Anda di halaman 1dari 12

Pengarah: Jurnal Teologi Kristen

Volume 3, Nomor 2, Oktober 2021


Diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus
eISSN 2665­2019 | pISSN 2654­931X
https://journaltiranus.ac.id/index.php/pengarah/index DOI: https://doi.org/10.36270/pengarah.v3i2.72

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN IMAN ANAK MENURUT ULANGAN


6:1­9 DI GPDI ALFA OMEGA BANGSALSARI

Murni Hermawaty Sitanggang1, Ince Foeh2

1Universitas
Jember
2Sekolah
Tinggi Alkitab Jember
1Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto, Jember, Jawa Timur
2Jl. Letjend. Soeprapto VI/85-86, Jember, Jawa Timur

Email: murni_hermawaty@yahoo.co.id,1 marinchenokas@gmail.com2

ABSTRAK: Orang tua memiliki tanggung jawab bukan sekadar memenuhi kebutuhan anak-
anak mereka melainkan juga mendidik mereka di dalam iman. Akan tetapi, masih banyak
orang tua yang kurang memahami apa dan bagaimana pendidikan iman tersebut seharusnya
dilakukan. Itu sebabnya di dalam tulisan ini penulis mengeksplorasi pendidikan iman anak di
dalam keluarga dengan orang tua sebagai pendidik menurut Ulangan 6:1-9. Penulisan
dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif di GPdI Alfa Omega
Bangsalsari. Penulis memilih delapan orang tua dari antara jemaat di sana sebagai partisipan
dalam penulisan ini. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa semua partisipan menyadari
tanggung jawab mereka dalam mendidik anak. Namun pengetahuan tersebut masih bersifat
mendasar dan perlu adanya pembekalan lebih lanjut.

Kata Kunci: anak; keluarga; orang tua; pendidikan iman; ulangan 6

THE IMPLEMENTATION OF FAITH EDUCATION ACCORDING TO


DEUTERONOMY 6:1­9 AT PENTECOSTAL CHURCH OF ALFA
OMEGA BANGSALSARI
ABSTRACT: Parents have responsibilities to educate their children in faith besides
supplying everything they need in life. However, there still are parents who are not ready and
do not understand what and how to do education. Thus, this article will explore children
nurturing faith in the family with their parents as the educator according to Deuteronomy
6:1-9. The research was conducted with a qualitative descriptive method at Indonesian
Pentecostal Church Alfa Omega, Bangsalsari. There were eight parents at that church the
author chose to participate in this research. The result shows participants are aware of their
responsibility to educate their children. However, their knowledge is still in primary forms.
Therefore, they need to be educated on how to do their role properly.

Keywords: children; family; parents; faith education; deuteronomy 6


Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

PENDAHULUAN ada orang tua yang menganggap tugas


Semua orang dapat memiliki anak, tetapi mengajar anak sepenuhnya ada di tangan guru-
tidak semua orang dapat menjadi orang tua guru Sekolah Minggu dan pendeta di gereja
karena menjadi orang tua bukanlah hal yang serta guru-guru di sekolah (Rantesalu, 2018, p.
mudah. Ada tanggung jawab yang besar yang 154). Karena sibuk dengan pekerjaan, orang
harus dipikul ketika seseorang atau sepasang tua cenderung menurunkan standar dan
suami istri menjadi orang tua, yakni mendidik berharap gereja dan sekolah dapat menutupi
anak-anak dalam semua aspek, terutama iman. kekurangan pengajaran yang seharusnya anak-
Tanggung jawab ini bukanlah sesuatu yang anak dapatkan di rumah (Gregor, 2013, p.
dapat dialihkan ke pihak lain, seperti kepada 116). Kurangnya pemahaman tentang peran
guru di sekolah atau pendeta di gereja, orang tua dalam pendidikan anak juga menjadi
melainkan sesuatu yang menjadi bagian integral temuan penelitian lapangan yang dilakukan
dalam kehidupan setiap orang tua (Mardiharto, oleh Nandari Prastica Wagiu di GMIM Bitung.
2019, p. 24). Orang tualah yang seharusnya Sekitar 50% dari informan penulisan mengira
menjadi yang pertama mengenalkan Tuhan tempat utama anak mendapat pengajaran
Yesus Kristus kepada anak-anak mereka. tentang iman adalah gereja, sekolah, dan
Salah satu bagian Alkitab yang popular sekolah tinggi teologi (Wagiu, 2020, p. 145).
sebagai dasar pendidikan iman anak dalam Meskipun anak mungkin lebih banyak
keluarga adalah Ulangan 6:1-9 (Darmawan, menghabiskan waktu di sekolah (setidaknya
2019, p. 21). Di dalam ayat-ayat tersebut Musa sebelum masa pandemi terjadi) daripada di
memberi nasihat kepada para orang tua bangsa rumah, tetap saja peran guru tidak dapat me-
Israel untuk mengajar anak-anak mereka untuk nggantikan orang tua. Keluarga sepatutnya
takut akan Tuhan Allah, taat pada perintah dan menjadi tempat pelatihan karakter iman, keju-
peraturan Tuhan Allah, setia kepada Tuhan juran, kesetiaan, dan kemampuan-kemampuan
Allah dengan tidak mengikuti ilah lain, me- penting lainnya untuk mampu menjalani hidup
ngasihi Tuhan Allah dengan segenap jiwa (Pantan & Benyamin, 2020, p. 14). Pentingnya
dengan segenap hati dan dengan segenap peran orang tua dalam pendidikan anak sema-
kekuatan. kin terasa sekarang saat Indonesia mengalami
Secara implisit Ulangan 6 menyatakan pandemi, yang membuat sekolah tidak dapat
pembentukan iman anak bukanlah sesuatu berfungsi 100% dan anak-anak kemudian
yang dapat diupayakan dalam waktu singkat. menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.
Oleh sebab itu, ayat-ayat ini merupakan Tidak sedikit orang tua yang tidak siap dan
panggilan agar orang tua mengajar anak-anak kewalahan dengan hal ini karena tidak terbiasa
mereka sejak usia dini dengan menjadikan mengurusi pendidikan anak-anaknya (Ismaniar
rumah sebagai tempat pendidikan iman karena & Setiyo, 2020, p. 147). Padahal bila orang tua
iman pada dasarnya bukan “diajarkan” melain- sudah terbiasa mendidik anak-anaknya, hal ini
kan “ditangkap” (Bunge, 2009). Maksudnya seharusnya tidak menjadi masalah besar.
adalah anak-anak tidak sekadar membutuhkan Menyadari masalah pendidikan anak
pengajaran tetapi mereka perlu menangkap dalam keluarga selalu relevan karena berkenaan
pembelajaran tersebut sebagai bagian dari dengan pergumulan hidup sehari-hari menjadi
praktik hidup sehari-hari. alasan yang melatarbelakangi penulis tertarik
Yang menjadi masalah adalah sering kali mengkaji pendidikan anak oleh orang tua
orang tua kurang memahami atau tidak me- menurut Ulangan 6:1-9. Memang topik ini
nyadari tanggung jawabnya untuk mendidik bukan hal yang baru. Ninik Tri Utami se-
anak-anaknya bertumbuh dalam iman. Masih belumnya telah melakukan penelitian serupa

