Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

PAPER KELOMPOK 4

MELAMPAUI TRAUMA PENGKHIANATAN: MEMPERTIMBANGKAN


KEMBALI URUSAN DALAM TERAPI PASANGAN & POST INFIDELITY
STRESS DISORDER (PISD)
Nama Kelompok :
Erika Bunga A (10521497) Rizka Afriyani (11521246)
Ficcy Destriantri (10521575) Salsabila Nazhifah (11521302)
Fritiaryanti (10521599) Syifa Dana Fauziah (11521430)
Lutfiyah R (10521785) Syifa Nurul Ma’rifah (11521437)

Kelas : 2PA39
Jurusan : Psikologi
Dosen : Bella Azarine, S.Psi., M.Si

UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober 2022 dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif, karena dalam penelitian tersebut banyak terdapat beberapa
penemuan saja, tidak ada pendataan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa
saja faktor perselingkuhan serta apakah perselingkuhan ada keterkaitannya dengan
teori Psikoanalisa. Selain itu, kami juga membahas tentang apa itu PISD (Post
Infidelity Stress Disorder), cara mencegah dan mengobati PISD, serta apakah PISD
ada keterkaitannya dengan teori Humanistik. Manusia tidak akan mampu untuk hidup
sendiri di dunia ini, karena manusia merupakan makhluk sosial. Manusia pasti
membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi kekurangan yang ada pada dirinya
sendiri. Pentingnya komunikasi dalam interaksi sosial membuat manusia banyak
menjalin suatu hubungan. Hubungan tersebut dapat berupa sahabat, sepasang kekasih
pada anak remaja, suami – istri, keluarga, dan lain sebagainya. Suatu hubungan
khususnya hubungan asmara terkadang dapat mengalami konflik, salah satu
penyebabnya ialah perselingkuhan. Perselingkuhan merupakan hubungan yang
terjalin antara suatu manusia dengan manusia lain yang bukan pasangannya. Kasus
perselingkuhan banyak terjadi diantara hubungan asmara manusia. Saat hal ini
terungkap, perselingkuhan dapat menimbulkan masa yang sulit bagi korbannya. Post
Infidelity Stress Disorder (PISD) merupakan emosi setelah mengalami
perselingkuhan. Beberapa faktor yang mempengaruhi perselingkuhan diantaranya
ialah: Kekerasan verbal, masalah ekonomi finansial, dan kurangnya komunikasi antar
pasangan. Selingkuh dapat menyebabkan kehancuran, baik secara fisik maupun
emosional. Secara psikologis, selingkuh dapat menyebabkan PISD. PISD tersebut
merupakan gejolak emosional atau stres dikhianati atau diselingkuhi pasangan. PISD
dapat diatasi dengan cara: Meminta bantuan ahli seperti psikolog, Mengalihkan
pikiran kepada hal yang lebih positif, Mencari dukungan, dan lain sebagainya.

Kata kunci: Cara mengatasi PISD, Faktor yang mempengaruhi perselingkuhan,


Konflik, Perselingkuhan, Post Infidelity Stress Disorder (PISD).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan. Pada kesempatan kali ini, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah
Pengembangan Kreativitas dan Keberbakatan yang telah memberikan tugas terhadap
kami, serta kelompok 4 yang telah saling mendukung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran guna memenuhi kekurangan yang ada pada makalah ini. Kami juga
berharap ilmu yang kami sampaikan pada makalah ini akan berguna bagi pembaca.

Tangerang, 13 Oktober 2022


DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I............................................................................................................................5

PENDAHULUAN........................................................................................................5

1.1. Latar Belakang....................................................................................................5

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................6

1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................................7

1.4. Manfaat penulisan...............................................................................................7

BAB II...........................................................................................................................8

PEMBAHASAN...........................................................................................................8

BAB III.......................................................................................................................14

PENUTUP..................................................................................................................14

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia tidak akan
mampu untuk hidup sendiri di dunia ini. Manusia pasti membutuhkan orang lain
untuk saling melengkapi kekurangan yang ada pada diri sendiri. Karena manusia
sebagai makhluk sosial inilah, mereka tidak dapat membebaskan diri dari
hubungan sosial yang artinya manusia akan selalu melakukan kontak sosial
dengan orang lain.
Pentingnya komunikasi dalam interaksi sosial membuat manusia
kebanyakan menjalin suatu hubungan. Hubungan ini dapat mengurangi kesepian
yang dialami oleh manusia hingga mendapatkan dorongan semangat dari
manusia lain. Hubungan tersebut bisa berupa sepasang kekasih anak remaja,
suami isteri, keluarga dan lain sebagainya.
Suatu hubungan khususnya hubungan asmara terkadang dapat
mengalami konflik, salah satu penyebabnya ialah perselingkuhan.
Perselingkuhan merupakan hubungan yang terjalin antara suatu manusia dengan
manusia lain yang bukan pasangannya. Perselingkuhan bisa terjadi bukan karena
satu hal saja, seperti ketidakpuasan terhadap pasangan, adanya kesempatan untuk
melakukan hal tersebut, kebutuhan yang besar akan perhatian yang tidak
didapatkan dari pasangan, kurangnya kepercayaan pada pasangan, serta
perselingkuhan yang sudah terjadi berulang sehingga lunturnya nilai kesetiaan.
Kasus perselingkuhan banyak terjadi diantara hubungan asmara manusia.
Sebenarnya perselingkuhan yang tidak diketahui tidak akan menimbulkan
masalah. Namun saat hal ini telah terungkap, dapat menimbulkan masa yang sulit
bagi korbannya.

5
Penyebab peselingkuhan dapat menimbulkan efek negatif bagi manusia
yang menjadi korban seperti depresi, kurang percaya pada diri sendiri,
mengalami krisis kepercayaan, hingga Post Infidelity Stress Disorder (PISD).
Post infidelity stress disorder (PISD) adalah emosi setelah mengalami
perselingkuhan. Menurut Dennis Ortman, seorang psikolog dan juga seorang
penulis buku Transcending post infidelity stress disorder mengatakan bahwa
PISD mirip dengan gangguan PTSD atau Post traumatic stress disorder. Orang
yang mengalami PTSD mengingat kembali hal traumatis yang pernah terjadi di
dalam hidupnya, seperti kecelakaan dan lain-lain. Begitu pula PISD, orang yang
mengalami gangguan Post infidelity stress disorder akan terus mengingat
pengkhianatan yang sudah dilakukan oleh pasangannya.
Saat mengetahui pasangan kita selingkuh, seseorang akan mengalami
emosi yang tidak terjelaskan dan mengalami perasaan diluar kendali. Perasan ini
seringkali dialami oleh orang-orang korban perselingkuhan sebagai reaksi situasi
yang menyimpang.
Stress pasca perselingkuhan ini dapat menghambat penderita untuk
menikmati kebersamaan dengan orang-orang tersayang, dan bahkan dapat
menghentikan penderita untuk menemukan kebahagiaan.

1.2. Rumusan Masalah


Terkait dengan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah penulisan
ini sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melalukan
tindakan perselingkuhan?
2. Apakah kasus perselingkuhan memiliki hubungan dengan teori psikoanalisis?
3. Apakah pengertian Post Infidelity Stress Disorder atau PISD?
4. Apakah ada keterkaitan PISD dengan teori humanistis?
5. Bagaimana cara mencegah dan mengatasi PISD?

6
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ialah:
1. Untuk mengetahui faktor apa saj yang mendorong tindakan perselingkuhan.
2. Untuk mengetahui hubungan perselingkuhan dengan teori pskioanalisis.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Post Infidelity Stress Disorder (PISD).
4. Untuk mengetahui apa keterkaitan PISD dengan teori humanistis.
5. Untuk mengetahi cara mencegah dan mengatasi PISD.

1.4. Manfaat penulisan


Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penulisan di atas, maka
manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pemahaman, dan pengetahuan bagi pembaca terkait perselingkuhan dan salah
satu trauma yang ditimbulkan, PISD berdasarkan teori psikoanalisis dan
humanistis.

7
BAB II
PEMBAHASAN

Perselingkuhan adalah terjadinya hubungan antara laki laki dan perempuan


yang bukan suami atau istri yang mengarah pada hubungan komunikasi dan interaksi
sosial. Gejala perselingkuhan terwujud dalam bentuk penyimpangan tindakan anggota
keluarga (biasanya suami atau istri) yang dilakukan tanpa sepengetahuan pihak
lainnya. Hakikat perilaku perselingkuhan merupakan perbuatan tidak jujur atau
bohong atau dusta kepada diri sendiri dan pasangannya. dan jika diketahui, makan
yang disampaikan bukan hal yang sebenarnya melainkan hal lain atau diputar
balikkan. Dengan demikian orang yang berselingkuh sesungguhnya berada dalam
"situasi yang semu" dalam arti ia tidak berada dalam situasi sesungguhnya. Secara
psikologis perilaku selingkuh dapat dikategorikan sebagai bentuk mekanisme
pertahanan diri yaitu upaya mempertahankan keseimbangan diri dalam menghadapi
tantangan kebutuhan diri. Kebutuhan kebutuhan yang tidak tercapai dalam keluarga
akan dicapai secara semu dengan berselingkuh. Dengan berselingkuh seolah olah
masalah yang dihadapi akan terselesaikan sehingga memberikan keseimbangan untuk
sementara waktu.

Namun karena cara itu merupakan cara yang semu dan tidak tepat, maka yang
terjadi adalah timbulnya permasalahan baru yang menuntut untuk pemecahan
permasalahan dari permasalahan yang terjadi. perselingkuhan pada umumnya banyak
terjadi pada anggota keluarga yang kurang memiliki kualitas keagamaan yang
mantap, lemahnya dasar cinta, komunikasi yang kurang lancar dan harmonis, sikap
egois dari masing masing, emosi yang kurang stabil dan kurang mampu
menyesuaikan diri. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perselingkuhan
diantaranya ialah :
1) Kekerasan verbal

8
Kekerasan verbal (verbal violence) merupakan sebuah penganiyaan yang
dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan lainnya, dengan
menggunakan kata kata, ungkapan kalimat kasar, tidak menghargai, mengejek,
mencaci maki, menghina, menyakiti perasaan, dan merendahkan harkat-martabat.
Akibat mendengarkan dan menghadapi perilaku pasangan hidup yang demikian,
membuat seseorang merasa terhina, kecewa, terluka batinnya dan tidak betah
untuk hidup berdampingan dalam perkawinan, sehingga perselingkuhan bisa saja
terjadi diantara kedua belah pihak yang tersakiti karena ia membutuhkan seseorang
yang bisa membuat dirinya terlindungi dari rasa sakit itu.
2) Masalah ekonomi finansial
Salah satu faktor keberlangsungan dan kebahagiaan sebuah perkawinan
sangat dipengaruhi oleh kehidupan finansialnya, oleh karna itu keuangan akan
dapat menegakkan kebutuhan ekonomi keluarganya. sebaliknya dengan adanya
kondisi masalah keuangan atau ekonomi akan berakibat buruk seperti kebutuhan
kebutuhan keluarga tidak dapat terpenuhi dengan baik, anak anak mengalami
kelaparan, mudah sakit, mudah menimbulkan konfliks pertengkaran suami istri,
hingga akhirnya berdampak buruk dengan munculnya perceraian atau bisa juga
berdampak pada perselingkuhan, karna salah satu pasangan yang merasa kurang
pasti mencari kebutuhan finansialnya di orang lain agar kebutuhan hidupnya bisa
terpenuhi.
3) Kurangnya komunikasi satu sama lain
Agar tidak terjadi perselingkuhan sebaiknya masing masing pasangan harus
menyadari pentingnya peran dan tanggung jawab masing masing. Selain itu harus
dibangun komunikasi yang baik satu sama lain seperti Suami harus bertanggung
jawab kepada istri, memiliki kepedulian dengan pasangan, komunikasi yang baik
dengan pasangan, perhatian, dan hubungan seksual. Sebaliknya istri juga harus
menjalankan peran sebagai seorang istri seperti mengurus rumah tangga, melayani
suami, mendukung suami, memahami kondisi suami dan jangan melebihi

9
kemampuan suami. karena jika tidak ada komunikasi yang baik hubungan lebih
mudah sekali untuk renggang dan bisa memungkinkan terjadinya perselingkuhan.

Fase berikutnya dari awal muncul perilaku selingkuh adalah saat kita merasa
bahwa tidak ada yang salah dari hubungan, maksudnya yaitu saat kita sudah mulai
intens berkomunikasi dengan orang lain, dan keintesan itu kita anggap bukan suatu
yang salah, dari sana seseorang mungkin sedang membiarkan bibit perselingkuhan
tumbuh subur. Namun, lama lama mereka akan terbiasa sehingga hal yang biasa akan
menjadi kebiasaan. Jika sudah terbiasa banyak orang yang mengaku sulit untuk
menghilangkan kebiasaan, sehingga hal yang dapat dilakukan ialah bersikap jujur,
sadari, dan tegas. Jujur pada diri sendiri dan pada pasangan. Jujur jika memang kita
mengharapkan hubungan yang seperti A, B, atau skema hubungan apapun yang di
idamkan. Komunikasikan. Sadari mana garisnya dan tegas dalam bersikap.
Sedangkan yang menjadi korban berusaha menyembuhkan diri sendiri dengan terapi.
Terapi tidak mesti harus mendatangi ahli (psikolog atau konselor), terapi bisa
dilakukan dengan menulis, bercerita kepada seseorang yang dipercaya, atau
melakukan hal lain yang mmbuat diri sendiri menjadi tenang dan nyaman. Jika tidak
sanggup menahan sendiri, jangan segan minta bantuan. Intinya, jika memang sudah
tersakiti, jangan biarkan terus sakit bahkan menyakiti dirib sendiri. Jadi walaupun
rasa suka secara bersamaan bisa saja muncul dan itu adalah perilaku yang natural ‘id’,
seharusnya sebagai makhluk social dan mengenal moral dan etika kita tentu punya
“super ego” untuk ‘membentengi’ gejolak id dan tentunya lagi harus siapkan ‘ego’
untuk menguatkan diri dari dorongan instingtif.

Reibstein dan Richards (1993) mempertimbangkan dampak urusan dalam


istilah yang cukup. Mereka tidak hanya melihat dampak dari urusan yang
diungkapkan, tetapi juga urusan yang dirahasiakan. Mereka memperhitungkan bahwa
dampak perselingkuhan akan bervariasi sesuai dengan apakah itu diungkapkan,
dirahasiakan, atau ditemukan secara tidak sengaja. Mereka juga percaya bahwa

10
dampak perselingkuhan bisa positif, netral, atau malapetaka. Memperluas
kemungkinan dampak positif, secara individu dan untuk pasangan, mereka
menjelaskan, “Affairs telah membawa orang meningkatkan harga diri, lebih percaya
diri seksual, lebih banyak wawasan tentang bagaimana seseorang dengan lawan jenis,
kebijaksanaan tentang hubungan, dan rasa otonomi yang lebih besar. Orang terkadang
merasa mereka tumbuh saat pernikahan mereka menderita. Namun yang lain
melaporkan bahwa pertumbuhan mereka sendiri terjadi di luar pernikahan mereka
dan tidak berdampak langsung pada mereka.”

Selain itu, selingkuh bisa menyebabkan kehancuran, baik secara fisik dan
emosional. Secara psikologis, selingkuh bisa menyebakan Post-Infidelity Stress
Disorder (PISD). Post-Infidelity Stress Disorder adalah gejolak emosional atau stres
setelah dikhianati atau diselingkuhi pasangan. PISD dapat memiliki konsekuensi fisik
maupun emosional. Stres karena pasangan yang selingkuh bisa memicu sindrom
patah hati, yang dalam istilah medis dikenal dengan istilah kardiomiopati stres.
Mengenal Post Infidelity Stress Disorder (PISD) Luka Psikis Akibat Perselingkuhan
Saat mendapati pasangan selingkuh, seseorang mungkin akan mengalami
gejolak perasaan yang tidak terjelaskan, seperti mati rasa, perasaan di luar kendali,
hingga merasa gila. Hal tersebut merupakan bentuk dari Post Infidelity Stress
Disorder (PISD), sebuah luka psikis akibat perselingkuhan. Perasaan semacam itu
seringkali dialami oleh korban perselingkuhan sebagai reaksi atas situasi abnormal
yang berbeda dari yang selama ini dirasakan. Oleh karenanya, perlu diketahui lebih
dalam tentang penyebab, gejala, dan cara mengatasinya agar bisa melanjutkan hidup
dengan perasaan yang lebih tenang.
Psikolog Dennis Ortman, penulis Transcending Post-Infidelity Stress
Disorder, mengungkapkan PSID mirip dengan gangguan stres pasca-trauma atau
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Pertama, orang yang mengalami PTSD
seringkali mengingat kembali hal-hal traumatis dalam hidupnya, seperti kecelakaan
hingga pelecehan seksual yang pernah dialaminya. Demikian juga dalam PSID, orang

11
yang mengalaminya akan terus mengingat pengkhianatan yang dilakukan
pasangannya. Imbasnya, dia mungkin akan berpikir ulang untuk menjalin hubungan
baru atau bertemu pasangan lain. Yang kedua mati rasa. Hal ini juga terlihat dalam
PISD. Kemarahan atau keterkejutan setelah menemukan perselingkuhan justru
memunculkan rasa hampa atau bahkan tanpa emosi. Tidak hanya itu, orang yang
mengalami PSID juga mungkin bisa mengalami insomnia, pola tidur menjadi tidak
menentu dan sulit konsentrasi. Hal ini mungkin akan mempengaruhi performa kerja
dan kehidupan keluarga.

Cara Mengatasi Post Infidelity Stress Disolder dengan :


Meminta bantuan ahli seperti psikolog menjadi cara terbaik untuk mengatasi PSID.
Namun, beberapa cara berikut ini mungkin bisa membantu mengatasinya.

1. Membangun Rasa Aman


Banyak korban kehilangan harapan di masa depan dan tidak percaya bahwa
mereka akan mempercayai siapa pun lagi. Rasa kesepian dan keterasingan bisa
sangat menghancurkan. Langkah pertama menuju pemulihan adalah membangun
rasa aman dan nyaman. Klien disarankan untuk menahan diri dari membuat
keputusan besar dalam hidup sampai mereka mencapai stabilitas emosional.
Kecenderungannya adalah membuat keputusan tergesa-gesa baik untuk
menyambut kembali pasangan yang tidak setia karena rasa panik, atau untuk
meminta cerai dalam kemarahan.
2. Membuat Keputusan Tentang Hubungan
Hanya setelah individu mencapai tingkat ketenangan emosional, mereka berada
dalam posisi untuk memasuki tahap kedua pemulihan dan membuat keputusan
tentang hubungan. Banyak klien terkejut mengetahui hal itu dari pasangan mereka
dan tidak percaya orang yang mampu melakukan pengkhianatan seperti itu.
Mengingat penemuan traumatis ini, para korban perlu menilai karakter

12
pasangannya dengan hati-hati dan bertanya, "Apakah pasangan saya orang yang
dapat dipercaya?" dan "Dapatkah saya yakin pengkhianatan ini tidak akan pernah
terjadi lagi?
3. Penyembuhan melalui pengammpunan
Tahap ketiga pemulihan dari perselingkuhan melibatkan penyembuhan kenangan
menyakitkan dari trauma, apakah korban memutuskan untuk melanjutkan
pernikahan atau tidak. Penyembuhan ini hanya dapat dicapai melalui
pengampunan. Pengampunan bukanlah hal yang mudah dan mungkin
membutuhkan waktu untuk mencapainya. Dimulai dengan memaafkan diri sendiri.
Menyalahkan diri seperti itu perlu dihilangkan sebelum mereka dapat
berkonsentrasi untuk mengatasi penipuan kepribadian yang mengarah pada peran
korban mereka. Kemudian mereka sendiri akan diperlihatkan secara jujur untuk
memahami kerentanan mereka terhadap hubungan yang tidak sehat terutama akan
adanya kekuatan dan kelemahan mereka

Tentu saja yang paling tepat adalah dengan melakukan konseling dengan ahli.
Mereka anak anak dapat membantu penderita PSID menemukan cara untuk sembuh.
PISD ini memiliki keterkaitan terhadap teori humanistik karena tahap ini sampai
dimana tidak adanya trauma kembali.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Gejala perselingkuhan terwujud dalam bentuk penyimpangan tindakan
anggota keluarga (biasanya suami atau istri) yang dilakukan tanpa sepengetahuan
pihak lainnya. orang yang berselingkuh sesungguhnya berada dalam "situasi
yang semu" dalam arti ia tidak berada dalam situasi sesungguhnya. Secara
psikologis perilaku selingkuh dapat dikategorikan sebagai bentuk mekanisme
pertahanan diri yaitu upaya mempertahankan keseimbangan diri dalam
menghadapi tantangan kebutuhan diri. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak tercapai
dalam keluarga akan dicapai secara semu dengan berselingkuh. Dengan
berselingkuh seolah-olah masalah yang dihadapi akan terselesaikan sehingga
memberikan keseimbangan untuk sementara waktu. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi perselingkuhan diantaranya ialah kekerasan verbal, masalah
ekonomi financial, dan kurangnya komunikasi satu sama lain.
Selingkuh bisa menyebabkan kehancuran, baik secara fisik dan
emosional. Secara psikologis, selingkuh bisa menyebakan Post-Infidelity Stress
Disorder (PISD). Post-Infidelity Stress Disorder adalah gejolak emosional atau
stres setelah dikhianati atau diselingkuhi pasangan. PISD dapat memiliki
konsekuensi fisik maupun emosional. Stres karena pasangan yang selingkuh bisa
memicu sindrom patah hati, yang dalam istilah medis dikenal dengan istilah
kardiomiopati stres. Mengenal Post Infidelity Stress Disorder (PISD) Luka Psikis
Akibat Perselingkuhan. Cara Mengatasi Pos infidelity Stress Disolder dengan
menormalisasikan pengalaman, mengindentifikasikan pemicu Post Infidelity
Stress Disoreder, alihkan pikiran kepada hal positif, alihkan kemarahan kepikiran
yang lebih tenang, cobalah menenangkan diri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brown, E. (1999). In Affairs: A guide to working through the repercussions of infidelity. San
Francisco: Jossey-Bass.

Brown, E. (1991). In Patterns of infidelity and their treatment. New York: Brunner/Mazel.

Ortman, D. (2005). In Transcending Post-Infidelity Stress Disolder. Psychosocial Nursing.

DC, O. (2009). In Transcending Post-Infidelity Stress Disorder. The Three Stages of Healing.
Philadelphia.

15

Anda mungkin juga menyukai