net/publication/361051862
CITATIONS READS
0 7,913
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Andi Ulil Albab on 03 June 2022.
Dosen Pengampu
DISUSUN OLEH :
SINHA ISTIQOMAH
RAHMAT AKIM
2022
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Al-hamulillah, segala puji
bagi Allah yang telah memberikan sebagian ilmu dan hikmah-Nya, sehingga percikan ilmu-
Nya Yang Maha Luas itu dapat menerangi kehidupan makhluk-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada makhluk mulia yang Dia ciptakan
sebagai penutup para Nabi, Rasulullah SAW. Nabi Muhammad adalah uswah bagi seluruh
umat islam. Dialah suri tauladan bagi kaum yang menginginkan keselamatan, baik dunia
maupun akhirat. Keindahan dan kemuliaan akhlaknya telah dipuji Allah dibanyak ayat Al-
Qur’an.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani "philosophia" dan "pholosophos".
Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta kebijaksanaan.
Sebagian kain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering
pula diartikan pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai
peranan yang besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut
menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Landasan filosofis pendidikan
merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam dunia pendidikan karena
bersifat normatif dan persfektif. Selain itu juga dengan filosofis pendidikan kita akan
mengetahui mengapa, apa, dan bagaimana kita melakukan pembelajaran, dengan
mengetahui hakikat belajar. Didalam filsafat banyak sekali macam-macam alirannya.
Ada yang saling berkaitan ada pula yang saling bertentangan. Diantaranya ada aliran
filsafat idealisme dan realisme. Kedua paham aliran ini saling bertentangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan idealisme dan realisme?
2. Bagaimana pendidikan menurut idealisme dan realisme?
3. Apa pentingnya memepelajari filasafat idealisme dan realisme?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian idealisme dan realisme
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan menurut idealisme dan realisme
3. Untuk mengetahui pentingnya mempelajari filsafat idealisme dan realisme
1
BAB II
PEMBAHASAN
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli
hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah
gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud
dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan
kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada
kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa
bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
1. Plato
Tokoh aliran idealisme yang pertama kali adalah Plato. Idea merupakan
inti dasar dari seluruh filsafat yang diajarkan oleh Plato. Ia beranggapan
bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek
yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya
pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Ia memberikan beberapa contoh
seperti segitiga yang digambarkan di papan tulis dalam berbagai bentuk itu
merupakan gambaran yang merupakan tiruan tak sempurna dari idea tentang
2
segituga. Maksudnya adalah berbagai macam segitiga itu mempunyai satu idea
tentang segitiga yang mewakili semua segitiga yang ada. 2
2. Fichte
Johan Gottlieb Fichte adalah seorang filsuf jerman. Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya.
Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya3.
3. Sechelling
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling Juga merupakan filosof yang
menganut aliran idealisme. Pemikiran Schelling tampak pada teorinya tentang
yang mutlak mengenai alam. Pada dirinya yang mutlak adalah suatu kegiatan
pengenalan yang terjadi terus-menerus yang bersifat kekal.
4. Hegel
Georg Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang
menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Menurut hegel yang
mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud
agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide atau pikiran.
Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional
dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas.
5. Immanuel Kant
Menurut Kant semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak
berarti semua dari pengalaman. Obyek luar ditangkap oleh indera, tetapi rasio
mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut.
Immanuel Kant membawa pengaruh besar di Jerman dan pemikiran nya
menjadi landasan bagi J. Fichte, F. Schelling dan Hegel .4
6. Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al-Ghazali. Dalam masalah pendidikan Al-Ghazali lebih
cenderung berpaham empirisme. hal ini antara lain disebabkan karena ia
sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya
seorang anak tergantung kepada orang tua dan anaknya yang mendidiknya.
Hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang amat berharga,
sederhana dan bersih dari gambaran apapun 5.
3
2. Aliran Filsafat Realisme
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi
benda konkret. Pembagian dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia
idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak
diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya memberikam dua pengenalan.
Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan
yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat,
teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum
sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan
bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca
indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar
filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan
yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu
berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa
Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan
idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi.
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana
ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut
berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan
(anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi.
Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga
mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia
diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah.
1. Aquinas
Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teolog yang terkenal pada
abad pertengahan. Pemikirannya yang terkenal adalah merumuskan etika
dan doktrin gereja. Realisme ilmiah percaya bahwa adanya realitas yang
ada, terlepas dari pengetahuan kita dan metode ilmiah adalah cara terbaik
untuk mendapatkan akurasi dari apa yang ada di dunia dan bagaimana cara
kerjanya. Realisme menyatakan bahwa (1) ada dunia keberadaannya nyata,
real, objek, bukan bayangan, (2) pikiran atau rasio manusia dapat
mengetahui tentang dunia nyata dan (3) seperti itu pengetahuan adalah
panduan yang paling dapat diandalkan untuk perilaku individu dan sosial.