100
Implementasi Pendidikan Iman Anak Menurut Ulangan 6:1­9 ...

yang murni berdasarkan kajian literatur untuk suatu komunitas atau menggambarkan sikap
menemukan prinsip-prinsip pendidikan anak terhadap suatu isu.
menurut Ulangan 6 (Utami, 2017). Kajian Penelitian ini dilakukan di GPdI “Alfa
literatur lainnya dengan pola pendekatan Omega” Bangsalsari Kecamatan Bangsalsari
hermeneutik terhadap Ulangan 6 juga telah Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tahapan awal
dikerjakan oleh Syani Rantesalu (2018). penulisan yang penulis lakukan adalah
Ulangan 6 juga menjadi dasar tulisan I Putu mengumpulkan data dari berbagai buku dan
Ayub Darmawan, hanya saja ia tidak me- referensi tafsiran Ulangan 6:1-19 sebagai dasar
nitikberatkan soal pendidikan dalam keluarga argumen pendidikan anak. Setelah itu, langkah
tetapi membahas soal metode pembelajaran selanjutnya yang penulis kerjakan adalah
memorisasi (Darmawan, 2019). Penulisan mengumpulkan data melalui observasi dan
artikel ini bermaksud memperkaya literatur wawancara di lokasi penelitian. Penulis memilih
yang telah ada dengan memaparkan hasil 8 (delapan) orang tua dengan rentang usia 40-
penelitian lapangan. Sebagaimana telah dising- 54 tahun untuk diwawancara lebih lanjut secara
gung sebelumnya, telah ada tulisan yang ber- terstruktur. Mengingat jumlah orang tua anak
dasarkan penelitian lapangan yang dikerjakan sekolah Minggu di gereja tersebut hanya sekitar
oleh Nanda Prastica Waigu di Minahasa 35 pasang, penulis menganggap kedelapan
(Wagiu, 2020). Akan tetapi, mengingat salah orang tersebut sudah cukup mewakili ke-
satu komponen penting dari penelitian seluruhan. Penulis juga sengaja memilih para
lapangan adalah fokus pada interpretasi dan orang tua yang sudah berusia matang dengan
makna (Martana, 2006) maka tidak ada pe- pertimbangan mereka lebih berpengalaman
nelitian lapangan yang hasilnya benar-benar dalam mengasuh anak daripada para orang tua
sama. Selain adanya perbedaan lokasi penelitian muda. Karena penulisan diadakan pada masa
dilakukan dengan penelitian sebelumnya, pandemi maka wawancara dilakukan secara
penelitian ini juga melibatkan partisipan tertulis. Penulis menyebarkan pertanyaan yang
berbeda, yang khusus adalah orang tua sama kepada seluruh partisipan dan mereka
(sedangkan Wagiu melibatkan juga pendeta, kemudian mengembalikannya kepada penulis.
penatua dan anak selain orang tua) untuk Data yang didapat dari hasil wawancara
menghasilkan temuan yang lebih fokus. Ada- tersebut kemudian dianalisis untuk kemudian
pun tujuannya adalah untuk melihat seperti apa direduksi, disajikan, dan disimpulkan.
pemahaman narasumber terhadap pendidikan
anak menurut Ulangan 6. Penulis meyakini HASIL DAN PEMBAHASAN
pemahaman yang benar terhadap Ulangan 6:1-
9 dapat menolong orang tua untuk maksimal Pendidikan Iman Secara Umum
dalam mendidik anak-anaknya. Istilah “pendidikan iman” terdiri dari dua
kata penting “pendidikan” dan “iman.” Kata
METODE “pendidikan” dalam bahasa Inggris adalah
Metode penulisan yang digunakan pada education, yang berasal dari bahasa Latin
penulisan ini adalah metode kualitatif des- educationem yang berarti “pelatihan.” Robert
kriptif. Penulisan deskriptif menurut Ranjit Pazmiño mendefinisikan education atau pendi-
Kumar adalah penulisan yang berusaha meng- dikan sebagai proses berbagi pengetahuan
gambarkan secara sistematis suatu situasi, dengan seseorang dalam konteks komunitas
problema, fenomena, program atau pelayanan dan masyarakat (Pazmiño, 2010, p. 359). Di
(Kumar, 2011, p. 88). Tujuannya untuk mem- dalam proses ini ada terdapat tiga elemen
berikan informasi tentang kondisi kehidupan penting yang saling berkaitan, yakni: konten,

101
Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

orang, dan konteks. Konten berbicara tentang keluarga secara rohani. Keluarga jasmani
informasi, sedangkan orang mengacu pada mengacu kepada keluarga inti, yang terdiri dari
formasi, dan konteks berkenaan dengan ayah, ibu, saudara, yang dijumpai seyogyanya
transformasi (Pazmiño, 2010, p. 359). Dengan dijumpai seorang anak saat ia dilahirkan.
demikian ia mendefinisikan pendidikan Kristen Sedangkan keluarga rohani tentunya adalah
sebagai pendidikan iman yang membagikan tempat di mana seorang anak dan keluarganya
pengetahuan, nilai-nilai, sikap, keahlian, sen- beribadah dalam lingkup persekutuan saudara
sitivitas, dan tingkah laku yang sesuai dengan seiman, yakni gereja.
iman Kristen secara sengaja, sistematis, dan Dalam pendidikan iman kebutuhan
berkelanjutan (Pazmiño, 2010, p. 359). Jadi, utama seorang anak adalah kasih dan keama-
pendidikan iman bukan hanya sekadar nan, yang menjadi tanggung jawab utama orang
berbicara soal teori melainkan sesuatu yang tua. Maksudnya di sini adalah orang tua
mencakup cara hidup dan cara berpikir dalam bertindak dalam mengekspresikan cinta terha-
mengambil keputusan. Anak tidak hanya perlu dap anak-anaknya dengan memenuhi kebutu-
dituntun untuk tahu dan hafal Alkitab, tetapi han dan menyediakan waktu untuk mereka.
mereka juga perlu belajar mengaplikasinya Selain itu, cara hidup dan keteladanan orang
dalam setiap aspek kehidupan. tua bahkan lebih penting daripada sekadar
Iman di dalam Alkitab merupakan dasar ucapan atau pendidikan secara verbal. Orang
dari segala sesuatu yang tidak kita harapkan tua yang saling mengasihi satu sama lain dan
dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita yang mengasihi juga anak-anaknya akan
lihat (Ibr. 11:1). Menurut Easton’s Bible memberikan rasa aman kepada anak (Gregor,
Dictionary iman atau faith juga dapat diartikan 2013, p. 117).
sebagai meyakini suatu pernyataan sebagai Agar pendidikan dapat berjalan mak-
kebenaran, yang tumbuh sebagai hasil dari simal, kebutuhan dasar seorang anak haruslah
pengajaran (Rm. 10:14-17) (Easton, n.d.). Oleh terpenuhi terlebih dahulu. Selain kebutuhan
sebab itu, pengetahuan memiliki posisi penting primer seperti makanan, pakaian dan tempat
dalam iman dan sering kali disamakan dengan tinggal, rasa aman adalah kebutuhan esensial
iman itu sendiri (Yoh. 10:38; 1 Yoh. 2:3). Pusat semua umat manusia. Rumah dan keluarga
dari pengetahuan tersebut adalah karya sepatutnya menjadi tempat di mana seorang
penyelamatan Allah yang dinyatakan melalui anak merasa berharga, dikasihi oleh Allah dan
pengorbanan Yesus Kristus untuk menyelamat- keluarganya sebagaimana adanya ia (Gregor,
kan manusia. 2013, p. 118). Anak yang merasa aman dan
Jadi, kita dapat menyimpulkan pen- dikasihi akan lebih mudah menyerap pen-
didikan iman sebagai proses berbagi penge- didikan iman dari orang tuanya. Setelah
tahuan tentang kebenaran yang berpusat kebutuhan utama ini terpenuhi, anak siap
kepada karya penyelamatan Allah di dalam untuk memasuki tahapan selanjutnya. Pedoman
Yesus Kristus. Sumber dari pendidikan iman yang jelas tentang bagaimana sepatutnya pen-
tersebut tak lain adalah Alkitab. Kemudian didikan iman tersebut dilakukan di dalam
menanggapi pertanyaan tentang di manakah lingkup keluarga dapat kita pelajari dari
sepatutnya seorang anak mendapatkan pen- Ulangan 6:1-9 yang akan diterangkan berikut
didikan iman, jawabannya adalah di dalam ini.
keluarga, baik keluarga jasmani maupun

102
Implementasi Pendidikan Iman Anak Menurut Ulangan 6:1­9 ...

Pendidikan Iman oleh Orang Tua dalam Alkitab KJV) (Woods, 2011, p. 26).
Menurut Kitab Ulangan 6:1­9 Istilah Deuteronomy itu sendiri berasal dari
Septuaginta deuteronomos dan Vulgata
Latar Belakang Kitab Ulangan deuteronomium, yang dapat diterjemahkan
Karena bersifat laporan, penulis kitab sebagai “hukum kedua” atau “hukum yang
Ulangan diyakini adalah Musa (1:5). Namun, diulang.” Akan tetapi, judul tersebut dianggap
dengan adanya pasal 34 yang mencatat kurang tepat oleh para teolog mengingat kitab
kematiannya, ada asumsi tentang kemungkinan Ulangan sama sekali bukan replika dari kitab
adanya penulis lain (34:5) (Grisanti, 2012, p. Keluaran hingga Bilangan (Grisanti, 2012, p.
45). Kita bahkan tanpa perlu melihat hingga ke 47). Musa tidak menulis kitab Ulangan ini
pasal 34, sudah menemukan dari pasal 1 hanya sebagai kumpulan hukum atau catatan
bagaimana penulis kitab ini memosisikan Musa sejarah tetapi sebagai catatan pesan perkataan
sebagai orang ketiga (1:1-5) (Biddle, 2003, p. 4). atau nasihatnya kepada bangsa Israel. Namun,
Hal ini memunculkan kesadaran di kalangan meski mengakui kitab ini memang bukan berisi
sarjana Yahudi bahwa ada penulis lain yang hukum kedua, Mark Biddle beranggapan nama
membantu Musa dalam mencatat kitab ini. tersebut tidak sepenuhnya salah sebab subs-
Ditambah lagi dengan catatan tentang kematian tansi dari kitab ini adalah penjelasan tentang
Musa di dalam pasal 34, yang jelas-jelas tidak perjanjian Sinai (Biddle, 2003, p. 4). Gaya
mungkin dituliskan olehnya sendiri. Akan penulisannya bersifat menegur di mana Musa
tetapi, kalaupun ada kemungkinan penulis lain sebagai orator mendorong jemaat Israel, yang
yang membantu Musa dalam menulis kitab ini, berada di bawah kepemimpinannya, untuk taat
beberapa kitab PL mengakui Musa sebagai dan berkomitmen terhadap Allah. Dengan
penulisnya (Yos. 1:7; 8:31-32; 23:6; 1 Raj. 14:6; demikian selain sebagai literatur, kitab Ulangan
Neh. 8:1; 13:1; 2 Taw. 25:4; 35:12 dst.) ini juga merupakan buku catatan perkataan
(Grisanti, 2012, p. 45). Jadi, Musa tetap dapat yang telah diucapkan (Craigie, 1976).
kita anggap sebagai penulis kitab ini. Hanya Musa memulai kitab ini dengan me-
saja, dalam prosesnya ia tampaknya dibantu ngulang kisah saat Israel berkemah di Sinai
oleh seorang sekretaris, yang menulis persis hingga saat mereka di dataran Moab. Ia
sesuai arahannya. melakukannya dengan tujuan untuk meng-
Musa mengalamatkan kitab Ulangan ini ingatkan Israel bahwa Allah adalah pemelihara,
kepada bangsa Israel generasi kedua dan pelindung, dan penebus mereka. Kemudian
kepada Yosua yang akan menjadi pemimpin
mulai dari pasal 5 hingga pasal 26, Musa
mereka agar mereka tetap setia kepada Tuhan
mengingatkan Israel akan apa yang Tuhan
Allah yang telah membawa dalam perjalanan
perintahkan di masa akan datang dan pen-
mereka keluar dari tanah Mesir (Ludji, 2009, p.
110-111). Di dalam pasal 4, Musa meng- tingnya bagi mereka untuk taat. Ulangan pasal
ngatkan bangsa Israel untuk memelihara 6 yang akan penulis bahas berikut ini
Hukum Allah, dan mendorong mereka untuk merupakan perkenalan ketiga terhadap per-
mengabdikan kembali hidup mereka untuk aturan-peraturan yang terdapat di dalam pasal
Tuhan Allah. Hal ini diperkuat oleh judul kitab 12-26 (Biddle, 2003, p. 124). Agar lebih terarah,
ini yang adalah Deuteronomy dalam bahasa penulis akan membagi pembahasan tentang
Inggrisnya, mengacu kepada Ulangan 17:18, pendidikan iman anak menurut Ulangan 6:1-9
yang berisi peringatan agar raja Israel di masa ini menjadi dua bagian, yakni konten dan
mendatang menulis “salinan hukum” yang metode.
Tuhan berikan (atau ditulis a copy of this law di

103
Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

Konten Pendidikan Iman Menurut kuasa Allah. Hal ini sepatutnya menjadi
Ulangan 6:1­9 dalam Relasi dengan landasan dalam setiap aspek kehidupan umat
Tuhan Tuhan. Setiap pengambilan keputusan dan
setiap tindakan haruslah dengan memper-
Takut akan Tuhan Allahmu (ay. 1­2) timbangkan aspek apakah keputusan dan
Ulangan pasal 6 dimulai dengan frasa tindakan tersebut berkenan kepada Tuhan dan
“inilah perintah,” yakni ketetapan dan per- memuliakan-Nya.
aturan, yang disebut juga dengan triad, yang Takut akan Tuhan bukan hanya
dalam bahasa Ibraninya ditulis hammiswa merupakan tanggung jawab pribadi, melainkan
hahuqqim wehammispatim. Dalam kitab ini kata juga komunal. Pada masa itu tanggung jawab
“perintah” atau mitswa muncul empat puluh komunitas merupakan kelaziman bagi orang
tiga kali, ketetapan atau huqqim dua puluh satu Israel. Mereka menganggap seorang anak
kali, dan peraturan atau mispatim sebanyak tiga bukan saja cermin daripada orang tuanya
puluh tujuh kali. Frasa ini “inilah perintah” melainkan juga komunitas tempat ia dibesarkan
menyatakan keseluruhan kesatuan perintah (Biddle, 2003, p. 29). Oleh sebab itu, umat
Allah atau meringkas keseluruhan perintah Israel memiliki tanggung jawab bersama dalam
Allah menjadi satu unit (Grisanti, 2012, p. 300). menanamkan rasa takut tersebut kepada ge-
Ayat ini merupakan deklarasi akan perintah, nerasi penerus atau anak-anak mereka. Dengan
statuta, atau ketetapan Allah yang disampaikan melakukan hal ini secara turun temurun maka
Musa dalam ayat-ayat selanjutnya. Ketetapan generasi mendatang akan terpelihara dengan
ini merupakan aturan, hukum, atau pedoman sendirinya di dalam iman.
yang Allah berikan kepada Israel untuk
dijadikan patokan bertindak dalam kehidupan Mempercayai Janji Tuhan (ay. 3)
sehari-hari di Kanaan, tempat yang mereka Ayat ini berisi seruan agar Israel
tuju. Tuhan tidak pernah menghendaki kete- mendengar perkataan Tuhan. Mereka bukan
tapan-Nya sebagai pengajaran yang bersifat saja perlu mendengar, melainkan juga harus
esoterik, yang sulit dimengerti, tetapi Ia mempelajari dan melakukannya. Ketaatan yang
menginginkan umat-Nya memahami hukum sejati lahir ketika umat memahami perkataan
tersebut dan menjalankannya dalam kehidupan Tuhan dan mengimaninya lalu kemudian me-
sehari-hari (Biddle, 2003, p. 124). nampakkan pemahaman mereka dalam kese-
Ketika orang percaya mengenal Allah tiaan mengerjakan perintah Tuhan dalam
yang hidup, ia perlu menjadi takut. Ketakutan kehidupan sehari-hari. Ketika mereka mela-
yang dimaksud di sini adalah kegentaran yang kukan ini maka mereka dapat mengharapkan
kudus, yang berasal dari Allah. Kegentaran janji berkat Tuhan (kesehatan, umur panjang,
tersebutlah yang mengantar orang percaya keturunan, dan berkat-berkat jasmani lainnya).
menjadi takut sekaligus menghormati kekua- Janji dapat diartikan sebagai persetujuan yang
saan Allah dengan patuh terhadap semua melibatkan dua pihak, dalam hal ini antara
ketentuan-Nya, dan menjauhkan diri dari Allah dengan Israel. Janji ini juga berisi
semua yang Ia larang (Yer. 32:40). Takut akan pemberitahuan untuk mengantisipasi kejadian
Tuhan itu merupakan permulaan hikmat (Ams. di masa depan. Di dalam ayat ini Tuhan
1:7; Mzm. 111:10), menjauhkan orang dari menjanjikan tanah yang penuh susu dan madu.
kejahatan (Ams. 8:13), membuat Allah senang Janji ini kemudian diulangi di dalam Ulangan
(Mzm. 147:11), dan kewajiban setiap orang 11:9; 26:9, 15; 27:3; 31:20. Tuhan tidak sekadar
(Pkh. 12:13). Jadi, takut yang dimaksud dalam menjanjikan tanah atau negeri untuk mereka
ayat ini adalah rasa takut dan hormat terhadap diami, tetapi negeri tersebut juga penuh susu

