Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN TB PARU

MATA KULIA (KMB)

Di Susun Oleh :

Nama : Klaudia Betrix Loke

NIM : 2108008

DPL : Ns. Dyah Restuning P,M.Kep

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PROFESI NERS

2021
I. KONSEP DASAR
A. Definisi TB Paru
TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB
(mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang
lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian, 2015).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di
tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap
peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2015).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar
ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan
bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini
(Nurrarif & Kusuma, 2015).
Faktor resiko TB paru sebagai berikut Menurut (Puspasari, 2019):
1. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif.
2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia,
HIV.
3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme.
4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan
gizi, gagal ginjal kronis.
5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia
Tenggara, Haiti.
6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart.
7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan.
8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai misalnya
tunawisma atau miskin.
C. Patofisiologi
Individu terinfeksi melalui droplet nuclei dari pasien TB paru ketika pasien batuk,

bersin, tertawa. Droplet nuclei ini mengandung basil TB dan ukurannya kurang dari

5 mikron dan akan melayang-layang di udara. Droplet nuclei ini mengandung basil

TB. Saat Mikrobacterium Tuberkulosa berhasil menginfeksi paruparu maka dengan

segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular. Biasanya melalui

serangkaian reaksi imunologis, bakteri TB paru ini akan berusaha dihambat melalui

pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme

pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan

bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah

yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen. Sistem

imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan

makrofag) menelan banyak bakteri; limpospesifik-tuberkulosis melisis

(menghancurkan) 12 basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

penumpukan eksudat dalam alveoli, yang menyebabkan bronkopneumonia dan

infeksi awal terjadi dalam 2-10 minggu setelah pemajanan Menurut Darliana (2011),
D. Pathways TB Paru

Bakteri myrobacterium tuberolosis

Masuk keparu melalui udarah

Imun tidak adekuat menjadi


lebih parah

Reaksi inflamasi/peradangan Dan merusak parenklim paru

Produksi sekret Kerusakan membrane alveolar


meningkat Perubahan cairan intrapleura
kaloral merusak pleura atelaktasi

Batuk produktif Sesak napas Sesak sianosis penggunaan


berdarah otot bantu nafas

Bersihan jalan Gangguan pertukaran


gas Pola napas tidak
nafas tidak
efektif
efektif

E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise, sesak
nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2 bagian
yaitu gejala sistemik dan respiratorik (Padila,2013).
1. Gejala sistemik yaitu :
a. Demam Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga
timbul gejala demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh
udara ke paru dan menempel pada bronkus atau alveolus untuk
memperbanyak diri, maka terjadi 8 peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme
meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah demam.
b. Malaise Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan,
pegal-pegal, penurunan berat badan dan mudah lelah.
2. Gejala respiratorik yaitu :
a. Batuk Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi lebih
dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
b. Batuk darah Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi
akibat dari pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa
bervariasi, berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
c. Sesak nafas Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas
ditemukan jika penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas
atau karena adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
d. Nyeri dada 9 Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang
dirasakan berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke
tempat lain seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila
nyeri yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti
ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer & Bare,2013).

F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
a. Tujuan pengobatan Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT.
b. Prinsip pengobatan Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip
sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan
secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
c. Tahapan pengobatan pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu
tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
1) Tahap awal Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung guna mencegah terjadinya
resisten obat.
2) Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis
obat yang lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
d. Obat anti tuberculosis
1) Isoniazid (H) Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular.
Obat ini memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer
dan hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan
rasa gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang
terjadi, mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja
(Astuti,2010).
2) Rifampisin (R) Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan
warna orange pada urine dan air mata dan gangguan saluran
pencernaan.
3) Etambutol (E) Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi
terhadap obat yang lain.
4) Pirazinamid (Z) Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek
samping rasa mual yang disertai nyeri ulu hati dan muntah.
5) Streptomisin Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa
kesemutan didaerah mulut dan muka setelah obat disuntikan.
2. Panduan OAT di Indonesia
a. Kategori 2(HRZE)/4H3R3 19 Obat diberikan selama dua bulan 2
(HRZE). Kemudian dilanjutkan pada tahap lanjutan yang diberikan
tiga
kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).

1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0149)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alkeolus-kapiler (D.0003)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ( nyeri
saan bernafas) (D.0005)
B. Rencana tindakan
N0 Diagnosa (SDKI) Tujuan & kriteria hasil Interfensi
D.0149 dan D.0003 (SLKI) (SIKI)
D.0005 L.01001 dan L.01003 I.01006
L.01004
1. Bersihan jalan nafas Setelah di alakukan Latuhan batuk efektif
tidak efektif berhubungan tindakan keperawatan Observasi:
dengan sekresi yang selama 3 x 24 jam di - Identifikasi
tertahan harapkan batuk efektif kemampuan batuk
meningkat riteria hasil: - Monitor adanya
Gejala dana tanda mayor: - Produksi sputum retensi sputum
Subjektif: menurun - Monitor dan ouput
- Mengi menurun cairan (mis jumblah
(tidak tersedia)
- Dispnea menurun dan karakteristik)
Objektif: - Ortopnea menurun Terapiotik:
- Gelisah menurun - Atur pasien semi-
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk - Frkuensi napas fowler atau fowler
- Sputum berlebih
membaik - Pasang perlak dan
- Mengi, wheezing dan /
atau ronkhi kering - Pola napas membaik bengkok di
- Meconium di jalan
pangkuan pasien
nafas ( pada
neonatusaa) - Buang sekret pada
tempat sputum
Gejala tanda minor:
Edukasi:
Subjektif: - Jelaskan tujuan dan

- Dispnea prosedur batuk


- Sulit berbicara efektif
- Ortopnea
- Anjurkan Tarik
nafas dalam melalui
hidung selama 4
detik, di tahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu (di
bulatkan) selama 8
detik
- Ajurkan Tarik nafas
dalam hinggah 3
kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik nafas dalam
2 Gangguan pertukaran gas Setelah di lakukan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi:
perubahan membrane 3x24 jam di harapkan - Monitoring
alkeolus-kapiler tingkat kesadaran kemampuan batuk
meningkat kriteria hasil efektif
Gejala dan tanda mayor:
- Dyspnea menurun - Monitoring adanya
Subjektif: - Bunyi napas produksi sputum
tambahan menurun - Aukulasi bunyi
- Gelisa menurun napas
- Dispnea
- Nafas cuping hidung Terapiotik:
Objektif: menurun - Atur interval
- Pola nafas membaik pemantauan respirasi
- PCO₂ meningkat/
Edukasi:
menurun
- PO₂ Menurun - Jelaskan tujuan dan
- Takikardia prosedur
- pH arteri meningkat pemantauan
- bunyi nafas tambahan

gejala dan tanda minor:

subjektif:

- pusing
- penglihatan kabur

Objektif:

- Sianosis
- Diforesis
- Gelisah
- Nafas cuping hidung
- Pola nafas abnormal
(cepat/lambat,
regular/irregular,
dalam/dangkal
3 Pola nafas tidak efektif Setelah di lakukan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan tidakan keperawatan Observasi:
hambatan upaya nafas
( nyeri saat bernafas) 3x24 jam di harapkan - Monitoring

Gejala dan tanda mayor: pola nafas membaik: kemampuan batuk


- Dispnea menurun efektif
Subjektif:
- Penggunaan otot - Monitoring adanya
- Dispnea
bantu nafas menurun produksi sputum
Objektif:
- Pemanjangan fase - Aukulasi bunyi
- Penggunaan otot
ekspirasi menurun napas
bantu bernafas
- Fase ekspirasi - Ortopnea menurun Terapiotik:
memanjang - Pernafasana cuping - Atur interval
- Pola nafas abnormal
(mis, takipnea, hidung menurun pemantauan respirasi
bradipnea, - Frekuensi nafas Edukasi:
hiperventilasi,
membaik Jelaskan tujuan dan
kussmaul, cheyne-
strokes) - Kedalaman nafas prosedur pemantauan
Gejala dan tanda minor: membaik

Subjektif: - Ekskursi dada


membaik
- Ortopnea
Objektif:
- Pernafasan pursed-lip
- Pernafasan cuping
hidung
- Diametertoraks
anterior-posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
berubah
DAFTAR PUSTAKA

Darlina 2011, 6 BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 18.00
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Febrian 2015 BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 18.30
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Ganis 2015, BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 19.30
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Kemenkes 2014, BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 19.45
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Nurarif 2015, BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 20.00
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Padila 2013, BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 18.30
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Puspasari 2019 BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 18.30
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf
Smeltzer 2013, BAB 2 Tinjauan pustaka I.I konsep TB Paru I.I.I Definisi TB di
akses pada tanggal 3 november jam 21.30
http://eprints.umpo.ac.id/6171/3/BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai