Anda di halaman 1dari 6

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN TRADISIONAL

BERDASARKAN PROFESI DI KABUPATEN PURWAKARTA

Suharti1,*, Susi Andriyani , Reti Puji Handayani


1
STIKes Holistik Purwakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Kebutuhan berobat melalui jalur konvensional maupun pengobatan tradisional
menjadi usaha mendasar yang perlu diupayakan dan masih terus dilakukan studi terkait adanya
hubungan pencarian pengobatan berdasarkan jenis profesi Tujuan: Melihat Persepsi Masyarakat
Kabupaten Purwakarta terhadap Pengobatan Tradisional Berdasarkan Profesi kesehatan dan
profesi non-kesehatan Metode: Penelitian eksplanatif asosiatif yang bersifat kualitatif ini
terhubung dengan pernyataan dari kuisioner yang diberikan dan mencari korelasi antar faktor yang
mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada 137 responden melalui instrument kuisioner
dengan skala Likert. Hasil penelitian: Diperoleh data bahwa responden kabupaten Purwakarta
yang diwakili kelompok masyarakat perkotaan,masyarakat urban dan masyarakat pedesaan yang
dikaji dari pernyataan kuesioner sudah mengetahui akan adanya obat tradisional, namun persepsi
masyarakat non kesehatan berkaitan dengan Animo dan pengetahuan (68,8%); Potensi
pengembangan (69,2%); Kepercayaan terhadap khasiat (61,5%) dan Kepercayaan pada mutu
(standarisasi) terhadap pengobatan tradisional (75,0%) menunjukkan nilai persentase setuju lebih
besar dibandingkan dengan profesi kesehatan (skala kuat).

Kata kunci: Persepsi, Pengobatan Tradisional, Profesi

ABSTRACT

Background: Necessity to get treatment through conventional pathways or traditional treatments


is a fundamental attempts that need to be attempted and still continue to be carried out by studies
related to treatment relationships based on the type of profession. Objectives: Seeing Purwakarta
District Perception of Traditional Medicine Based on Health Profession and Non-Health
Profession. Methods: This qualitative associative explanatory study is connected with a statement
from the questionnaire given and searches for correlations between factors that influence the
behavior of treatment searches in 137 respondents through questionnaire instruments with a
Likert scale. Result: Data was obtained that Purwakarta Regency respondents represented by
urban community groups, the urban community and rural communities studied from a statement of
questionnaires have known the existence of traditional medicines, but non-health public
perceptions related to the interests and knowledge of traditional medicine (68.8%); Potential
development (69.2%); Trust in the efficacy (61.5%) and trust in the quality (standardization) of
traditional medicine (75.0%) shows a percentage value agree greater than the health profession
with strong scale.

Keywords: Perception, Traditional medicine, Profession


yang dianggap tidak berhubungan signifikan dalam
perilaku pemilihan pengobatan tradisional.
PENDAHULUAN
METODE
Kebutuhan untuk berobat disaat manusia Penelitian ini menggunakan metode
mengalami gangguan kesehatan adalah usaha eksplanatif asosiatif yang bersifat kualitatif dengan
mendasar yang perlu diupayakan sebagai bentuk teknik responden mengisi kuesioner berisi pilihan
pertahanan diri. Berkaitan dengan hal tersebut, jalur pernyataan yang bersifat konfirmasi/pemastian
pengobatan secara umum dikenal dengan jalur meliputi pengobatan tradisional makin tumbuh
konvensional melalui dokter dan jalur non medis menjamur (X1), pengobatan tradisional adalah
melalui pengobatan tradisional dengan peminat dan warisan nenek moyang (X2), cara pengobatan
pertimbangan alasan yang berbeda-beda. tradisional cukup memberi bukti menyembuhkan
Saat ini, pemilihan metode pengobatan penyakit (X3), fasilitas praktik pelayanan pengobatan
tradisional sebagai alternatif pengobatan menjadi tradisional seadanya (X4) serta pernyataan biaya
semakin popular, terlebih dengan adanya anjuran pelayanan pengobatan tradisional murah (X5) yang
untuk kembali ke alam. Beberapa data diperoleh kemudian diterjemahkan menjadi data persepsi
seperti Negara Afrika, Asia dan bahkan 80% populasi melalui beberapa pertemuan kelompok masyarakat
di Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai perkotaan, transisi dan pedesaan di Kabupaten
pelengkap pengobatan primer yang mereka terima Purwakarta kepada 137 responden (Handayani,
(Ismail,2015). R.P.2019). Variabel tetap pada penelitian ini adalah
Pemanfaatan tanaman obat (herbal) saat ini kelompok profesi (non kesehatan dan kesehatan)
menjadi tren sebagai pola gaya hidup back to nature dimana persepsi responden diwakili oleh pilihan
yang sebenarnya sudah ada sejak zaman nenek sangat tidak setuju (STS); tidak setuju (TS); netral
moyang sebagai salah satu upaya menangggulangi (N); setuju (S) dan sangat setuju (SS) sebagai
berbagai masalah kesehatan karena lebih ekonomis variabel tidak tetap. Data hasil penelitian berupa
serta efek samping ramuan herbal yang sangat kecil jumlah atau persentase persepsi responden diukur
dibandingkan dengan obat-obatan modern (Ismail, menggunakan skala Ridwan, 2003.
2015). Faktor lain juga diperoleh dari data Yayasan
Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(YPKKI) atas layanan medis seperti ongkos A. Kuesioner Persepsi Pengetahuan dan
pengobatan yang tidak rasional, penggunaan alkes Animo Responden terhadap Pengobatan
yang illegal, obat kadaluarsa dan malpraktek Tradisional
(Ismail,2015).
Studi perilaku pencarian pengobatan melalui
jalur konvensional maupun tradisional sudah banyak
dilakukan. Kristina, dkk 2007 menyatakan bahwa
jenis kelamin, usia, pendidikan, status pekerjaan serta
pendapatan individu berhubungan dengan perilaku
pengobatan sendiri. Penelitian lain juga menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan perilaku mengobati baik dengan
menggunakan obat modern maupun pengobatan
tradisional (Purnamaningrum, 2010). Sementara
Rahayu (2012), dalam studinya menyatakan jika
pekerjaan tidak mempunyai hubungan dengan
pemilihan pengobatan, akan tetapi mereka tetap Keterangan:
memilih pengobatan tradisional sesuai teori • Persepsi: SS (Sangat Setuju); S (Setuju); N
masyarakat yang memiliki pekerjaan dan penghasilan (Netral); KS (Kurang Setuju); TS (Tidak Setuju)
pas-pasan akan memilih pengobatan tradisional. Scoring: Sangat lemah (0-20); Lemah (21-40);
Namun, penelitian Supardi dan Susyanty (2010) Cukup (41-60); Kuat (61-80); Sangat kuat
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan (81-100), Sumber Ridwan 2019
antara jenis pekerjaan individu/Profesi dalam
penggunaan obat tradisional. Tabel 4.1 menunjukkan dari 137 responden
Bertolak dari alasan tersebut, maka penulis menyatakan kedua kelompok Profesi (Kesehatan dan
ingin melakukan kajian lebih lanjut terkait persepsi Non Kesehatan) rata-rata setuju bahwa pengobatan
masyarakat Kabupaten Purwakarta terhadap tradisional tumbuh menjamur, merupakan warisan
pengobatan tradisional berdasarkan kelompok profesi nenek moyang, memberi bukti menyembuhkan tetapi
fasilitas praktik masih seadanya dengan persentase
59,8% (skala cukup).
Gabungan persepsi setuju dan sangat setuju
menyatakan bahwa berdasarkan kedua kelompok
Profesi, responden memiliki pengetahuan dan animo
yang kuat terhadap pengobatan tradisional dengan
persentase 70,5% (skala kuat).
Membandingkan antar kelompok profesi ternyata
pengetahuan dan animo responden terhadap
pengobatan tradisional pada kelompok profesi Non-
Kesehatan (skala kuat: 68,8%), jauh lebih tinggi dari
profesi Kesehatan (skala cukup: 50,8%).
Keterangan:
B. Kuesioner Persepsi Potensi Pengembangan • Persepsi: SS (Sangat Setuju); S (Setuju); N
Pengobatan Tradisional (Netral); KS (Kurang Setuju); TS (Tidak Setuju)
Scoring: Sangat lemah (0-20); Lemah (21-40);
Cukup (41-60); Kuat (61-80); Sangat kuat
(81-100), Sumber Ridwan 2019

Tabel 4.3 menunjukkan dari 137 responden yang


memberikan persepsi setuju bahwa pengobatan
tradisional cukup memberi bukti menyembuhkan
penyakit adalah sebesar 53,7% (skala cukup) dimana
responden percaya bahwa pengobatan tradisional
sebagai bagian dari upaya kesehatan.
Jika digabungkan persepsi setuju dan sangat setuju,
Keterangan: persentase yang percaya terhadap pengobatan
• Persepsi: SS (Sangat Setuju); S (Setuju); N tradisional sebesar 59,3%. Dimana tingkat
(Netral); KS (Kurang Setuju); TS (Tidak Setuju) kepercayaan penyembuhan pada pengobatan
Scoring: Sangat lemah (0-20); Lemah (21-40); tradisional menurut persepsi responden kelompok
Cukup (41-60); Kuat (61-80); Sangat kuat Profesi Kesehatan bernilai cukup: 45,9% adalah lebih
(81-100), Sumber Ridwan 2019 rendah jika dibandingkan terhadap kelompok Profesi
yang Non Kesehatan (Kuat 61,5%).
Tabel 4.2 menunjukkan dari 137 responden yang
diberikan kuisioner menyatakan setuju (skala kuat:
61,7%), atas pernyataan bahwa pengobatan
D. Kuesioner Persepsi Kepercayaan terhadap
tradisional makin tumbuh menjamur, merupakan
Mutu (Standarisasi) Pngobatan Tradisional
warisan nenek moyang dan biaya pelayanan
pengobatan tradisional murah dilihat dari persepsi
adanya potensi pengembangan pengobatan
tradisional.
Gabungan persepsi setuju dan sangat setuju
responden dari kedua kelompok Profesi, pengobatan
tradisional memiliki potensi yang kuat untuk
dikembangkan sebagai upaya kesehatan (skala kuat:
76.3%).

C. Kuesioner Potensi Tingkat Kepercayaan


terhadap Pengobatan Tradisional

Keterangan:
• Persepsi: SS (Sangat Setuju); S (Setuju); N
(Netral); KS (Kurang Setuju); TS (Tidak Setuju)
Scoring: Sangat lemah (0-20); Lemah (21-40);
Cukup (41-60); Kuat (61-80); Sangat kuat
(81-100), Sumber Ridwan 2019
Pada Tabel 4.4 menyatakan bahwa persepsi setuju oleh keanekaragaman hayati tanaman obat di
dan sangat setuju masyarakat Kabupaten Purwakarta Indonesia sebagai sumber daya yang cukup
jika digabungkan, maka responden percaya bahwa potensial untuk dimanfaatkan dan
fasilitas praktik dari upaya pengobatan tradisional dikembangkan sebagai bahan baku obat
masih belum terstandarisasi adalah memiliki nilai tradisional (Hendri Warsito 2008). Dalam hal
kuat (64,5%). ini upaya pengobatan tradisional sejalan
Persepsi Pengobatan tradisional belum terstandarisasi dengan program penyelenggaraan pelayanan
lebih tinggi pada responden kelompok non-kesehatan kesehatan dengan pendekatan promotif,
(kuat: 80,8%) jika dibandingkan terhadap kelompok preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
Kesehatan (cukup: 48,3%). diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan.
Berdasarkan kelompok Profesi, potensi
pengembangan pengobatan tradisional pada
PEMBAHASAN responden kelompok Non-Kesehatan memiliki
a. Persepsi Pengetahuan dan Animo terhadap persentase lebih tinggi dibandingkan dengan
Pengobatan Tradisional kelompok profesi kesehatan. Hasil penelitian
Penelitan ini menyajikan data hasil ini sejalan dengan konsep berpikir Evidence
terkait persepsi masyarakat terhadap Based Medicine (EBM) dari kelompok profesi
Pengetahuan dan Animo Pengobatan kesehatan, yang mensyaratkan setiap
Tradisional di Kabupaten Purwakarta yang pengambilan keputusan dari tindakan
dilihat dari latar belakang profesi. Dalam hal profesionalnya harus berdasarkan kepada
ini pemilihan pengobatan kelompok profesi bukti-bukti yang sudah teruji dan diakui.
kesehatan dan non kesehatan ditentukan oleh Evidence Based Medicine (EBM) adalah
motif perilaku individu dan kepercayaannya proses analisis secara sistematis, menilai dan
yang dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sarana menggunakan hasil penelitian klinis untuk
pelayanan kesehatan yang tersedia di melakukan tindakan klinis yang optimal bagi
sekitarnya (Putra, RK,2019). pasien. Dalam hal ini bermakna bahwa
Praktik dan pendidikan bagi pelaku praktisi profesi kesehatan kurang dapat
pengobatan tradisional telah diatur dalam menerima pengobatan tradisional jika
Peraturan Pemerintah Nomor 103 tentang dibanding dengan kelompok non-kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Tradisional, yang dalam yang tidak didukung oleh bukti ilmiah
kenyataannya saat ini pelaksanaannya masih kemanfaatan dan keamanan pengobatan
belum terlihat signifikan. Hal tersebut tradisional tersebut (Satria, D.2013).
diperkuat dalam penelitian Setyaningsih, 2012 Demikian pula bahwa profesi
yang menyatakan bahwa pengetahuan kesehatan/dokter masih enggan untuk
masyarakat tentang pengobatan kedokteran meresepkan atau menggunakan cara
konvensional membuat masyarakat memilih pengobatan tradisional karena bukti ilmiah
pengobatan secara kombinasi modern- mengenai khasiat dan keamanan obat
tradisional dengan biaya yang lebih tradisional pada manusia masih kurang
terjangkau. Akan tetapi dengan kehadiran (Dewoto,H.R.2007).
pengobatan yang beraneka ragam hingga saat
ini, ternyata menimbulkan polemik di tengah c. Persepsi tingkat Kepercayaan terhadap
masyarakat yang berakibat adanya pengaruh Khasiat Pengobatan Tradisional
persepsi dan sikap akan pilihan pengobatan Data menunjukkan bahwa persentase
bagi diri dan keluarganya. Jika dalam suatu persepsi masyarakat terhadap tingkat
wilayah banyak tersedia sarana pelayanan kepercayaan khasiat pengobatan tradisional
kesehatan seperti pelayanan kesehatan tingkat pada kelompok kesehatan lebih rendah 54,1%
pertama yaitu puskesmas, maupun rumah sakit skala cukup jika dibandingkan dengan
pemerintah dan swasta, maka pilihan kelompok non kesehatan sebasar 69,2%. Hal
masyarakat dalam berobat semakin beragam tersebut dapat terjadi karena pada praktiknya,
(Putra, RK,2019). banyak masyarakat non kesehatan yang
termotivasi dan memiliki kepercayaan untuk
b. Persepsi Potensi Pengembangan berobat pada pelayanan kesehatan tradisional
Pengobatan Tradisional karena dianggap dapat mengobati penyakit
Potensi pengembangan pengobatan kronis serta ketidakpercayaan masyarakat
tradisonal di Indonesia dinilai cukup tinggi terhadap pengobatan modern karena dianggap
karena pasar obat tradisional di Indonesia gagal dalam mengobati penyakit. Sebab lain
terus mengalami peningkatan, yang didukung yang menjadi latar belakang penggunaan
pelayanan kesehatan tradisional adalah KESIMPULAN
ketakutan tindakan operasi dan tidakpuasan 1. Persepsi pengobatan tradisonal berdasarkan
terhadap pengobatan modern. Hal lain lagi pengetahuan & animo responden non
sebagai faktor pendorong masyarakat untuk kesehatan lebih tinggi (68,8%) skala kuat
mendayagunakan obat bahan alam antara lain dibandingkan responden kelompok kesehatan
karena mahalnya harga obat modern/sintesis 50,80%.
yang mahal dan banyaknya efek samping 2. Persepsi masyarakat non kesehatan menyakini
(Dewoto, HR. 2007), sehingga pengembangan adanya potensi pengembangan pengobatan
pengobatan tradisional meningkat (Handayani, tradisional bernilai lebih tinggi (69,20%:skala
R.P.2019). kuat) dibandingkan pada kelompok kesehatan
Selain karena latar belakang persepsi 54,10%.
ketidakpercayaan atau ketakutan masyarakat 3. Pada tingkat kepercayaan khasiat, untuk
pada pengobatan konvensional. Pemilihan kelompok non kesehatan memiliki keyakinan
pengobatan secara alami juga dipengaruhi setuju lebih kuat sebesar 61,5% dibandingkan
oleh tingkat pendidikan pada kelompok kelompok kesehatan 45,9%.
profesi non kesehatan yang dinyatakan dalam 4. Persepsi kepercayaan terhadap
penelitian (Puspariki, J.2019) bahwa mutu/standarisasi pengobatan tradisional yang
karakteristik kelompok masyarakat yang tidak masih belum terstandar pada kelompok non
pernah kuliah (TPK) memiliki karakter lambat kesehatan sebesar 75% dibandingkan
dalam memahami sebuah masalah, cara kelompok kesehatan 45,9% skala cukup.
berpikirnya tidak berdasarkan fakta, tidak
menyeluruh, tidak mampu berpikir analitus
karena minimnya referensi dalam proses DAFTAR PUSTAKA
belajar sehingga akan memberikan respon 1. Azwar, Saifuddin, 2013. Metode Penelitian.
lebih baik terhadap obat tradisional yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dikenal sejak kecil dan diwariskan turun
temurun. 2. Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan Obat
Tradisional Indonesia Menjadi
d. Persepsi Kepercayaan terhadap Mutu Fitofarmaka. Majalah Kedokteran
(Standarisasi) Pengobatan Tradisional Indonesia. 57(7), 201-205.
Data hasil penelitian ini terkait atas
kepercayaan terhadap standarisasi pengobatan 3. Handayani, R. P., Puspariki, J., & Nurmala,
tradisional, kelompok (kesehatan dan non T. (2019). Persepsi Masyarakat Kabupaten
kesehatan) percaya bahwa fasilitas/sarana Purwakarta Terhadap Pengobatan
pengobatan tradisional belum standar. Hal itu Tradisional Berdasarkan Kelompok
dapat dimaknai bahwa peran pemerintah Usia. Pharma Xplore: Jurnal Ilmiah
sebagai regulator masih sangat dibutuhkan Farmasi, 4(2).
untuk mendukung pengobatan tradisional yang
masih diakui oleh sebagian besar masyarakat 4. Ismail, 2015. ‘Faktor Yang Mempengaruhi
Purwakarta terutama di daerah pedesaan. Keputusan Masyarakat Memilih Obat
Malah dari kelompok profesi kesehatan justru Tradisional di Gampong Lam Ujong’, Idea
menyatakan persetujuan yang rendah (hanya Nursing Journal, VI(1), pp.7-14.
45,9%) jika dinyatakan bahwa pengobatan
tradisional itu belum terstandarisasi dibanding 5. Jennifer, H dan Saptutyningsih. 2015.
dari kelompok non kesehatan (75%) yang Preferensi Individu Terhadap Pengobatan
berpendapat bahwa pengobatan tradisional itu Tradisional di Indonesia. Jurnal Ekonomi
belum terstandarisasi. Tingkat kepercayaan dan Studi Pembangunan. 16(1), 26-41.
yang tinggi seperti ini diantaranya dapat
dilatarbelakangi karena masyarakat non 6. Purnamaningrum, A. (2010). Faktor-faktor
kesehatan belum sepenuhnya dapat yang berhubungan dengan perilaku
membedakan antara pelayanan kesehatan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
tradisional teregister dan tidak tidak terigister kesehatan mata. Skripsi, Universitas
di dinas/instansi pemerintah, sehingga Diponegoro.
persepsi kepercayaan masyarakat terhadap
belum terstandarisasinya pengobatan 7. Puspariki, J., & Suharti. (2019). Persepsi
tradisional masih perlu dibuktikan secara Masyarakat Terhadap Pengobatan
ilmiah. Tradisional Berdasarkan Pendidikan di
Kabupaten Purwakarta. Journal of Holistic
and Health Sciences, 3(1), 54 - 59.

8. Putra, R. K., Ratnasari, D., & Septiwi, R. E.


(2019). Persepsi Masyarakat Terhadap
Kinerja Lembaga Kesehatan pada Sektor
Pelayanan Pengobatan Tradisional di
Kabupaten Purwakarta. Journal of Holistic
and Health Sciences, 3(1), 1-13.

9. Rahayu, D.A. (2012). Faktor-faktor yang


berhubungan dengan pemilihan pengobatan
tradisional di wilayah kerja puskesmas
Muara Siberut kecamatan Siberut Selatan
Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun
2012. Skripsi, Universitas Andalas.

10. Satria, D. 2013. Complementary and


Alternative Medicine (CAM). Idea Nursing
Journal, 1(3), 82-90.

11. Supardi, Sudibyo dan Susyanti L, Andi.


2007. Penggunaan Obat Tradisional dalam
upaya Pengobatan Sendiri di Indonesia.
Diakses tanggal 20 Oktober 2020.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.ph
p/BPK/article/view/10.

12. Wasito, H. 2008. Meningkatkan Peran


Pergutuan tinggi melalui Pengembangan
Obat Tradisional. MIMBAR, 24(2), 117-127.

Anda mungkin juga menyukai