Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361051862

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Preprint · June 2022

CITATIONS READS

0 7,913

1 author:

Andi Ulil Albab


State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau
36 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Andi Ulil Albab on 03 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

IDEALISME DAN REALISME DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu

DISUSUN OLEH :

SINHA ISTIQOMAH

ANDI ULIL ALBAB

RAHMAT AKIM

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )

SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Al-hamulillah, segala puji
bagi Allah yang telah memberikan sebagian ilmu dan hikmah-Nya, sehingga percikan ilmu-
Nya Yang Maha Luas itu dapat menerangi kehidupan makhluk-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada makhluk mulia yang Dia ciptakan
sebagai penutup para Nabi, Rasulullah SAW. Nabi Muhammad adalah uswah bagi seluruh
umat islam. Dialah suri tauladan bagi kaum yang menginginkan keselamatan, baik dunia
maupun akhirat. Keindahan dan kemuliaan akhlaknya telah dipuji Allah dibanyak ayat Al-
Qur’an.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Idealisme Dan Realisme Secara Filsafat


B. Pendidikan Menurut Aliran Idealisme Dan Realisme
C. Pentingnya Mempelajari Filasafat Radialisme Dan Realisme

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani "philosophia" dan "pholosophos".
Menurut bentuk kata, seorang philosophos adalah seorang pecinta kebijaksanaan.
Sebagian kain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering
pula diartikan pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai
peranan yang besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut
menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Landasan filosofis pendidikan
merupakan bagian penting yang harus dipelajari dalam dunia pendidikan karena
bersifat normatif dan persfektif. Selain itu juga dengan filosofis pendidikan kita akan
mengetahui mengapa, apa, dan bagaimana kita melakukan pembelajaran, dengan
mengetahui hakikat belajar. Didalam filsafat banyak sekali macam-macam alirannya.
Ada yang saling berkaitan ada pula yang saling bertentangan. Diantaranya ada aliran
filsafat idealisme dan realisme. Kedua paham aliran ini saling bertentangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan idealisme dan realisme?
2. Bagaimana pendidikan menurut idealisme dan realisme?
3. Apa pentingnya memepelajari filasafat idealisme dan realisme?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian idealisme dan realisme
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan menurut idealisme dan realisme
3. Untuk mengetahui pentingnya mempelajari filsafat idealisme dan realisme

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Idealisme dan Realisme Secara Filsafat

1. Aliran Filsafat Idealisme

Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera


manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang
fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari kelompok
yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat
spiritual. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita.
Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan
pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Idealisme adalah aliran filsafat
yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa
manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli
hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah
gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud
dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan
kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada
kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa
bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

a. Tokoh-tokoh Aliran Idealisme Beserta Pemikirannya


Dalam filsafat ada beberapa aliran salah satunya adalah aliran idealisme. Plato
adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis.
Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Fichte, Hegel
dan Schelling, Imanuel Kant selain itu ada juga Ilmuwan muslim yang menganut
paham aliran Idealisme adalah Al-Ghazali.1

1. Plato
Tokoh aliran idealisme yang pertama kali adalah Plato. Idea merupakan
inti dasar dari seluruh filsafat yang diajarkan oleh Plato. Ia beranggapan
bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek
yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya
pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Ia memberikan beberapa contoh
seperti segitiga yang digambarkan di papan tulis dalam berbagai bentuk itu
merupakan gambaran yang merupakan tiruan tak sempurna dari idea tentang

1 M. Arifin, 1991, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bina Aksara), 87

2
segituga. Maksudnya adalah berbagai macam segitiga itu mempunyai satu idea
tentang segitiga yang mewakili semua segitiga yang ada. 2

2. Fichte
Johan Gottlieb Fichte adalah seorang filsuf jerman. Secara sederhana
pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya.
Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang
dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya3.

3. Sechelling
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling Juga merupakan filosof yang
menganut aliran idealisme. Pemikiran Schelling tampak pada teorinya tentang
yang mutlak mengenai alam. Pada dirinya yang mutlak adalah suatu kegiatan
pengenalan yang terjadi terus-menerus yang bersifat kekal.

4. Hegel
Georg Wilhelm Friedrich Hegel dikenal sebagai filosof yang
menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat. Menurut hegel yang
mutlak adalah roh yang mengungkapkan diri di dalam alam, dengan maksud
agar dapat sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh adalah ide atau pikiran.
Pernyataan Hegel yang terkenal adalah semuanya yang real bersifat rasional
dan semuanya yang rasional bersifat real. Maksudnya adalah bahwa luasnya
rasio sama dengan luasnya realitas.

5. Immanuel Kant
Menurut Kant semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak
berarti semua dari pengalaman. Obyek luar ditangkap oleh indera, tetapi rasio
mengorganisasikan bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman tersebut.
Immanuel Kant membawa pengaruh besar di Jerman dan pemikiran nya
menjadi landasan bagi J. Fichte, F. Schelling dan Hegel .4

6. Al-Ghazali
Imam Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad al-Ghazali. Dalam masalah pendidikan Al-Ghazali lebih
cenderung berpaham empirisme. hal ini antara lain disebabkan karena ia
sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya
seorang anak tergantung kepada orang tua dan anaknya yang mendidiknya.
Hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang amat berharga,
sederhana dan bersih dari gambaran apapun 5.

2 S. Smith, 1986, Gagasan-Gagasan Tokoh-tokoh Bidang Pendidikan. (Jakarta: Bina Aksara), 29 3


3 A. Fuad Ihsan, 2010. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rineka Cipta),160
4 Hammersma, 1986, Tokoh-Tokoh Filsafat Modern, (Jakarta : Gramedia).35.
5 Abuddin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 211

3
2. Aliran Filsafat Realisme
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi
benda konkret. Pembagian dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia
idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak
diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya memberikam dua pengenalan.
Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan
yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat,
teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum
sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan
bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca
indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar
filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan
yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu
berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa
Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan
idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi.

Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana
ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut
berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan
(anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi.
Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga
mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia
diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah.

a. Pendapat-pendapat dari Tokoh Mengenai Aliran Realisme

1. Aquinas
Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan teolog yang terkenal pada
abad pertengahan. Pemikirannya yang terkenal adalah merumuskan etika
dan doktrin gereja. Realisme ilmiah percaya bahwa adanya realitas yang
ada, terlepas dari pengetahuan kita dan metode ilmiah adalah cara terbaik
untuk mendapatkan akurasi dari apa yang ada di dunia dan bagaimana cara
kerjanya. Realisme menyatakan bahwa (1) ada dunia keberadaannya nyata,
real, objek, bukan bayangan, (2) pikiran atau rasio manusia dapat
mengetahui tentang dunia nyata dan (3) seperti itu pengetahuan adalah
panduan yang paling dapat diandalkan untuk perilaku individu dan sosial.
Awal dari prinsip-prinsip ini, kita dapat memeriksa implikasi pendidikan
realisme.

2. Aristoles

4
Aristoteles (384-322 SM) seorang filsuf yunani kuno. Ia berguru
kepada Plato dan kemudian menjadi guru Alexander Agung. Aristoteles
adalah tokoh paling yang banyak menciptakan disiplin ilmu di bandingkan
sosok sosok berpengaruh lainnya. Di barengi dengan Socrates dan Plato, ia
di anggap sebagai filsuf yang paling berpengaruh, baik di dunia bagian
timur maupun barat. Beliau mengembangkan realisme yang menekankan
pada pengetahuan dan nilai nilai yang objective.

3. Broudy
Harry Broudy di lahirkan daerah Polandia dari keluarga Yahudi yang
berada. Dalam bukunya yang berjudul Membangun Filsafat Pendidikan,
Harry Broudy secara eksplisit menekankan bahwa masyarakat mempunyai
hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa
pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan
suatu lembaga atau institusi sosial. Implikasinya yaitu pendidikan adalah
sebuah kebutuhan yang mendasar dan hak yang dasar bagi manusia dan
kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa
semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

B. Pendidikan Menurut Aliran Idealisme Dan Realisme

1. Aliran Filsafat Idealisme Dalam Pendidikan


Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera
manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang
fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari
kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal
yang bersifat spiritual. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada
dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses
introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Idealisme
adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu
terletak di luarnya.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang


besar tehadap perkembangan filsafat pendidikan. Kaum idealis percaya bahwa
anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual
sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan hubungan
antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan
kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan
pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang
anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.

5
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah sebagai
berikut:

a. Tujuan: untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan


dasar, serta kebaikkan sosial. Tujuan program pendidikan pertama-tama harus
difokuskan pada pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada
tahap selanjutnya program pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan
kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil sebagai individu
berbakat/berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan
masyarakat.

b. Kurikulum: pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan


praktis untuk memperoleh pekerjaan. Kurikulum pendidikan dikembangkan
dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan praktis. Kurikulum
diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan
umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk mempersiapkan
keterampilan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui
pendidikan praktis

c. Metode: diutamakan metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat
dimanfaatkan. Metode pendidikan dalam program pendidikan disusun
menggunakan metode pendidikan dialektis. Meskipun demikian setiap metode
yang dianggap efektif mendorong belajar dapat pula digunakan. Pelaksanaan
pendidikan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis dalam belajar.

d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan


dasarnya. Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya.
Pendidikan bekerjasama dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan
ilmiah.

e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui


kerja sama dengan alam. Tugas utama tenaga pendidik adalah menciptakan
lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan efisien dan
efektif.

2. Aliran Filsafat Realisme Dalam Pendidikan


Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh,
bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu
menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat. Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu
adalah ambaran yang baik dan tepat dari kebenaran.

Penganut aliran realisme sependapat dengan penganut idealis bahwa nilai yang
mendasar adalah pada dasarnya permanen, tapi mereka berbeda diantara mereka

6
sendiri dan alasan mereka. Realis klasik sependapat dengan Aristoteles bahwa ada
undang-undang moral universal, tersedia untuk berbagai alasan dan mengikat pada
eluruh rasional manusia.

Realist sepakat bahwa guru harus menjadi bagian dalam merumuskan nilai-
nilai tertentu. Moral dasar dan standar keindahan yang diajarkan pada siswa yang
tidak berdampak pada isu terkini. Anak-anak harus memahami secara jelas
mengenai sifat dasar kebenaran dan salah, memberikan perhatian pada tujuan
yang baik dan indah berdasarkan pada perubahan moral dan keindahan mode.

Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam,


dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban.
Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun,
manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh
karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada
satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif
dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau
bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada
minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi
pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan
memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam
mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

Menurut Power, implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:

a. Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. Tujuan program


pendidikan terfokus agar peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam
hidup. Disamping itu, peserta didik diharapkan dapat melaksanakan tanggung
jawab sosial dalam hidup bermasyarakat.

b. Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi


pentahuan umum dan pengetahuan praktis. Kurikulum komprehensif yang berisi
semua pengetahuan yang berguna dalam penyesuaian diri dalam hidup dan
tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-unsur pendidikan umum untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan
bekerja.

c. Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung.
Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon)
adalah metode pokok yang digunakan. Semua kegiatan belajar berdasarkan
pengalaman baik langsung maupun tidak langsung. Metode mengajar hendaknya

7
bersifat logis, bertahap dan berurutan. Pembiasaan (pengkondisian) merupakan
sebuah metode pokok yang dapat dipergunakan dengan baik untuk mencapai
tujuan pendidikan.

d. Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya.
Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. Dalam
hubungannnya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan
pengetahuan yang handal sehingga mampu mengikuti perkembangan Iptek.
Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat penting dalam
belajar. Artinya belajar dilakukan secara terpola berdasarkan pada suatu pedoman.
Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat
kebaikan.

e. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar


dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknik-teknik
pendidikan dengan kewenangan untuk mencapai hasil pendidikan.

C. Pentingnya Mempelajari Filsafat Idialisme Dan Realisme

Dalam mempelajari Administrasi Pendidikan tidak bisa lepas dari filsafat


Administrasi Pendidikan yang harus dikaji, sehingga masalah ide dan realitas yang
dibahas dalam filsafat itu perlu diketahui, sehingga dalam menentukan arah tujuan
pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak didik itu sendiri. Idealisme
sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang
melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus
eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan
spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada
abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga
kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke
dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya
berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat
murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa


realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran

8
secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran,
juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan
menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan idealisme untuk individual
antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang
bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu
membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.

Seperti aliran idealisme, para tokoh realisme mempercayai bahwa mempelari


kurikulum terorganisasi terpisah dari subjek adalah cara paling efektif untuk
mempelajari kenyataan. Subjek materi organisasi dari sebagian ilmuan dan sarjana
sekarang, adalah sebauh metode pengalaman dari menggabungkan objek contohnya;
pengalaman masa lalu manusia dapat di tuliskan ke dalam sejarah. Penelitian tanaman
botani secara sistematis dengan klasifikasi mereka. Organisasi politik seperti Negara,
pemerintahan, badan legislative, dan system hukum dapat di kelompokan ke dalam
ilmu politik. Seorang tokoh realism memperoleh pengetahuan tentang realita melalui
penyelidikan sistematis terhadap topik topik di tersebut.

Axiology, dari seorang tokoh realisme, lahirlah konsep tentang pengetahuan,


peratuaran tertentu mengatur tingkah laku yang cerdas. Contohnya adalah, manusia
seharusnya bertindak secara rasioanal dan bertingkah rasioanal ketika menghadap
objek yang berfungsi sebagai kenyataan. Dari sebuah studi para tokoh tentang
kenyataan yang mana orang dapat mengembangkan teori berdasarkan hukum alam,
fisik, dan social. Hukum alam adalah sebuah hukum yang universal atau dapat di
terima oleh banyak orang dan kekal seperti halnya nilai nilai yang di landaskannya.

Logic (logika) guru realisme sering menggunakan kemapuan dengan baik secara
deduktif maupun induktif. Contohnya para siswa di dalam kelas botani mungkin akan
mengecek bunga mawar yang mereka miliki, bahwa warnanya berbeda, aroma dan
ukurannya menyimpulkan, melalui induksi bahwa semua anggota dari genus yang
sama. Akan tetapi, ketika menanamkan sebuah mawar di kebun sekolah sebagai
proyek, para siswa akan bisa memeriksa atau meneliti tentang perwatan tanaman dan
menentukan lokasi yang benar serta jumlah pupuk dan air untuk setiap bunga mawar
yang mereka tanam.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ide/Spirit manusia adalah sesuatu yang menentukan hidup dan pengertian manusia
yang dibahas dalam aliran filsafat Idealisme: yang menekankan ”idea" (dunia roh)
sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa
segala sesuatu yg dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus berkaitan dgn hal2 yg
bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian (idea). Oleh sebab itu,
Idealiseme sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber
pengetahuan.
Realitas adalah hakekat kesemestaan, termasuk makhluk hidup dan manusia yang
merupakan perpaduan ide dan materi yang dibahas dalam aliran filsafat Realisme
yang menggambarkan bahwa ajaran materialis dan idealisme yang bertentangn itu,
tidak sesuai debngan kanyataan. Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama
kehidupan bukanlah benda (materi) semata – mata. Realitas adalah perpaduan benda
(materi dan jasmaniah) dengan yang nonmateri (spiritual, jiwa, dan rohani).

10
DAFTAR PUSTAKA

M. Arifin, 1991, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bina Aksara), 87

S. Smith, 1986, Gagasan-Gagasan Tokoh-tokoh Bidang Pendidikan. (Jakarta: Bina Aksara),


29 3

Fuad Ihsan, 2010. Filsafat Ilmu. (Jakarta: Rineka Cipta),160

Hammersma, 1986, Tokoh-Tokoh Filsafat Modern, (Jakarta : Gramedia).35.

Abuddin Nata, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama), 211

Irawan, E.N. 2015. Buku Pintar Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi dari Klasik sampai
Modern. Yogyakarta: IRCiSoD

11

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai