Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PELABUHAN NUSANTARA

DISUSUN OLEH :
NOVELIA KALIMBE (19051104009)
ELIM DIVA PAPIA (19051104017)
OMEGA DOTULONG (190511040)
TESALONIKA MONIUNG (1905110412)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas

tentang PELABUHAN NUSANTARA. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan

untuk menyempurnakan makalah ini.

Manado, 20 Maret 2022


Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3.Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................6
2.1.Definisi Pelabuhan Perikanan................................................................................................6
2.2. Tipe Pelabuhan......................................................................................................................6
2.3.Standar Sanitasi dan Higienis FAO.......................................................................................6
2.3.1.Pengertian Standar dan....................................................................................................6
2.3.2. Standar Sanitasi dan Higienis Nasional..........................................................................6
2.3.3.Standar Sanitasi dan Higienis FAO.................................................................................9
2.4.Sanitasi dan hygienis............................................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut, pesisir, dan
pulau-pulau sehingga mampu menjadi sumber nilai ekonomi pada sektor kelautan. Menurut
data Food Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2009 populasi penduduk dunia
diperkirakan mencapai 6,8 miliar jiwa dengan tingkat penyediaan ikan untuk konsumsi
sebesar 17,2 kg/kapita/tahun. Pada tahun yang sama, tingkat penyediaan ikan untuk konsumsi
Indonesia jauh melebihi angka masyarakat dunia, yaitu sebesar 30 kg/kapita/tahun (KKP,
2009). Perlu diketahui bahwa semakin meningkat pertumbuhan penduduk maka meningkat
pula permintaan akan produksi ikan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong merupakan
produsen ikan terbesar di Jawa Timur. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan
Perikanan Nasional, Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong merupakan salah satu
pelabuhan perikanan yang akan ditingkatkan kelasnya menjadi pelabuhan perikanan
samudera pada tahun 2025. Adanya perubahan kelas dapat meningkatkan kualitas dan nilai
dari ikan tersebut. Karena selama ini pandangan masyarakat ketika mengunjungi pelabuhan
perikanan yakni tempat yang kumuh, terkesan bau amis, banyak genangan air, dan kotor.
Pada kriteria standar higienis pelabuhan perikanan berdasarkan pada rekomendasi standar
dari Food and Agriculture Organization (FAO). Dimana standar kriteria higienis tersebut
disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya karena standar kriteria dapat memiliki nilai yang
baik dalam satu kriteria tetapi belum tentu bernilai baik di kriteria lainnya. Sehingga dalam
penentuan indeks higienis pelabuhan perikanan sebaiknya menggunakan Multi Criteria
Decision Making (MCDM) untuk menyelesaikan konflik antar kriteria. Misalnya pada
kehigienisan konstruksi bangunan lebih menunjang nilai indeks higienis daripada pasokan air
dan es. Jadi, penggunaan MCDM dapat mengidentifikasi kriteria mana yang paling dalam
penentuan indeks higienis. Pada penelitian ini, bobot kriteria standar higienis menggunakan
metode ANP. Dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui
indeks higienis pada fasilitas dan operasional dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
sebagai tempat penelitian.

1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sanitasi dan Hygiene pada pelabuhan perikanan nusantara ?
1.3.Manfaat
Manfaatnya adalah mengetahui kondisi saat ini serta tingkat sanitasi dan higienis yang
ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong. Selain itu juga untuk mendapatkan
model pengembangan pelabuhan perikanan higienis pada segi fasilitas dan operasional pada
Pelabuhan Perikanan (PPN) Brondong.
BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi Pelabuhan Perikanan


Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/2012 pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan. .
Kepelabuhanan perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelakasanaan
fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan keselamatan
operasional kapal perikanan, serta merupakan pusat pertumbuhan perekonomian nasional dan
daerah yang terkait dengan kegiatan perikanan dengan tetap mempertimbangkan tata ruang
wilayah.

2.2. Tipe Pelabuhan


A. Pelabuhan Perikanan Tipe B (Pelabuhan Perikanan Nusantara/PPN)
Pelabuhan perikanan tipe ini adalah pelabuhan perikanan yang diperuntukkan
terutama bagi kapal-kapal perikanan yang beroperasi di perairan nusantara yang lazim
digolongkan ke dalam armada perikanan jarak sedang ke perairan ZEEI, mempunyai
perlengkapan untuk menangani dan/atau mengolah ikan sesuai dengan kapasitasnya yaitu
jumlah ikan yang didaratkan. Adapun jumlah ikan yang didaratkan minimum sebanyak
50 ton/hari atau 18.250 ton/tahun untuk pemasaan di dalam negeri. Pelabuhan perikanan
tipe B ini dirancang untuk bisa menampung kapal berukuran sampai dengan 60 GT
(Gross Tonage) sebanyak sampai dengan 50 unit kapal sekaligus.
2.3.Standar Sanitasi dan Higienis FAO
2.3.1.Pengertian Standar dan
Pengertian Sanitasi dan Higienis Sanitasi merupakan usaha untuk mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap
hal-hal yang mempunyai dampak merusak perkembangan fisik, kesehatan dan
kelangsungan hidup. Higiene secara umum adalah dasar dari suatu proses kebersihan.
Kebersihan penting karena dapat mencegah bakteri yang timbul dari kondisi yang
kotor. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 01/MEN/2007
higiene hasil perikanan adalah upaya dan persyaratan yang diperlukan untuk
mengendalikan bahaya dan memastikan aman bagi konsumsi manusia bila dikonsumsi
sesuai tujuan penggunaan.
2.3.2. Standar Sanitasi dan Higienis Nasional
Pedoman umum yang digunakan dalam perencanaan pembangunan dan
pengoperasian Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) di pelabuhan
perikanan atau pangkalan pendaratan ikan adalah sebagai berikut (Menai, 2007):

1. Lokasi, konstruksi dan tata ruang


1) Bangunan tidak berada di tempat yang merupakan daerah pembuangan sampah,
pemukiman padat penduduk atau daerah lain yang dapat menimbulkan
pencemaran;
2) Bebas dari timbunan barang bekas yang tidak teratur;
3) Bebas dari timbunan barang sisa atau sampah;
4) Bebas dari tempat persembunyian atau perkembangbiakan serangga, binatang
pengerat dan binatang pengganggu lainnya;
5) Sistem saluran pembuangan air (drainase) dalam keadaan baik;
6) Permukaan lantai rata, kedap air, tahan bahan kimia, tidak licin dan mudah
dibersihkan; dan
7) Pertemuan antara lantai dengan dinding melengkung dan kedap air.
2. Kebersihan dan sanitasi
1) Lantai, wadah peralatan dan sebagainya dibersihkan dan dicuci sebelum dan
sesudah dipakai dengan menggunakan air yang mengandung chlorine;
2) Peralatan kebersihan (sikat, sapu, alat semprot dan lain-lain) tersedia setiap saat
bila diperlukan dan jumlahnya mencukupi;
3) Tempat pendaratan dan penyimpanan ikan terpelihara kebersihannya;
4) Tempat sampah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tahan karat, tidak
bocor, jumlahnya cukup, mempunyai tutup dan ditempatkan pada tempat yang
sesuai;
5) Setiap orang yang memasuki TPI harus mencuci tangan dan kaki (sepatu)
dengan mencelupkannya ke dalam bak berisi air yang mengandung chlorine;
dan Tidak semua orang kecuali yang berkepentingan dapat masuk ke dalam
TPI.
3. Tempat Pendaratan Ikan
Pelaku usaha dalam melakukan bongkar muat hasil perikanan di tempat pendaratan
ikan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Bongkar muat ikan \
a. Peralatan pendaratan yang berhubungan langsung dengan hasil perikanan:
a) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan;
b) Disanitasi; dan
c) Dijaga dalam keadaan baik.
b.Tempat bongkar muat:
a) Bersih; dan
b) Bebas dari kontaminasi.
c. Pekerja yang menangani langsung hasil perikanan:
a) Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala sehingga
menutupi rambut secara sempurna;
b) Mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan
c) Harus sehat, tidak sedang mengalami luka, tidak menderita penyakit
menular atau menyebarkan kuman penyakit menular, dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara periodik minimal 1 (satu) kali dalam
setahun; dan
d) Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum di area
penanganan dan penyimpanan produk
d. Proses bongkar muat dan pendaratan hasil perikanan harus dihindarkan dari
kontaminan dengan cara:
a) Melakukan bongkar muat dan pendaratan dengan cepat;
b) Tidak menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal-hal
kerusakan pada hasil perikanan; dan
c) Menghindari pembongkaran langsung dibawah sinar matahari.
e. Menempatkan hasil perikanan pada tempat dengan suhu sesuai yang
dipersyaratkan.
2) Penyimpanan dan Pengangkutan
Kegiatan penyimpanan dan pengangkutan hasil perikanan dilakukan dengan:
a. Menerapkan sistem rantai dingin dengan menjaga suhu selama
penyimpanan dan pengangkutan sesuai dengan persyaratan yang berlaku,
meliputi:
1) Hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk crustacean rebus yang
didinginkan dan produk kekerangan harus disimpan pada
2) Suhu leleh es;
3) Hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang menggunakan air garam
untuk keperluan pengalengan, harus dipertahankan pada suhu pusat -
18° C atau lebih rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi
tidak lebih dari 3°C selama pengangkutan; dan jika produk perikanan
disimpan dalam es, lelehan air es harus tidak menggenangi produk.
4. Tempat Pelelangan Ikan
1) Tempat pemasaran ikan harus memenuhi persyaratan:
a. Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;
b. Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi,
dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem
pembuangan limbah cair yang higiene; 17
c. Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam
jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan
pencuci tangan dan pengering sekali pakai;
d. Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan
hasil perikanan;
e. Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi
mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam
2) Tempat Pemasaran Ikan/pasar grosir;
a. Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;
b. Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan
minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas;
c. Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang cukup;
d. Mempunyai wadah penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air
dan mudah dibersihkan; dan
e. Mempunyai penampungan pengolahan limbah.
3) Tempat pelelangan ikan harus menerapkan sistem rantai dingin
2.3.3.Standar Sanitasi dan Higienis FAO
Fasilitas di pelabuhan harus mencakup pola aliran produk yang dirancang untuk
mencegah potensi sumber kontaminasi, meminimalkan penundaan proses (yang dapat
mengakibatkan lebih lanjut penurunan kualitas penting), dan mencegah kontaminasi
silang dari produk jadi dari bahan baku. Ikan, kerang dan invertebrata air lainnya adalah
makanan sangat mudah rusak dan harus ditangani dengan hati-hati dan dingin tanpa
penundaan. Oleh karena itu, fasilitas harus dirancang untuk memfasilitasi proses yang
cepat dan penyimpanan selanjutnya. Desain dan pembangunan fasilitas harus
mempertimbangkan Untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi, untuk
meminimalkan kontaminasi, dan memberikan pencahayaan yang memadai
(FAO/WHO, 2013).
1. Untuk memudahkan pembersihan dan disinfeksi
a. Permukaan dinding, partisi dan lantai harus terbuat dari bahan tidak beracun dan
kuat.
b. Semua permukaan yang kontak langsung dengan ikan, kerang dan produk
perikanan lainya harus tahan korosi, berwarna terang, halus dan mudah
dibersihkan.
c. Dinding dan lantai harus memiliki permukaan halus dan ketinggian yang tepat
untuk operasi.
d. Lantai harus dirancang untuk memungkinkan drainase yang memadai.
e. Langit-langit harus dirancang untuk meminimalkan penumpukan kotoran dan
kondensasi, dan pertumpahan partikel dari atas.
f. Pertemuan antara lantai dan dinding harus dibangun melengkung untuk
memudahkan pembersihan.
2. Untuk meminimalkan kontaminasi
a. Tata letak fasilitas harus dirancang untuk meminimalkan kontaminasi silang.
b. Semua permukaan di daerah penanganan harus non-toksik, halus, tahan untuk
meminimalkan penumpukan lendir ikan, darah, untuk mengurangi risiko
kontaminasi fisik. (3) Permukaan yang bersentuhan langsung dengan ikan,
kerang dan produk perikanan lainya harus dalam kondisi yang sehat, tahan lama
dan mudah untuk disanitasi. Semua harus terbuat dari bahan yang halus, non-
penyerap dan disanitasi setelah penggunaan.
c. Fasilitas yang memadai harus disediakan untuk penanganan dan pencucian
produk dan harus memiliki cukup pasokan air bersih.
d. Fasilitas yang memadai harus disediakan untuk penyimpanan dan atau produksi
es.
e. Lampu langit-langit harus ditutup atau dilindungi untuk mencegah kontaminasi
menggunakan kaca atau bahan lainnya.
f. Ventilasi harus cukup untuk menghilangkan kelebihan uap, asap dan bau, dan
kontaminasi silang harus dihindari.
g. Fasilitas yang memadai harus disediakan untuk mencuci dan desinfeksi
peralatan yang sesuai.
h. Saluran air limbah harus terpisah dari air bersih untuk menghindari kontaminasi.
i. Semua saluran drainase harus mengalir lancar.
j. Akumulasi limbah padat, semi-padat atau cair harus diminimalkan untuk
mencegah kontaminasi.
k. Wadah untuk limbah dan sampah dilengkapi dengan tutup dan terbuat dari
bahan kuat.
l. Fasilitas limbah terpisah dan memadai harus disediakan untuk mencegah
kontaminasi oleh:
a. zat beracun atau berbahaya;
b. penyimpanan bahan kering, kemasan, dll;
c. jeroan dan limbah ikan lainya.
m. Harus tersedia fasilitas cuci tangan dan toilet memadai, terisolasi dari daerah
penanganan.
n. Mencegah masuknya burung, serangga atau hama lainnya dan hewan.
3. Untuk memberikan pencahayaan yang memadai Pencahayaan yang memadai harus
disediakan untuk semua ruang kerja.
Pada paper teknis FAO (Food and Agriculture Organization) Fisheries and
Aquaculture, Fishing harbour planning construction and management tahun 2010 pada
Annex 2 Port hygiene checklist Sanitasi pelabuhan yang baik dengan peraturan
sederhana adalah sebagai berikut:
1. Semua persediaan air di dalam pelabuhan harus mematuhi air minum standar
nasional;
2. Semua es, termasuk yang didatangkan dari pemasok luar, harus juga mematuhi
standar air minum di atas;
3. Semua peralatan klorinasi harus berfungsi dan pasokan memadai;
4. Semua sampling dan pengujian dilakukan di dalam pelabuhan harus dilakukan
oleh laboratorium yang bersertifikat saja;
5. Tanda-tanda yang tepat harus ditampilkan dalam area pelabuhan meliputi
larangan membuang, tumpahan, penggunaan air laut dari dalam pelabuhan basin,
meludah, area makan, akses untuk hewan peliharaan, dll .;
6. Billboard yang tepat harus ditampilkan di lokasi-lokasi strategis daftar denda
untuk yang bertentangan aturan kebersihan pelabuhan;
7. Semua sistem drainase (indoor dan outdoor) harus dirawat dan bekerja sempurna;
8. Gerbang pelabuhan harus dijaga dengan baik untuk menjaga orang yang tidak
berkepentingan dan hewan pelabuhan memasuki daerah pelabuhan setiap saat;
9. Pintu masuk dan keluar ke daerah pelabuhan perikanan harus dijaga selama jam
kerja untuk mencegah orang yang tidak berkepentingan masuk ke daerah
penanganan ikan;
10. Disinfeksi daerah yang dibutuhkan harus dilakukan secara teratur;
11. Sampah basah dan limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk di area kerja;
12. Tidak ada hewan pengerat yang berada di dalam dan sekitar daerah pelabuhan
(gulma tinggi,tumpukan sampah);
13. Tidak ada burung yang bersarang di dalam ruang lelang terbuka dan tempat
penanganan ikan;
14. Hanya karyawan dan pedagang ikan yang diakui secara resmi boleh berada
didaerah kerja selama operasi penanganan ikan dan lelang;
15. Fasilitas toilet dan kamar mandi harus dijaga kebersihanya dengan baik
16. Hanya peralatan bertenaga listrik yang diizinkan dalam lelang atau penanganan
ikan untuk mencegah tumpahan minyak, bensin dan diesel yang bocor ke lantai
yang kadang-kadang digunakan sebagai peletakan lelang untuk ikan besar;
17. Semua peralatan dalam bidang penanganan ikan, dari wadah es, troli, harus
terbuat dari bahan anti karat; dan
18. Seluruh area penanganan dan lelang ikan harus disemprot dengan baik setelah
kegiatan selesai dan terkunci untuk mencegah akses sembarangan sampai lelang
berikutnya.
2.4.Sanitasi dan hygienis
A. Kondisi Lokasi dan Lingkungan
Pada kriteria lokasi dan lingkungan terdapat empat subkriteria yang dijadikan parameter
dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Parameter mutu air baik menilai dari kondisi
air yang ada di kawasan PPN Brondong. Dimana kondisi air di kolam pelabuhan
khususnya masih kurang dikarenakan warna air yang ada di kolam pelabuhan masih
keruh. Selain itu, untuk tempat penyimpanan air kondisinya kurang terawat dikarenakan
jarang digunakan sehingga dapat menurunkan kualitas air jika jarang dibersihkan. Pada
penilaian untuk mutu air baik hanya menggunakan pengamatan telanjang mata tanpa
dilakukan uji lab sehingga penilaian untuk mutu air baik sebesar 2.
Pada parameter terdapat pembuangan limbah mendapatkan nilai 3 dikarenakan
memang kondisi yang ada di PPN Brondong sudah dilengkapi tempat pembuangan
sampah di setiap jarak 20 meter. Selanjutnya untuk parameter bebas kontaminasi
mendapatkan nilai 3 dikarenakan di kawasan PPN Brondong masih terdapat sampah
khususnya di kawasan kolam pelabuhan. Sampah plastik yang ada di kolam pelabuhan
bukan karena aktivitas yang ada di pelabuhan melainkan berasal dari sampah domestik
warga pesisir Brondong. Namun nilai tambah dari parameter ini karena adanya tempat
penampungan oli bekas di setiap jarak 50 meter yang berlokasi 10 meter dari dermaga
sehingga menambah nilai tersebut. Dan yang terakhir untuk parameter kemudahan
transportasi, di kawasan PPN Brondong sudah memenuhi syarat sehingga mendapatkan
nilai 4.
B. Kondisi Konstruksi Bangunan
Pada kriteria konstruksi bangunan terdapat dua subkriteria yang dijadikan parameter
dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Parameter ruang pokok dan ruang pelengkap
terpisah mendapatkan nilai 3 dikarenakan kondisi antara TPI atau yang sekarang disebut
PPDI (Pusat Pemasaran dan Distribusi Ikan) telah terpisah dengan pendaratan ikan. Selain
itu di antara PPDI dan kawasan pendaratan telah dilengkapi dengan sekat berupa pintu
sehingga kegiatan pendaratan dan di PPDI tidak saling mengganggu.
Pada parameter ukuran lokasi pelaksanaan kegiatan operasional kapal sesuai masih
mendapatkan nilai 2 karena ukuran dermaga masih dirasa kurang. Kemudian di tahun
2025 Nilai 1c.1 Bebas kontaminasi dari hama dengan pemberian pagar 2 1c.2 Bebas
kontaminasi dari bahan bakar dan oli 3 1c.3 Bebas kontaminasi sampah kegiatan warga
(sampah domestik) 2 7 2,33 2 Nilai 3 3 3 Subkriteria Kemudahan Transportasi (1D) 4 3
Subkriteria Bebas kontaminasi (1C) Jumlah Jumlah Nilai SK 1C Nilai SK 1D 54 kelas
PPN Brondong akan naik menjadi PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera) yang dapat
menampung minimal 60 GT kapal berjumlah 100 unit jika dijumlah paling sedikit dapat
menampung 6000 GT. Namun saat ini hanya memiliki dermaga pembongkaran sepanjang
159,7 m sedangkan dermaga yang dibutuhkan yakni 262,4 m. Kemudian untuk dermaga
perbekalan PPN Brondong memiliki panjang 204,8 sedangkan panjang dermaga yang
dibutuhkan yakni 245,2 m. Kemudian dilakukan pengembangan dermaga tambat
sepanjang 225 m. Dan yang terakhir yaitu dengan melakukan pengembangan pengerukan
kolam pelabuhan yang saat ini hanya memiliki 2,5-3 meter sedangkan yang diharapkan
yaitu 4 meter.
C. Kondisi Dinding, Penerangan, dan Ventilasi
Pada kriteria dinding, penerangan dan ventilasi terdapat tiga subkriteria yang dijadikan
parameter dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter pertama yaitu
lantai dan dinding mudah dibersihkan mendapatkan nilai 3 karena lantai pendaratan dan
PPDI masih dalam keadaan baik. Untuk pertemuan antara dinding dan lantai sudah
melengkung dan halus, sudah dalam kondisi miring menuju saluran pembuangan yang
terdapat pada PPDI. Untuk parameter kedua yaitu ruang terng sesuai kesehatan
mendapatkan nilai 2 dikarenakan lampu yang ada di PPDI dan tempat pendaratan masih
tidak dilengkapi penutup lampu untuk mencegah adanya pecahan lampu dan ada yang
tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Untuk parameter ketiga yaitu ventilasi menjamin
udara baik dan memadai mendapatkan nilai 3. Hal ini dikarenakan lokasi PPDI sudah
dilengkapi blower untuk mengurangi kondensasi yang ada di ruangan
D. Kondisi Saluran Pembuangan
Pada kriteria saluran pembuangan terdapat satu subkriteria yang dijadikan parameter
dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter bangunan dilengkapi saluran
pembuangan mendapatkan nilai 3. Kondisi saluran pembuangan di PPN Brondong
sebagian besar sudah tertutup. Dan saluran terpisah antara limbah dan saluran hujan, hal
tersebut sudah cukup memenuhi persyaratan untuk saluran pembuangan. Berikut
merupakan gambaran saluran pembuangan yang terdapat di dalam kawasan PPDI dan di
sekitar PPN Brondong :
E. Kondisi Pasokan Air dan Bahan
Bakar Pada kriteria pasokan air dan bahan bakar terdapat dua subkriteria yang dijadikan
parameter dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter pertama kualitas
dan kuantitas pasokan air cukup mendapatkan nilai 2. Hal ini dikarenakan PPN Brondong
masih belum melakukan kegiatan monitor air selama enam bulan sekali. Kemudian untuk
parameter pasokan bahan bakar cukup mendapatkan nilai 3. Hal ini dikarenakan
penyaluran bahan bakar yang ada di PPN Brondong tidak menyebabkan kontaminasi
karena dilakukan sejauh 8 meter dari dermaga.
F. Kondisi Es
Pada kriteria es terdapat empat subkriteria yang dijadikan parameter dalam menilai
kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter es terbuat dari air yang memenuhi syarat
memiliki nilai 3 yang berarti sudah baik. Hal ini dikarenakan sumber air yang digunakan
untuk membuat es dari sumber air PDAM dan Jasa Tirta sebagai pemasok bahan es. Untuk
parameter kedua yaitu penanganan es yang baik untuk menghindari kontaminasi
mendapatkan nilai 3. Hal ini dikarenakan pengangkutan es di PPN Brondong masih
dilakukan oleh bentor (becak motor) sehingga menghasilkan polusi di kawasan PPN
Brondong. Selain itu, terkadang para petugas penyalur es tidak menggunakan sarung
tangan untuk memindahkan es ke kapal.
G. Kondisi Penanganan Limbah
Pada kriteria penanganan limbah terdapat empat subkriteria yang dijadikan parameter
dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter terdapat instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) mendapatkan nilai 4 karena di PPN Brondong sendiri sudah terdapat
IPAL. Untuk parameter kedua terdapat tempat pembuangan sementara yang memadai
mendapatkan nilai 2. Hal ini dikarenakan TPS yang digunakan masih kurang cukup untuk
menampung sampah hasil kegiatan di PPN Brondong. Kemudian untuk parameter ketiga
yaitu pembersihan limbah padat di tempat pembuangan samapah sementara (TPSS)
mendapatkan nilai 1. Hal ini dikarenakan pembersihan sampah yang dilakukan di PPN
Brondong hanya dilakukan dua hari sekali. Sedangkan jika melihat kondisi TPSS tersebut
perlu dilakukan pembersihan sehari dua kali. Dan untuk parameter memiliki fasilitas
pengolah limbah padat mendapatkan nilai 1 karena di PPN Brondong masih belum
tersedia incinerator untuk mengolah limbah padat.
H. Kondisi Toilet
Pada kriteria toilet terdapat tiga subkriteria yang dijadikan parameter dalam menilai
kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter lokasi tidak langsung ke area pelelangan
mendapatkan nilai 3 karena di PPN Brondong sudah tersedia toilet yang tidak berhadapan
langsung dengan area pelelangan. Untuk parameter dilengkapi bak cuci tangan
mendapatkan nilai 2 dikarenakan kondisi toilet di kawasan PPN Brondong kurang terawat
dan belum tersedia westafel. Namun di dekat tempat penyortiran ikan sudah terdapat
westafel namun kondisinya masih kurang baik. Untuk parameter jumlah toilet cukup
sesuai dengan jumlah karyawan mendapatkan nilai 2 karena jumlah toilet yang ada di
dalam maupun luar gedung PPDI jumlahnya masih kurang dari persyaratan yang ada.