104
Implementasi Pendidikan Iman Anak Menurut Ulangan 6:1­9 ...

dan madu, yang berarti negeri yang makmur


(Craigie, 1976, p. 250). Dengan janji ini Tuhan Mengasihi Tuhan segenap hati, jiwa,
meyakinkan umat-Nya bahwa Ia senantiasa kekuatan (ay. 5)
memelihara mereka. Selain dikenal sebagai shema, ayat ini juga
dianggap sebagai pusat dari kitab Ulangan
Mempercayai Tuhan Allah itu Esa (ay. 4) (Craigie, 1976, p. 254).Seperti yang telah
Ayat ini berisi kebenaran fundamental disinggung sebelumnya, tujuan kitab ini ditulis
tentang hakikat Allah yang monoteis (Craigie, memperbaharui perjanjian dengan Allah.
1976, p. 251). Yang harus didengar dan Untuk itu dapat terjadi, diperlukan ketaatan
diperhatikan oleh bangsa Israel adalah fakta dari umat Tuhan. Ketaatan yang diharapkan
bahwa Allah yang mereka sembah itu esa. adalah ketaatan yang keluar sebagai ekspresi
Implikasi teologis dari ayat ini adalah meski ada kasih.
banyak ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa Hanya dengan ketaatan seseorang dapat
lain saat itu, Allah Israel adalah bukan saja yang mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan
pertama, melainkan satu-satunya Allah Yang yang ada padanya. Frasa “dengan segenap hati”
Maha Kuasa (Craigie, 1976, p. 251). berarti semua umat-Nya sepatutnya melakukan
Ayat 4 ini kemudian menjadi fondasi ayat segala sesuatu dengan didasarkan kasih kepada
5-9 dan hal ini menyatakan dengan jelas bahwa Allah (Hamilton, 2010, p. 14). Orang Ibrani
yang utama bukanlah hukum atau peraturan memandang hati sebagai pusat dari pikiran dan
yang diberikan, melainkan si Pemberi aturan, kehendak, sedangkan jiwa merupakan sumber
yang adalah Allah itu sendiri (Hamilton, 2010, dari vitalitas kehidupan. Kata “hatimu” di
p. 13). Fokus daripada ayat ini pada dasarnya dalam ayat ini berasal dari kata dasar lebab, yang
adalah relasi antara Allah dengan umat-Nya oleh NAS Exhaustive Concordance diterje-
(Harris, 2016, p. 330). Dengan deklarasi ini mahkan sebagai “bagian terdalam dari manusia,
Allah mengundang umat-Nya untuk terlibat pikiran, kehendak, dan hati” (3842. Lebab, n.d.).
dalam hubungan yang dekat dengan-Nya. Hati dan jiwa yang dikombinasikan dengan
Kebenaran akan keesaan Allah ini kekuatan menyatakan komitmen total umat
memiliki dua implikasi penting bagi umat Tuhan untuk mengasihi Allah (Andor &
Tuhan, yaitu: implikasi praktis dan teologis Quaye, 2014, p. 144). Pentingnya ajaran ini
(Craigie, 1976, p. 252). Secara praktis ayat ini kemudian ditegaskan oleh Yesus sendiri di
berarti tidak ada kuasa lain yang setara dengan dalam Matius 22:37 sebagai hukum yang
kuasa Allah dan ini telah dirasakan oleh bangsa pertama dan yang terutama, yang menjadi dasar
Israel ketika mereka keluar dari Mesir. Hal itu seluruh hukum Taurat dan Kitab para nabi.
dapat terjadi karena kuasa Allah lebih besar
daripada ilah-ilah orang Mesir. Sedangkan Metode Pendidikan Iman
implikasi teologis dari ayat ini adalah Allah
bukan saja unique atau unik melainkan juga unity Mengajarkannya berulang­ulang (ay. 6­7)
atau satu kesatuan. Sebagai Allah yang Esa, saat Frasa “berulang-ulang” di dalam ayat ini
Ia berbicara, tak ada pihak yang menentang; memakai kata shanan dalam bahasa Ibraninya,
ketika Ia berjanji, tidak ada yang membatalkan yang dapat diartikan sebagai mengajar dengan
(Craigie, 1976, p. 252). Dengan kata lain, rajin. Ini berarti menekankan suatu proses
keesaan Allah merupakan jaminan kemaha- penanaman ajaran secara terus-menerus, yang
kuasaan Allah. Kita tak dapat mempercayai meliputi seluruh aspek kehidupan, baik saat
kemahakuasaan-Nya tanpa meyakini keesaan- duduk di rumah, maupun saat dalam per-
Nya. jalanan, saat berbaring dan juga saat bangun.

105
Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

Empat kondisi tersebut mengindikasikan 6:2. Penggunaan kata “tangan” dalam Ulangan
pengajaran tidak memandang tempat dan 6:8 ini juga dapat diartikan mengajar anak lewat
waktu atau dengan kata lain, harus disampaikan perbuatan mengingat kekuatan fisik mengacu
setiap waktu dan dalam segala situasi kondisi kepada tindakan atau aksi. Oleh sebab itu,
(Andor & Quaye, 2014, p. 145). Pembelajaran mengikat firman Tuhan pada tangan berarti
yang dilakukan secara kontinu dapat menam- memeliharanya dalam bentuk menghasilkan
bah peluang bagi anak untuk menyimak apa perbuatan yang sejalan dengan iman (Cole,
yang diajarkan (Darmawan, 2019, p. 24). Anak 2017). Bukti nyata firman tertanam di dalam
menjadi lebih banyak merekam informasi yang hati dan pikiran adalah ia nyata dalam per-
memperkuat memorinya. buatan.
Selain itu, melihat bagaimana Musa Dalam bahasa aslinya ayat ini tidak
memakai pronomina pengganti orang kedua menyinggung soal “dahi” tetapi “mata.” Seperti
dalam bentuk tunggal di dalam ayat 7 yang kita ketahui bersama mata adalah organ
menyadarkan kita perintah ini disampaikan persepsi. Ini berarti ayat ini menyatakan seruan
secara pribadi kepada setiap orang tua Israel agar bangsa Israel mengikat firman Tuhan
(Hamilton, 2010, p. 15). Bukan hanya mengajar melekat dalam kehidupan mereka dan
anak untuk menghafal ayat-ayat Alkitab dan menjadikannya juga sebagai filter terhadap apa
cerita yang terdapat di dalamnya, orang Yahudi saja yang mereka persepsikan (Hamilton, 2010,
mendidik anak-anak mereka juga melalui p. 16).
percakapan. Apabila anak mereka bertanya Selain mengikatkannya di tangan dan
tentang alasan untuk merayakan Paskah, mata, umat Tuhan juga perlu menuliskan
misalnya, maka mereka perlu menjelaskannya firman Tuhan pada tiang pintu rumah dan
secara detail bagaimana Allah menyelamatkan pada pintu gerbang mereka (ay. 9). Ini berarti
umat-Nya dari perbudakan di Mesir (Mude, mengasihi Tuhan bukan hanya perlu dilakukan
2020, p. 65). Setiap memulai hari, ayah selaku orang Israel sebatas di dalam lingkup keluarga
kepala keluarga untuk mengulangi dan men- atau di wilayah domestik saja, melainkan harus
diskusikan firman Tuhan dengan anak-anak menjadi identitas dan tampak jelas di mata-
mereka. Lalu kemudian di penghujung hari, mata semua orang (Harris, 2016, p. 330-331).
proses pengulangan juga perlu dilakukan. Semua orang yang melihat mereka sepatutnya
Dengan demikian dalam setiap kesempatan juga dapat melihat identitas dan komitmen
firman Tuhan bukan hanya dihafalkan, me- mereka sebagai umat Tuhan.
lainkan juga direnungkan, dikaji, dijelaskan, dan Sebelum mengharapkan anak-anak tidak
dirayakan (Hamilton, 2010, p. 15). Hal ini segan memproklamirkan iman mereka dalam
bertujuan untuk memastikan pelajaran tersebut kehidupan sehari-hari, orang tua perlu menun-
tertanam di dalam hati dan pikiran anak. jukkan terlebih dahulu cara melakukannya.
Pendidikan iman bukan saja soal teori atau
Mengajar dengan kerajinan dan cerita Alkitab melainkan yang paling utama
keteladanan (ay. 8­9) adalah penghayatan. Agar anak dapat meng-
Di dalam ayat 8, umat diminta untuk hayati firman Tuhan, orang tua perlu terlebih
mengikat perintah Tuhan di tangannya. Kata dahulu memperlihatkan melalui keteladanan.
“tangan” di dalam bahasa Ibrani sering digu- Sebelum membawa anak dekat kepada Tuhan,
nakan secara figuratif untuk menunjuk kepada orang tua perlu terlebih dahulu memiliki
kekuatan fisik. Selain ayat ini, kata “tangan” hubungan pribadi dengan Sang Pencipta.
atau yad dalam makna figuratif “kekuatan” Setelah itu tercapai barulah apa yang diajarkan
dapat kita jumpai di dalam Hakim-Hakim 1:35; oleh orang tua dapat diterima oleh anak.

106
Implementasi Pendidikan Iman Anak Menurut Ulangan 6:1­9 ...

Karakter seorang anak pada dasarnya apa yang narasumber dapat ketahui tentang
merupakan hasil langsung dari apa yang orang aspek-aspek pendidikan iman dalam relasinya
tuanya ajarkan. Anak memiliki bakat alamiah dengan Tuhan. Jawaban semua partisipan
untuk meniru atau mengikuti apa yang orang menunjukkan bahwa dalam pandangan mereka
tuanya ajarkan di rumah. Itu sebabnya, pada saat teduh dan membaca Alkitab merupakan
tahap awal pertumbuhan seorang anak, bagian dari pendidikan iman. Hanya saja meski
kehadiran orang tua yang bijak dan beriman mereka memahami hal ini beberapa mengakui
merupakan keharusan (Gregor, 2013, p. 119). tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-
Orang tua perlu menyediakan waktu untuk hari.
anak-anak mereka dan tidak menyerahkan Semua partisipan sepemahaman menge-
sepenuhnya tanggung jawab memelihara anak nai ketetapan Tuhan sebagai sesuatu yang harus
kepada pengasuh. dilakukan. Oleh sebab itu, mereka juga
Pendidikan iman sepatutnya dilakukan meyakini ada konsekuensi bila terjadi kegagalan
dari sedini mungkin, bahkan sejak anak masih dalam mematuhi peraturan Tuhan. Bukan saja
bayi. Meskipun saat itu anak masih belum hubungan dengan Tuhan menjadi rusak,
dapat menyerap perkataan secara sempurna, ia partisipan keenam meyakini hidup kita akan
dapat menyerap tindakan dan ekspresi yang mengalami penderitaan bila tidak taat.
dilakukan oleh orang tuanya setiap hari Mengenai arti takut akan Tuhan, rata-rata
(Gregor, 2013, p. 119). Dengan sendirinya anak partisipan memahaminya sebagai rasa hormat
dapat belajar dari pola hidup keseharian orang yang diwujudkan dalam menghormati dan
tuanya Ketika mereka melihat bagaimana orang menaati firman Tuhan serta menjauhi larangan
tua berdoa, bersikap dalam pergumulan, serta yang ditetapkan di dalam Kitab Suci. Takut
berinteraksi dengan seksama. akan Tuhan bagi salah satu partisipan berarti
mengutamakan dan mengandalkan Tuhan da-
Implementasi Pendidikan Iman Anak lam segala hal. Sedangkan bagi partisipan
Oleh Orang Tua Menurut Ulangan 6:1­ lainnya takut akan Tuhan merupakan ekspresi
9 di GPdI Bangsalsari Jember kasih dalam perbuatan.
Dari semua jawaban partisipan di bagian
Konten Pendidikan Iman dalam Relasi
ini dapat disimpulkan mereka memiliki pe-
dengan Tuhan
mahaman yang benar tentang takut akan
Tuhan. Hanya saja, jawaban mereka belum
Takut akan Tuhan
memperlihatkan penerapan yang nyata tentang
Ketika penulis meminta partisipan
takut akan Tuhan ini dalam kehidupan sehari-
menjabarkan apa yang mereka ketahui tentang
hari.
pendidikan iman, tidak semua narasumber
dapat menjawab pertanyaan ini dengan baik.
Mempercayai janji Tuhan
Dari delapan orang, dua partisipan menjawab
Pentingnya mempercayai janji Tuhan
pertanyaan tersebut dengan definisi iman dan
bagi tiga orang partisipan adalah untuk men-
tidak menjelaskan soal pendidikan. Keenam
dapat damai sejahtera (partisipan pertama);
orang lainnya dapat menjawab pertanyaan ini
untuk mendapatkan pengampunan, keselama-
dengan baik meski dengan pengungkapan
tan, hidup kekal, hikmat kebijaksanaan,
bahasa yang berbeda. Mereka menyatakan
kesembuhan dan kesehatan (partisipan kedua);
pendidikan iman adalah pendidikan yang
supaya iman tidak menjadi lemah (partisipan
membentuk karakter rohani.
kelima). Kelima partisipan lainnya menjawab
Pertanyaan selanjutnya adalah mengenai
pertanyaan ini dengan sudut pandang yang

107
Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

berbeda. Partisipan ketiga menganggap mem- itu Esa atau Tunggal. Dari jawaban ini terlihat
ercayai janji Tuhan itu penting karena kasih- bahwa semua partisipan meyakini keesaan
Nya telah terbukti dalam hidup kita. Partisipan Allah meskipun dengan pemahaman yang se-
keempat, keenam, dan ketujuh percaya pen- derhana.
tingnya menerima janji Tuhan karena janji-Nya
adalah ya dan amin. Mengasihi Tuhan dengan Segenap Hati,
Dalam kaitannya dengan janji Tuhan, jiwa dan kekuatan
ketika ditanyakan bagaimana pandangan me- Dalam menjawab pertanyaan apakah
reka tentang berkat, jawaban partisipan per- yang dimaksud dengan mengasihi Tuhan,
tama, ketiga, keempat, keenam, ketujuh, dan hampir semua partisipan memiliki pemahaman
kedelapan kurang lebih sama. Mereka me- yang benar, kecuali partisipan pertama yang
nganggap janji berkat merupakan upah atau hanya memberi jawaban singkat, yakni “me-
anugerah untuk ketaatan kita. Bagi partisipan naruh kasih.” Partisipan lainnya dapat
kedua janji berkat berarti Tuhan akan selalu menjawab pertanyaan ini dengan lebih jelas.
menyertai, melindungi, memelihara, dan men- Partisipan kedua mendefinisikan mengasihi
cukupkan dan partisipan kelima meyakini janji Tuhan sebagai tindakan melakukan apa yang
berkat mengacu kepada hidup berkelimpahan Tuhan inginkan sesuai dengan perintah-
jasmani dan rohani. perintah-Nya, dan kehendak-Nya. Partisipan
Dari jawaban yang disampaikan terlihat ketiga memahami mengasihi Tuhan sebagai
bahwa partisipan mempercayai janji Allah yang usaha untuk tidak menyakiti hati Tuhan dan
terdapat dalam Alkitab. Mereka juga mema- melakukan apa yang sudah Ia perintahkan.
hami bahwa mereka perlu taat untuk me- Partisipan keempat menguraikan jawabannya
nikmati janji Tuhan sebagaimana yang juga sebagai berikut, “Apa pun yang kita lakukan
digariskan di dalam Alkitab, khususnya kitab diperhitungkan atau tidak oleh manusia jangan
Ulangan. pesimis, lakukanlah dengan hati yang tulus dan
ikhlas untuk Tuhan dengan ucapan syukur.”
Mempercayai keesaan Tuhan Partisipan kelima menyatakan mengasihi Tuhan
Karena iman berkaitan erat dengan artinya hidup mau melakukan apa yang Tuhan
pemahaman maka penulis meminta partisipan perintahkan kepada kita, dan selalu ingin
menjelaskan keesaan Allah. Partisipan pertama melakukan/memberikan yang terbaik buat
menjawab pertanyaan ini dengan menyatakan Tuhan. Partisipan keenam menjelaskan me-
Allah itu satu, dalam iman Kristen Bapa, Putra ngasihi Tuhan sebagai melakukan segala firman
dan Roh Kudus pada hakikatnya adalah satu Tuhan dengan segenap hati, kekuatan, pikiran
yang tidak bisa disatukan/dijamakkan dengan kita dengan tulus dan bertanggung jawab.
apa pun juga dan inilah yang di sebut tauhid. Semua jawaban partisipan cenderung bersifat
Partisipan kedua memahami keesaan Allah abstrak dan tidak menunjukkan pemahaman
berarti hanya ada satu Allah. Dia adalah konkret.
pencipta langit, bumi, dan alam semesta.
Partisipan ketiga menjelaskan jawabannya Metode Pendidikan Iman
sebagai berikut: Allah yang menciptakan seisi
dunia, Allah yang telah menebus dosa semua Mengajarkannya berulang­ulang (ay. 6­7)
umat manusia Allah satu-satu-Nya, Allah yang Ketika partisipan ditanya apakah mereka
penuh kasih dan penyayang. Partisipan membiasakan diri untuk membicarakan tentang
selebihnya menjawab pertanyaan ini kurang nilai-nilai kebenaran firman Tuhan dengan
lebih mirip, yakni dengan menekankan Allah anak-anak mereka, lima dari delapan partisipan

108
Implementasi Pendidikan Iman Anak Menurut Ulangan 6:1­9 ...

dengan mantap menjawab ya, sedangkan tiga Nya, dan mengasihi-Nya dengan segenap hati
orang lainnya tidak selalu dan kadang-kadang dan jiwa. Agar pengajaran tersebut dapat
saja. Partisipan pertama mengaku sering ber- tertanam dengan baik maka orang tua perlu
cerita tentang ketidaktaatan bangsa Israel yang mengajarkannya dengan rajin dan memberikan
kemudian mendatangkan hukuman. Ketika keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
diminta menjabarkan apa saja yang mereka Dari hasil observasi dan wawancara yang
ajarkan secara berulang-ulang, rata-rata mereka dilakukan, penulis mendapati bahwa para orang
mengaku menekankan soal doa, ibadah, mem- tua di Bangsalsari menyadari dan memahami
beri, hidup jujur, hormat kepada orang tua, tanggung jawab mereka dalam mendidik iman
mengasihi sesama. anak-anak mereka. Namun, pengetahuan me-
reka masih bersifat mendasar dan kurang
Mengajar dengan rajin dan keteladanan memadai. Setidaknya bagi beberapa orang di
(ay. 8­9) antaranya. Hal ini terlihat di poin terakhir di
Ayat 8 dan 9 ini dapat dimaknai sebagai mana beberapa partisipan kurang dapat
pentingnya orang tua memastikan anak menjelaskan prinsip keteladanan hidup dalam
memahami iman dan kekristenan bukanlah mendidik. Untuk dapat menghasilkan kete-
semata soal doktrin melainkan cara hidup yang ladanan hidup orang tua perlu dewasa secara
tampak jelas bagi setiap orang. Oleh sebab itu, rohani terlebih dahulu. Tingkat kedewasaan
keteladanan orang tua merupakan prinsip rohani seseorang ditentukan oleh sejauh mana
penting dalam mengajar soal iman kepada ia memahami firman Tuhan dan menerap-
anak-anak. Dari kedelapan partisipan, par- kannya dalam kehidupan sehari-hari.
tisipan kedua, keenam, ketujuh, dan kedelapan Penulis menyarankan agar gereja
mengaku telah berusaha memberikan teladan memasukkan pembekalan rohani terhadap para
lewat perbuatan sehari-hari terhadap anak-anak orang tua sebagai bagian dari program utama
mereka. Partisipan kelima memaknai kete- untuk memperlengkapi orang tua lebih mak-
ladanan sebagai sikap dapat mengendalikan diri simal dalam menjalani perannya. Pembekalan
di mana saja dan kapan saja serta memastikan rohani yang dimaksud di sini adalah program
firman Tuhan sebagai pedoman dalam khusus, yang bersifat mendampingi orang tua
bersikap. Sedangkan jawaban partisipan per- dalam menerapkan Pendidikan rohani kepada
tama, ketiga, dan keempat agak meleset dan anak-anak mereka. Karena hasil penelitian ini
tidak menyinggung soal prinsip keteladanan. setidaknya menyiratkan mendengarkan khot-
bah saja masih belum cukup memadai sebagai
KESIMPULAN sarana pembekalan kerohanian orang tua. Oleh
Ulangan 6:1-9 mengingatkan kita betapa sebab itu, penulis merekomendasikan penulisan
vitalnya tanggung jawab orang tua dalam lanjutan yang menyelidiki peran dan praktik
mendidik iman anak. Sejak dini orang tua perlu gereja dalam mendidik generasi muda melalui
mengajar anak-anak mereka untuk takut akan orang tua mereka.
Tuhan, mempercayai janji-janji-Nya, keesaan-

DAFTAR RUJUKAN Humanities and Social Sciences, 4(27), 143–


3842. lebab. (n.d.). https://biblehub.com/nasec/ 148.
hebrew/3824.htm Biddle, M. E. (2003). Smyth & Helwys Bible
Andor, J. B., & Quaye, E. (2014). Wholistic Commentary - Deuteronomy. Smyth &
Education and the Shema Creed Helwys Publishing.
(Deuteronomy 6:4-9). Research on Bunge, M. (2009). Biblical and Theological

109
Murni Hermawati Sitanggang, Ince Foeh

Perspectives: Resources for Raising Lama 1. Bina Media Informasi.


Children in the Faith. Lutheran Partners, Mardiharto. (2019). Pola Asuh Pendidikan
25(4), 16–21. Kerohanian Pada Anak. PASCA: Jurnal
Cole, S. J. (2017). 10. Raising Godly Generations Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 15(1),
(Deuteronomy 6:1-25). https://bible.org/ 23–27.
seriespage/10-raising-godly-generations- Martana, S. P. (2006). Problematika Penerapan
deuteronomy-61-25 Metode Field Research untuk Penelitian
Craigie, P. C. (1976). The Book of Deuteronomy Arsitektur Vernakular di Indonesia.
(New International Commentary on the Old Dimensi Teknik Arsitektur, 34(1), 59–66.
Testament). Eerdmans. Mude, E. (2020). Cyber Parenting In Society
Darmawan, I. P. A. (2019). Pembelajaran 5.0. INTEGRITAS: Jurnal Teologi, 2(1), 61–
Memorisasi dalam Ulangan 6: 6-9. Jurnal 76. http://journal.sttjaffrayjakarta.ac.id/
Teologi Dan Pelayanan Kristiani: index.php/JI
EPIGRAPHE, 3(1), 21–27. Pantan, F. & Benyamin, P. I. (2020). Peran
Easton, M. G. (n.d.). Faith. https:// Keluarga dalam Pendidikan Anak pada
eastonsbibledictionary.org/1302- Masa Pandemi Covid-19.
Faith.php. KHARISMATA, 3(1), 13–24.
Gregor, H. (2013). Theology of Parenting: Is Pazmiño, R. W. (2010). Christian Education is
Parenting in Crisis Today? Biblijski Pogledi, More than Formation. Christian Education
21(1–2), 115–130. Journal: Research on Educational Ministry,
Grisanti, M. A. (2012). Deuteronomy: The 7(2), 356–365. https://doi.org/
Expositor’s Bible Commentary. Zondervan. 10.1177/073989131000700208
Hamilton, J. M. J. (2010). That the Coming Rantesalu, S. B. (2018). Kompetensi Pedagogik
Generation Might Praise The Lord. The Menurut Analisis Ulangan 6:7-9 dengan
Journal of Family Ministry, 1(1), 12–18. Pendekatan Hermeneutik Schleiermacher.
Harris, S. L. (2016). Between Text and Sermon BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen
Deuteronomy 6:4-9. Interpretation: A Kontekstual, 1(2), 153–163.
Journal of Bible and Theology, 70(3), 329– Utami, N. T. (2017). Tinjauan Terhadap
331. https://doi.org/ Prinsip-Prinsip Pengajaran Anak
10.1177/0020964316640509 Berdasarkan Ulangan 6:1-19. Logon Zoes,
Ismaniar & Setiyo, U. (2020). “Mirror Effect” 1(1), 108–123.
dalam Perkembangan Perilaku Anak di Wagiu, N. P. (2020). Implementasi Peran Orang
Masa Pandemi Covid 19. DIKLUS: Jurnal Tua Menurut Ulangan 6:4-9 dalam
Pendidikan Luar Sekolah, 4(2), 147–157. Pendidikan Agama Kristen Keluarga di
https://journal.uny.ac.id/index.php/ Gereja Masehi Injili di Minahasa Jemaat
jurnaldiklus/article/view/32429/14306. Imanuel Aertembaga Bitung. Shanan, 4(2),
Kumar, R. (2011). Research Methodology: A Step- 128–161.
By-Step for Beginners (Third). SAGE Woods, E. J. (2011). Deuteronomy: An Introduction
Publications. and Commentary. InterVarsity Press.
Ludji, B. (2009). Pemahaman Dasar Perjanjian

110

Anda mungkin juga menyukai