Disusun Oleh:
Ravit Tahaku 471421036
Dosen Pengajar
TEKNIK GELOGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Hukum, HAM, dan Demokrasi dalam
Islam " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang sejarah peradaban islam bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah ini. terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
2.1 Hukum
2.1.1 Hukum
Hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah, atau otoritas melalui lembaga
atau institusi.
1. peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
2. undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur
kehidupan masyarakat.
3. patokan (kaidah, ketentuan).
4. keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad
sebagai Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik
dalam kitab-kitab hadits. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber
dan menjadi bagian dari agama Islam. Yang diatur tidak hanya hubungan
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda dan
alam semesta, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan.
Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan
dengan sistem hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari kebiasaan
masyarakat dan hasil pemikiran manusia dan budaya manusia pada suatu saat di
suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya
merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di sutu
tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat
dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh nabi Muhammad sebagai rasul –Nya
melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar
inilah yang membedakan hukum islam secara fundamental dengan hukum-
hukum lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran dan
perbuatan manusia.
Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan
dengan sistem hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari kebiasaan
masyarakat dan hasil pemikiran manusia dan budaya manusia pada suatu saat di
suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya
merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di sutu
tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah melalui wahyu-Nya yang kini terdapat
dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh nabi Muhammad sebagai rasul –Nya
melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar
inilah yang membedakan hukum islam secara fundamental dengan hukum-
hukum lain yang semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran dan
perbuatan manusia.
b. Sumber-Sumber Hukum Islam
1. Al Qur’an ()قرآن ال
Adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada nabi
terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril. Al-qur’an
memuat banyak sekali kandungan. Kandungan-kandungan tersebut berisi
perintah, larangan, anjuran, ketentuan, dan sebagainya.
Al-qur’an menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia
menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang madani. Oleh karena
itulah, Al-Qur’an menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu hukum.
2. As Sunnah (Al-Hadits)
Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara
Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang
dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua
dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh
para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut
sebagai hadits. Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.
3. Ijma’ ()إجماع
Adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang
terjadi. Ijma' terbagi menjadi dua:
Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan
pendapatnya dengan lisan ataupun tulisan yang meneangkan
persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya.
Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak
mengatakan pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.
4. Taklid atau Taqlid ()يد ل ق ت
Adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau
alasannya.
5. Mazhab (مذهب,)
Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab
adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan
penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai
pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas
prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
6. Qiyas
Menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan
perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas
sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum
ditetapkan pada masa-masa sebelumnya
7. Bid‘ah ()دعة ب
Dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan yang tidak pernah
diperintahkan maupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW tetapi
banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang ini. Hukum dari bidaah ini
adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru atau penambahan
dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti sempit (ibadah mahdhah),
yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya
8. Istihsan
Adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena menganggapnya
lebih baik, dan ini bisa bersifat lahiriah (hissiy) ataupun maknawiah;
meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh orang lain.
c. Sifat Hukum Islam
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam yakni bidimensional, adil,
dan individualistik.
Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan
(Ilahi). Di samping itu sifat bidimensional juga berhubungan dengan ruang
lingkupnya yang luas atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur
satu aspek saja, tetapi mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Sifat
dimensional merupakan sifat pertama yang melekat pada hukum islam dan
merupakan sifat asli hukum Islam.
Adil, dalam hukum Islam keadilan bukan saja merupakan tujuan tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah – kaidah dalam sya’riat
ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap
manusia baik sebagai individu maupun masyarakat.
Individualistik dan Kemasyarakatan yang diiikat oleh nilai-nilai transedental
yaitu Wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan sifat ini, hukum islam memiliki validitas baik bagi perseorangan
maupun masyarakat. Dalam sistem hukum lainnya sifat ini juga ada, hanya
asaja nilai-nilai transedental sudah tidak ada lagi. (Mohammad Tahir
Azhary, 1993:48-49)
d. Ciri-ciri Hukum Islam
Merupakan bagian dan bersumber dan Agama islam
Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat di pisahkan dan aqidah dan
akhlak.
Mempunyai dua istilah kunci.
Tediri atas dua bidang utama.
Strukturnya berlapis.
e. Ruang Lingkup Hukum Islam
Hukum islam baik dalam pengertian syari’at maupun fiqih dibagi menjadi
dua bagian besar, yakni bidang ibadah dan muamalah. Ibadah artinya
menghambakan diri kepada Allah dan merupakan tugas hidup manusia.
Ketentuannya telah diatur secara pasti oleh Allah dan dijelaskan oleh Rasul-Nya.
Dengan demikian tidak mungkin adanya perubahan dalam hukum dan tata
caranya, yang mungkin berubah hanyalah penggunaan alat-alat modern dalam
pelaksanaannya. Adapun mu’amalat adalah ketetapan Allah yang langsung
mengatur kehidupan sosial manusia meski hanya pada pokok-pokoknya saja.
Oleh karena itu sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtihad.
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dan
hukum publik seperti halnya dalam hukum barat. Hal ini disebabkan karena
menurut hukum islam pada hukum perdata ada segi-segi publik dan begitu pula
sebaliknya. Dalam hukum Islam yang disebutkan hanya bagian-bagiannya saja.
Menurut H. M. Rasjidi bagian-bagian hukum islam adalah
1. Munakahat yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang mengenai
perkawinan, perceraian, serta akibat-akibatnya.
2. Wirasah mengatur segala masalah yang menyangkut tentang warisan.
Hukum kewarisan ini juga disebut faraid.
3. Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum yang mengatur masalah
kebendaan dan tata hubungan manusia dalam soal ekonomi. Jinayat
(‘ukubat) yang menuat aturan-aturan mengenai perbuatan yang diancam
dengan baik dalam bentuk jarimah hudud (bentuk dan batas hukumannya
sudah ditentukan dalam Alqur’an dan hadis) maupun jar h ta’zir (bentuk dan
batas hukuman ditentukan penguasa).
4. Al Ahkam as-sulthaniyah yakni hukum yang mengatur urusan pemerintahan,
tentara, pajak, dan sebagainya.
5. Siyar adalah hukum yang mengatur perang, damai, tata hubungan dengan
negara dan agama lain.
6. Mukahassamat mengatur peradilan, kehakiman, dan hukum acara. (H. M.
Rasjidi, 1980: 25-26)
f. Tujuan Hukum Islam
Maqasih syariah (tujuan hukum islam) maksudnya adalah nilai-nilai yang
terkandung dalam aturan-aturan islam. Tujuan akhir dari hukum islam pada
dasarnya adalah kemaslahatan manusia di dunia dan di akherat. Adapun tujuan
hukum Islam secara umum adalah untuk mencegah kerusakan pada manusia,
mengarahkan mereka pada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan di akherat, dengan jalan mengambil segala yang
bermanfaat dan mencegah atau menolak yang tidak berguna bagi hidup dan
kehidupan manusia.Berikut ini adalah beberapa dari tujuan hukum islam :
Pemeliharaan atas keturunan
Hukum islam telah menetapkan aturan beserta hukum untuk mencegah
kerusakan atas nasab dan keturunan manusia.contohnya, islam melarang zina
dan menghukum pelakunya.
(QS. Al-Israa’ : 32) “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina
itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Pemeliharaan atas akal
Islam menetapkan aturan yang melarang umatnya mengkonsumsi segala
sesuat yang dapat merusak akal. Di sisi lain, islam mengajarkan umatnya
agar menuntut ilmu mentaddaburi alam, dan berpikir untuk mengembangkan
kemampuan akal. Allah memuji orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan.
(QS. Az-Zumar : 9)
Pemeliharaan untuk agama
Islam tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk dan menganut
agama islam. Allah telah berfirman (QS. Al-Baqarah : 256) “Tidak ada
paksaan untuk agama. Tidak ada paksaan untuk agama. Sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat...”
g. Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Bermasyarakat
Peranan hukum islam dalam masyarakat sebenarnya cukup banyak , namun
dalam pembahasan ini hanya akan dikemukakan peranan utamanya saja, yakni:
Fungsi Ibadah. Fungsi Utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT.
Fungsi amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Hukum Islam mengatur kehidupan
manusia sehingga dapat menjadi kontrol sosial. Dari fungsi inilah dapat
dicapai tujuan hukum islam, yakni mendatangkan kemaslahatan (manfaat)
dan menghindarkan kemadharatan (sia-sia) baik di dunia maupun di akhirat.
Fungsi zawajir. Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum islam
sebagai sarana pemaksa yang melindungi umat dari segala perbuatan yang
membahayakan.
Fungsi tanzim wa islah al-ummah. Sebagai sarana untuk mengatur sebaik
mungkin dan memperlancar interaksi sosial. Keempat fungsi tersebut tidak
terpisahkan melainkan saling berkaitan. (Ibrahim Hosen, 1996:90)
2.1 HAM
a. Pengertian HAM secara umum :
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia
dalam kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. HAM Berlaku secara
universal, artnya berlaku dimana saja bagi siapa saja dan tidak dapat diambil
orang lain .
Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.
2.1 Demokrasi
a. Pengertian demokrasi
Secara umum demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada
intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu
kebenaran.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam
peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi
dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat
(DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan
legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh
wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya
(konstituante) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif,
selain sesuai hukum dan peraturan.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini
disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan
kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan
ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu
besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab,
bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap
hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji
dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan
membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi
harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga
negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori)
membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
b. Sejarah Demokrasi
Sebelum istilah demokrasi ditemukan oleh penduduk Yunani, bentuk sederhana
dari demokrasi telah ditemukan sejak 4000 SM di Mesopotamia. Ketika itu, bangsa
Sumeria memiliki beberapa negara kota yang independen. Di setiap negara kota
tersebut para rakyat seringkali berkumpul untuk mendiskusikan suatu permasalahan
dan keputusan pun diambil berdasarkan konsensus atau mufakat.
Hukum, HAM, dan demokrasi adalah tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Hal ini dikarenakan salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi ialah adanya
penegakkan hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan rapuh apabila HAM
setiap masyarakat tidak terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM
dapat terwujud apabila hukum ditegakkan. Dalam ajaran Islam, hukum, HAM dan
ddemokrasi disebutkan dengan jelas di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan
demikian manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi ini dapat menjalankan
tugasnya dengan baik dan benar apabila ia seelalu berpegang Al-Quran dan As-
Sunnah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan negara yang menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat.
2. Demokrasi menurut Islam bisa diartikan seperti musyawarah, mendengarkan pendapat
orang lain dalam suatu forum untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai
– nilai keagamaan.
3. HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
4. HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan kew
ajiban bagi negara dan individu untuk menjaganya
5. Hukum menurut Islam bisa diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam sumber-
sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
Saran:
1. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi
diIndonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
2. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM dalam
kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
3. Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara hukum islam dan
hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat perbedaannya.
Daftar Pustaka
Azra, Azyumardi, dkk.2002. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: dir. Perguruan Tinggi Agama Islam
Fanani, Sunan. 2010. Lembar Kerja Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo: PT. Al
Maktabah.
Mansoer, Hamdan, dkk. 2004. Materi instruksional pendidikan agama islam di perguruan
tinggi umum. Jakarta : dir. Pt. agama Islam