I. Kondisi Konstruksi dan Pemeliharaan
J. Alat Pada kriteria konstruksi dan pemeliharaan alat terdapat satu subkriteria yang
dijadikan parameter dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter
peralatan, wadah, dan alat yang bersentuhan dengan ikan di laut dan di pantai mudah
dibersihkan dan disinfeksi (tetap bersih) mendapatkan nilai 3. Hal ini dikarenakan masih
ada peralatan seperti timbangan dan troli dalam kondisi berkarat, wadah ikan dengan
kondisi rusak .
K. Kondisi Pembersihan dan Sanitasi
Kondisi Kontrol Sanitasi Pada kriteria kontrol sanitasi terdapat empat subkriteria yang
dijadikan parameter dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter
pembiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan di kawasan pelabuhan
mendapatkan nilai 2 karena di PPN Brondong belum ada penerapan mencuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan di kawasan pelabuhan. Untuk parameter
pembatasan area untuk kawasan PPDI mendapatkan nilai 2 dikarenakan belum ada aturan
yang berlaku di kawasan PPDI sehingga banyak orang yang tidak berkepentingan bebas
keluar masuk di lokasi yang dapat meningkatkan resiko kontaminasi terhadap produk
perikanan. Untuk parameter penerapan GHdP (Good Handling Practice) di PPDI
mendapatkan nilai 2 dikarenakan terdapat kegiatan penyortiran ikan masih dilakukan di
lantai pendaratan ikan. Hal tersebut dapat meningkatkan tingkat kontaminasi ikan. Dan
untuk parameter penerapan pelarangan merokok, meludah, makan, minum di kawasan
produksi ikan mendapatkan nilai 2. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan dan
pengunjung masih merokok di kawasan produksi ikan. Hal ini dapat meningkatkan tingkat
kontaminasi ikan. Pada kriteria pembersihan dan sanitasi terdapat tiga subkriteria yang
dijadikan parameter dalam menilai kondisi pelabuhan perikanan. Pada parameter
pembersihan lantai, wadah peralatan dan sebagainya sebelum dan sesudah digunakan
menggunakan air yang mengandung chlorine mendapatkan nilai 2. Hal ini dikarenakan di
PPN Brondong tidak semua peralatan dan wadah dibersihkan dengan menggunakan
chlorine. Untuk parameter pembersihan ikan dengan baik mendapatkan penilaian 3 karena
ikan di PPN Brondong dibersihkan dengan menggunakan air laut yang sudah dalam proses
saring dengan alat SWRO (Sea Water Reverse Osmosis).
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penerapan sanitasi di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong sudah cukup
baik terlihat dari penilaian kondisi sarana dan prasarana menurut panelis yaitu 66,7 % akan
tetapi untuk TPI kondisi sanitasi masih kurang baik. Kondisi lain yang mendukung pengaruh
buruk sanitasi di TPI adalah pada saat pembongkaran proses sterilitasi peralatan dan sanitasi
personal tidak diterapkan, air yang digunakan untuk mencuci ikan dan peralatan bukan air
bersih melainkan air laut dari kolam pelabuhan tanpa melalui proses sterilitasi terlebih
dahulu.. Pengawasan sanitasi di TPI tidak dilakukan terlihat dari masih banyak pengguna TPI
yang membuang sampah sembarangan dan pada saat pembongkaran tidak ada dilakukan
pengontrolan suhu yang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mutu ikan.
Penanganan ikan hanya dilakukan dengan mencuci ikan dan pendinginan dengan es. Untuk
pengawasan sanitasi lingkungan pelabuhan dilakukan oleh ketua kebersihan yang merupakan
staf khusus pelabuhan dalam bidang kebersihan.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/04411340000028_Undergraduated_Thesis%20(1).pdf
Departemen Pertanian. 2002. Kebersihan dan Sanitasi. Operasional Pelabuhan Perikanan (PP)
dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bidang Kebersihan dan Sanitasi.Proyek Pengembangan
PP/PPI. Departemen Pertanian. Jakarta. 26 hal.

Anda mungkin juga menyukai