
hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak
dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah
pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas
sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga
yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya
sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba
lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang
dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audiens
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek
daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks Diskriminasi.
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam teknik instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik.
teknik Instrumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih lanjut
akan dipaparkan dibawah ini.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat
jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidkan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian
terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk
pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau
melengkapi.
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang
paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk
lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya
melalui bahasa tulisan.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif. Bahkan
sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai dari tingkat SD
sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru
untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan
tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salahsatu
diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes objektif
yang berlebihan.
Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbisaa dengan tes objektif yang memungkinkan
mereka main tebak jawaban manakalah mereka menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhi -akhir ini dengan
harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui bahwa tes
uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan
kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal ini karena melalui tes para peserta didik dapat
mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis -intesis- evaluasi, baik secara lisan maupun
secara tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah:
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
b. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan bail dan benar sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa;
c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan sistematis;
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu yang lama,
guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan yang telah
diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah
pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun dalam cara
memeriksanya.
c. Tes ini bisaanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu
lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
1. Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini
disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan
bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan
intensitas.
b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak satupun
jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan kriteria
penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2. Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan
kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi:
a. ruang lingkupnya,
c. indikator indikatornya.
3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur
merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan
jawaban.
2. Tes objektif
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan,
kalimat atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk
pertanyaan tidak langsung.
b. Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana sebagian dari
pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini dipakai untuk mengukur
pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam satu
kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah
jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih banyak dari soal karena
hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak.
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat
dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai olah alat-alat non-
tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non tes:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa dengan
melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa
sehingga dapat mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat direkam
sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa diperoleh dalam
bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi,
begitupun dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan
wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga
siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Keuntungannya ialah
mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban
tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah
informasi lebih padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab
jawabannya bisa beraneka ragam.
1. Tahap awal wawancara di mana bertujuan untuk mengondisikan situasi seperti suasana keakraban.
2. Penggunaan pertanyaan dimana pertanyan diajukan secara bertahap dan sistematis berdasarkan kisi-kisi
yang telah dibuat sebelumnya.
3. Pencataan hasil wawancara di mana dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
b. Kuisioner
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-
sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya
yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-
lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Cara penyampain
kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif
jawaban yang ada dalam kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar
menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan
kriteria tertentu.
c. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan
kriteria yang ditentukan.
1. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan
perilaku individu pada suatu titik yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan mulai
dari yang tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka. Hal yang penting
diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni penjelasan operasional untuk setiap
alternatif jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan mempermudah pemberian penilaian. Skala penilaian
lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau
hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan
masalah. Skala penilaian dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua orang penilai atau lebih
dalam menilai subjek yang sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai
perilaku subjek yang dinilai.
2. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya dapat
diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang dating kepada dirinya.
a. Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya.
d. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni:
1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti
mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus melibatkan diri
atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati, sehingga
pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri seperti inddividu yang sedang
diamatinya.
Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada saat siswa
melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa,
tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa.
e. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami
kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa bergaul dengan
orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain lain. Kasus tersebut dipelajari secara
mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel
yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi dirinya.
Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya
dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisaa
diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan
studi kasus adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun,
kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya
hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada
individu yang lain.
Sember : http://fuadmje.wordpress.com/2011/11/05/instrumen-evaluasi-hasil-belajar/
http://wwwqolbu.blogspot.com/2013/10/teknik-instrumen-evaluasi-hasil-belajar.html