Anda di halaman 1dari 6

UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

PENGOLAHAN LIMBAH SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS DI TPA SEGAWE


TULUNGAGUNG
Ahmad Khoirofi Arozak1, Iis Nurrahma Wati2, Noviatun Nadhiroh3
1,2,3
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
Jl Mayor Sujardi Timur 46 Tulungagung Jawa Timur (66221)
3
Email: novyatun7@gmail.com

_________________________________________________________________________________________
__________

ABSTRAK

Permasalaan sampah yang sering muncul adalah sulitnya mendapatkan ruang untuk Tempat
Pembuangan Akhir (TPA), sementara timbulan sampah semakin bartambah seiring dengan pertumbuhan
penduduk. Hasil yang diperoleh TPA Segawe kabupaten Tulungagung telah mengolah sampah organik mejadii
kompos, selain mengurangi sampah kota Tulungagung pemanfaatan limbah organik menjadi kompos dapat
digunakan sebagai pupuk organik tanaman kota Tulungagug.Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengolahan sampah organik menjadii kompos atau pupuk organik di TPA Segawe
Tulungagung. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode observasi yaitu dengan melihat secara
langsung di lokasi dan wawancara yaitu dengan tanya jawab pada petugas pengelola TPA Segawe.

Keywords: Sampah Organik, Kompos, TPA Segawe

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya. Hal
tersebut tidak terlepas dari sisa hasil aktivitas yang dilakukan yaitu berupa sampah. Sampah saat ini semakin
tidak terkendali dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk. Selain merusak pemandangan,
menimbulkan bau yang tidak sedap, sampah juga merupakan sumber penyakit. Setiap sampah yang belum
mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukan dan
akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum. Belum lagi menyebabkan kerusakan pada tanah, dan
pencemaran air apabila dibuang sembarangan dan akan mengakibatkan banjir serta longsor. Pengelolaan
sampah yang minim membuat sampah semakin hari semakin menumpuk. Lahan yang terbatas dan hanya
terpusat pada satu penampungan tertentu membuat sampah semakin menumpuk tak terkendali. (Sugiono,2002)
Sampah yang ditampung di TPA Segawe adalah dari semua jenis sampah baik dari limbah rumah
tangga dan limbah yang berasal dari kantor atau departemen. Setelah sampai di TPA sampah dibedakan
menjadi sampah basah dan sampah kering. Sampah yang berasal dari daun dan ranting diolah menjadi
.
UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

kompos. Sedangkan sampah yang berasal dari plastik diolah menjadi bahan bakar seperti minyak tanah, solar
dan bensin. Sampah yang berasal dari daun dan ranting diolah menjadi kompos. Kompos adalah hasil
penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic
atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat
kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.
Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi
dan penambahan activator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata presentase bahan organik
sampah mencapai +80%, sehingga pengomposan merupakan alternative penanganan yang sesuai. Kompos
sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang di
tempat pembuangan akhir dan menyebabkan polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Dilihat dari jumlah
penduduk di Kabupaten Tulungagung membuat kota ini menghasilkan sampah dalam jumlah besar setiap
harinya. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah
sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.(Deviana
diah 2010)
Salah satu tempat yang digunakan untuk menanggulangi masalah sampah adalah di Tempat
Pembuangan Akhir di Dinas lingkungan HidupTulungagung. Tempat Pembuangan Akhir ini berlokasi di Desa
Segawe Kecamatan Pagerwojo Kabupaten Tulungagung dan mempunyai luas sekitar 5,5 hektar. Tempat ini
menampung sampah dari seluruh wilayah kabupaten Tulungagung, sebagian wilayah Blitar dan Trenggalek.
TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan sekitarnya. Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka
waktu panjang.(Eming Sudiana 2014)
Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat, bahkan ada
beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun, misalnya plastik. Hal ini memberikan
gambaran bahwa setelah selesai digunakan sampah masih memiliki kelanjutan proses dan menghasilkan
beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan.(Arif Budihardjo 2012)
Volume sampah masuk ke TPA Segawe musim penghujan kurang lebih 65-70 ton/hari dan jika musim
kemarau kurang lebih 50 ton/hari, adapun fasilitas dan manfaat dari TPA segawe
a. Pagar keliling : menjaga keamanan di TPA dan untuk mengantisipasi pemulung liar.
b. Pos jaga : mengontrol keamanan dan mendata pengunjung baik tamu maupun petugas armada
sampah.
c. Jembatan timbangan : mengontrol jumlah sampah yang masuk ke TPA.
d. Kantor : tempat melaksanakan kegiatan adminitrasi 
e. terdapat 1 unit excavator dan 1 Unit Buldoser 
f. instalasi Rumah Kompos : tempat pengolahan sampah menjadi kompos.
Proses : peranjangan, fermentasi, pengeringan, penghancuran ,pengayakaan dan pengemasan.

