Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STPM

“PENGELOLAAN SAMPAH & LIMBAH KAPAL DAN PESAWAT”

Oleh :

SYAFA’ATUL ULA

Nim. P07233318 679

KEMETERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PRODI DIII SANITASI

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat, karunia serta k
asih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Sholawat ser
ta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satun
ya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan k
ekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik pengetika
n, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahua
n dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan se
bagaimana mestinya.

Tanjungpinang, 21 oktober 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Pengelolaan sampah dipesawat......................................................................3
2.2 Pengelolaan sampah dikapal..........................................................................3
2.3 pengelolaan limbah dikapal............................................................................4
2.4 Pengelolaan limbah dipesawat........................................................................5
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................6
3.1 Sampah di Kapal Butuh Perlakuan Khusus Sebelum Dibuang......................6
3.2 Uraian Cara Kerja dan Proses Sewage Treatment Plant (STP) Extended
Aeration ( Limbah Pesawat )................................................................................9
3.3 Integrated Coastal and Ocean Managemen....................................................7
3.4 Sistem Pembuangan SAMPAH Pesawat........................................................7
BAB IV PENUTUP.............................................................................................8
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................8
4.2 Saran...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
DOKUMENTASI..............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring revolusi yang terjadi, maka telah didapatkan kemajuan dalam teknologi
transportasi yang dirasakan pula dibidang transportasi laut yaitu kapal, kapal-kapal tersebut
dibuat untuk memenuhi kepentingan masyarakat dunia salah satunya dalam perdagangan
antar negara. Pada era globalisasi dunia kemaritiman semakin hari semakin modern terbukti
dari semakin banyaknya kapal-kapal baik kapal kecil maupun kapal besar yang beroperasi
dilautan. Kesemuanya itu dapat berpengaruh bagi kelestarian lingkungan hidup di laut,
dikarenakan adanya pencemaran yang terjadi akibat limbah sampah maupun minyak yang
dibuang dari kapal-kapal serta pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan prosedur
penanganan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Banyak anggapan bahwa laut merupakan tempat sampah yang ideal, baik untuk
pembuangan sampah domestik maupun limbah industri. Laut yang luas diperkirakan akan
mampu menghancurkan atau melarutkan setiap bahan-bahan yang dibuang ke laut, tetapi laut
juga mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas, disamping itu ada beberapa bahan
yang sulit terurai. Pada setiap kapal tidak dapat dihindarkan dari adanya sampah, dimana
sampah itu sendiri tetap akan bertambah terus sehingga untuk menghindari hal ini maka
sampah yang ada itu harus dibuang kelaut.Dengan adanya penambahan secara terus menerus
tanpa kontrol yang baik, dapat menyebabkan peningkatan pencemaran di laut.

Pencemaran laut sebagai dampak negatif terhadap kehidupan biota, sumber daya alam
dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia yang disebabkan secara langsung
atau tidak langsung oleh pembuangan sampah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan
manusia termasuk kegiatan di atas kapal, yang mengakibatkan tercemarnya suatu perairan
laut, kontaminasi atau penambahan sesuatu dari luar perairan laut yang menyebabkan
keseimbangan lingkungan terganggu dan membahayakan kehidupan organisme serta
menurunnya nilai guna perairan tersebut.

Bandar udara atau biasa disingkat bandara berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun
2009 tentang Penerbangan merupakan kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-
batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik
turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda
transportasi yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan dan
fasilitas penunjang lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 54 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Limbah dan Zat Kimia Pengoperasian
Bandara sebagaimana dimuat dalam pasal 13 bahwa penyelenggara bandara harus melakukan
pengolahan terhadap sampah yang ditimbulkan dari pengoperasian bandara, kegiatan
pengolahan meliputi pemadatan, pengomposan dan daur ulang.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan Bandara dalam penanganan sumber dan berapa
jumlah timbulan sampah ?

2. Berapa besar jumlah limbah padat dan jenis limbah padat apa

3. saja yang dihasilkan di atas kapal ?

4. Bagaimana pengelolaan sampah dikapal ?


5. Bagaimana pengelolaan limbah pesawat ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui sistem dan proses pengolahan limbah di Bandara

b. Mengidentifikasi karakteristik dan komposisi limbah padat yang dihasilkan dari


kapal

c. Mengindetifikasi Sampah di Kapal Butuh Perlakuan Khusus Sebelum


Dibuang

d. Mengetahui sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien terhadap


sampah yang dihasilkan dari aktivitas di Bandara
BAB II

TINJUAN PUSTAKA
2.1 Pengelolaan sampah dipesawat
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008, yang dimaksud
dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah
adalah sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai
aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu Pertama,
pengendalian bangkitan (control of generation), Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga,
pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan (transfer and transport).
Kelima, pemrosesan (processing), dan keenam, yaitu pembuangan (disposal)
(Tchobanoglous, 1977 dalam buku PENGANTAR ILMU TEKNIK LINGKUNGAN Seri:
Pengelolaan Sampah Perkotaan). Pengelolaan sampah dengan keenam elemen tersebut harus
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip yang dapat menjamin kesehatan masyarakat serta
dilaksanakan menurut kaidah ekonomi, teknis, konservasi, estetika, dan pertimbangan lainnya

2.2 Pengelolaan sampah dikapal


Wilayah pesisir merupakan daerah yang penting bagi produktivitas biologi, geokimia,
serta aktivias manusia. Derah ini sangat penting bagi penyedia sarana rekresasi, makanan,
dan transportasi serta mewakili bagian dari perekonomian dunia dalam pemanfaatan sumber
daya alamnya. Akan tetapi hal-hal tersebut berbarengan secara langsung dengan aktivitas
manusia didalamnya, sehingga meninggalkan dampak yang berpotensi mengganggu
kesehatan pesisir laut itu sendiri

Samudera, Laut, Pantai bahkan Pesisir Pantai dalam pengelolaannya tidak bisa
dikelola secara parsial tetapi harus dilakukan secara integrated. Didalam Integrated Coastal
and Ocean Management wilayah pesisir dan lautan dalam pengelolaannya melibatkan banyak

pihak, baik lembaga pemerintah maupun swasta. Wilayah pesisir laut sebagai wilayah
bertemunya aktivitas laut dan darat telah mendatangkan berbagai macam aktivitas baik wisata
maupun masyarakat untuk mencari sumberdaya lautnya. Sehingga aktivitas ini menimbulkan
potensi sampah dari bawaan masyarakat. Penampakan ini terjadi dibeberapa titik Pesisir
Pantai wilayah Indonesia.

2.3 pengelolaan limbah dikapal


transportasi laut merupakan salah satu komponen pendukung utama perdagangan
internasional, dimana salah satu keunggulannya economies of scale yang menawarkan
transportasi laut yang lebih murah untuk volume barang yang besar atau banyak. Limbah
padat adalah semua jenis sisa makanan, bahan-bahan buangan rumah tangga dan bahan-bahan
buangan , tidak termasuk ikan segar dan bagian-bagianya yang terjadi selama pengoperasian
kapal yang normal dan ada keharusan untuk disingkirkan dan dibersihkan secara terus
menerus atau secara berkala Pada peraturan 3, syarat pembuangan sampah antara lain :

a) Semua jenis plastik termasuk tali plastik, jaring, kantong plastik dan abu pembakaran
plastik dari incenerator dilarang dibuang ke laut.

b) Dunnage, pelapis dan pembungkus yang terapung dapat dibuang pada jarak 25 mil atau
lebih dari pantai.

c) Sisa makanan dan sampah kertas, gelas, metal, botol dapat dibuang pada jarak 12 mil
dari pantai.

d) Sampah sisa makanan apabila telah dihancurkan dan dapat melewati saringan 26 mm
dapat dibuang 3 mil dari pantai.

e) Pembuangan dari flatform dilarang untuk sisa makanan dapat dibuang pada jarak 500 m
dari platform dan 12 mil dari daratan dengan syarat telah dihancurkan.

f) Dalam keadaan khusus hanya sisa makanan yang dapat dibuang pada jarak 12 mil dari
pantai. Bahan-bahan pencemar yang dibuang ke laut dapat diklasifikasikan dalam
berbagai cara.

2.4 Pengelolaan limbah dipesawat


Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air
limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri.

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
perdangangan, perkantoran, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya yang
mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan
manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

2.4.1 Jenis-jenis Limbah Cair

a. Limbah Cair Domestik


Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari
perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana
sejenisnya. Volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter/orang/hari, tergantung pada tipe rumah.

 b. Limbah Cair Industri

Limbah cair industri adalah buangan hasil proses atau sisa dari
suatu kegiatan yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Sampah di Kapal Butuh Perlakuan Khusus Sebelum Dibuang
Banyak orang yang menghujat tindakan membuang sampah di laut lepas tersebut.
Mungkin kamu juga pernah melakukannya karena saking geramnya. Terinspirasi dari kasus
pembuangan sampah di lautan lepas itu, Hipwee News & Feature ingin mengajakmu untuk
melihat bagaimana sistem pengelolaan sampah di atas kapal yang memenuhi standar. Salah
satu kapal yang melakukan pengelolaan sampah khusus adalah Kapal Rainbow Warrior milik
Greenpeace ini. Yuk cek sama-sama! Siapa tahu rasa penasaranmu tentang perlakuan sampah
selama di atas kapal terjawab tuntas. Hampir sama seperti di daratan, sampah yang ada di
Kapal Rainbow Warrior dibagi menjadi dua jenis, organik dan anorganik

Sampah organik tak hanya sekadar dikumpulkan lalu dibuang. Di kapal ini, sampah
organik perlu dibekukan sebelum nanti dibuang ketika bersandar. Kalau biasanya sampah
organik hanya dikumpulkan lalu dibuang begitu saja, di Kapal Rainbow Warrior punya
penanganan yang sedikit berbeda. Setelah sampah organik dikumpulkan, sampah tersebut lalu
dimasukkan ke dalam waste room untuk dibekukan. Waste store sendiri
merupakan freezer khusus yang dimiliki oleh kapal milik Greenpeace ini untuk membekukan
sampah organik sehingga tak menimbulkan bau dan mengundang lalat. Waste store ini tak
sekadar freezer biasa. Suhu dan tekanan udara di dalamnya begitu dijaga. Selain itu, waste
room ini juga dilengkapi dengan alarm. Alarm ini akan berbunyi jika pintu di waste
store dibuka terlalu lama, sehingga mempengaruhi suhu udara di dalamnya.

Ada satu hal yang menarik. Sampah dari kaleng dan logam, perlu diratakan dengan mesin
khusus sebelum akhirnya dibuang. Selain sampah general, kertas dan plastik, sampah berupa
kaleng minuman juga diperlakukan khusus di dalam kapal ini. Setelah dicuci dan
dikeringkan, kaleng minuman ini wajib hukumnya diratakan dengan alat press sederhana ini.
Tempat sampahnya pun disendirikan. Biar nanti mudah saat mengumpulkan saat kapal
bersandar.

Kalau dipikir-pikir, mengelola sampah itu nggak terlalu sulit. Apalagi zaman sudah
semakin canggih. Dengan kemajuan teknologi yang ada dan kemauan menyingkirkan rasa
malas, mungkin nggak akan lagi cerita buang-buang sampah di laut lepas. Nggak perlu jauh-
jauh deh, di lingkungan sekitarmu juga udah banyak tempat sampah yang dibuat khusus
untuk memilah sampah. Namun karena orang-orangnya belum siap atau memang malas ribet,
pada akhirnya sampah yang harusnya dipisahkan menurut jenisnya jadi bercampur lagi. Kan
sayang kalau teknologi yang udah ada nggak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Yuk
belajar lebih peka dan peduli, biar lingkungan makin nyaman ditinggali.
3.2 Uraian Cara Kerja dan Proses Sewage Treatment Plant (STP) Extended
Aeration ( Limbah Pesawat )

Air limbah dari kitchen secara gravitasi mengalir ke dalam Equalizing Tank
melalui Grease Trap. Hal ini dimaksudkan agar minyak dan lemak tertangkap
oleh Grease Trap dan tidak mengalir ke dalam sistem STP (Sewage Treatment
Plant ). Screen Tank Air limbah dari gedung secara gravitasi mengalir ke
dalam Equalizing Tank melalui Screen Tank, Equalizing Tank Di dalam
Equalizing Tank dilakukan
Pemerataan air limbah oleh Air Difusser dengan supply udara dari Root
Blower.Aeration TankSetelah dilakukan dalam pemerataan di dalam
Equalizing Tank, air limbah dialirkan secara gravitasi ke dalam Aeration
Tank. Dengan bantuan Air untuk penambahan Oksigen (O 2) selama 24
jam/hari (nonstop) agar bakteri aerobik dapat tetap hidup dalam lumpur aktif.
Bakteri aerobik hidup ini, yang akan menguraikan air limbah yang rutin
masuk ke dalam Aeration Tank. Lalu, secara overflow dipindahkan ke
Sedimentation Tank. Setelah proses aerasi, kemudian air limbah secara
gravitasi melewati sparing pipa overflow masuk ke dalam sedimentation tank.
Di dalam Sedimentation Tank akan terjadi pemisahan lumpur  aktif dengan air
limbah yang sudah melalui proses aerasi. Dengan airlift dan scum removal
dibantu Airlifting (Dorongan udara air blower) lumpur aktif dan buih
dikembalikan ke Equalizing Tank dan Holding Tank untuk menjaga lumpur
aktif di dalam Aeration Tank tetap stabil.
Lumpur Aktif Jika dalam Bak Aerasi sudah beroperasi cukup lama akan
bertambah banyaklah Lumpur Aktif lebih dari 50% dalam 1L air limbah,
maka Lumpur Aktif harus dikurangi untuk memaksimalkan proses
Aerasi. Jika hal ini terjadi, lakukan  penyedotan di Holding Tank dengan
menggunakan Vaccum Car (mobil tinja) untuk menyedot lumpur supaya
dibuang.Desinfectant Tank Air limbah yang telah diproses, lalu disupply
Chlorine cair supaya bakteri yang terbawa dapat dibunuh (Desinfektanasi).
Chlorine cair di supply dengan menggunakan dosing pump. Intermediate
Water Tank Dengan menggunakan Dosing Pump, Chemical (PAC) di
masukkan ke dalam untuk pembentukan flok-flok dari kotoran (Sludge)
agar memudahkan proses penyaringan di dalam Recycle System. Effluent
Tank Air limbah telah selesai melewati seluruh proses STP (Sewage
Treatment Plant) dan tidak diolah kembali melalui Recycle System, akan
dibuang ke Saluran Kota (Drainase) dengan menggunakan Effluent Pump.

3.3 Integrated Coastal and Ocean Managemen


Pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu / Integrated Coastal and Ocean
Manegement adalah pendekatan untuk mengelola tidak hanya wilayah pesisir tetapi juga Laut

yang berada dalam zona ekonomi eksklusif dan ekosistemnya, yang melayani tujuan
kebijakan kelautan nasional. Dari pertengahan tahun 1960-an hingga akhir abad kedua puluh,
sekitar 700 inisiatif ICOM diadopsi lebih dari 140 negara, tetapi hampir setengah dari inisiatif
ini tidak sepenuhnya dilaksanakan, karena kurangnya mekanisme pemantauan dan evaluasi
yang ditingkatkan. Wilayah pesisir dan lautan melibatkan banyak pihak, baik lembaga
pemerintah maupun swasta. Pemeritah ditingkatan yang berbeda Misalnya tingkat Nasional,
Provinsi, dan Lokal atau Daerah, sampai kasus laut yang dibagi, interaksi dengan negara

lain.

Selain itu, area-area ini dipengaruhi oleh masalah tanah dan air tawar, yang
menyiratkan penerapan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dalam manajemen mereka.
Dengan demikian Integrated Coastal and Ocean Management menyiratkan integrasi dalam
lima dimensi yang berbeda: Integrasi lintas sektoral, integrasi antar pemerintah, integrasi
spasial, integrasi sains-manajemen, dan integrasi internasional. menggambarkan tiga kategori
besar integrasi sistem integrai, integrasi fungsional, dan integrasi kebijakan. Integrated
Coastal and Ocean Managemen berisi prinsip-prinsip yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya pesisir dan laut, integrasi peraturan perundang-undangan dan integrasi antar
sektor. Tata kelola kelautan dibangun secara sistemik melalui pembangunan dan pemahaman
keterpaduan antara pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pihak-pihak terkait, adanya
tujuan dan sasaran, nilai dan etika dalam pembangunan, serta upaya penyelesaian sengketa
dan kerjasama masyarakat pesisir, pemerintah dan stakeholders.

3.4 Sistem Pembuangan SAMPAH Pesawat


Sumber Sampah Bandara Sampah padat bandara umumnya berasal dari area terminal,
kantor, maupun sampah yang berasal dari pesawat. Untuk area terminal sendiri meliputi
counter, area check-in, minimarket, restoran, cafe, ruang karyawan, area bagasi, area
keberangkatan, area kedatangan serta terminal kargo. Di samping itu ada pula sampah
halaman yang berasal dari parkiran. Khusus untuk sampah yang berasal dari pesawat, tidak
semua sampah yang berasal dari pesawat diangkut oleh pihak pengelola sampah bandara. Hal
ini dikarenakan beberapa maskapai telah menyediakan kendaraan operasional untuk
mengangkut sampah yang berasal dari pesawat menuju TPS.

3.4.1 Jenis Sampah Bandara

Sampah padat yang dihasilkan dari aktivitas di bandara umumnya menyerupai


sampah perkotaan. Sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah organik maupun
anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota tersebut. Adapun jenis-
jenis sampah yang dihasilkan dari aktivitas bandara, yaitu :

1. Sampah organik

Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, di mana sampah
jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Dari aktivitas bandara, sampah
organik yang dihasilkan berupa sampah sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah, kertas, kayu,
daun-daunan dan tanah.

2. Sampah anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Contoh
sampah bandara jenis ini adalah kaleng, besi, plastik, karet, botol dan kaca.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tahap ini ialah tahap penarikan kesimpulan oleh semua data yang sudah didapat
untuk hasil dari penelitian. Penelitian ini dianggap kredibel apabila terdapat bukti-bukti yang
valid dan konsisten, untuk itu di lakukan verifikasi / pengecekkan kembali data yang ada.
Sesuai, proses analisis tidak sekali jadi, melainkan interaktif,

secara bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan


atau verifikasi selama waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk narasi. Penarikan
kesimpulan ini kegiatan analisis data dan pengolahan data yang di dapatkan.

4.2 Saran
a) Sebaiknya dilakukan proses pemisahan sampah di sumbernya agar memudahkan proses
pemilahan sampah di TPS sehubungan dengan proses daur ulang dan pengomposan
terhadap sampah yang dihasilkan.

b) Sebaiknya pihak Bandara melakukan pengukuran terhadap timbulan sampah dan


komposisi sampah sehingga tersedia data apabila ingin dilakukan prediksi terhadap
timbulan sampah bandara di tahun-tahun yang akan datang.

c) Setelah diketahui proses pengembangan terhadap sampah yang dihasilkan di Bandara


Internasional , maka perlu dilakukan kajian sehingga proses pengolahan sampah secara
daur ulang maupun composting dapat dilakukan secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Marwati, Eka dan Rahardyan, Benno. Kondisi Eksisting Dan Proyeksi Sampah Untuk
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan Bandar Udara Internasional Soekarno
Hatta. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Uraian Cara Kerja Alat dan Proses STP Extended Aeration KAP. 500
3
m /day.Proyek Bandara Supadio Pontianak
Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu. Kanisius.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai