Anda di halaman 1dari 1

Kebijakan Pajak Di Masa Pandemi Covid 19

Berawal dari dua kasus di Maret 2020, kini sudah mencapai 965.283 kasus berdasarkan worldometer per
tanggal 23 Januari 2021. Pandemi 19 telah meluluhlantakkan bukan hanya Indonesia namun dunia,
menariknya adalah tak seorangpun dapat memastikan kapan ini berakhir. Yang pasti, adalah negara harus
tetap berdiri dan setiap kita harus tetap optimis maju dalam melangkah. Negara tetap harus berdiri dan
penerimaan pajak adalah darahnya jika tidak mau terus menerus disuplai oleh pajak dari negara lain yang
bersumber dari pinjaman. Namun, memajaki tanpa perduli kepada pelayanan masyarakat juga sama
mengerikannya.

(pola urut waktu)

pendampingan bagi UMKM agar dapat memanfaatkan program Insentif Pajak yang diberikan Pemerintah
pada UMKM di masa Pandemi COVID-19. Kegiatan ini berguna untuk memberikan wawasan, pemahaman
dan juga keterampilan bagi UMKM yang taat pajak dan mampu memanfaatkan kesempatan bebas pajak
di masa Pandemi COVID-19. Metode pelaksanaan dilakukan melalui (1) Sosialisasi dan pemahaman taat
pajak UMKM; (2) Pendampingan perhitungan dan pemanfaatan insentif pajak UMKM dan; (3) Pelaporan
Insentif Pajak UMKM. Hasil pendampingan menunjukkan rata-rata pelaku UMKM belum sadar pajak
untuk melakukan pelaporan pajak atas aktivitas usahanya. Kesempatan pemanfaatan insentif pajak
memang tidak banyak diketahui pelaku usaha UMKM sehingga hal ini sesuai dengan data dirjen pajak
yang menyatakan bahwa hanya 9 persen UMKM Indonesia yang telah memanfaatkan program insentif
pajak di masa Pandemi COVID-19. Melalui kegiatan pendampingan ini, mampu mendorong para pelaku
UMKM di Malang Raya dan Kabupaten Blitar untuk mulai sadar pajak dengan aktivitas mendaftar sebagai
wajib pajak, menghitung hutang pajak dan memanfaatkan program insentif pajak UMKM di masa
Pandemi COVID-19. Selanjutnya, diharapkan para pengusaha UMKM menjadi lebih taat pajak dan secara
continue melaporkan kondisi keuangan dan lapor pajak dengan kondisi usaha apapun.

(pola runtutan tingkat)

 Di masa pandemi covid 19 ini maka jelas terlihat fungsi dari pajak berperan penting yaitu fungsi
regulerend dimana negara dan masyarakat bersama menghadapi kondisi ekonomi yang tidak mudah.
Bahkan baru-baru ini ada wacana bahwa biaya vaksin dapat menjadi pengurang biaya dalam menghitung
penghasilan neto apabila biaya vaksin dikeluarkan oleh pengusaha, Misalkan atas biaya vaksin yang
diberikan kepada penghasilan dibawah PTKP saja maka akan didapat hitungan sebagai berikut. Menurut
data BPJS Ketenagakerjaan ada sekitar 15 juta pekerja yang penghasilan dibawah PTKP dikalikan harga
vaksin sekitar Rp. 225.000,- per dosis maka akan didapat biaya vaksin sebesar Rp. 3,375 triliun dengan
asumsi tarif PPh sebesar 22% maka akan ada penurunan pajak penghasilan sebesar Rp. 742 Miliar, namun
atas kebijakan tersebut pemerintah dapat menghemat subsidi yang akan diberikan sebesar Rp. 3.375
triliun.

(pola urut apresiasi)

Anda mungkin juga menyukai