Anda di halaman 1dari 12

SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU : PELUANG DAN TANTANGAN

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


Uin-suska.ac.id
Hantika Aulia
22111023080@students.uin-suska.ac.id

ABSTRAK

Munculnya sekolah Islam Terpadu khususnya SDIT salah satunya dilatarbelakangi oleh
ketidakpuasan masyarakat tertadap Sistem Pendidikan Nasional untuk memenuhi kebutuhan dan
tantangan dalam dunia pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kekhawatiran dan kesadaran orang tua akan pembentukan moral
dan penguatan aqidah sejak dini juga menjadi pemicu sekolah Islam Terpadu terus bermunculan
dengan penawaran program unggulannya masing-masing. Tentu hal ini tentu sangat menarik
perhatian masyarakat mengingat Sekolah Islam terpadu memang telah memberikan bukti nyata
bukan hanya sekedar pamflet publikasi semata. Penelitian ini difokuskan dalam rangka
mengungkap bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah Islam terpadu.
Penelitian ini bersifat studi pustaka (library research) dengan mengkaji sumber-sumber yang
relevan dengan permasalahan yang di bahas, serta melakukan analisis secara mendalam yang
merujuk pada hasil penelitian, jurnal, buku-buku serta dari berbagai media cetak maupun
elektronik. Penelitian ini menemukan bahwa Perkembangan yang cukup pesat ini memberikan
peluang besar bagi sekolah Islam terpadu sehingga muncul sebagai franchise dan gerakan
dakwah dalam dunia pendidikan, namun disamping itu ada beberapa tantangan juga yang perlu
dijawab oleh sekolah Islam terpadu diantaranya, mutu (kualitas), sumber daya manusia, serta
sarana dan prasaranya.
Keyword : Sekolah Islam Terpadu, Sekolah Dasar Islam Terpadu, Peluang dan Tantangan,
Pendidikan Indonesia.

1
PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan hal yang sedang menjadi perbincangan dan banyak menarik
perhatian masyarakat adalah munculnya sekolah yang menggunakan istilah sekolah Islam
Terpadu, mulai dari TKIT (Taman Kanak-kanak Islam Terpadu), SDIT (Sekolah Dasar Islam
Terpadu), SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu), dan SMAIT (Sekolah Menengah
Atas Islam Terpadu). Fenomena ini menjadi hal yang sangat menarik karena puluhan tahun
dahulu menyekolahkan anak di Sekolah Islam bukanlah menjadi prioritas utama para orang tua,
namun berbeda dengan sekarang, para orang tua khususnya yang muslim berlomba-lomba untuk
menyekolahkan anaknya di sekolah Islam Terpadu, terutama di kota-kota besar. Sekolah Islam
Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam
berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang muncul pertama kali pada tahun 1993, sekolah
Islam Terpadu ini muncul dalam rangka menjawab problem krusial yang melanda terhadap
proses pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan dan pengajaran saat itu, yaitu adanya
dualism system pendidikan, pertama system pendidikan yang modern yang cenderung sekuler,
kedua system yang lebih religi yang cenderung lebih tradisional dan sulit berkembang.
Keberadaan Sekolah Islam Terpadu ini sekurangnya memberika dua makna. Pertama,
menghapus stigma sekolah Islam kurang bermutu sehingga meningkatkan kepercayaan diri umat
Islam sendiri terhadap system pendidikan Islam. Kedua, sekolah Islam Terpadu dijadikan
benteng yang menjaga serta menguatkan akidah dan akhlak generasi muda umat islam dari
pengaruh agama atau ideology lain. Ditambah lagi dengan berbagai kenyataan sosial yang terjadi
belakangan ini semakin menambah kekhawatiran para orang tua terhadap masa depan anak-anak
mereka, meningkatnya angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, pemerkosaan,
pembunuhan, hubungan seks pra-nikah, perkelahian antar pelajar, narkotika, minuman keras dan
lain-lain, sebagaimana yang sering kita dengar dan lihat di lingkungan kita. Hal ini semakin
mendorong para orang tua untuk berfikir ulang mengenai efektivitas pendidikan umum dalam
pembentukan dan pengembangan kepribadian anak-anak mereka.
Sekolah Islam Terpadu tampaknya menjadi jawaban atas kekhawatiran beberapa
permasalan diatas, yaitu sekolah yang tidak hanya memiliki mutu akademik yang tinggi tapi juga
penanaman nilai-nilai keagaamannya. Kemudian, dalam pelaksanaannya yang dirancang
sedemikian rupa dengan memadukan konsep pendidikan dan metode pendidikan internasional,
diharapkan dapat menghasilkan generasi-generasi yang unggulan juga sudah menepis stigma

2
bahwa Sekolah Islam itu kurang bermutu dan masih cenderung bersifat tradisional. Dalam
Aplikasinya Sekolah Islam Terpadu diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan
penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu
jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini semua mata pelajaran dan semua kegiaatan sekolah
tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai-nilai Islam, sehingga menuntut waktu belajar yang
lebih panjang (full day school).
Dari sekian banyak Sekolah Islam Terpadu yang ada di Indonesia, SDIT menjadi salah
satu model dan percontohan Sekolah Islam Terpadu yang marak saat ini, ada beberapa factor
yang melatarbelakangi berdirinya SDIT, diantaranya secara historis memang bangsa Indonesia
tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai religious yang menjadi sumber daya dan kekuatan bangsa,
disisi lain masyarakat mulai sadar dan melihat bahwa pendidikan di Sekolah Dasar merupakam
pondasi dari pendidikan selanjutnya, kemudian masyarakat juga mulai bosan dengan system
pendidikan nasional dan model pendidikan umum yang terus memisahkan antara pendidikan
agama dengan pendidikan umum. Lingkungan SDIT juga berupaya memberikan penekanan
terhadap aspek-aspek agama yang akan diajarkan kepada anak-anaknya, sebagaimana yang
diusulkan Neil Postman, yaitu untuk mengawali pengenalan agama di sekolah dasar dan
memberi kesempatan untuk mempelajari agama. Maka dari itu, sebutan “Sekolah Islam
Terpadu“ tak lain sebuah “brand” yang disematkan untuk menjadi penanda dan identitas bahwa
sekolah Islam terpadu bukanlah sekolah umum atau sekolah madrasah biasa, melainkan yang
membaca misi mengatasi kelemahan sekoloah negeri yang minim muatan agama Islamnya dan
madrasah yang cenderung lemah dalam pengetahuan umumnya.
Ada beberapa orang yang menyebutkan bahwa Sekolah Islam Terpadu atau SDIT ini
adalah sekolah madrasah, namun pada hakikatnya sekolah Islam terpadu menyatakam dirinya
sebagai lembaga pendidikan Islam yang disamping itu tentu memiliki maksud tertentu. Apakah
karena sekolah lebih memiliki nilai jual dari pada madrasah atau karena agar menjadi unik
sehingga menjadi daya tarik tersendiri. Bisa juga karena tujuan-tujuan modern atau pragmatis, di
mana pada saat itu madrasah masih dianggap lembaga pendidikan “kelas dua”, sementara
sekolah lebih menjual dengan diberi label Islam terpadu, agar berbeda dengan sekolah-sekolah
Islam yang ada sebelumnya, seperti sekolah Muhammadiyah atau sekolah sekolah Ma’rif milih
Nahdatul Ulama.

3
Setelah berkembang dalam kurun waktu lebih dari 20 (dua puluh) tahun dalam
perjalanannya, berbagai persoalan pun muncul seiring dengan kian besarnya minat masyarakat
terhadap SDIT. Ada dua hal yang menjadi sorotan masyarakat terhadap SDIT sekaligus kendala
yang dirasakan oleh sebagian besar SDIT. Pertama, mahalnya biaya pendidikan. Besarnya biaya
anggaran yang harus dikeluarkan untuk dapat menyekolahkan anak di SDIT menjadi persoalan
tersendiri bagi sebagian masyarakat. Anggaran tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
sekolah akan sarana pembelajaran serta program-program unggulan yang memang menjadi ciri
khas SDIT tersebut. Selain itu SDIT merupakan ssekolah di bawah naungan yayasan dengan
tenaga pengajarn yang bukan bertastus PNS, artinya biaya untuk menggaji para guru dibebankan
seluruhnya dari uang skolah. Kedua, terbatasnya guru Al-Qur’an. Mata pelajaran Tahfidzh dan
Tahsin Al-Qur’an merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan di seluruh sekolah Islam
terpadu, namun pesatnya perkembangan SDIT di berbbagai daerah ternyata tidak diimbangi
dengan pertumbuhan lembaga-lembaga pendidikan yang berorientasi untuk mencetak guru-guru
Al-Qur’an.
Disamping memiliki kelemahan, SDIT dianggap memiliki kelebihan sehingga sekolah
Islam terpadu layak untuk disebut sebagai salah satu model pendidikan Islam yang merupakan
proses akulturasi pemahaman ideology secara kaffah yang diusung oleh pendirinya. Namun
terjadi tarik menarik anatara kepentingan ideal sekolah Islam Terpadu sebagaimana yang
dirancang dan divisikan oleh pendirinya dengan kepentingan-kepentingan strategis yang
seringkali menarik sekolah ini ke dalam tujuan pragmatis. Oleh karena itu sekolah Islam terpadu
khususnya SDIT menjadi fenomena yang manarik untuk dikaji lebih mendalam bagaimana
peluang dan tantangan yang dihadapi sehingga SDIT ini tetap mampu bertahan dan berkembang
bahkan menjadi sekolah yang yang menarik minat masyarakat.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research). Penelitian ini dilakukan
dengan mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang di bahas serta
melakukan analisis secara mendalam yang merujuk pada hasil penelitian, jurnal, buku-buku serta
dari berbagai media cetak maupun elektronik.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang relevan, dengan memanfaatkan

4
sumber-sumber yang refresentatif, baik yang berumber dari perpustakaan berupa buku maupun
sumber lainnya yang bersifat e-book atau online. Teknik analisis data yang akan digunakan
adalah menggunakan model interaktif dari Miles Huberman, yang terdiri atas pengumpulan data
mentah, reduksi data, display data, dan verifikasi/kesimpulan. Data yang sudah terkumpul
mengenai Sekolah Islam Terpadu dilakukan pemilihan, penyederhanaan dan transformasi data
kasar yang muncul dari berbagai sumber, sehingga menjadi focus sesuai dengan objek penelitian.
Selanjutnya data akan ditampilkan atau display dan ditarik dalam bentuk kesimpulan.

PEMBAHASAN
1. Sejarah Singkat Sekolah Dasar Islam Terpadu
Kemunculan sekolah Islam terpadu dapat di telusuri dari gerakan kebangkitan
Islam di kampus perguruan tinggi umumnya pada era 1970-an, terutama yang berada di
pulau Jawa. Di masa itu berlangsung perkembangan dakwah Islam yang signifikan di
kampus-kampus umum seperti ITB, UI, IPB, UGM, dan lainnya. Para aktivis kampus
memiliki keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Kalangan pemuda yang
menjadi target utama gerakan ini, karena mereka percaya bahwa para pemuda akan akan
menjadi agen perubahan sosial yang sangat penting dalam melakukan islamisasi seruh
masyarakat Indonesia.1 Tugas untuk menyiapkan generasi muda muslim yang punya
komitmen dakwah diyakini akan lebih efisien jika melalui pendidikan. Dalam konteks
ini, mereka mendirikan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri yang telah
menginspirasi yang telah menginspirasi berdirinya sekolah-sekolah dengan berbagai
aktivitas dakwah dari berbagai organisasi-organisasi Islam dan yayasan-yayasan pribadi,
termasuk al-Furqon, at-Taqwa, al-Ikhlas, Izzudin, al-Itqon, dan Nurhidayah.2
Jika kita telusuri lebih jauh mengenai pendidikan Islam di Indonesia, konsep
pendidikan dengan model terpadu akan kita temukan ide dan gagasannya, meskipun tidak
dengan label terpadu. System pendidikan sekolah dengan memadukan pelajaran umum
dan agama telah ada sebelumnya. Pada tahun 1909, Abdullah Ahmad telah mendirikan

1
Zuly Qodir, Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2009, hlm. 104-107
2
Kurnaengsih, Konsep Sekolah Islam Terpadu, Jurnal Risalah : Pendidikan dan Studi Islam, Vol.
1 No. 1, 2015, hlm. 80

5
Adabiyah School di Sumatera Barat, meskipun pada awalnya sekolah ini berbentuk
madrasah, tapi pada akhirnya berubah menjadi sekolah HIS. Konsep kurikulumnya sama
dengan konsep sekolah Islam Terpadu saat ini yaitu integrasi. Selain Adabiyah School
ada juga yang menggunakan konsep yang sama, seperti Diniyah School, tahun 1915 di
gagas Zainuddin Labai el-Yunus, Diniyah Putri, 1923 di gagasa adik Zainuddin, yaitu
Rahmah el-Yunusyiah, Normal Islam, tahun 1932 di gagas Muhammad Yunus. Jauh
sebelumnya, 1901, ada Jami’ah al khair di Jakarta yang menggagas pendidikan Islam
model integrasi, dan Al-Irsyad pada tahun 1913 di Jakarta dan Surabaya. Dan
pembaharuan pendidikan Islam Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1925, serta
pembaharuan pendidikan Islam Persatuan Islam di Bandung, 1923.3
Dengan demikian konsep mata pelajaran pendidikan umum yang diintegrasikan
dengan pendiidkan islam atau pendidikan islam terpadu telah ada pemikirannya dan
contohnya di Indonesia sebelum kehadiran Sekolah Islam Terpadu dari para aktivis tadi,
bisa jadi para aktivis kampus tadi terinspirasi dari gagasan Abdullah Ahmad, el-Yunus,
an Rahmah el-Yunusyiah dan lainnya. Akan tetapi konsep yang di gagas para pendiri
sekolah Islam terpadu di Indonesia ini tidak hanya sekedar mengintegraskan, artinya
menyatukan antar mata pelajaran agama dalam dan umum dalam satu system. Makna
terpadu dalam slogan sekolah Islam terpadu tersebut bermakna islamisasi pengetahuan.
2. Karakteristik dan Prinsip Sekolah Islam Terpadu
Sekolah Islam terpadu adalah sekolah yang bertekad keras untuk menjadikan nilai
dana ajaran Islam terjabarkan dalam seluruh aspek yang terkait dengan penyelengkaraan
sekolah. Prinsip-prinsip penyelenggaraan sekolah Islam terpadu :4
a. Prinsip umum, meliputi prinsip demokratis, keadilan, integrative, inovatif,
keteladanan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik.
b. Prinsip islamisasi adalah nilai keislaman yang bersifat rabbaniyah.
c. Prinsip manajemen, adalah nirlaba, independen, professional dan akuntabel.
d. Prinsip operasional, pemberlajaran yang diperkaya dengan nilai-nilai
keislaman yang mengacu kurikulum nasional.

3
Ahmadi Lubis, Sekolah Islam Terpadu Dalam Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
Yogyakarta :Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol.4, No.2, 2018, hlm. 1086
4
Sukro Muhab, Standar Mutu Jaringan Sekolah Islam Terpadu, Jakarta, 2014, hlm. 10

6
Selain prinsip-prinsip di atas, sekolah Islam terpadu juga memiliki karakteristik-
karakteristik. Karakteristik utama yang memberikan penegasan akan keberadaannya.
Karakteristik yang dimaksud adalah :5

a. Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.


Penyelenggaraan sekolah dan proses pendidikannya hendaknya menjadikan
al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai rujukan dan manhaj asasi (pedosan dasar).
Dengan karakteristik ini, sekolah Islam terpadu tampil menjadi sekolah yang
jelas pijakan filosifisnya, jelas arah visi, misi dan tujuan pendidikannya.
Untuk merealisasikan visi ini diperlukan perangkat-perangkat yang tidak
sederhana. Mulai dari rancangan kurikulum yang kuat, pelaksanaan
kurikulum, monitoring dan evaluasi, panduang kegiatan sekolah yang
mengarah pada idelisme tersebut serta beberapa sarana fisik lainnya.
b. Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.
Seluruh mata pelajaran dalam bangunan kurikulum dikembangkan melalui
pengintegrasian dalam bangunan nilai Islam yang terkandung dalam al-Qur;an
dan as-Sunnah dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan umum yang diajarkan.
Artinya, manakala seseoranga pendidik mengajarkan ilmu pengetahuan umum
seharusnya ilmu pengetahuan tersebut sudah disiapkan dengan perspektif
bagaimana al-Qur’an atau as-Sunnah membahasnya.
c. Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai
optimalisasi proses belajar mengajar.
Kemampuan guru dalam mengembangkan proses belajar mengajar yang
metodologis, efektif dan strategis sangat menentukan ketercapaian efektifitas
dan kualitas (mutu) sekolah Islam. Sekolah Islam terpadu harus mampu
memicu dan memacu siswa menjadi pembelajar yang produktif . kreatif dan
inovatif.
d. Mengedepankan keteladanan dalam menumbuhkan dan pembentukan karakter
peserta didik.
Seluruh pendidik harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik. Ada
korelasi antara keteladanan dan hasil belajar.
5
Fahmy Alaydrus, dkk, Standar Konsep Sekolah Islam Terpadu, Jakarta : JSIT, 2010, hlm. 5

7
e. Menumbuhkan iklim dan lingkungan yang baik.
Nilai-nilai Islam dihidupakn dan diaplikasikan oleh seluruh warga di sekolah,
guru, karyawan, murid, orang dan orang tua/wali murid.
f. Memelihara peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung
tercapainya tujuan pendidikan.
Untuk mendorong kesuksesan bersama, orang tua diminta turut berperan
sesuai dengan keahliannya. Hal ini didorong dalam rangka pengembangan dan
pengayaan kegiatan pendidikan dalam berbagai program.
g. Mengutamakan nilai ukhuwah dalam semua interaktif antar waga sekolah.
Kekerabatan dan ukhuwah para guru dan karyawan sekolah dibangun atas
prinsi-prinsi nilai keislaman.
h. Membangun budaya bersih, rawat, rapih, ringkas, sehat dan asri.
Kebersihan bagian dari Iman, kebersihan pangkal kesehatan. Hadits dan
slogan yang sangat bersahaja selayaknya menajdi budaya sekolah Islam
terpadu.
i. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalui berorientasi pada
mutu.
System penjamin mutu di lembaga wajib dimiliki agar mampu menjamin
kepastian kualitas penyelenggaraan sekolah. System pemjamin mutu ini
diselenggarakan berdarsarkan pada standar mutu yang dikenal, diterima, dan
diakui oleh masyarakat.
j. Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi di kalangan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
Budaya profesionalisme ditandai dengan adanya peningkatan idealism, ghirah,
kreativitas dan produktivitas dari kepala sekolah, para guru, ataupun karyawan
dalam konteks profesi mereka masing-masing.

3. Peluang dan Tantangan Sekolah Islam Terpadu

8
Munculnya sekolah-sekolah Islam terpadu merupakan respon atas ketidakpuasan
terhadap Sistem Pendidikan Nasional yang dianggap tidak mampu menjawab kebutuhan
dan tantangan zaman, khususnya yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. System Pendidikan Nasional dianggap gagal membentuk moral para siswa
dan melindungi mereka dari penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan bebas,
kenakalan remaja. Kekhawatiran seperti itu terutama menyebabkan orang-orang kota
yang secara langsung menyaksikan pengaruh negative dari modernisasi dan globalisasi.
Hal itu juga dipengaruhi oleh adanya kesadaran sebagian kalangan Muslim mengenai
perlunya menggabungkan antara ilmu pengetahuan umum dengan pendekatan Islam.
Untuk menjawab kekhwatiran diatas maka munculah sekolah Isam terpadu ini.
Salah satu hal yang cukup menakjubkan dari sekolah Islam terpadu adalah mereka berada
di bawah satu payung Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), yang telah berdiri pada
tahun 2003 dengan tujuan untuk mengkoordinasi dan memfasilitasi berdirinya sekolah-
sekolah Islam terpadu. JSIT memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
dakwah di seluruh Indonesia untuk mengembangan sekolah-sekolah mereka melalui
pertukaran jaringan dan informasi. Dalam konteks ini JSIT muncul sebagai franchise
yang menawarkan kepada setiap orang dalam mengembangkan dan membangun sekolah
mereka. Dengan bergabung ke JSIT, sekolah diatur di bawah bendera Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan dan diperkenankan untuk menggunakan kurikulum yang
dirumuskan oleh JSIT.6
Selaras dengan itu ada beberapa peluang yang bisa ditangkap, diraih dan
dimanfaatkan oleh para pemerhati pendidikan termasuk pemilik sekolah Islam terpadu/
yayasan untuk menyongsong masa depan yang penuh dengan kompetisi di antaranya:7
Pertama, peningkatan fungsi dan peranan. Seperti yang kita ketahui beberapa
tahun belakangan fungsi dan peranan pendidikan islam sangat terbatas, dan kadang-
kdanag terjadi diskriminasi. Outputnya tidak dapat diterima pada jenjang tertentu atau
kemampuannya diragukan di lapangan kerja tertentu. Namun sejak diberlakukannya UU
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, fungsi dan peran lembaga

6
Kurnaengsih, Konsep Sekolah Islam Terpadu, Jurnal Risalah : Pendidikan dan Studi Islam, Vol.
1 No. 1, 2015, hlm. 81
7
M. Ali Sibram Malisi, Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era MEA,Pascasarjana
IAIN Palangka Raya : Jurnal Transformatif , Vo.1. No.1, 2017, hlm.6-7

9
pendidikan Islam dari mulai tingkat dasar tingga perguruan tinggi sudah diperluas bahkan
terbuka lebar. Karena itu, peluang ini harus dimanfaatkan oleh segenap penyelenggara
pendidikan.
Kedua, peningkatan persaingan dan antisipasi agama. Selaras dengan era
globalisasi, dimana pemikiran manusia semakin kompleks dan menimbulkan
kebingungan dalam masyarakat, perlu adanya pendekatan sosialisasi dan internalisasi
nilai-nilai agama.
Ketiga, pengembangan kelembangan. Kesempatan meningkatkan fungsi dan
peranan lembaga pendidikan Islam dalam pengembangan dan pembinaan masyarakat
seharusnya mendorong umat Islam bisa mengelola pendidikan Islam dengan lebih baik
sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam hal ini ada dua sasaran utama, yaitu perluas
bidang garapan dan peningkatan kualitas proses serta ouput hasil pendidikan. Peluang ini
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, sebab bila tidak maka lembaga pendidikan Islam
tidak akan mampu berkompetisi yang akhirnya akan ditinggalkan umat.
Keempat, kerjasama. Di era globaliasi yang penuh kompetisi, juga pertumbuhan
SDIT yang cukup pesat, sangat sulit bagi suatu lembaga pendidikan dapat berjalan dan
berkembang sendiri tanpa mau terlibat dan melibatkan pihak lain. Ini berarti solusi
utamanya adalah harus mampu menciptakan kerjasama kelembagaan yang saling
menguntungkan. Seperti yang sekarang kita ketahui dalam satu kecamatan banyak SDIT
yang berdiri tetapi tidak semua SDIT terjaring dalam keanggotaan JSIT.
Sekolah Islam terpadu dalam banyak kasus, memang telah memberikan bukti
yang nyata, alih-alih sekedar janji di pamflet publikasi, rasanya komitmen pengelolaan
pendidikan sekolah Islam terpadu tidak perlu diragukan lagi, maklum saja untuk bisa
eksis mau tidak mau mereka harus bisa mengoptimalkan potensi yanga ada, baik pada
pada siswa maupun pengajar. Dengan segala keterbatasan yang ada di awal pendirian,
sekolah Islam terpadu kini bermetamorfosa menjadi sekolah unggulan, elit dan menjadi
mahal. 8
Dalam perkembangannya, ada beberapa tantangan yang harus di jawab sekolah
Islam terpadu, beberapa itu antara lain : 9

8
J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2019, hlm. 339
9
Avisyuhada, Tantangan Sekolah Islam Terpadu, avisyuhada.wodpress.com

10
Pertama, sekolah Islam terpadu kalau ingin dianalogikan dalam dunia bisnis,
makan ia mirip dengan konsep Franchise/ waralaba. Dimana sebuah Franchise / waralaba
memiliki standar kualitas yang sama, misalnya Ayam Bakar Wong Solo dimana pun
warungnya berada maka rasa dan juga standar mutu adalah sama. Begitupula dengan
sekolah Islam terpadu, tetunya selaku pengontrol standar mutu ini memiliki ukuran yang
sangat jelas, dan inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi sekolah Islam terpadu.
Artinya sekolah Islam terpadu harus tetap mampu menjaga standar kualitas yang
seharusnya.
Kedua, tantangan SDM, dimana sekolah Islam terpadu dan yayasan yang
menaunginya harus bisa memberikan SDM terbaik bagi anak-anak murid sekolah Islam
terpadu, mulai dari kepala sekolah dan tenaga pengajar yang harus terus memacu diri
untuk peningkatan skill sehingga dapat menjawab tantangan zaman yang luar biasa
besarnya.
Ketiga, fasilitas ( sarana dan prasarana) pendidikan, mulai dari gedung kelas, lab,
musholla, tempat makan, alat bantu belajar, buku dan lain-lain, ini akan menjadi masalah
tahunan bagi sekolah Islam terpadu, karena semakin banyak murid yang mendaftar sebab
tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah Islam terpadu
maka, semakin banyak pula fasilitas yang harus disiapkan. Dan tentunya ini menjadi
masalah finansial yang akan menuntut keberanian dan kreatifitas sekolah Islam terpadu/
yayasan dalam mencari dana.

SIMPULAN

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peluang sekolah Islam terpadu termasuk SDIT adalah sebagai jalan dakwah dalam
menyampaikan ajaran islam, proses islamisasi, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai
agama. Peminatnya yang tinggi mampu mendorong sekolah Islam terpadu lahir sebagai
franchise/waralaba.
2. Tantangan sekolah islam terpadu yang paling utama adalah standar kualitasnya,
mengingat jumlah Sekolah Dasar Islam Terpadu ini terus bertambah maka setiap sekolah
harus memiliki nilai jual agar mampu bertahan dan mampu berkompetisi dengan sekolah
Islam terpadu lainnya, kedua dalah sumber daya manusianya (SDM), kualitas SDM

11
dalam suatu lembaga sangat mempengaruhi kualitas lembaga itu sendiri apalagi di
lembaga pendidikan, kualitas pengajar tentu akan berpengaruh terhadap bagaimana
ouputnya kelak, ketiga sarana dan prasarana, mengingat sekolah Islam terpadu sudah
masuk kategori sekolah unggulan tentu sarana dan prasaranya juga harus mendukung,
dan hal ini akan menjadi masalah tahunan bagi sekolah Islam terpadu jika angka
pendaftar setiap tahunnya meningkat maka fasilitas yang disiapkan akan semakin banyak.

REFERENSI

Alaydrus, Fahmy,dkk .2010. Standar Konsep Sekolah Islam Terpadu, Jakarta : JSIT.

Avisyuhada. Tantangan Sekolah Islam Terpadu, avisyuhada.wodpress.com

Kurnaengsih. 2015. Konsep Sekolah Islam Terpadu, Jurnal Risalah : Pendidikan dan Studi Islam,
Vol. 1 No. 1.

Lubis, Ahmadi. 2018. Sekolah Islam Terpadu Dalam Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,
Yogyakarta :Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, Vol.4, No.2.

Malisi, M. Ali Sibram.2017. Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Era MEA,Pascasarjana
IAIN Palangka Raya : Jurnal Transformatif , Vo.1. No.1.

Muhab, Sukro.2014. Standar Mutu Jaringan Sekolah Islam Terpadu, Jakarta.

Pulungan, J. Suyuthi.2019. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.

Qodir, Zuly. 2009. Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

12

Anda mungkin juga menyukai