.
UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

g. Instalasi Pengolahan Lindi ( IPL ) : Air lindi adalah cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya
air eksternal ke dalam timbunan sampah (khususnya TPA). Lindi yang tidak dikelola dengan baik dapat
mencemari sumber air minum penduduk di sekitar tumpukan sampah. Salah satu solusi masalah
tersebut adalah dengan mendesain prototipe instalasi pengolahan air lindi. area untuk memproses lindi (
cairan akibat proses pembusukan sampah ) agar aman ketika masuk ke air tanah ataupun badan air
terdiri dari kolam anaerobic, fakultatik, maturasi, sanitasi dan wetland.
h. Aerator : berfungsi untuk menambahkan kadar oksigen kedalam cairan lindi sehingga mempercepat
penguraian zat-zat organic yang terkandung di dalamnya.
i. Instalasi Penangkapan Gas Methane : berfungsi untuk menangkap gas methane( CH4 ) yang dihasilkan
pada proses fermentasi sampah ,gas tersebut sangat berbahaya bagi lapisan Ozon dan juga bias
menimbulkan kebakaran di TPA. Sebaliknya dengan instalasi tersebut gas menthane dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energy alternative.
j. Sumur Pantau :  berfungsi memantau kadar pencemaran air tanah akibat lindi.
k. Cerobong Gas: berfungsi mengalirkan gas methane pada bak penampungan sampah.

Sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Alasan memilih lokasi ini sebagai lahan pembuangan sampah, karena lokasi yang jauh dari sungai
dan pemukiman warga. Bagi sebagian orang sampah adalah sesuatu yang menjijikkan dan kotor, namun ada
orang yang mengartikan sampah sebagai sumber penghasilan. Mereka seharusnya menyadari bahwa
sebenarnya sampah merupakan sesuatu yang memberikan manfaat, diantaranya:
1. Dapat diolah kembali menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual.
2. Dapat dipilah – pilah dan dijadikan pupuk kompos.
3. Ada juga sampah plastik yang dikumpulkan dan dijual.
4. Dan yang terbaru, sampah ditimbun dan diambil gas metannya yang dapat digunakan untuk pengganti
bahan bakar.
TPA Segawe mempunyai lahan dengan luas 5,5 Hektar, dalam mengolah limbah sampah menggunakan
sistem pengolahan sampah Semi Sanitari Landfield dan didukung berbagai fasilitas, yaitu alat kontrol truk
pemuat sampah, berupa alat timbang, bak penampungan limbah cair, tempat penampungan   sampah yang
dipisahkan dengan sel-sel (pembuangan sampah dengan lokasi tertentu ), rumah komposting atau tempat
pembuatan kompos, rumah pemanfatan gas metan, serta  beberapa peralatan berat, seperti traktor, eskavator
dan buldoser.
Berdasarkan penjelasan di atas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengolahan sampah
organik menjadi kompos di TPA Segawe Tulungagung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Di TPA Segawe sampah masyarakat Tulungagung dikumpulkan. Dalam sehari, tak kurang dari 45 truk
atau sekitar 140 m3 sampah, baik sampah kering maupun basah. Pertama truk-truk  pengangkut sampah masuk
ke TPA, kemudian truk melakukan registrasi yang meliputi:
1. Pemeriksaan jenis sampah

.
UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

2. Tanggal dan waktu sampah masuk


3. Sumber/asal sampah
4. Berat dan Volume sampah
Proses penimbangan sampah dilakukan di depan pos registrasi tepatnya setelah pintu masuk TPA.
Setelah itu truk diarahkan menuju tempat pembuangan dan barulah dapat di buang. Di tempat pembuangan itu,
terdapat beberapa sahabat pemilah sampah. Disana sampah dipisahkan menurut jenisnya, yaitu sampah
organik dan anorganik. Sampah anorganik seperti kaleng bekas, plastik dll akan di ambil untuk dijual kembali,
sedangkan sampah organik digunakan untuk membuat kompos. Sampah-sampah tersebut harus dipilah-pilah
agar tidak tercampur dengan bahan lain. Sampah-sampah yang sudah dipilah baru dapat dikelola dengan
melalui suatu proses yang sudah diatur oleh para pekerja TPA. Sampah-sampah tersebut berasal dari industri
rumah tangga, pasar, kampus, kantor, instalasi dan limbah domestik.
Teknologi yang digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos di TPA Segawe masih
dengan cara manual. TPA Segawe menggunakan dua metode dalam pengolahan sampah organik menjadi
kompos, yaitu dengan menggunakan tong dan tanpa menggunakan tong. Dalam pembuatan kompos dari
sampah organik untuk metode menggunakan tong yaitu langkah pertama sampah organik dicacah di mesin
penghancur. Langkah kedua sampah yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam tong, dan campurkan air lindi
serta EM4, semakin banyak air lndi maka proses fermentasi akan semakin cepat. Langkah ketiga, aduk sampah
organik yang sudah dicampur dengan air lndi dan EM4 hingga homogen, tutup tong, dan diamkan selama
kurang lebih 20 hari. Langkah keempat, setelah 20 hari buka tutup tong, ambil hasil fermentasi sampah organik
dan hancurkan hasil fermentasi sampah di tempat penggilingan. Kompos sudah bisa digunakan.
Untuk metode tanpa menggunakan tong yaitu langkah pertama hancurkan sampah organik yang sudah
dipilah di mesin pencacah. Langkah kedua timbun sampah organik dan campurkan air lindi dan EM4 aduk
hingga homogen dan tutup dengan terpal, tunggu kurang lebih 20 hari. Langkah ketiga setelahh 20 hari buka
terpal dan ambil sampah hasil fermentasi kemudian hancurkan di mesin penghancur agar sampah hasil
fermentasi berukuran lebih kecil dan mudah digunakan sebagai pupuk organik. Kompos sudah siap digunakan.

Gb 1. Proses Penggilingan Kompos dari Hasil Fementasi Sampah Organik

.
UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

Metode yang digunakan di TPA ini dengan controlled landfill yaitu tempat pembuangan sampah yang
dalam pemilihan lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan syarat teknis (SNI) mengenai
tempat pembuangan akhir sampah. Sistem controlled landfill merupakan tahap peningkatan dari metode open
dumping. Cara pengolahannya adalah sampah ditimbun dalam suatu TPA yang sebelumnya sudah disiapkan
secara teratur, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah
tersebut diratakan dan dipadatkan oleh alat berat seperti buldozer maupun track loader. Setelah sampah
tersebut rata dan padat, timbunan sampah kemudian ditutup oleh tanah.
Sistem controlled landfill ini sebetulnya hanyalah suatu bentuk perapian dari sistem Open Dumping.
Perbedan sistem controlled Landfill dengan sistem Open Dumping hanyalah pada pemadatan sampahnya saja
sehingga tidak terlalu menggunung dan dapat memampatkan gas yang mewujud disela-sela sampah.

KESIMPULAN

TPA Segawe menggunakan dua metode pengolahan sampah organik menjadi kompos, yaitu dengan
tong dan tanpa tong. Dengan penambahan air lindi dan EM4 membuat sampah organik cepat mengalami
fermentasi dan siap digunakan sebagai kompos. Kompos yang berasal dari sampah organik di TPA Segawe
digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di alun-alun dan taman kota Tulungagung.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Ibu Desi Kartika Sari selaku dosen pengampu mata kulah Analisis Mengenai
Dampak Ligkungan yang telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyusun jurnal ini. Terimakasih
kepada petugas TPA Segawe yang berkenan dan mempersilahkan kami untuk belajar mengenai pengolahan
sampah organik yang ada di TPA Segawe. Terimakasih juga kepada teman-teman yan telah membantu dalam
pembuatan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Addinsyah, Amar dan Welly Herumurti. 2017. Studi Timbulan dan Reduksi Sampah Rumah Kompos serta
Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca di Surabaya Timur.  Jurnal Teknik ITS Vol. 6, No. 1.
Budiharjo, Mochamad Arief. Studi Potensi Pengomposan Sampah Kota Sebagai Salah Satu Alternatif
Pengelolaan Sampah di TPA dengan Menggunakan Aktivator EM4. Jurnal Prespitasi Vol. 1, No.1.
Indriyanti, Dyah Rini dan Eva Banowati. 2015. Pengolahan Limbah Organik Sampah Pasar menjadi Kompos.
ABDIMAS Vol. 19, No. 1.
Jasminarni dan Yulia Morsa Said. 2015. IbM Pengolahan Limbah Sampah Organik Sebagai Pupuk Kebun
Lingkungan Sekolah di Kabupaten Muaro Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 30, No. 1.
Pramono, Susanto Adhi dan Chrisna Pudyawardhana. 2007. Pembuatan Kompos di TPA Gunung Tugel.
Teodolita Vol. 8, No. 1.

.
UTS_AMDAL_KELOMPOK 3_TBIO_IAIN TULUNGAGUNG

---------------------------------MAKSIMUM 10 HALAMAN, NASKAH DIKETIK DALAM FORMAT


WORD-------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai