Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi Zat Adiktif


Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh
organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan
atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-
menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar
biasa.
B. Contoh Zat Adiktif
Salah satu contoh zat adiktif yaitu Alkohol. Alkohol sering dipakai untuk
menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang
mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Alkohol adalah zat pengalih suasana hati. Zat tersebut ,merupakan sebuah
depresan yang mengurangi aktivitas otak dan sistem saraf.
1. Klasifikasi
Alkohol diperoleh dari hasil peragian atau fermentasi madu, gula, sari
buah atau umbiumbian. Dari peragian tersebut dapat diperoleh alkohol sampai
15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
2. Absorbsi dan distribusi
Etanol bersifat larut air maupun lipida dengan volume distribusi
mendekati air. Etanol cepat diserap dari saluran pencernaan dalam waktu 30
sampai 60 menit setelah konsumsi. Etanol terdistribusi ke seluruh cairan tubuh
dan jaringan, dengan mudah melintasi sawar darah dan plasenta. Rata-rata volume
distribusi berkisar antara 0,56 sampai 0,72 L / kg. Kadar alkohol dalam darah
maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, etanol disebarluaskan ke suluruh
jaringan dan cairan tubuh. Alkohol terdeteksi di dalam darah, urin dan nafas
seseorang yang baru mengkonsumsi alkohol. Kandungan alkohol pada alveoli
paru-paru bisa digunakan untuk menggambarkan tingkat kandungan alkohol di
dalam darah.
3. Metabolisme dan ekskresi
Metabolisme etanol dimulai di sel gastrointestinal oleh dehidrogenase
alkohol mukosa lambung. Aktivitas dehidrogenase alkohol lambung ini berkurang
pada wanita, pada orang tua dengan gastritis atrofi, dan pada pasien yang
menggunakan obat seperti aspirin dan histamin-2 blocker, menghasilkan
peningkatan kadar etanol pada individu-individu ini. Sebagian besar metabolisme
terutama melalui dua sistem enzim hati: (1) alkohol dehidrogenase (ADH), yang
umumnya merupakan mekanisme utama, dan (2) sistem pengoksidasi etanol
microsomal (mycrosom ethanol oxidation system=MEOS), yang dapat diinduksi
dan memungkinkan peminum kronis untuk menurunkan etanol pada kadar tinggi.
Sistem dehidrogenase alkohol (jalur metabolisme utama) menggunakan
alkohol dehidrogenase untuk mengoksidasi etanol menjadi asetaldehida dan
kemudian aldehid dehidrogenase untuk mengoksidasi asetaldehida menjadi asetat
(Gambar 5.8). Asetat akhirnya menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA), yang
kemudian memasuki siklus Krebs, mengalami pembentukan badan keton, atau
disintesis menjadi asam lemak. Asetat juga diubah menjadi aseton. Selama proses
oksidatif ini, nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+ ) direduksi menjadi
NADH, sehingga mengubah potensial redoks sitosol (rasio NADH/NAD+ ).
Ketika alkohol diserap ke dalam aliran darah, maka eliminasi alkohol akan segera
terjadi melalui proses ekskresi dan metabolisme. Sekitar 90% - 98% alkohol yang
dikonsumsikan akan dimetabolisme oleh sistem enzim hati menjadi bentuk
karbondioksida dan air. Sebanyak 2% - 8% diekskresikan melalui paru-paru, urin,
saliva, air mata dan pernafasan.
4. Toksisitas
Etanol adalah depresan SSP, namun mungkin memiliki efek bervariasi
pada individu. Pada awal keracunan akut, efek stimulasi paradoks dengan euforia,
pusing, dan hilangnya penghambatan dapat terjadi. Hal ini karena etanol secara
selektif menekan korteks serebral, mengganggu konsentrasi dan penilaian.
Depresi pusat kontrol penghambatan menghasilkan perilaku rangsang dan
kehilangan pengekangan. Jika terjadi intoksikasi (kadar dalam serum sekitar 150
mg/dL pada peminum), depresi SSP menjadi umum, menyebabkan ataksia, bicara
tidak jelas, dan sedasi. Hal ini dapat terjadi koma (kadar dalam serum biasanya >
200 mg/dL), hilangnya refleks perlindungan, disfungsi otonom, hipotermia, dan
kematian.
5. Pemeriksaan Alkohol
 Dalam darah
Pemeriksaan dalam darah dianjurkan menggunakan metode enzimatik dan
kromatografi gas. Spesimen yang dianjurkan adalah darah utuh, sedangkan
plasma dan serum dapat digunakan dengan catatan hasil pemeriksaan
menggunakan plasma atau serum bila akan dibandingkan dengan whole blood.
 Dalam Napas
Spesimen ini disukai karena cepat dapat diperiksa, tidak invasif, tidak
memerlukan keahlian tinggi serta biaya yang rendah.

 Dalam urin
Analisis dapat dilakukan dengan metode enzimatik dan kromatografi gas. Urin
yang dianjurkan adalah urin yang dikeluarkan setelah kira-kira 1 jam setelah
keluaran urin pertama. Masalah dengan spesimen urin adalah pengambilan
spesimen dan interpretasi
 Tes Alkohol dalam Saliva
Tes strip alkohol saliva (Alcohol Saliva Test=AST) telah diajukan untuk
penentuan konsentrasi alkohol darah dengan mendeteksi alkohol dalam saliva
yang dapat membantu penyelidikan forensik

Anda mungkin juga menyukai