Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


“STIMULASI PERSEPSI SENSORI DEFISIT PERAWATAN DIRI”
DI RUANGAN SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
JAMBI

OLEH
KELOMPOK II :
1. Dilla Mutiara S, S.Kep
2. Dwi Sri Hastuti, S.Kep
3. Oktari Fauziah, S.Kep
4. Rido Misda, S.Kep
5. Widya Nursyafitri, S.Kep

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021-2022
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

1. Topik : TAK STIMULASI PERSEPSI : Defisit Perawatan Diri

2. Latar Belakang

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan


timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga
sebagai sindrom atau proses penyakit yang mencakup berbagai jenis dengan gejala
seperti jenis kanker. Penyakit ini ditakuti sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan
tidak dapat dikontrol, dan mereka yang terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai
individu yang tidak mengalami masalah emosional atau psikologis yang terkendali
(Videbeck, 2015).
Menurut data Wolrd Health Organization (WHO), terdapat sekitar 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis, dan sosial
dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia
untuk jangka panjang (WHO, 2016 ).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS, 2018 ) gangguan jiwa di
Indonesia adalah 7% permil dari populasi penduduk dan Provinsi Jambi merupakan
Provinsi dengan urutan sejajar dengan angka Indonesia, yaitu 7% permil dari penduduk,
Provinsi dengan angka kejadian tertinggi adalah Provinsi Bali yaitu 10,5% dan Provinsi
dengan angka kejadian terendah adalah Provinsi Kepulauan Riau yaitu 3%. Sementara
cakupan jiwa skizofrenia dari 100% sebanyak 84,9% berobat dan 15,51% tidak berobat
dengan alasan merasa sudah sehat sebanyak 36,1%.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi merupakan Rumah Sakit Jiwa satu-
satunya yang ada di Provinsi Jambi yang menampung berbagai pasien dengan
masalah kejiwaan. Berikut adalah data jumlah pasien rawat inap skizofrenia dari
tahun 2018-2020

Tabel 1.1
Data Pasien Skizofrenia Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jambi dari tahun 2018-2020
No Tahun Jumlah
1. 2018 1689 orang
2. 2019 1600 orang
3. 2020 1624 orang
Sumber : Buku Laporan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dari
tahun 2018, 2019 dan 2020, didapatkan penderita skizofrenia yang melakukan
rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2018
sebanyak 1689 orang, tahun 2019 sebanyak 1600 orang dan ditahun 2020
sebanyak 1624 orang.
Tidak ada penampilan atau perilaku yang khas pada pasien skizofrenia.
Beberapa bahkan dapat berpenampilan dan berperilaku “normal”. Mungkin
mereka tampak berpreokupasi terhadap kesehatan, penampilan badan, agama
atau minatnya. Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan
penampilannya. Kerapian dan hygiene pribadi juga terabaikan. Mereka juga
cenderung menarik diri secara sosial (Maramis, 2009).
Secara umum, klien skizofrenia akan mengalami beberapa maslaah
keperawatan. Pasien skizofrenia mengalami penurunan pada aktivitas sehari-
hari karena kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat
dalam hidup. Keadaan apatis pada skizofrenia menyebabkan terganggunya
aktifitas rutin sehari-hari seperti mandi, menyisir rambut, gosok gigi dan tidak
mempedulikan kerapian diri atau berpakaian/berdandan secara eksentrik
(Ibrahim, 2010).
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan minat hidup yang membuat
klien menjadi orang malas, karena klien skizofrenia hanya memilki energi yang
sedikit, mereka tidak biasa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.
Hal ini menyebabkan pasien mengalami defisit perawatan diri yang signifikan,
sehingga menyebabkan pasien tidak memperhatikan kebutuhan hygiene,
makan, tidak mempedulikan kerapian diri atau berpakaian, berdandan, dan
toileting. Penurunan kemampuan perawatan diri dapat dipicu oleh adanya
peningkatan kecemasan yang timbul akibat pikiran waham, halusinasi, perilaku
kekerasan. Selain itu, hambatan hubungan sosial dapat memperburuk
kemampuan perawatan diri (Yosep, 2010).

Defisit perawatan diri adalah salah satu gejala yang dialami oleh pasien
skizofrenia sebagai salah satu gejala negatif. Tidak ada psikofarmaka yang
dapat mengatasi defisit perawatan diri selain melatih pasien mengatasi
ketidakmampuan atau ketidakmauan melakukan perawatan diri. Klien mungkin
mengalami kemunduran kemampuan berpikir sehingga mengalami
kemunduran perkembangan. Perilaku pasien menjadi seperti masa kanak-kanak
yang bergantung kepada orang lain(Keliat, 2014).
Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, serta gangguan fisik pada kuku, juga
berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman,
kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan
gangguan interaksi sosial. Lebih jauh lagi masalah tersebut bisa menularkan
berbagai macam penyakit kepada penghuni lain dan juga tenaga kesehatan
(Direja, 2011).

Self-care (perawatan diri) merupakan suatu kontribusi berkelanjutan


orang dewasa bagi eksistensinya, kesehatannya dan kesejahteraannya. Self-care
ini menggambarkan dan menjelaskan manfaat perawatan diri guna
mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraannya. Jika dilakukan
secara efektif, upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas
struktural fungsi dan perkembangan manusia (Budiono, 2015).
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk
bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri untuk kebutuhannya
sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian adalah sikap yang menghendaki
seseorang untuk bertindak bebas. Artinya dapat melakukan sesuatu atas
dorongan sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai seorang manusia,
yaitu harus mampu menyelesaikan masalahnya sendiri (Hanifah, 2014).

Merawat diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pasien dinyatakan tergangu
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya dan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Direja, 2011).

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang


menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif.
Terapi aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan
terhadap ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat
kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan ekspresi
kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar 60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.Kemampuan
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi, dengan proses ini
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok menunjukkan
loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan partisipasi aktif semua
anggotanya, mencapai tujuan kelompok, menunjukkan teerjadinya komunikasi
antaranggota dan bukan hanya antara ketua dan anggota.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat menjaga kebersihan diri secara mandiri dengan baik
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Klien mampu melakukan berhias secara baik (pada pasien laki-laki)
3. Klien mampu melakukan makan dengan baik
4. Klien mampumelakukaneliminasisecaramandiri

4. Sesi yang digunakan


Dalam Terapi Aktivitas Kelompok Defisit Perawatan Diri, dibagi dalam 4 sesi,
yaitu :
a. Sesi 1 : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri, dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
b. Sesi2 : Melatih pasien berhias (Laki-laki: berpakaian, menyisir rambut dan
bercukur)
c. Sesi 3 : Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan
makanan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik amkan sesuai dengan tahapan makan
yang baik)
d. Sesi 4 : Mengajarkan pasien melakukan BAB atau BAK secara mandiri
(menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai, menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB atau BAK, menjelaskan cara membersihkan
tempat BAB dan BAK).

5. Klien
a. Karakteristik/Kriteria
1) Klien dengan diagnose keperawatan deficit perawatan diri yang sudah mulai
mampu bekerja sama dengan perawat.
2) Klien dengan jenis kelamin laki-laki
3) Klien deficit perawatan diri yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
4) Klien dengan diagnose keperawatan deficit perawatan diri yang
kooperatif.
b. Proses Seleksi
1) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK DPD, meliputi :
menjelaskan tujuan TAK DPD pada klien, rencana kegiatan kelompok, dan
aturan main dalam kelompok.

6. Kriteria Hasil
a. Evalusi Struktur
1. Kondisi lingkungsn tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Klien dan terapis duduk bersama membentuk lingkaran.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
b. Evalusi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
c. Evalusi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu :
a. Memperkenalkan diri
b. Klien mampu menjelaskan kebersihan diri secara mandiri
c. Klien mampu menjelaskan berhias secara baik pada klien laki-laki
d. Klien mampu menjelaskan makan dengan baik
e. Klien mampu menjelaskan eliminasi secara baik dan mandiri
f. Bekerja sama dengan perawat selama berinteraksi.
g. Mengevaluasi kemampuan dalam kebersihan diri sehari-hari

7. Pengorganisasian
a. Waktu Pelaksanaan
1) Hari/Tanggal : Kamis, 17 Maret 2022
2) Waktu : 08.30 s/d selesai
3) Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi Aktivitas Kelompok (15 menit)
Penutup (5 menit)
4) Tempat : Ruangan Shinta
5) Jumlah klien :
b. Tim Terapis
1) Leader : Dila Mutiara Sukma, S.Kep
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Memimpin jalannya terapi kelompok.
3. Memimpin diskusi.
Co-leader : Oktari Fauziah, S.Kep
Uraian tugas :
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4. Menggantikan leader jika ada berhalangan.
Observer : Widya Nursyafitri, S.Kep
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
Fasilitator : 1. Dwi Sri Hastuti, S.Kep
2. Rido Misda, S.Kep
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan.
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

c. Metode dan Media


a. Alat :
1. Bola
2. Speaker
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
b. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi

8. Proses Pelaksanaan
Sesi 1 : Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri, dan
melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.

 Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan penting nya menjaga kebersihan diri
2. Klien dapat menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3. Klien dapat menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Klien dapat mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
 Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.

Keterangan :
: Leader : klien : Observer
: Co-Leader : Fasilitator

 Alat :
1. Bola
2. Speaker
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
 Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
 Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien Defisit Perawatan Diri yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Teraupetik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepada klien.
3. Menanyakan nama panggilan semua klien .
b. Evaluasi / Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Kontrak dan Tahap Kerja
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kebersihan diri
yang biasa dilakukan.
2. Menjelaskan tujuan kegiatan :
Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri, menjelaskan
alat-alat untuk menjaga kebersihan diri, menjelaskan cara-cara
menjaga kebersihan diri, mempraktik kan cara menjaga kebersihan
diri.
3. Menjelaskan aturan main
4. menjelaskan tujuan kegiatan
5. Lama kegiatan 30 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai kegiatan selesai
7. Mendiskusikan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
8. Mendiskusikan tentang alat-alat apa saja yang digunakan untuk
menjaga kebersihan diri
9. Mendiskusikan cara-cara dalam melakukan kebersihan diri
10. Mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri pada klien
11. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
12. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien dalam kegiatan
13.Dalam menjalankan kegiatan terapi, poin 7-10, upaaya kan semua
klien terlibat semua.
14.Beri kesimpulan penting nya menjaga kebersihan diri, cara
melakukan kebersihan diri dan cara mempraktikkan kebersihan diri.
15.Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara menjaga
kebersihan diri

4. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
TAK
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b) Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi perawatan diri
dan cara menjaga kebersihan diri serta akibat apabila tidak
melakukan perawatan diri.
2. Menganjurkan klien mengingat cara menjaga kebersihan diri serta
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri.
c) Kontrak Yang Akan Datang:
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk menjaga
kebersihan diri
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi deficit perawatan diri sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui penting nya menjaga kebersihan diri, menjelaskan alat-alat untuk menjaga
kebersihan diri, menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri, mempraktikkan cara
menjaga kebersihan diri. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK
Memberi Tanggapan Tentang
Menjelaskan alat-
No. Nama klien Menjelaskan pentingnya Menjelaskan cara-cara Mempraktikkan cara
alat untuk menjaga
menjaga kebersihan diri menjaga kebersihan diri menjaga kebersihan diri
kebersihan diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri, alat-alat untuk menjaga
kebersihan diri, cara melakukan kebersihan diri, mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.. Beri tanda (+) jika mampu dan beri
tanda (-) jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK defisit perawatan diri.
Klien mampu menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri (wangi), menjelaskan
alat-alat untuk menjaga kebersihan diri (gayung, sabun, air), menjelaskan cara
melakukan kebersihna diri (mandi), mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
(praktik menggunakan sabun dalam mandi).. Anjurkan klien mengingat dan
menerapkannya dalam keseharian.
Sesi 2 : Melatih pasien Laki-laki berhias : berpakaian, menyisir rambut dan
bercukur.

 Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan cara berpakaian
2. Klien dapat menjelaskan cara menyisir rambut
3. Klien dapat menjelaskan cara bercukur

 Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.
 Alat :
1. Bola
2. Speaker
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
 Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
 Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien Defisit Perawatan Diri yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. .Salam Terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien.
3. Menanyakan nama panggilan semua klien .
b. Evaluasi / Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Kontrak dan Tahap Kerja
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kebersihan diri
yang biasa dilakukan dengan cara berhias : berpakaian, menyisir rambut
dan bercukur.
2. Menjelaskan tujuan kegiatan : menjelaskan cara berpakaian, menyisir
rambut dan bercukur
3. Menjelaskan aturan main
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Lama kegiatan 30 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai kegiatan selesai
7. Mendiskusikan tentang pentingnya berhias
8. Mendiskusikan tentang cara berpakaian
9. Mendiskusikan cara bersisir
10. Mendiskusikan cara bercukur yang baik
11.Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
12. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien dalam kegiatan
13. Dalam menjalankan kegiatan terapi, poin 7-10, upaaya kan semua
klien terlibat semua.
14. Beri kesimpulan penting nya berhias : menggunakan pakaian,
menyisir pakaian, dan bercukur
15. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara dalam menjaga
kebersihan diri dengan cara berhias : berpakaian, menyisir rambut dan
bercukur.

4. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
TAK
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b) Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi perawatan diri
dan cara menjaga kebersihan diri, berhias : menggunakan pakaian,
menyisir rambut dan bercukur.
2. Menganjurkan klien mengingat cara menjaga kebersihan diri,
berhias.
c) Kontrak Yang Akan Datang:
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk menjaga
kebersihan diri
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi deficit perawatan diri sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahui cara berpakaian, cara menyisir pakaian dan cara bercukur. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
Sesi 2 TAK
Memberi Tanggapan Tentang
No. Nama klien Menjelaskan cara Menjelaskan cara Menjelaskan cara
berpakaian menyisir rambut bercukur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menjelaskancara berpakaian,
cara menyisir rambut dan cara bercukur. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda
(-) jika tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 2, TAK defisit perawatan
diri.Klien mampu cara berpakaian (menggunakan baju dan celana), cara menyisir
rambut (menggunakan sisir), dan cara bercukur (menggunakan mesin cukur dan
menggunakan cermin). Anjurkan klien mengingat dan menerapkannya dalam
keseharian.
Sesi 3 : Melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara mempersiapkan
makanan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah makan, praktik amkan sesuai dengan tahapan makan
yang baik)

 Tujuan :
1. Klien dapat menjelaskan persiapan makan dengan mandiri
2. Klien dapat menjelaskan cara makan yang tertib
3. Klien dapat menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
4. Klien dapat mempraktikkan cara makan yang baik

 Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.
 Alat :
1. Bola
2. Speaker
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
 Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
 Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien deficit perawatan diri yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Teraupetik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien.
3. Menanyakan nama panggilan semua klien .
b. Evaluasi / Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Kontrak dan Tahap Kerja
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kebersihan
diri yang biasa dilakukan dengan cara melatih klien makan secara
mandiri
2. Menjelaskan tujuan kegiatan : menjelaskan cara mempersiapkan
makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, mempraktikkan cara
makan yang baik
3. Menjelaskan aturan main
4. Menjelaskantujuankegiatan
5. Lama kegiatan 30 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai kegiatan selesai
7. Mendiskusikan tentang penting nya makan secara mandiri
8. Mendiskusikan tentang cara mempersiapkan makan
9. Mendiskusikancaramakan yang tertib
10. Mendiskuikan tentang cara merapikan peralatan makan setelah
makan
11. Mempraktikan cara makan yang baik
12.Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain
peran/simulasi.
13. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien dalam kegiatan
14. Dalam menjalankan kegiatan terapi, poin 7-11, upayakan semua
klien terlibat semua.
14. Beri kesimpulanpentingnyamakansecaramandiridengancara:
menjelaskancaramempersiapkanmakanana, menjelaskacaramakan
yang tertib, menjelaskancaramerapikanperaltanmakansetelahmakan,
mempraktikkancaramakan yang baik.
15. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara dalam
menjaga kebersihan diri dengan cara berhias : berpakaian, menyisir
rambut dan bercukur.

4. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
TAK
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b) Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi perawatan diri
dan cara menjaga kebersihan diri, makan secara mandiri dengan
cara : mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang
tertib, merapikan peralatan makan setelah makan, mempraktikkan
cara makan yang baik.
2. Menganjurkan klien mengingat cara menjaga kebersihan diri,
makan secara mandiri dan mengaplikasikan dalam kegiatan
sehari-hari.
c) Kontrak Yang Akan Datang:
1. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk menjaga
kebersihan diri
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
Stimulasi deficit perawatan diri sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
cara menyiapkan makan yang baik, cara makan yang tertib, cara merapikan peralatan
makan setelah makan, mempraktikkan cara makan yang baik. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
SESI 3 TAK
Stimulasi Defisit Perawatan Diri

Petunjuk :

Memberi Tanggapan Tentang


Menjelaskan
Menjelaskan cara Menjelaskan Mempraktikkan
Nama klien cara merapikan
menyiapkan cara makan cara makan yang
No perlatan makan
makan yang baik yang tertib baik
setelah makan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuancara menyiapkan makanan,
cara makan yang tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan, cara
makan yang baik. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mengikuti Sesi 3, TAK defisit perawatan diri.
Klien mampu cara menyiapkan makanan (menggunakan piring, cangkir, mencuci
tangan), cara makan yang tertib (antri dalam menunggu makan), cara merapikan
peralatan makan yang baik (mencuci piring dan mencuci tangan setelah makan), cara
makan yang baik (dengan duduk di kursi).Anjurkan klien mengingat dan
menerapkannya dalam keseharian.
Sesi 4: Mengajarkan paien melakukan BAB atau BAK secara mandiri
(menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai, menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB atau BAK, menjelaskan cara membersihkan
tempat BAB dan BAK).

 Tujuan :
1. Klien dapat melakukan BAB atau BAK secara mandiri
2. Klien dapat menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai
3. Klien dapat cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
4. Klien dapat cara membersihkan tempat BAB dan BAK

 Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2. Ruangan nyaman dan tenang.
 Alat :
1. Bola
2. Speaker
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
 Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
 Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam Teraupetik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien.
3. Menanyakan nama panggilan semua klien .
b. Evaluasi / Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3.Kontrak dan Tahap Kerja
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kebersihan
diri yang biasa dilakukan dengan cara melakukan BAB dan BAK
secara mandiri
2. Menjelaskan tujuan kegiatan: menjelaskan tempat BAB dan BAK
yang sesuai, menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK, menjelaskan cara membersihkan tenpat BAB dan BAK.
3. Menjelaskan aturan main
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Lama kegiatan 30 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai kegiatan selesai
7. Mendiskusikan tentang tempat BAB dan BAK yang sesuai
8. Mendiskusikan tentang cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
9. Mendiskusikan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
10. Mempraktikan cara makan yang baik
11.Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.
12. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien dalam kegiatan
13. Dalam menjalankan kegiatan terapi, poin 7-9, upaya kan semua
klien terlibat.
14. Beri kesimpulan dalam melakukan BAB dan BAK secara mandiri
dengan cara : menjelaskan tempat BAB dan BAK, menjelaskan
cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB dan BAK.
15. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara dalam
menjaga kebersihan diri dengan melakukan BAB dan BAK secara
mandiri.
4. Tahap Terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan
TAK
2. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang
positif.
b) Tindak Lanjut :
1. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi perawatan diri,
melakukan BAB dan BAK yang sesuai, dengan cara: menjelaskan
tempat BAB dan BAK yang sesuai, menjelaskan cara
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara
membersihkan tempat BAB dan BAK.
2. Menganjurkan klien mengingat cara menjaga kebersihan diri
dalam melakukan BAB dan BAK dan menerapkan dalam
keseharian.
c) Kontrak Yang Akan Datang:
1.Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk menjaga
kebersihan diri
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi defisitperawatandiri sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah
mengetahuitempat BAB dan BAK yang sesuai, membersihkandirisetelah BAB dan
BAK, menjelaskancaramembersihkantempat BAB dan BAK. Formulir evaluasi sebagai
berikut :
Sesi 4 TAK
Memberi Tanggapan Tentang
Menjelaskan cara Menjelaskan cara
No. Nama klien Menjelaskantempat membersihkan membersihkan
BAB dan BAK diri setelah BAB tempat BAB dan
dan BAK BAK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan cara tempat BAB dan BAK
yang sesuai, cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK, cara
membersihkan tempat BAB dan BAK. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda
(-) jika tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mengikuti Sesi 4, TAK defisit perawatan
diri.Klien mampu menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai (di WC),
menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK (mencuci tangan dengan
sabun), menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK (disiram dengan
menggunakan air). Anjurkan klien mengingat dan menerapkannya dalam keseharian.

Anda mungkin juga menyukai