Anda di halaman 1dari 4

RechtsVinding Online

Pemenuhan Hak Kesehatan Anak terhadap Pangan Jajanan di Sekolah


Oleh:
Woro Wulaningrum*
Naskah diterima: 12 Februari 2015; disetujui: 24 Februari 2015

Di sekitar lingkungan sekolah sering kita sekolah di 23.500 Sekolah Dasar dan
jumpai beraneka ragam pangan jajanan Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia
dengan rasa yang enak, beraneka warna tercemar mikroba berbahaya, selain itu
dan bentuk yang menarik, serta harga juga ditemukan penggunaan bahan
yang terjangkau. Jajanan tersebut perlu berbahaya dan bahan tambahan pangan
kita waspadai karena belum tentu aman yang tidak memenuhi syarat (Kompas, 31
dikonsumsi, seperti dialami oleh 117 Januari 2015). Risiko mengonsumsi
siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) pangan yang tidak aman dapat
Cigantang 1 dan 2, Kecamatan menimbulkan gangguan kesehatan berupa
Mangkubumi, Tasikmalaya, Jawa Barat, pusing, mual-muntah, keram perut, dan
mereka menderita keracunan setelah diare. Menurut Srikandi dalam Marlina
mengonsumsi sosis dan nugget goreng (2003) masalah makanan jajanan
dengan campuran saus (Media Indonesia, umumnya terjadi karena pengolahan dan
6 Februari 2015). Pangan jajanan penyajiannya yang tidak higienis.
merupakan makanan atau minuman yang
dapat langsung dikonsumsi yang dibeli Peraturan yang Berkaitan dengan
dari penjual makanan, baik yang Kesehatan Anak
diproduksi oleh penjual tersebut atau Dalam setiap pembentukan peraturan
yang diproduksi orang lain, tanpa diolah perundang-undangan, khususnya yang
lagi (Pedoman Keamanan Pangan di berkaitan dengan kesehatan anak,
Sekolah Dasar, Kementerian Kesehatan, kepentingan yang terbaik bagi anak
2011). yang menjadi pertimbangan dasarnya.
Hak atas kesehatan anak merupakan
Dampak Pangan Jajanan terhadap bagian dari hak asasi manusia yang wajib
Kesehatan Anak dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh
Pangan jajanan di satu sisi bermanfaat orang tua, keluarga, masyarakat, dan
untuk memenuhi kebutuhan energi Pemerintah. Pasal 28B UUD NRI 1945
karena aktivitas di sekolah yang tinggi dan antara lain mengatur bahwa setiap anak
pengenalan berbagai jenis makanan berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
jajanan untuk menumbuhkan dan berkembang. Untuk dapat tumbuh
penganekaragaman pangan sejak kecil dan berkembang secara sehat, salah
(Khomsan, 2003), tetapi di sisi lain dapat satunya terpenuhinya kebutuhan pangan
menjadi sumber masalah kesehatan, bergizi dan bebas cemaran, baik cemaran
apabila diproduksi, disimpan, dan biologis (misalnya Salmonella pada kulit
didistribusikan tidak sesuai dengan telur yang kotor dan E.coli O157-H7 pada
standar keamanan pangan. Hasil uji Badan sayuran mentah), cemaran kimia
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) (misalnya penyalahgunaan bahan
pada Januari - Agustus 2014 menyebutkan berbahaya yang dilarang untuk pangan
bahwa hampir sepertiga jajanan anak seperti formalin, rhodamin B, boraks),

1
RechtsVinding Online

maupun cemaran fisik (misalnya rambut, tanggung jawab orang tua dan keluarga
pasir, pecahan kaca, atau isi staples). untuk menjaga kesehatan anak. Pada saat
Selain berbagai cemaran tersebut, pangan anak memasuki usia sekolah, mereka
juga dapat menjadi tidak aman karena belum memiliki pengetahuan yang
kondisi bahan baku, bahan tambahan, dan memadai mengenai bagaimana mengenali
peralatan yang digunakan dalam proses makanan dan minuman yang bersih dan
pengolahan pangan tidak memenuhi sehat, sehingga peran orang tua dan
persyaratan kesehatan (Pedoman keluarga untuk mengawasi pangan yang
Keamanan Pangan di Sekolah Dasar, dikonsumsi anak merupakan keniscayaan.
Kementerian Kesehatan, 2011). Saat ini Ketiga, Undang-Undang Nomor 20
terdapat beberapa peraturan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
perundang-undangan dan kebijakan Nasional, tujuan pendidikan nasional,
untuk melindungi kesehatan anak, antara lain untuk berkembangnya potensi
antara lain, Pertama, Undang-Undang peserta didik agar menjadi manusia yang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan beriman dan bertakwa kepada Tuhan
(UU Kesehatan). Dalam Pasal 79 mengatur Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
mengenai kesehatan sekolah dan berilmu. Salah satu upaya untuk
diselenggarakan untuk meningkatkan mewujudkan peserta didik yang sehat,
kemampuan hidup sehat peserta didik ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor
dalam lingkungan hidup sehat sehingga 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan Pendidikan, dalam Pasal 42 ayat (2)
berkembang secara harmonis dan mengatur mengenai setiap satuan
setinggi-tingginya menjadi sumber daya pendidikan, antara lain wajib memiliki
manusia yang berkualitas. Makna sehat, ruang kantin. Keberadaan kantin sehat di
tidak hanya keadaan sehat secara fisik sekolah mempunyai peranan penting
saja, tetapi juga mental, spritual maupun dalam penyediaan pangan yang aman dan
sosialnya. Selanjutnya dalam Pasal 141 sehat. Kemudian, Peraturan Menteri
mengatur bahwa Pemerintah, Pemerintah Pendidikan Nasional Nomor 57 Tahun
Daerah, dan/atau masyarakat bersama- 2009 tentang Pemberian Bantuan
sama menjamin tersedianya bahan Pengembangan Sekolah Sehat. Tujuan
makanan yang mempunyai nilai gizi yang pemberian bantuan untuk mewujudkan
tinggi secara merata dan terjangkau. sekolah sehat dalam mendukung
Bahan makanan yang mempunyai nilai gizi peningkatan mutu pendidikan nasional
tinggi dapat memberikan kontribusi energi untuk perkembangan, pengembangan,
yang berguna untuk pertumbuhan anak. dan pembangunan berkelanjutan. Bentuk
Selanjutnya, untuk melindungai anak bantuan yang diberikan oleh Pemerintah
sekolah dari pangan jajajan yang tidak berupa hibah, antara lain penataan sarana
sehat, Kementerian Kesehatan prasarana “kantin sehat”. Persyaratan
menetapkan Pedoman Keamanan Pangan kantin sehat, antara lain tersedianya
di Sekolah Dasar sebagai panduan dalam makanan dan minuman sehat, bergizi,
meningkatkan wawasan dalam membina pengolahannya higienis, dan mempunyai
dan mengawasi makanan dan minuman sanitasi yang baik, dan menggunakan
jajanan atau di kantin sekolah. Kedua, bahan makanan dan minuman yang aman
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 untuk dikonsumsi. Keempat, Undang-
tentang Perlindungan Anak, dalam Pasal Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
45 antara lain mengatur mengenai Pangan. Tujuan penyelenggaraan pangan

2
RechtsVinding Online

yaitu mempermudah atau meningkatkan Upaya Pemenuhan Hak Kesehatan Anak


akses pangan bagi masyarakat, terutama terhadap Pangan Jajanan di Sekolah
masyarakat yang paling mudah Setiap anak berhak memperoleh
mengalami gangguan kesehatan atau pangan yang aman, bermutu, dan
kekurangan gizi. Kelompok masyarakat bergizi. Pemenuhan hak tersebut dapat
tersebut, di antaranya adalah anak usia terwujud dengan dukungan pemangku
sekolah dan remaja. Anak usia sekolah kepentingan secara terpadu dan lintas
sangat rentan terhadap serangan sektor. Pemangku kepentingan tersebut,
penyakit, seperti campak, difteri tetanus, antara lain Kementerian Pendidikan Dasar
kekurangan gizi, dan penyakit cacing yang dan Menengah serta Kementerian Agama,
diakibatkan oleh lemahnya perilaku hidup dengan menyusun kebijakan untuk
bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat menyisipkan materi mengenai pangan
dan sekolah. Selanjutnya dalam Pasal 111 yang bergizi dan aman bagi kesehatan
mengatur mengenai makanan dan dalam kurikulum dengan tujuan untuk
minuman yang dipergunakan untuk pengenalan atau penambahan
masyarakat harus didasarkan pada pengetahuan peserta didik terhadap
standar dan/atau persyaratan kesehatan pangan jajanan yang aman dikonsumsi,
dan menjadi tanggung jawab Pemerintah mengingat saat ini masih banyak pangan
untuk mengatur dan mengawasi produksi, yang tercemar mikroba dan penggunaan
pengolahan, pendistribusiannya. Untuk bahan yang berbahaya. Selain itu,
menegakkan ketentuan tersebut terdapat Kementerian Kesehatan juga perlu
sanksi administratif bagi setiap orang yang menyusun Pedomanan Keamanan Pangan
menyelenggarakan kegiatan atau proses tidak hanya ditujukan untuk Sekolah Dasar
produksi, penyimpanan, pengangkutan, saja tetapi juga Madrasah Ibtidaiyah, atau
dan/atau peredaran pangan yang tidak bentuk pendidikan lain yang sederajat,
memenuhi sanitasi dan jaminan serta untuk program Pendidikan
keamanan pangan dan/atau keselamatan Menengah supaya kegiatannya bisa
manusia, berupa denda, penghentian berkelanjutan. Selanjutnya Kementerian
sementara kegiatan, produksi, dan/atau Kesehatan melalui Pemerintah Daerah
peredaran, penarikan pangan dari (Dinas Kesehatan) meningkatkan
peredaran oleh produsen, ganti rugi, koordinasi dengan Dinas Pendidikan Dasar
dan/atau pencabutan izin. Selanjutnya dan Menengah serta Kantor Wilayah
ketentuan mengenai keamanan, mutu, Kementerian Agama, melakukan
dan gizi pangan ditetapkan melalui sosialisasi Pedoman Keamanan Pangan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun tersebut dan perlunya memberikan
2004, mengatur mengenai aspek edukasi mengenai gizi dan keamanan
keamanan pangan yang harus pangan untuk menumbuhkan kesadaran
diperhatikan oleh pelaku usaha dalam mengenai pentingnya menjaga
memproduksi pangan olahan yang baik kebersihan dan kesehatan pangan jajanan
dan pangan siap saji, antara lain dengan yang ditujukan kepada peserta didik,
mencegah tercemarnya pangan olahan pengelola kantin sekolah, guru, dan wali
dan pangan siap saji oleh cemaran murid. Lebih khusus terhadap penjual
biologis, kimia dan benda lain yang dapat jajanan, harus diberikan sosialisasi dan
mengganggu, merugikan dan pelatihan teknis dalam membuat dan
membahayakan kesehatan. menyajikan jajanan pangan yang sehat
dan aman. Selain itu, diperlukan pula

3
RechtsVinding Online

langkah segera, khususnya di seluruh usaha, misalnya dengan membuat kantin


institusi pendidikan dasar untuk segera sekolah sehat. Yang utama, peran orang
melaksanakan Pedoman Keamanan tua untuk mengawasi, mengarahkan, dan
Pangan di Sekolah Dasar yang ditetapkan memberikan pemahaman terhadap anak
oleh Kementerian Kesehatan pada 2011. dalam memilih pangan jajanan yang sehat
Upaya lain, yang perlu dilakukan, yaitu dan bergizi, membiasakan anak sarapan di
peran Balai/Pos POM untuk aktif rumah, serta memberikan bekal sekolah
melakukan pengawasan terhadap pangan dengan makanan yang aman dan bergizi
jajanan anak yang dijual di lingkungan agar anak tidak jajan sembarangan.
sekolah, karena sekolah memiliki peran Dengan demikian, untuk mewujudkan hak
penting dalam pencapaian kesehatan kesehatan anak dalam memperoleh
siswa sekolah, di mana peran tersebut jajanan pangan yang aman dan bergizi
telah diakui dan didorong oleh World diperlukan koordinasi atau kerja sama
Health Organization pada 2008 melalui pemangku kepentingan sesuai dengan
pencanangan Konsep Sekolah Sehat tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu,
melalui Komunikasi, Informasi, dan dibutuhkan penegakan peraturan
Edukasi (KIE) kesehatan di sekolah. perundang-undangan terkait kesehatan
Selanjutnya, diperlukan juga kerjasama anak demi terwujudnya anak yang sehat,
lembaga pendidikan dengan Lembaga cerdas, dan berkualitas sebagaimana
Swadaya Masyarakat (LSM) atau dunia diamanatkan dalam UU Kesehatan.

*
Penulis adalah Perancang Undang-Undang Bidang Kesra, Setjen DPR RI

Anda mungkin juga menyukai