OLEH
OLEH:
RATNA SARI
(22111023081)
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas selesainya
makalah saya yang berjudul “Faham Ideealisme Versus Realisme Dalam Filsafat Yunani:
Bagaimana Pandangan Islam?”. Adapun makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Ilmu yang diberikan oleh dosen saya Bapak Prof. H.M. Nazir, M.A
Makalah ini berisi materi utama yakni Klasifikasi Ilmu dalam Islam, dalam
pembuatan makalah ini saya mengambil dari beberapa sumber buku dan jurnal sebagai
rujukan saya dalam penulisan. Saya berharap makalah kami dapat berguna untuk menunjang
kegiatan diskusi dan pembelajaran tentang “Klasifikasi Ilmu Dalam Islam Menurut Ulama
dan Ilmuan Muslim”. Saya sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya
mohon saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
Ratna Sari
22111023081
ii
DAFTAR ISI
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dari makalah ini adalah:
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apa itu faham idealisme dan faham realisme
2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan faham idealism dan realisme
3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan islam terhadap faham
idealism dan realisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum idealisme adalah realitas fikiran subyek itu sendiri. Sedangkan realisme
adalah adanya realitas diluar fikiran dari subyek itu sendiri. Dicontohkan segelas kopi, menurut
paham idealisme, kopi itu ada karena ada yang mempersepsi kopi itu. Sedangkan menurut
realisme: kalau tidak ada kopi, maka tidak ada persepsi tentang kopi.
A. Definisi Idealisme dan Realisme dalam Filsafat Yunani
Idealisme
Filsafat Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang menekankan pentingnya
keunggulan pikiran (mind), jiwa (spirit) atau roh (soul) dari pada hal-hal yang bersifat
kebendaan atau material. Idealisme adalah aliran yang berpaham bahwa pengetahuan dan
kebenaran tertinggi adalah ide atau akal pemikiran manusia. Sehingga sesuatu itu dapat
terwujud atas dasar pemikiran manusia.
Tokoh-Tokoh Idealisme Beserta Pemikirannya
1. J.G. Fichthe (1762-1914 M)
Manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindera
objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya maka berjalanlah proses
intelektual untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti
yang dipikirkannya. Dengan demikian jelaslah bahwa realitas merupakan buah hasil
aktivitas pikir subyek.
2. G.W.F. Hegel (1770-1031 M)
Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu
filosof Barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit), suatu
istilah yang diilhami oleh agamanya, ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu Roh
(jiwa), Roh itu dalam intinya idea, artinya berpikir.
Realisme
Realisme merupakan aliran filsafat yang luas dan bervariasi. meliputi materialisme
juga pandangan yang mendekati kepada idealisme. Titus dkk. , (1979)1 antara lain
mengidentifikasi tiga jenis Realisme, yaitu Realisme Mekanis, Realisme Objektif, dan
Realisme Pluralistik. Realisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Alat
dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika
Titus, H.H., Living Issues in Philosophy, American Book Company, New York
3
Tokoh-Tokoh Realisme Beserta Pemikirannya
A. Rene Descartes (1596-1650 M)
Rene Descartes yang mendirikan aliran Rasionelisme berpendapat bahwa sumber
kebenaran ialah rasio. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran.
mereka yang percaya bahwa dasar semua pengetahuan yang ada dalam pikiran. Hanya
pengetahuan yang diperoleh lewat akal yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua
pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan ilmu pasti.
B. Leibniz (1646-1716 M).
Ia adalah filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Metafisika
(Hakikat Realitas) Pusat metafisikanya adalah idea tentang subtansi yang dikembangkan
dalam konsep monad. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada Subtansi.
subtansi pada Leibniz ialah prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat
dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”.
4
C. Pandangan Islam terhadap faham Idealisme dan Realisme
Pandangan Islam terhadap Idealisme
Secara terperinci paham idealisme terbagai atas tiga hal. Yaitu:
1. tujuan untuk individual, paham idealismenya bisa menjadi kaya, memiliki
kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh
warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih
baik.
2. tujuan untuk masyarakat, untuk hubungan kemanusiaan yang saling penuh
pengertian dan rasa saling menyayangi
3. tujuan yang berkaitan dengan Tuhan, dimaksudkan sebagai gabungan antara
tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam
kehidupan yang berkaitan dengan perintah dan larangan agama
Selain itu menurut Al-Ghazali yang merupakan salah satu penganut aliran
Idealisme menjelaskan paham idealisme dengan tujuan keagamaan dan akhlak, dengan
titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan
untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia, Hal ini
dipahami Al-Ghazali berdasarkan pada ayat al-Qur’an Al-Hadid (57): 20) dan Ad-
Dhuha (93):4).
Al-Ghazali membagi tujuan pendidikan Islam menjadi dua, yaitu: tujuan jangka
panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan Pendidikan Islam Jangka Pendek : diraihnya profesi manusia sesuai
dengan bakat dan kemampuannya. Syarat untuk mencapai tujuan itu, manusia
harus memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan
bakat yang dimilikinya.
Tujuan Pendidikan Islam Jangka Panjang : untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT bukan untuk mencari kedudukan, kemegahan, kegagahan, atau
mendapatkan kedudukan yang menghasilkan uang. Jika paham idealisme bukan
diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, akan dapat menimbulkan
kedengkian, kebencian dan permusuhan.
Pemikiran al-Ghazali terhadap pendidikan tidaklah mengabaikan keseimbangan
antara dunia dan akhirat. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikannya yaitu, agar
manusia berilmu, bukan sekedar berilmu, melainkan ilmu yang diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mempelajari ilmu pengetahuan tidaklah semata-mata untuk
ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi sebagai wujud ibadah kepada Allah. Hal ini juga
5
yang menjadi tujuan pendidikan Islam saat ini.
Tujuan pendidikan Islam menurut aliran Idealisme adalah: (1) Tujuan mempelajari
ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri sebagai wujud ibadah
kepada Allah, (2) Tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlaq karimah,
(3) Tujuan pendidikan Islam adalah mengantarkan pada peserta didik mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
6
BAB III
ANALISIS
Callahan J. F., Clark, L.H., (1983), Foundation of education, Macmillan Publishing Co. Inc., New York.
7
Kadang seorang menghormati orang lain karena gelar yang diperoleh seseorang, bukan
karena tingkat keilmuan dan ketaqwaan orang tersebut. Ketika bertemu orang miskin dan tidak
punya gelar mereka langsung merendahkan orang tersebut, bila bertemu orang kaya dan bertitel
professor mereka langsung menyembah. Dalam Islam hal itu tidak dibenarkan, idealnya kita
menghormati manusia atas dasar tingkat kebaikan dan atas dasar kemanusiaan, bukan karena
kekayaan atau gelar yang dimiliki orang tersebut.
Sebaliknya menurut para filsuf Realisme bahwa dunia terdapat hukum-hukum alam
yang menentukan keteraturan dan keberadaan setiap yang hadir dengan sendirinya dari alam itu
sendiri (Callahan and Clark, 1983). Realitas hakikatnya bersifat objektif, artinya bahwa realitas
berdiri sendiri, tidak tergantung atau tidak bersandar kepada pikiran/jiwa/spirit/roh. Namun
demikian, mereka tetap mengakui keterbukaan realitas terhadap pikiran untuk dapat
mengetahuinya. Hanya saja realitas atau dunia itu bukan/berbeda dengan pikiran atau keinginan
manusia.
Hakikat manusia didefinisikan sesuai dengan apa yang dapat dikerjakannya. Pikiran
(jiwa) adalah suatu organisme yang sangat rumit yang mampu berpikir. Namun, sekalipun
manusia mampu berpikir ia bisa bebas atau tidak bebas (Edward J. Power, 1982). Manusia dan
masyarakat adalah bagian dari alam. Karena di alam semesta terdapat hukum alam yang
mengatur dan mengorganisasikannya, maka untuk tetap survive dan bahagia tugas dan tujuan
manusia adalah menyesuaikan diri terhadap hukum-hukum alam, masyarakatnya dan
kebudayaannya.
Realisme dalam hukum Islam tidak berarti positivisme dimana hukum Islam ditentukan
oleh fakta sosial yang terjadi di masyarakat, karena hukum Islam adalah hukum Tuhan.
Realisme dalam kaitannya dengan hukum Is-lam berarti bahwa pemahaman hukum Islam
didasarkan atas pertimbangan realitas sosial yang berkembang di masyarakat. Atau pada tingkat
yang sangat teknis bagaimana kepu-tusan-keputusan hukum diambil berdasarkan pada fakta-
fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Paham idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa atau
pikiran dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan fikiran melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea, sebaliknya paham realism,
terbuat dari sesuatu yang nyata, substansial dan material yang hadir dengan sendirinya
(entity). Di dunia atau di alam tersebut terdapat hukum-hukum alam yang menentukan
keteraturan dan keberadaan setiap yang hadir dengan sendirinya dari alam itu sendiri.
Dengan kata lain, idealisme dan realisme ini selalu beriringan. Idealisme berupa fikiran
seseorang itu sendiri sedangkan realisme adalah kenyataan atau realitas. Dalam pandangan
islam, Idealisme juga dapat mengarah ke spiritual, sebagai orang yang beriman dan
beragama sifat yang idealis sangat diperlukan agar tidak salah menafsirkan makna dari
agama itu sebenarnya.sebagai muslim kita melaksanakan ibadah berdasarkan perintah
Allah kita berfikir idealis bahwa kita akan masuk surga. Dan realitasnya sebagai muslim
kita harus menyesuaikan diri terhadap aturan agama, masyarakat dan negara.
B. Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Muis, Abdul. 2015. Filsafat dalam pendidikan. IAIN Jember Press. Jember.
Titus, H.H., Living Issues in Philosophy, American Book Company, New York
Yuarti, Eka. 2016. Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat Idealisme. STAIN Curup.
Yusuf, Anwar. Akar pemikiran realisme dalam hukum islam. UIN Syarif Hidayatullah.
10