ABSTRAK
Latar Belakang: Kebutuhan berobat melalui jalur konvensional maupun pengobatan tradisional
menjadi usaha mendasar yang perlu diupayakan dan masih terus dilakukan studi terkait adanya
hubungan pencarian pengobatan berdasarkan jenis profesi Tujuan: Melihat Persepsi Masyarakat
Kabupaten Purwakarta terhadap Pengobatan Tradisional Berdasarkan Profesi kesehatan dan
profesi non-kesehatan Metode: Penelitian eksplanatif asosiatif yang bersifat kualitatif ini
terhubung dengan pernyataan dari kuisioner yang diberikan dan mencari korelasi antar faktor yang
mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada 137 responden melalui instrument kuisioner
dengan skala Likert. Hasil penelitian: Diperoleh data bahwa responden kabupaten Purwakarta
yang diwakili kelompok masyarakat perkotaan,masyarakat urban dan masyarakat pedesaan yang
dikaji dari pernyataan kuesioner sudah mengetahui akan adanya obat tradisional, namun persepsi
masyarakat non kesehatan berkaitan dengan Animo dan pengetahuan (68,8%); Potensi
pengembangan (69,2%); Kepercayaan terhadap khasiat (61,5%) dan Kepercayaan pada mutu
(standarisasi) terhadap pengobatan tradisional (75,0%) menunjukkan nilai persentase setuju lebih
besar dibandingkan dengan profesi kesehatan (skala kuat).
ABSTRACT
Keterangan:
• Persepsi: SS (Sangat Setuju); S (Setuju); N
(Netral); KS (Kurang Setuju); TS (Tidak Setuju)
Scoring: Sangat lemah (0-20); Lemah (21-40);
Cukup (41-60); Kuat (61-80); Sangat kuat
(81-100), Sumber Ridwan 2019
Pada Tabel 4.4 menyatakan bahwa persepsi setuju oleh keanekaragaman hayati tanaman obat di
dan sangat setuju masyarakat Kabupaten Purwakarta Indonesia sebagai sumber daya yang cukup
jika digabungkan, maka responden percaya bahwa potensial untuk dimanfaatkan dan
fasilitas praktik dari upaya pengobatan tradisional dikembangkan sebagai bahan baku obat
masih belum terstandarisasi adalah memiliki nilai tradisional (Hendri Warsito 2008). Dalam hal
kuat (64,5%). ini upaya pengobatan tradisional sejalan
Persepsi Pengobatan tradisional belum terstandarisasi dengan program penyelenggaraan pelayanan
lebih tinggi pada responden kelompok non-kesehatan kesehatan dengan pendekatan promotif,
(kuat: 80,8%) jika dibandingkan terhadap kelompok preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
Kesehatan (cukup: 48,3%). diselenggarakan secara terpadu, menyeluruh
dan berkesinambungan.
Berdasarkan kelompok Profesi, potensi
pengembangan pengobatan tradisional pada
PEMBAHASAN responden kelompok Non-Kesehatan memiliki
a. Persepsi Pengetahuan dan Animo terhadap persentase lebih tinggi dibandingkan dengan
Pengobatan Tradisional kelompok profesi kesehatan. Hasil penelitian
Penelitan ini menyajikan data hasil ini sejalan dengan konsep berpikir Evidence
terkait persepsi masyarakat terhadap Based Medicine (EBM) dari kelompok profesi
Pengetahuan dan Animo Pengobatan kesehatan, yang mensyaratkan setiap
Tradisional di Kabupaten Purwakarta yang pengambilan keputusan dari tindakan
dilihat dari latar belakang profesi. Dalam hal profesionalnya harus berdasarkan kepada
ini pemilihan pengobatan kelompok profesi bukti-bukti yang sudah teruji dan diakui.
kesehatan dan non kesehatan ditentukan oleh Evidence Based Medicine (EBM) adalah
motif perilaku individu dan kepercayaannya proses analisis secara sistematis, menilai dan
yang dipengaruhi oleh jumlah dan jenis sarana menggunakan hasil penelitian klinis untuk
pelayanan kesehatan yang tersedia di melakukan tindakan klinis yang optimal bagi
sekitarnya (Putra, RK,2019). pasien. Dalam hal ini bermakna bahwa
Praktik dan pendidikan bagi pelaku praktisi profesi kesehatan kurang dapat
pengobatan tradisional telah diatur dalam menerima pengobatan tradisional jika
Peraturan Pemerintah Nomor 103 tentang dibanding dengan kelompok non-kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Tradisional, yang dalam yang tidak didukung oleh bukti ilmiah
kenyataannya saat ini pelaksanaannya masih kemanfaatan dan keamanan pengobatan
belum terlihat signifikan. Hal tersebut tradisional tersebut (Satria, D.2013).
diperkuat dalam penelitian Setyaningsih, 2012 Demikian pula bahwa profesi
yang menyatakan bahwa pengetahuan kesehatan/dokter masih enggan untuk
masyarakat tentang pengobatan kedokteran meresepkan atau menggunakan cara
konvensional membuat masyarakat memilih pengobatan tradisional karena bukti ilmiah
pengobatan secara kombinasi modern- mengenai khasiat dan keamanan obat
tradisional dengan biaya yang lebih tradisional pada manusia masih kurang
terjangkau. Akan tetapi dengan kehadiran (Dewoto,H.R.2007).
pengobatan yang beraneka ragam hingga saat
ini, ternyata menimbulkan polemik di tengah c. Persepsi tingkat Kepercayaan terhadap
masyarakat yang berakibat adanya pengaruh Khasiat Pengobatan Tradisional
persepsi dan sikap akan pilihan pengobatan Data menunjukkan bahwa persentase
bagi diri dan keluarganya. Jika dalam suatu persepsi masyarakat terhadap tingkat
wilayah banyak tersedia sarana pelayanan kepercayaan khasiat pengobatan tradisional
kesehatan seperti pelayanan kesehatan tingkat pada kelompok kesehatan lebih rendah 54,1%
pertama yaitu puskesmas, maupun rumah sakit skala cukup jika dibandingkan dengan
pemerintah dan swasta, maka pilihan kelompok non kesehatan sebasar 69,2%. Hal
masyarakat dalam berobat semakin beragam tersebut dapat terjadi karena pada praktiknya,
(Putra, RK,2019). banyak masyarakat non kesehatan yang
termotivasi dan memiliki kepercayaan untuk
b. Persepsi Potensi Pengembangan berobat pada pelayanan kesehatan tradisional
Pengobatan Tradisional karena dianggap dapat mengobati penyakit
Potensi pengembangan pengobatan kronis serta ketidakpercayaan masyarakat
tradisonal di Indonesia dinilai cukup tinggi terhadap pengobatan modern karena dianggap
karena pasar obat tradisional di Indonesia gagal dalam mengobati penyakit. Sebab lain
terus mengalami peningkatan, yang didukung yang menjadi latar belakang penggunaan
pelayanan kesehatan tradisional adalah KESIMPULAN
ketakutan tindakan operasi dan tidakpuasan 1. Persepsi pengobatan tradisonal berdasarkan
terhadap pengobatan modern. Hal lain lagi pengetahuan & animo responden non
sebagai faktor pendorong masyarakat untuk kesehatan lebih tinggi (68,8%) skala kuat
mendayagunakan obat bahan alam antara lain dibandingkan responden kelompok kesehatan
karena mahalnya harga obat modern/sintesis 50,80%.
yang mahal dan banyaknya efek samping 2. Persepsi masyarakat non kesehatan menyakini
(Dewoto, HR. 2007), sehingga pengembangan adanya potensi pengembangan pengobatan
pengobatan tradisional meningkat (Handayani, tradisional bernilai lebih tinggi (69,20%:skala
R.P.2019). kuat) dibandingkan pada kelompok kesehatan
Selain karena latar belakang persepsi 54,10%.
ketidakpercayaan atau ketakutan masyarakat 3. Pada tingkat kepercayaan khasiat, untuk
pada pengobatan konvensional. Pemilihan kelompok non kesehatan memiliki keyakinan
pengobatan secara alami juga dipengaruhi setuju lebih kuat sebesar 61,5% dibandingkan
oleh tingkat pendidikan pada kelompok kelompok kesehatan 45,9%.
profesi non kesehatan yang dinyatakan dalam 4. Persepsi kepercayaan terhadap
penelitian (Puspariki, J.2019) bahwa mutu/standarisasi pengobatan tradisional yang
karakteristik kelompok masyarakat yang tidak masih belum terstandar pada kelompok non
pernah kuliah (TPK) memiliki karakter lambat kesehatan sebesar 75% dibandingkan
dalam memahami sebuah masalah, cara kelompok kesehatan 45,9% skala cukup.
berpikirnya tidak berdasarkan fakta, tidak
menyeluruh, tidak mampu berpikir analitus
karena minimnya referensi dalam proses DAFTAR PUSTAKA
belajar sehingga akan memberikan respon 1. Azwar, Saifuddin, 2013. Metode Penelitian.
lebih baik terhadap obat tradisional yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dikenal sejak kecil dan diwariskan turun
temurun. 2. Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan Obat
Tradisional Indonesia Menjadi
d. Persepsi Kepercayaan terhadap Mutu Fitofarmaka. Majalah Kedokteran
(Standarisasi) Pengobatan Tradisional Indonesia. 57(7), 201-205.
Data hasil penelitian ini terkait atas
kepercayaan terhadap standarisasi pengobatan 3. Handayani, R. P., Puspariki, J., & Nurmala,
tradisional, kelompok (kesehatan dan non T. (2019). Persepsi Masyarakat Kabupaten
kesehatan) percaya bahwa fasilitas/sarana Purwakarta Terhadap Pengobatan
pengobatan tradisional belum standar. Hal itu Tradisional Berdasarkan Kelompok
dapat dimaknai bahwa peran pemerintah Usia. Pharma Xplore: Jurnal Ilmiah
sebagai regulator masih sangat dibutuhkan Farmasi, 4(2).
untuk mendukung pengobatan tradisional yang
masih diakui oleh sebagian besar masyarakat 4. Ismail, 2015. ‘Faktor Yang Mempengaruhi
Purwakarta terutama di daerah pedesaan. Keputusan Masyarakat Memilih Obat
Malah dari kelompok profesi kesehatan justru Tradisional di Gampong Lam Ujong’, Idea
menyatakan persetujuan yang rendah (hanya Nursing Journal, VI(1), pp.7-14.
45,9%) jika dinyatakan bahwa pengobatan
tradisional itu belum terstandarisasi dibanding 5. Jennifer, H dan Saptutyningsih. 2015.
dari kelompok non kesehatan (75%) yang Preferensi Individu Terhadap Pengobatan
berpendapat bahwa pengobatan tradisional itu Tradisional di Indonesia. Jurnal Ekonomi
belum terstandarisasi. Tingkat kepercayaan dan Studi Pembangunan. 16(1), 26-41.
yang tinggi seperti ini diantaranya dapat
dilatarbelakangi karena masyarakat non 6. Purnamaningrum, A. (2010). Faktor-faktor
kesehatan belum sepenuhnya dapat yang berhubungan dengan perilaku
membedakan antara pelayanan kesehatan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
tradisional teregister dan tidak tidak terigister kesehatan mata. Skripsi, Universitas
di dinas/instansi pemerintah, sehingga Diponegoro.
persepsi kepercayaan masyarakat terhadap
belum terstandarisasinya pengobatan 7. Puspariki, J., & Suharti. (2019). Persepsi
tradisional masih perlu dibuktikan secara Masyarakat Terhadap Pengobatan
ilmiah. Tradisional Berdasarkan Pendidikan di
Kabupaten Purwakarta. Journal of Holistic
and Health Sciences, 3(1), 54 - 59.