Anda di halaman 1dari 17

RAGAM BAHASA INDONESIA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

oleh,
Nama : Putri Sani Sa’bani
NIM : 2002010067

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PERJUANGAN
TASIKMALAYA
2021
LEMBAR PENERIMAAN/PENGESAHAN/PERSETUJUAN

LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini telah diterima pada hari Sabtu tanggal 24 Juli 2021.

Oleh

Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayah-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Ekonomi
Kerakyatan di Indonesia Era Pandemi Covid-19” ini dengan baik.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu yang
telah memberikan bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
makalah ini dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun saya sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan makalah ini, namun saya menyadari bahwa di dalam makalah yang telah saya
susun masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga saya mengharapkan
saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik lagi.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat.

Tasikmalaya, 22 Juli 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN/PENGESAHAN/PERSETUJUAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
C. Tujuan Makalah.........................................................................................................................2
D. Kegunaan Makalah....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Konsep Ekonomi Kerakyatan di Indonesia.................................................................................3
B. Dampak Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19............................................................6
C. Peluang Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19............................................................6
D. Ekonomi Kerakyatan dan Etika Berekonomi di Era Pandemi Covid-19......................................8
E. Strategi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19...................................9
BAB III SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................................11
A. Simpulan..................................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dimana negara


Indonesia menganut sistem ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan bukanlah
sebuah mazhab ekonomi baru, namun hanya sebagai konstruksi pemahaman dari
realita ekonomi yang umum terdapat di negara berkembang. Suatu realita ekonomi
dimana selain ada sektor formal yang umumnya didominasi oleh pengusaha dan
konglomerat terdapat sektor informal dimana sebagian besar anggota masyarakat
hidup. Ekonomi rakyat berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat disuatu
daerah tertentu.
Ekonomi kerakyatan merupakan situasi perekonomian di mana kegiatan
ekonomi diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota masyarakat,
sementara penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ekonomi itupun berada di bawah
pengendalian atau pengawasan anggota-anggota masyarakat. Menurut (Mubyarto,
1999), ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang berbasis kekeluargaan
berkedaulatan rakyat dan menunjukan pemihakan sungguh- sungguh pada ekonomi
rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai
ekonomi jejaring yang menghubung-hubungkan sentra- sentra inovasi, produksi, dan
kemandirian.
Ekonomi kerakyatan sebagai dasar pijakan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Dalam rangka mewujudkan aspek hasil-hasil pembangunan,
sektor usaha kecil menduduki peran penting dan strategis dalam pembangunan
nasional, baik dilihat dari segi kuantitas maupun dari segi kemampuannya dalam
meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja dalam mewujudkan
pemerataan hasil-hasil pembangunan, termasuk pengentasan kemiskinan.
Perekonomian rakyat pada hakikatnya merupakan istilah ekonomi rakyat
yang berarti perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang
diselenggarakan oleh rakyat adalah usaha ekonomi yang menjadi sumber
penghasilan keluarga atau orang-perorang. Perekonomian nasional berakar pada
potensi dan kekuatan masyarakat secara luas dalam menjalankan roda
perekonomian mereka sendiri. Adapun bentuk perekonomian yang dilakukan
langsung oleh masyarakat atau kemandirian perekonomian adalah dengan membuka
usaha-usaha kecil. Dengan demikian, untuk membuka usaha-usaha guna mencapai
kelangsungan hidup mereka memerlukan dana ataupun modal.
Pada awal tahun 2020, Covid-19 menjadi masalah kesehatan dunia. Kasus ini
diawali dengan informasi dari Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO) pada tanggal 31 Desember 2019 yang menyebutkan adanya kasus kluster
pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina.
Kasus ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan terjadi importasi di
luar Cina. Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Pada tanggal
12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit virus Corona pada manusia ini
dengan sebutan Coronavirus Disease (Covid-19). Pada tanggal 2 Maret 2020

1
Indonesia telah melaporkan dua kasus konfirmasi Covid-19. Pada tanggal 11 Maret
2020, WHO sudah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Covid-19 adalah
sekeluarga virus yang ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat
menginfeksi manusia serta menyebabkan berbagai penyakit, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak Covid-19. Dampak
pandemi Covid-19 tidak hanya pada kesehatan masyarakat namun juga berdampak
pada kesejahteraan ekonomi negara hingga ekonomi masyarakat. Covid-19
melumpuhkan perekonomian negara dan masyarakat, terutama pekerja informal
yang rentan berkurang pendapatannya hingga kehilangan mata pencarian lantaran
sepi permintaan. Dengan adanya Covid-19 pemerintah mulai menggalakan social
distanting, lockdown, serta karantina wilayah. Hal tersebut dilakukan untuk
memutus rantai penyebaran Covid 19 agar ekonomi kerakyatan di Indonesia dapat
berkembang di tengah pandemi ini.
Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
menyusun makalah dengan judul “Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Indonesia
Era Pandemi Covid-19 ”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep ekonomi kerakyatan di Indonesia?


2. Bagaimana dampak ekonomi kerakyatan di era Covid-19?
3. Bagaimana peluang ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19?
4. Bagaimana ekonomi kerakyatan dan etika berekonomi di era pandemi Covid-19?
5. Bagaimana strategi pengembangan ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui konsep ekonomi kerakyatan di Indonesia.


2. Mengetahui dampak ekonomi kerakyatan di era Covid-19.
3. Mengetahui peluang ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
4. Mengetahui ekonomi kerakyatan dan etika berekonomi di era pandemi
Covid-19.
5. Mengetahui strategi pengembangan ekonomi kerakyatan di era pandemi
Covid-19.

D. Kegunaan Makalah

1. Kepentingan akademis, dapat memberikan tambahan informasi dalam wacana


akademik yang berkaitan dalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai
pengembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia era Covid-19.
2. Kepentingan praktis, diharapkan dapat membantu pihak-pihak perumus ataupun
bagi para pengambil keputusan di pemerintah yang berhubungan dengan
pengembangan ekonomi kerakyatan di Indonesia era Covid-19.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

1. Pengertian Ekonomi Kerakyatan

Menurut Zulkarnain (2006) di dalam bukunya yang berjudul “Kewirausahaan Strategi


Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan penduduk Miskin”, tertulis ‘ekonomi kerakyatan
adalah suatu sistem ekonomi yang harus di anut sesuai dengan falsafah negara kita yang
menyangkut dua aspek, yakni keadilan dan demokrasi ekonomi, serta keberpihakan kepada
ekonomi rakyat.’
Definisi ekonomi kerakyatan menurut Marzuki (2015), mengemukakan “ekonomi
kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat, dimana
ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh
rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi
apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai usaha
kecil dan menengah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan,
makanan, dsb. Yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan
keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.”
Ekonomi kerakyatan dapat ditafsirkan sebagai setara dengan istilah demokrasi
ekonomi yang secara tegas terdapat pasal penjelasan. Penjelasan pasal 33 UUD 1945
menyatakan bahwa ekonomi kerakyatan yakni sistem ekonomi dimana produksi dikerjakan
oleh semua, untuk semua, serta dibawah pemilikan anggota-anggota masyarakat. Dengan
demikian salah satu pilar dari demokrasi ekonomi itu adalah keikutsertaan semua orang
dalam kegiatan produksi.
Pemahaman tentang ekonomi rakyat dapat dipandang dari dua pendekatan yaitu:
pertama, pendekatan kegiatan ekonomi dari pelaku ekonomi berskala kecil, yang disebut
perekonomian rakyat. Berdasarkan pendekatan ini, pemberdayaan ekonomi rakyat
dimaksudkan adalah pemberdayaan pelaku ekonomi skala kecil. Kedua, pendekatan sistem
ekonomi, yaitu demokrasi ekonomi atau sistem pembangunan yang demokratis, disebut
pembangunan partisipatif (participatory development).
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan
adalah perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang mengikutsertakan seluruh
lapisan masyarakat dalam proses pembangunan yang berkaitan erat dengan aspek keadilan,
demokrasi ekonomi, keberpihakan pada ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme
pasar yang adil dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi secara
keseluruhan atau mayoritas masyarakat.

2. Tujuan Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan memiliki empat tujuan pokok yaitu: pertama,mewujudkan


pemerataan dan keadilan sosial. Kedua, semangat nasionalisme ekonomi yang kuat,
tangguh dan mandiri. Ketiga, demokrasi ekonomi berdasarkan kerakyatan dan
kekeluargaan, koperasi dan usaha- usaha koperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan
dan masyarakat. Keempat, keseimbangan yang harmonis, efisien dan adil antara
perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas dan

3
bertanggung jawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Mubyarto, 1999).

3. Ciri-Ciri Ekonomi Kerakyatan

Menurut (Soeharto Prawirokusumo, 2010), ciri-ciri ekonomi kerakyatan adalah:


 Penegakan prinsip keadilan disertai kepedulian terhadap yang lemah. Sistem
ekonomi tersebut harus memungkinkan seluruh potensi bangsa, baik sebagai
konsumen, pengusaha, ataupun sebagai tenaga kerja. Tanpa perlindungan dan hak
untuk memajukan kemampuannya dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya dan
partisifasinya secara aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi, termasuk dalam
memelihara kekayaan alam dan lingkungan hidup. Di dalam melaksanakan kegiatan
tersebut, semua pihak harus mengacu kepada peraturan yang berlaku.
 Pemihakan, pemberdayaan, dan perlindungan terhadap yang lemah oleh semua
potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya. Pemerintah
melaksanakannya melalui langkah- langkah yang ramah pasar. Penanggulangan
kemiskinan dan pemberdayaan usaha kecil, menengah, dan koperasi (UKM)
termasuk petani dan nelayan kecil, merupakan prioritas utama dalam
mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan.. Bagi kelompok penduduk yang
karena keadaannya mempunyai keterbatasan dilakukan langkah-langkah untuk
meningkat kemampuannya dan memberikan dukungan agar dapat memanfaatnya
akses yang terbuka.
 Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah pasar.
Upaya pemerataan berjalan seiring dengan upaya mnciptakan pasar yang kompetitif
untuk mencapai efisiensi optimal. Dengan demikian, misalnya hubungan kemitraan
antar usaha besar dan UKM harus berdasarkan kompetensi bukan belas kasihan.
Untuk itu, prioritas dilakukan penghapusan praktek-praktek dan perilaku perilaku
ekonomi diluar aturan permainan yang dianggap wajar dan adil oleh masyarakat
seperti praktek monopoli, pengembangkan dengan sistem perpajakan progresif dan
deregulasi yang diarahkan untuk menghilangkan ekonomi biaya tinggi.
 Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat sangat terkait dengan upaya menggerakkan
perekonomian pedesaan. Oleh karena itu, upaya mempercepat pembangunan
pedesaan, termasuk daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerah
perbatasan, dan termasuk daerah terbelakanglainnya harus menjadi prioritas. Hal ini
dilakukan antara lain, dengan meningkatkan pembangunan prasarana pedesaan
dalam mendukung pengembangan keterkaitan desa-desa sebagai bentuk
jaringan produksi dan distribusi yang saling menguntungkan.
 Pemanfatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam lainnya, seperti hutan,
laut, air, udara, dan mineral. Semuanya harus dikelola secara adil, transparan dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat
masyarakat adat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

4. Prinsip-Prinsip Ekonomi Kerakyatan

Prinsip ekonomi kerakyatan yang tertuang dalam UUD 1945 terutama pasal 33
adalah:

4
 Prinsip kekeluargaan. dalam penjelasan UUD 1945 dinyatakan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersam berdasarkan atas azas kekeluargaan. Prinsip ini
merupakan acuan semua badan usaha baik BUMN dan BUMS, BUMD.
 Prinsip keadilan. Pelaksanaan ekonomi kerakyatan harus bisa mewujudkan keadilan
dalam masyarakat. Sistem ini diharapkan dapat memberikan peluang yang sama
kepada semua anak bangsa, apakah ia sebagai konsumen, pengusaha maupun
sebagai tenaga kerja. Tidak ada perbedaan suku, agama dan gender, semuanya sama
dalam lapangan ekonomi.
 Prinsip pemerataan pendapatan. Masyarakat sebagai konsumen dan pelaku ekonomi
harus merasakan pemerataan pendapatan. Kalau selam ini pemerintah terlalu
mementingkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi teryata itu hanya semu belaka.
Pertumbuhan yang tinggi tidak membawa pada pemerataan pendapatan.
Pertumbuhan itu hanya dirasakan segelintir masyarakat yang disebut pengusaha
besar, sementara mayoritas masyarakat berbeda pada posisi miskin dan melarat.
 Prinsip keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Kegiatan ekonomi harus mampu mewujudkan adanya sinergi antara kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat.
Pada pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini
mengisyaratkan bahwa kepentingan pribadi/individu merupakan hal yang harus
mendapat prioritas. Namun kepentingan pribadi/individu tidak boleh mengabaikan
kepentingan masyarakat. Untuk menjaga kepentingan masyarakat negara memiliki
kompetensi untuk menguasai berbagai cabang produksi yang dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat banyak.
 Prinsip kerja sama atau jaringan. Dalam prinsip ini para pelaku ekonomi harus saling
membantu dan bekerja sama. Dengan kerja sama tentu berbagai kegiatan usaha
kecil akan menjadi kuat dan besar. Kerja sama ini bisa menghimpun para pelaku
ekonomi baik produsen, konsumen dan pelaku ekonomi lainnya, baik usaha besar,
menengah ataupun kecil. Dengan dukungan informasi dan pembiayaan yang cukup
maka UKM akan mampu bangkit dari keterbelakangan.

5. Faktor Keberhasilan Ekonomi Kerakyatan

Faktor penting dalam menjalankan ekonomi kerakyatan yaitu:


 Efisiensi ekonomi yang berdasarkan pada keadilan, partisipasi dan keberlanjutan.
 Peranan vital pemerintah yang bertugas untuk mengatur jalannya roda
perekonomian dan menjamin kemakmuran dan mencegah ketidakadilan pada
masyarakat.
 Pemerataan dalam segi faktor produksi.
 Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar
dan kerjasama.
 Paradigma pola hubungan produksi kemitraan bukan buruh-majikan.

Adapun menurut (Soeharto Prawirokusumo, 2010) bahwa terwujudnya ekonomi


kerakyatan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: Pertama, tingkat pembangunan daerah.
Kedua, tingkat kemandirian masyarakat. Ketiga, tingkat rasa kepercayaan masyarakat akan
kesetaraan. Keempat, ketenaga kerjaan yang meliputi tingkat kesempatan kerja masyarakat.

5
Kelima, tingkat partisipatif masyarakat. Keenam, persaingan yang sehat. Ketujuh, adanya
keterbukaan/demokrasi. Kedelapan, pemerataan yang berkeadilan.

B. Dampak Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 hingga sekarang membawa dampak
yang signifikan bagi negara. Hampir seluruh negara di dunia terdampak akibat pandemi
Covid-19 ini. Salah satu negara yang terkena dampaknya adalah Indonesia. Dampak
pandemi Covid-19 tidak hanya pada kesehatan masyarakat namun juga berdampak pada
kesejahteraan ekonomi negara hingga ekonomi masyarakat. Jumlah kasus Covid-19 di
Indonesia per tanggal 29 November 2020 sebanyak 534.266 kasus. Jumlah ini terus
meningkat setiap bulannya.
Segala upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 telah dilakukan secara terus
menerus oleh pemerintah. Penerapan pembatasan sosial (social distancing) ataupun
physical distancing adalah upaya yang ditempuh oleh pemerintah. Meski berdampak baik
namun upaya ini belum menunjukkan langka pencegahan virus secara sempurna. Langkah
terbesar yang kini mulai diberlakukan oleh beberapa daerah yang termasuk dalam kategori
zona merah pandemi untuk mencegah penyebaran virus adalah melakukan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Langkah ini dinilai akan mencegah penyebaran virus dalam
skala besar. PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Langkah besar juga telah diputuskan
oleh pemerintah pusat dalam mencegah penyebaran virus yaitu dengan memberhentikan
sementara waktu akses transportasi di seluruh wilayah Indonesia.
Pembahasan mengenai penanganan pandemi Covid-19 dan dampak ekonomi digelar via
teleconference oleh Institutes for Development of Economics an Finance (INDEF). Hasil dari
pembahasan tersebut bahwa setiap hari pandemi ini semakin berdampak ke dalam
perekonomian Indonesia secara umum. Dampak ekonomi akibat pandemi semula hanya
menggerus sisieksternal. Namun seiring semakin meningkatnya kasus penyebaran Covid-19
turut berimbas pada stabilitas perekonomian internal. Salah satu imbasnya ialah nilai tukar
rupiah terus melemah tajam. Permasalahan ini tentu berpengaruh pada arus permintaan
(demand), penawaran (supply), dan produksi pada usaha- usaha UMKM di Indonesia.
Permasalahan yang dialami pelaku UMKM sangatlah beragam. Mereka mengeluhkan
berbagai dampak pandemi di antaranya penjualan menurun, kesulitan bahan baku,
distribusi terhambat, kesulitan pemodal, serta produksi yang terhambat. Kesulitan-kesulitan
yang dialami oleh sektor bisnis selama pandemi turut dirasakan oleh perusahaan-
perusahaan besar sehingga berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada
karyawan-karyawan agar menjaga stabilitas arus kas keuangan perusahaan (cash flow).
Kondisi semacam ini akan semakin memperparah kesejahteraan-kesejahteraan masyarakat
jika tidak ada langkah yang tepat dan bijak dari pemerintah.

C. Peluang Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19

Perekonomian rakyat akibat adanya pandemi covid-19 mengalami kelumpuhan.


Permasalahan masyarakat di tengah pandemi berkaitan dengan masalah ekonomi seperti
banyaknya masyarakat yang di-PHK dan kehilangan mata pencahariannya sehari-hari.
Terlebih beban masyarakat ditambah ketika bantuan dari pemerintah tidak tepat sasaran.

6
Melihat permasalahan ini, maka solusi yang tepat adalah menciptakan masyarakat mandiri,
yang tidak berpangku tangan pada bantuan pemerintah tapi mempunyai inisiatif mencari
solusi untuk memperoleh keuntungan ekonomi.
Pemerintah harus memberikan sosialisasi pengetahuan kepada masyarakat untuk
mandiri di tengah kondisi pandemi Covid-19, bukan hanya berdiam diri tanpa produktivitas
atau kreativitas yang dihasilkan. Strategi yang terbaik dalam melihat ini semua yakni
masyarakat harus pintar membaca peluang ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini.
Pandemi mematikan sektor ekonomi, tapi tidak mematikan ide untuk menghasilkan
keuntungan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah sebagai fasilitator harus memberikan
pelatihan-pelatihan edukatif kepada masyarakat seperti bagaimana cara membuat masker,
cara membuat tempat cuci tangan dari barang bekas, ataupun barang lainnya yang sangat
dibutuhkan di saat kondisi pandemi.
Kebutuhan barang di kondisi pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang dalam
menghasilkan keuntungan ekonomi. Hal ini juga akan menciptakan masyarakat mandiri yang
tidak bergantung pada bantuan orang lain ataupun pemerintah karena mengingat bantuan
yang diberikan pemerintah sangat terbatas, dan tidak dapat diberikan kepada seluruh
masyarakat yang terdampak. Masyarakat harus mampu membaca peluang ekonomi. Masa
pandemi Covid- 19 ini masyarakat dituntut mampu membaca peluang ekonomi untuk
bertahan hidup. Maka dari itu, ekonomi kerakyatan harus dikembangkan, seperti
diadakannya pelatihan-pelatihan keterampilan untuk memberikan masyarakat asupan skill
selama pandemi.
Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan program pelatihan ekonomi berbasis
pandemi kepada masyarakat agar dapat tetap menghasilkan uang di kondisi pandemi.
Program tepat guna kepada masyarakat akan dapat membantu masyarakat untuk tetap
produktif meskipun di tengah pandemi, walaupun dalam kondisi ini tidak boleh
mengumpulkan massa yang banyak di satu tempat, namun dapat tetap dilakukan dengan
pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan teknologi pun harus juga melalui sosialisasi kepada
masyarakat, karena mengingat masyarakat tidak sepenuhnya paham, dan masih banyak
yang buta terhadap teknologi. Sehingga sosialisasi dari pemerintah terkait pemanfaatan
teknologi di tengah pandemi sangat dibutuhkan karena teknologi saat ini dijadikan sebagai
sarana dalam berkomunikasi maupun acara-acara resmi lainnya seperti seminar virtual yang
dikenal dengan webbinar ataupun pelatihan-pelatihan dalam bentuk virtual.
Dengan adanya pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat untuk paham dengan
dunia digitalisasi terlebih mengingat virus ini mengubah tatanan kehidupan dunia menjadi
serba virtual. Tatanan kehidupan ini memang sudah diprediksi oleh para pakar, jika
sebelumnya kita mengenal era Revolusi Industri 4.0 yang merupakan tatanan kehidupan
baru pada sektor industri dimana pekerjaan dilakukan oleh tenaga mesin bukan lagi tenaga
manusia, maka saat ini kita sudah masuk ke era Revolusi Industri 5.0 atau society 5.0.
Pola kehidupan manusia memang selalu mengalami evolusi di setiap masanya. Jika
society 4.0 memungkinkan kita mengakses juga membagikan informasi di intenet. Maka,
pada fase society 5.0 semua teknologi akan menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Internet
tidak hanya sebagai akses mendapatkan informasi namun juga digunakan untuk menjalani
kehidupan. Sehingga perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan
pada manusia dan masa ekonomi pada kemudian hari.

D. Ekonomi Kerakyatan dan Etika Berekonomi di Era Pandemi Covid-19

7
Buku yang berjudul “Daulat Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan” karya Bung Hatta yang
dipaparkan kembali oleh Tan Sri Zulfikar Yusuf menjelaskan bahwa bagi kita (bangsa ini)
rakyat itu yang utama, rakyat umum yang mempunyai kedaulatan, kekuasaan,
(souverenitet). Karena itu, jantung hati bangsa dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi
rendahnya derajat kita (bangsa ini). Dengan rakyat, kita akan naik dan dengan rakyat pula
kita akan turun. Hidup dan matinya Indonesia, merdeka, semuanya itu bergantung kepada
semangat rakyat. Pernyataan seperti itu perlu menjadi perhatian penuh oleh pemerintah
dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam
penangan pandemi Covid-19 ini. Maka dari itu, gotong-royong perlu diberlakukan dalam
penyelesaian kasus Covid-19 ini. Mari kita lihat kembali nilai-nilai ekonomi kerakyatan.
Ekonomi kerakyatan itu merupakan sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama
dengan dijiwai oleh nilai-nilai kekeluargaan. Dalam ekonomi kerakyatan, sumber daya yang
potensial dikelola atas dasar kemandirian, dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Ekonomi kerakyatan merupakan situasi perekonomian di mana
kegiatan ekonomi diselenggarakan dengan melibatkan partisipasi semua anggota
masyarakat, sementara penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ekonomi itupun berada di
bawah pengendalian atau pengawasan anggota-anggota masyarakat.Distribusi hasil
produksi mengutamakan pemerataan kepada rakyat sebagai pendorong terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Adanya pandemi Covid-19 berimbas kepada sektor ekonomi baik negara, perusahaan
hingga masyarakat tentu sangat membutuhkan nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Secara
penerapan memiliki konsep kolektivitas atau gotong- royong. Dengan informasi penurunan
angka pertumbuhan ekonomi, tentu kita akan bisa membenahi dengan kerjasama saling
bahu-membahu. Di saat seperti ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak
pemerintah dan juga para pelaku usaha dalam negeri. Keputusan pemerintah dalam
memberikan tunjangan atau insentif kepada masyarakat yang terdampak sudah sangat
tepat dan sesuai dengan fungsi keberadaan Negara itu sendiri.
Di sisi lain pihak perusahaan swasta juga mesti menunjukkan peran kemanusiaan serta
kekeluargaannya terhadap masyarakat yang terdampak. Hal ini akan sangat membantu
penahanan merosotnya nilai-nilai kesejahteraan di masyarakat akibat pandemi. Begitu juga
dengan masyarakat yang masih terbilang mampu untuk saling mendukung usaha-usaha kecil
di masyarakat misalnya usaha kuliner atau jenis usaha mikro lainnya.
Dalam hal perusahaan yang melakukan PHK seharusnya tetap memberikan perhatian
kepada karyawan yang menjadi korban PHK, bukan dengan membiarkannya begitu saja.
Tentu permasalahan ini juga menjadi perhatian bagi pemerintah. Komunikasi yang baik
mesti dilayangkan kepada perusahaan terkait dan merencanakan alternatif baru untuk
menampung karyawan- karyawan yang di PHK setelah kondisi perekonomian telah
membaik. Biar bagaimanapun, kasus pengangguran sama bahayanya untuk kesejahteraan
rakyat. Inilah yang kemudian disebut sebagai penerapan nilai-nilai ekonomi kerakyatan
dalam asas kekeluargaan yang meliputi nilai kasih sayang, nilai menghormati dan
menghargai, nilai tolong menolong dan gotong royong, nilai demokrasi serta nilai kesatuan
persatuan yaitu bersatunya pemimpin dengan yang dipimpin.
Pandemi Covid-19 membuat secara tiba-tiba roda perekonomian terhenti di dalam
maupun di luar negeri. Perekonomian secara tiba-tiba mengalami crash landing, dan mesti
masuk ke dalam ruang gawat darurat. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih aktif lagi

8
mengambil peranan sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah
dan masyarakat memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi supaya
tidak membuat chaos yang berkepanjangan.

E. Strategi Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Era Pandemi Covid-19

Ada beberapa langkah atau upaya yang harus diperhatikan dalam merealisasikan atau
mengembangkan ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19 yaitu:
1. Perlu dilakukannya identifikasi mengenai potensi dan pengembangan usaha
terhadap pelaku ekonomi, seperti koperasi, usaha kecil, mikro, menengah, petani
dan kelompok tani.
2. Melakukan program pembinaan terhadap pelaku-pelaku usaha melalui program
pendamping.
3. Program pendidikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan mereka pada saat
mengembangkan usaha.
4. Koordinasi dan evaluasi kepada yang terlibat dalam proses pembinaan, baik
pembinaan terhadap permodalan, SDM, pasar, informasi pasar, maupun
penerapan teknologi.
Sedangkan, agenda sistem ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19 yang
lainnya yang dapat diterapkan adalah:
1. Sumber daya ekonomi yang semakin dikembangkan aksesnya.
Pelaku ekonomi rakyat tentunya harus bisa mengakses sumber daya ekonomi seperti
modal, bahan baku, dan informasi. Mekanisme pemberian kredit dan penerapan
bunga harus memastikan untuk tidak mendiskriminasipelaku ekonomi rakyat.
Pelaksanaan UU 6/2014 tentang desa dengan menyediakan cash transfer kepada
desa merupakan wujud konkrit pengembangan akses masyarakat desa kepada
sumber daya ekonomi, dalam hal ini finansial. Program pemerintah untuk
membangun infrastruktur pada daerah terdepan, terisolir, dan terbelakang juga
merupakan bentuk lain dari akses kepada sumber daya ekonomi seperti pasar.
2. Perlunya penataan kelembagaan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penataan kelembagaan
untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan adalah:
a. Pemberian izin usaha yang diperlukan pelaku ekonomi rakyat perlu
diberikan dengan cepat, mudah, dan murah. Meskipun saat ini pemerintah gencar
untuk menyederhanakan dan mempercepat proses perijinan, namun kebijakan ini
masih menjadikan investor dari luar sebagai prioritas. Pelaku ekonomi rakyat masih
berada di pinggiran. Perijinan yang seharusnya merupakan pengungkit bagi
pengembangan usaha rakyat dalam praktik masih menjadi beban.
b. Memastikan agar pelaku ekonomi besar/global tidak memasuki sektor- sektor
ekonomi yang menjadi bidang gerak ekonomi rakyat. Sepuluh paket kebijakan
ekonomi yang dikeluarkan pemerintah berfokus untuk mendatangkan investor
dari luar. Kebijakan tersebut belum diimbangi dengan upaya melindungi dan
memberdayakan pelaku usaha ekonomi rakyat.
c. Kolaborasi dan pola kerja sama antar pelaku ekonomi rakyat dengan pelaku
ekonomi besar/global perlu menjadi praktik bisnis dominan di Indonesia. Dalam
hal ini pemerintah memiliki sarana dengan menjadikan semua BUMN/BUMD
sebagai promotor kerja sama dengan pelaku ekonomi rakyat.
9
3. Peninjauan kembali (reorientasi) mengenai pendidikan.
Peninjauan kembali mengenai pendidikan yang dimaksud adalah
pendidikan kejuruan yang sesuai kebutuhan menjadi prioritas pengembangan
khususnya pada daerah-daerah dengan sumber dayatertentu. Sebagai contoh,
daerah dengan potensi sumber daya perikanan perlu dikembangkan pendidikan
kejuruan kelautan dan perikanan, sementara daerah dengan potensi hutan perlu
mengembangkan pendidikan kejuruan industri kayu dan pengolahan hasil hutan non
kayu (non timber forest product). Pada sisi lain, pendidikan umum khususnya pada
disiplin ekonomi dan manajemen perlu mengembangkan pemahaman dan konsep
ekonomi rakyat. Untuk itu studi, pemodelan dan teoritisasi ekonomi rakyat perlu
dilakukan oleh para akademisi.
4. Perlunya pengembangan kapasitas.
Mampu bersaingnya pelaku ekonomi rakyat dengan pelaku ekonomi
global di era sekarang ini. Pengembangan kapasitas sehingga dapat melaksanakan
kegiatan ekonomi yang efisien dan produktif menjadi suatu keharusan. Hal ini bukan
persoalan mudah, sebagai contoh pengembangan kapasitas dari aparat desa untuk
mampu memanfaatkan dana desa secara optimal masih menjadi tantangan.
Terdapat lebih dari 74,000 desa, bila setiap desa harus dilatih kepala desa, sekretaris
desa, dan kepala BPD (Badan Perwakilan Desa) berarti 222,000 orang perlu
mendapatkan pelatihan. Koordinasi antar lembaga pemerintah untuk melaksanakan
hal ini masih menjadi isu yang tidak kunjung selesai.
5. Mengatasi hambatan ekonomi.
Dalam hal ini perlu diatasinya hambatan ekonomi kerakyatan.
Hambatan ekonomi kerakyatan terdiri dari praktik bisnis besar yang ilegal seperti
ilegal fishing, ilegal logging, ilegal trading. Praktik bisnis ilegal membuat pelaku usaha
besar mendapatkan bahan baku yang murah dan pada kasus perikanan
menyebabkan nelayan kecil kehilangan lapangan pekerjaan. Hambatan ekonomi
berikutnya adalah tata niaga yang bias sehingga menyebabkan harga jual pelaku
ekonomi rakyat senantiasa tertekan, seperti komoditi pertanian dan perkebunan.
Hambatan ekonomi terakhir adalah berbagai pungutan dan retribusi yang
dibebankan oleh otoritas lokal, seringkali tanpa ada dasar yang jelas.

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

10
Ekonomi kerakyatan adalah perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang
mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan yang berkaitan
erat dengan aspek keadilan, demokrasi ekonomi, keberpihakan pada ekonomi rakyat yang
bertumpu pada mekanisme pasar yang adil dengan tujuan untuk peningkatan kesejahteraan
ekonomi secara keseluruhan atau mayoritas masyarakat.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 hingga sekarang membawa dampak
yang signifikan bagi negara. Hampir seluruh negara di dunia terdampak akibat pandemi
Covid-19 ini. Salah satu negara yang terkena dampaknya adalah Indonesia. Dampak
pandemi Covid-19 tidak hanya pada kesehatan masyarakat namun juga berdampak pada
ekonomi kerakyatan atau kesejahteraan ekonomi negara hingga ekonomi masyarakat.
Adanya pandemi Covid-19 ini dapat menciptakan peluang masyarakat mandiri, yang
tidak berpangku tangan pada bantuan pemerintah tapi mempunyai inisiatif mencari solusi
untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Strategi yang terbaik dalam melihat ini semua
yakni masyarakat harus pintar membaca peluang ekonomi di tengah kondisi pandemi Covid-
19 ini. Pandemi mematikan sektor ekonomi, tapi tidak mematikan ide untuk menghasilkan
keuntungan ekonomi.
Pandemi Covid-19 berimbas kepada sektor ekonomi baik negara, perusahaan hingga
masyarakat tentu sangat membutuhkan nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Secara penerapan
memiliki konsep kolektivitas atau gotong- royong. Dengan informasi penurunan angka
pertumbuhan ekonomi, tentu kita akan bisa benahi ketika saling bahu-membahu. Di saat
seperti ini dibutuhkan komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dan juga para pelaku
usaha dalam negeri. Keputusan pemerintah dalam memberikan tunjangan atau insentif
kepada masyarakat yang terdampak sudah sangat tepat dan sesuai dengan fungsi
keberadaan Negara itu sendiri. Di sisi lain pihak perusahaan swasta juga mesti menunjukkan
peran kemanusiaan serta kekeluargaannya terhadap masyarakat yang terdampak.
Ada beberapa langkah atau upaya yang harus diperhatikan dalam merealisasikan atau
mengembangkan ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19 yaitu : pertama,
melakukan identifikasi terhadap pelaku ekonomi, seperti koperasi, usaha kecil, petani dan
kelompok tani mengenai potensi dan pengembangan usahanya. Kedua, melakukan program
pembinaan terhadap pelaku-pelaku tersebut melalui program pendamping. Ketiga, program
pendidikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan mereka pada saat mengembangkan usaha.
Keempat, melakukan koordinasi dan evaluasi kepada yang terlibat dalam proses pembinaan,
baik pembinaan terhadap permodalan, SDM, pasar, informasi pasar, maupun penerapan
teknologi.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis, maka saran yang dapat diberikan adalah:


1. Pemerintah dan masyarakat dapat saling bahu membahu dalam mengembangkan
ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
2. Pemerintah dapat melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
cara meningkatkan ekonomi kerakyatan di era pandemi Covid-19.
3. Pemerintah dan masyarakat memiliki peran penting untuk menjaga stabilitas sosial
dan ekonomi negara di era pandemi Covid-19.

11
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, Alie. (2015). Indikator Ekonomi. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


Mubyarto. (1999). Reformasi Sistem Ekonomi : Dari kapitalisme menuju ekonomi
kerakyatan. Jakarta: Aditya Media.

12
Soeharto, Prawirokusumo. (2010). Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil.
Yogyakarta: BPFE.
Soeharto, Prawirokusumo. (2010). Ekonomi Rakyat : Konsep Kebijakan dan Strategi.
Yogyakarta: BPFE.
Zulkarnain. (2006). Kewirausahaan, Strategi Pembelajaran Usaha Kecil dan Penduduk
Miskin. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Hoesein, Zainal Arifin. (2016). Peran Negara Dalam Pengembangan Sistem Ekonomi
Kerakyatan menurut UUD 1945 . Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM No. 3 Vol. 23 Juli 2016:
503 – 528.
Putra, M. Umar Maya. (2015). Konsep Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Di Kota
Medan. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 5, Nomor 01, April 2015.
Rompas, Wensy I. (2018). Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan Di Kawasan Timur
Indonesia Dalam Rangka Akselerasi Perekonomian Dan Sektor Pariwisata Di Sulawesi Utara:
Sebuah Kajian Literatur. Jurnal EMBA Vol.6 No.4 September 2018, Hal. 4133 – 4142.
Sadikin, Achmad. (2011). Membangun Ekonomi Kerakyatan Dalam Kerangka
Paradigma Pembangunan Kemandirian Lokal. Majalah Ilmiah Ekonomika Volume 11 Nomor
4, Nopember 2011 : 146 – 175.
Dwianto, Achmad Reyhan, DetikHealth. (2020). Perjalanan 8 Bulan Pandemi Virus
Corona COVID-19 di Indonesia.
https://health.detik.com/beritadetikhealth/d-5240992/perjalanan-8-bulan-pandemi-virus-
coronacovid-19-di-indonesia diakses pada 1 Desember 2020 pukul 07.40 WIB.
Satgas Covid-19, CNN Indonesia. (2020). Kilas Balik Pandemi Covid-19 di Indonesia.
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20201110123516-25- 568018/kilas-balik-pandemi-
covid-19-di-indonesia diakses pada 1 Desember 2020 pukul 07.34 WIB.

13

Anda mungkin juga menyukai