Anda di halaman 1dari 2

Kasus Maybank Coreng Kepercayaan Nasabah, Pulihnya Gimana?

Kasus pembobolan dana nasabah PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) yang dilaporkan awal
November ini menjadi isu yang ramai diperbincangkan.

Masalah tersebut dinilai harus segera diselesaikan agar tidak semakin menjadi preseden buruk
bagi industri jasa keuangan.

Honorary Founding Chairman Indonesia Marketing Association (IMA) Hermawan Kartajaya


menyinggung, masalah raibnya dana nasabah yang cukup besar senilai Rp 22 miliar akan
berpengaruh terhadap tergerusnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi keuangan tersebut.

“Sekarang lagi ada peristiwa besar, [pembobolan dana] Rp 22 miliar itu, memang lagi masuk
ranah hukum, saya tidak tahu yang salah siapa. Tapi akhirnya nanti memang terkuak, brand itu
mengalami ujian yang sangat besar," kata Hermawan, dalam Webinar IMA Chapter Webinar
Series: Perlindungan Konsumen Sektor Keuangan di Era Digital, Selasa (17/11/2020).

Pada kesempatan yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menekankan pentingnya
perlindungan konsumen di sektor keuangan. Hal ini menjadi krusial di tengah tren digitalisasi.

OJK juga memastikan terus berkomitmen dalam memberikan perlindungan yang sama terhadap
semua pihak terkait seperti pelaku di sektor jasa keuangan dan penyedia dana atau investor.

Di sisi lain, pengawasan yang dilakukan OJK terhadap industri sudah diatur melalui regulasi
yang ketat.

"Perlindungan konsumen di era digital sangat penting dan krusial. Tanpa perlindungan baik, trust
menurun dan mengganggu stabilitas sistem keuangan," kata Anggota Dewan Komisioner
OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara, dalam forum tersebut.

Sementara itu, Sekretaris Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Ahmad Solichin Lutfiyanto,
mengatakan kasus pembobolan dana nasabah di industri perbankan harus dilihat dari sisi bank
dan juga nasabah.

Bank, dalam kasus Maybank harus mengganti dana nasabah yang hilang, sehingga nasabah
sebagai konsumen terlindungi.

Di sisi lain, upaya penegakan hukum dan bantuan dari regulator harus mendukung upaya tersebut
sampai tuntas.

"Kalau itu adalah porsi dari bank, maka bank tidak akan lari dari tanggungjawab, berapapun
nilainya, bank harus ganti. Tapi kuncinya kita melihat ada sisi dari bank, nasabah, stakeholder
[pemangku kepentingan], aparat penegak hukum," katanya.

Sebelumnya, Juru Bicara Maybank Indonesia, Tommy Hersyaputera mengatakan saat ini
perseroan sedang menjajaki beberapa opsi tata cara terkait proses penggantian dana nasabah
terdampak, salah satunya melalui upaya mediasi yang didukung oleh Departemen Perlindungan
Konsumen, OJK.

"Perlu kami sampaikan bahwa, kami tidak pernah berencana untuk menunda penggantian dana
Nasabah yang terdampak. Namun, terdapat beberapa hal yang perlu melalui proses investigasi
secara menyeluruh," kata Tommy saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (16/11/2020).

Kasus ini bermula saat atlet e-sport Winda "Earl" Lunardi melaporkan ke Badan Reserse


Kriminal (Bareskrim) Polri perihal uang tabungan miliknya dan sang ibunda, Floleta, senilai Rp
20 miliar yang raib. Besaran dana kemudian disebutkan oleh Kuasa Hukum Maybank yakni
Hotman Paris yakni Rp 22 miliar.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigadir


Jenderal Helmy Santika menyatakan mengatakan perkara tersebut masuk dalam proses
penyidikan.

Ia pun membenarkan, kepolisian telah menetapkan tersangka atas nama A kepala


cabang Cipulir Maybank sebagai tersangka yang saat ini ditahan sementara oleh penyidik di
Rutan Kejaksaan Negeri Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai