EKOLOGI LAMUN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
OMEGA DOTULONG (19051104010)
TESALONIKA MONIUNG (19051104012)
MEGA PINAMANGUN (19051104021)
CHRISTO SALAMA (19051104023)
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
BAB 11.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Lamun..............................................................................................................................5
2.2 Peran Lamun dalam Mengatasi Global..............................................................................................5
2.3 Mengurangi Pemanasan Global Melalui Penanaman Padang Lamun...............................................7
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu Indonesia
di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun
fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya membentuk
dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan Pada tahun belakangan ini, perhatian
terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan
masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif
baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan
rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan
manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup
potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai
bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan
dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah
lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar
berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari.
Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi.
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan
beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi, hidup terbenam di
dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Hamparan vegetasi lamun yang menutupi
suatu area pesisir disebut sebagai padang lamun (seagrass bed). Padang lamun merupakan salah
satu ekosistem perairan yang produktif dan penting, hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai
stabilitas dan penahan sedimen, mengembangkan sedimentasi, mengurangi dan memperlambat
pergerakan gelombang, sebagai daerah feeding, nursery, dan spawning ground, sebagai tempat
berlangsungnya siklus nutrient (Philips dan Menez, 2008), dan fungsi lain dari padang lamun
yang tidak kalah penting dan banyak diteliti saat ini adalah perspektifnya dalam menyerap CO2
(carbon sink) (Kawaroe, 2009 dalam Sakaruddin 2011).
Lamun merupakan suatu ekosistem yang sangat penting dalam wilayah pesisir karena
memiliki keanekaragaman hayati tinggi, sebagai habitat yang baik bagi beberapa biota laut
(spawning, nursery dan feeding ground) dan merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas
organiknya (Nontji, 2002 dalam Feryatun, dkk, 2012). Lamun umumnya membentuk padang
lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai
bagi pertumbuhannya. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan
oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang lamun (Bengen,
2002 dalam Hasanuddin, 2013).
Karbon (C) merupakan unsur yang berasal dari pengikatan CO 2 oleh tumbuhan dan di
dalam biomassa tanaman melalui proses fotosintesis. Fenomena ini menyebabkan perubahan
iklim yang berdampak pada meningkatnya suhu ekstrim, banjir, topan, badai, kekeringan dan
naiknya permukaan laut hingga makhluk hidup (manusia dan hewan) merasakan dampak negatif
langsung dari pemanasan global (Nordlund et al., 2016). Gas CO2 dapat larut dalam air sehingga
dapat di serap oleh tumbuhan air. Peningkatan emisi gas CO 2 harus di imbangi dengan
peningkatan penyerapan oleh tanaman dengan cara fotosintesis.
Laut memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon, sekitar 93% CO 2 di bumi
disimpan dalam lautan UNEP, FAO dan UNESCO pada tahun 2009 telah memperkenalkan
konsep blue carbon yaitu menekankan pentingnya ekosistem laut dan pesisir sebagai pengendali
iklim (Hartati et al., 2017). Mangrove dan Lamun adalah tumbuhan laut yang memiliki
kemampuan sama dengan tumbuhan darat dalam menyerap CO 2 dan menghasilkan O2.
Kemampuan lamun dalam melakukan fotosintesis memanfaatkan CO2 dan menyimpannya dalam
biomassa dikenal sebagai karbon biru (blue carbon).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan
beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas tinggi, hidup terbenam di
dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati.
3.2 Saran
Pembangunan di wilayah pesisir diharapkan ke depannya lebih memperhatikan
keberlanjutan ekosistem padang lamun karena fungsinya yang sangat penting pada laut dangkal
dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, R., Pratikto, I., dan Pratiwi, T.N. 2017. Biomassa dan Estimasi Simpanan Karbon pada Ekosistem
Padang Lamun di Pulau Menjangan Kecil dan Pulau Sintok, Kepulauan Karimunjawa. Jurnal Ilmu
Kelautan, 17(4): 217- 225
Khairunnisa., I. Setyobudiandi., dan M. Boer. 2013. Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun di Pesisir
Timur Kabupaten Bintan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis (10) 3: 639-650.
Maharani, S., Zulkifli., dan B. Amin. 2019. Potensi Penyimpanan Karbon pada Lamun di Perairan Pantai
Nirwana Kota Padang Sumatera Barat. Universitas Riau.
Nordlund, L., Koch, E.W., Barbier, E.B. & Creed, J.C. 2016. Seagrass Ecosystem Services and Their
Variability Across Genera and Geographical Regions. PLoS ONE, 11(10):1-23.
Rahadiarta, I., Vidyananda, S. & Yulianto, S. 2019. Simpanan Karbon Org pada Padang Lamun di
Kawasan Pantai Mengiat Nusa Dua Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1):1-10.
Rustam, A dkk. 2019. Pedoman Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun. Bandung: ITB Press
Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi. Jurnal Ilmiah dan
Perikanan, 3(1):1-21.