Awal dari prinsip-prinsip ini, kita dapat memeriksa implikasi pendidikan
realisme.
2. Aristoles
4
Aristoteles (384-322 SM) seorang filsuf yunani kuno. Ia berguru
kepada Plato dan kemudian menjadi guru Alexander Agung. Aristoteles
adalah tokoh paling yang banyak menciptakan disiplin ilmu di bandingkan
sosok sosok berpengaruh lainnya. Di barengi dengan Socrates dan Plato, ia
di anggap sebagai filsuf yang paling berpengaruh, baik di dunia bagian
timur maupun barat. Beliau mengembangkan realisme yang menekankan
pada pengetahuan dan nilai nilai yang objective.
3. Broudy
Harry Broudy di lahirkan daerah Polandia dari keluarga Yahudi yang
berada. Dalam bukunya yang berjudul Membangun Filsafat Pendidikan,
Harry Broudy secara eksplisit menekankan bahwa masyarakat mempunyai
hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa
pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan
suatu lembaga atau institusi sosial. Implikasinya yaitu pendidikan adalah
sebuah kebutuhan yang mendasar dan hak yang dasar bagi manusia dan
kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa
semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.
5
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai
berikut:
c. Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan. Metode pendidikan dalam program pendidikan disusun
menggunakan metode pendidikan dialektis. Meskipun demikian setiap metode
yang dianggap efektif mendorong belajar dapat pula digunakan. Pelaksanaan
pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar.
Penganut aliran realisme sependapat dengan penganut idealis bahwa nilai yang
mendasar adalah pada dasarnya permanen, tapi mereka berbeda diantara mereka
6
sendiri dan alasan mereka. Realis klasik sependapat dengan Aristoteles bahwa ada
undang-undang moral universal, tersedia untuk berbagai alasan dan mengikat pada
eluruh rasional manusia.
Realist sepakat bahwa guru harus menjadi bagian dalam merumuskan nilai-
nilai tertentu. Moral dasar dan standar keindahan yang diajarkan pada siswa yang
tidak berdampak pada isu terkini. Anak-anak harus memahami secara jelas
mengenai sifat dasar kebenaran dan salah, memberikan perhatian pada tujuan
yang baik dan indah berdasarkan pada perubahan moral dan keindahan mode.
c. Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung.
Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon)
adalah metode pokok yang digunakan. Semua kegiatan belajar berdasarkan
pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar hendaknya
7
bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan (pengkondisian) merupakan
sebuah metode pokok yang dapat dipergunakan dengan baik untuk mencapai
tujuan pendidikan.
d. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam
hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan
pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek.
Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat penting dalam
belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman.
Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat
kebaikan.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke
dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya
berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat
murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
8
secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran,
juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan
menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan idealisme untuk individual
antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Logic (logika) guru realisme sering menggunakan kemapuan dengan baik secara
deduktif maupun induktif. Contohnya para siswa di dalam kelas botani mungkin akan
mengecek bunga mawar yang mereka miliki, bahwa warnanya berbeda, aroma dan
ukurannya menyimpulkan, melalui induksi bahwa semua anggota dari genus yang
sama. Akan tetapi, ketika menanamkan sebuah mawar di kebun sekolah sebagai
proyek, para siswa akan bisa memeriksa atau meneliti tentang perwatan tanaman dan
menentukan lokasi yang benar serta jumlah pupuk dan air untuk setiap bunga mawar
yang mereka tanam.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ide/Spirit manusia adalah sesuatu yang menentukan hidup dan pengertian manusia
yang dibahas dalam aliran filsafat Idealisme: yang menekankan ”idea" (dunia roh)
sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa
segala sesuatu yg dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus berkaitan dgn hal2 yg
bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian (idea). Oleh sebab itu,
Idealiseme sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber
pengetahuan.
Realitas adalah hakekat kesemestaan, termasuk makhluk hidup dan manusia yang
merupakan perpaduan ide dan materi yang dibahas dalam aliran filsafat Realisme
yang menggambarkan bahwa ajaran materialis dan idealisme yang bertentangn itu,
tidak sesuai debngan kanyataan. Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama
kehidupan bukanlah benda (materi) semata – mata. Realitas adalah perpaduan benda
(materi dan jasmaniah) dengan yang nonmateri (spiritual, jiwa, dan rohani).
10
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 211
Irawan, E.N. 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampai
Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
11