PENDAHULUAN
Bengkel pertanian sudah menjadi suatu bagian yang sangat penting untuk
pengembangan pertanian. Perkembangan pertanian saat ini tidak bisa terlepas dari
peranan dan penggunaan alat dan mesin pertanian. Pengaplikasian mekanisasi
diperlukan alat-alat yang menggunakan system control atau instrumentasi.
Adapun mesin-mesin atau alat pertanian juga memerlukan pengukuran sehingga
alat pengukuran sangat penting keberadaannya. Selain itu, tuntutan perkembangan
dan kemajuan teknologi telah menciptakan banyak alat-alat yang mampu
mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Alat-alat bantu ini
menggunakan sistem instrumentasi yang banyak digunakan untuk melakukan
pengukuran dan kontrol terhadap peralatan yang digunakan dalam bengkel.
Instrumentasi pada umumnya digunakan untuk mengukur dan mengendalikan
suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks. Instrumentasi sebagai alat
pengukur sebagai bagian pengendali dan bisa berupa pengukur dari semua jenis
besaran fisis, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya yaitu
alat ukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran,
level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torsi, sifat listrik (arus listrik, tegangan
listrik, tahanan listrik), viskositas, densitas dan lain sebagainya. Di era teknologi
sekarang ini sudah banyak alat-alat yang mampu mempermudah dan mempercepat
pekerjaan manusia. Jangka sorong, tachometer, vibration meter, lux meter dan
sound level meter yang dimana masing-masing alat tersebut mempunyai fungsi
yang berbeda-beda. Alat-alat bantu ini menggunakan sistem instrumentasi yang
banyak digunakan untuk melakukan pengukuran dan kontrol terhadap peralatan
yang digunakan dalam bengkel.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan praktikum Instrumentasi
Bengkel Pertanian untuk mengetahui jenis-jenis peralatan instrumentasi serta
fungsi masing-masing peralatan tersebut dan mampu untuk menggunakannya.
Tujuan penggunaannya dapat tercapai, terlebih lagi untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang presisi dan tepat.
1
1.2 Tujuan dan Kegunaan
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Instrumentasi
Instrumentasi adalah kajian tentang berbagai peralatan yang tersusun dalam suatu
sistem kerja dan membentuk suatu sistem kerja dalam sistem tersebut. Sistem
instrumentasi yang digunakan untuk melakukan pengukuran adalah untuk
memberikan suatu nilai numerik yang sesuai dengan variabel yang diukur.
Sebagai contoh, thermometer dapat digunakan untuk memberikan suatu nilai
numerik dari temperature sebuah cairan. Namun hal yang harus dipahami juga
yaitu karena berbagai alasan, nilai numerik ini mungkin tidak mempresentasikan
nilai variabel yang sebenarnya. Jadi, dalam kasus thermometer, sangat mungkin
terdapat sejumlah error pengukuran yang disebabkan oleh keterbatasan akurasi
dalam kalibrasi skala, atau error pembacaan dikarenakan nilai pembacaan yang
jatuh antara dua tanda sekala, atau mungkin juga terjadi error karena pencelupan
thermometer dingin kedalam suatu cairan panas, yang menyebabkan terjadinya
penutunan temperature cairan sehingga temperatur yang sedang diukur pun
berubah. Suatu sistem pengukuran tersebut akan dipandang memiliki masukan
berupa nilai sebenarnya dari variabel yang sedang diukur dan keluaran berupa
nilai variabel yang terukur (Wardhana, 2013).
Ada banyak variabel yang mempengaruhi proses pengolahan dalam industri. Pada
dasarnya, instrumentasi mengendalikan proses yang dilakukan dalam industri.
Pengendalian ini merujuk pada variabel-variabel proses agar selalu berada dalam
nilai-nilai yang telah ditetapkan sebelumnya (Wardhana, 2013).
Sistem yang tak kalah pentingnya yaitu sistem instrumen yang disebut safe
guarding system. Sistem ini berfungsi mendeteksi variabel-variabel proses yang
berhubungan dengan peralatan. Variabel-variabel tersebut tak terkendali dan
membahayakan peralatan lainnya atau membahayakan pekerja, maka sistem akan
menghentikan proses daripada terjadi kerusakan pada peralatan dan pekerja
pabrik. Sistem safe guarding sangat penting dalam industri untuk menjaga
3
terhadap bahaya-bahaya kebakaran atau kerusakan peralatan lainnya (Wardhana,
2013).
Istilah instrumentasi berasal dari kata instrument atau peralatan. Secara khusus
instrumentasi merupakan suatu bidang keahlian yang berkaitan dengan
pengembangan peralatan, khususnya peralatan untuk pengukuran dan
pengendalian. Bidang keahlian instrumentasi yang merupakan bidang
multidisiplin memerlukan pengetahuan yang meliputi aspek dasar lain (khususnya
fisika) dan aplikasinya dalam sebuah perangkat (instrumen). Bidang ini menjadi
signifikan khususnya dalam dunia modern yang banyak mempergunakan
peralatan dalam mendukung aktivitas manusia (Septia, 2012).
Instrumentasi perbengkelan merupakan suatu alat yang telah dirancang
sedemikian rupa dengan tujuan untuk mengukur tingkat perubahan energi yang
dihasilkan dari seluruh kegiatan perbengkelan, alat-alat tersebut dibuat dengan
perbandingan yang sangat teliti sehingga hasilnya sangat akurat dan hasilnya
dapat dilihat dalam bentuk angka atau digital. Instrumentasi perbengkelan
meliputi alat ukur dimensi (mistar ukur, mistar geser atau jangka sorong, mistar
geser ketinggian mistar geser kedalaman dan mikrometer), tachometer, avometer,
alat pengukur getaran (vibration meter, vibration analyzer, shock pulse meter, dan
osiloskop), dan alat ukur kebisingan (sound level meter) (Salim, 2016).
2.3.1 Tachometer
Tachometer adalah sebuah instrumen atau alat yang mampu untuk mengukur
kecepatan putaran dari poros engkol atau piringan, seperti yang terdapat pada
sebuah motor atau mesin lainnya. Alat ini biasanya menampilkan rotation per
minute (RPM) pada sebuah pengukur skala analog, namun yang versi tampilan
digital juga sudah semakin populer (Nisa dkk., 2014).
Tachometer yang terdapat pada mobil, pesawat terbang dan kendaraan
lainnya biasanya menunjukan tingkat rotasi atau perputaran pada poros engkol
mesin, dan secara tipikal sudah menandakan indikasi jangkauan keselamatan dari
perputaran mesin. Hal ini mampu menolong pengemudi dalam menyeleksi
akselerasi yang pas dan pengaturan rotasi mesin untuk segala macam kondisi
pengendaraan yang ada (Nisa dkk., 2014).
4
Suatu benda dapat dikatakan bergerak jika benda itu mengalami perubahan
kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Gerak dapat dikatakan sebagai
perubahan kedudukan suatu benda dalam selang waktu tertentu. Konsep gerak ada
beberapa hal yang terkait antara lain kedudukan, waktu, kecepatan dan percepatan
benda tersebut. Jika suatu benda bergerak, maka benda tersebut dapat dikatakan
memiliki kecepatan, yaitu seberapa cepat kedudukan benda tersebut berubah.
Definisi kecepatan adalah perubahan kedudukan atau perpindahan yang ditempuh
tiap satuan waktu (Nisa dkk., 2014).
2.3.2 Sound level meter
Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu
mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-20.000
Hz. Hal tersebut sangat diperlukan terutama untuk lingkungan industri, contoh
pada industri penerbangan dimana lingkungan sekitar harus diuji tingkat
kebisingan suara atau tekanan suara yang ditimbulkannya untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Pengukuran tingkat kebisingan juga
merupakan dasar untuk perancangan akustik suatu ruangan yang ditujukan untuk
aktivitas tertentu dengan parameter tertentu. Alat ini didesain untuk memberikan
respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat dalam
rangkaian elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih kecil
pada frekuensi rendah dan tinggi (Hishomudin, 2016).
2.3.3 Vibration Meter
Vibration meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur getaran.
Pada umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan
harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch selector nuntuk memilih
parameter getaran yang akan diukur (Salim, 2016).
Menurut Salim (2016), getaran yang dihasilkan oleh peralatan bengkel dapat
berpengaruh terhadap tubuh, berikut dampak getaran terhadap tubuh berdasarkan
besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:
a. 3-9 Hz akan menimbulkan resonansi pada dada dan perut.
b. 6-10 Hz dengan intensitas 0,6 gram berpengaruh pada tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian oksigen dan volume pendenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan pada sistem peredaran darah.
5
c. 10 Hz dapat menimbulkan resonansi pada leher, kepala, pinggul, kesatuan
otot dan tulang.
d. 13-15 Hz dapat menimbulkan resonansi pada tenggorokan.
e. <20 Hz dapat menyebabkan tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis
ini otot menjadi lemas, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Pemilihan parameter getaran yang akan diukur menentukan jenis sensor
yang digunakan. Hal ini dikarenakan perbedaan objek yang diukur serta untuk
kemudahan penggunaan. Sensor eddy-current merupakan sensor yang biasa
digunakan untuk parameter perpindahan (displacement), umumnya digunakan
untuk mengukur perpindahan poros terhadap rumah bearing. Sensor swing coil
velocity merupakan sensor yang biasa digunakan untuk parameter kecepatan
(velocity). Sementara parameter percepatan (acceleration) biasanya menggunakan
sensor piezoelectric accelerometer (Hishomudin, 2016).
Sementara parameter percepatan merupakan parameter yang mendefinisikan
besaran perubahan kecepatan per satu satuan waktu. Getaran yang merupakan
sebuah gerakan mempunyai karakteristik sebagaimana gerakan sebuah pegas yang
dipetakan terhadap fungsi waktu (Hishomudin, 2016).
2.3.4 Lux Meter
Lux meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
dalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini
terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut
diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Luminasi
menyatakan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada
suatu arah. Luminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan
kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan
cahaya oleh permukaan disebut faktor refleksi atau reflektansi (Nasrudin dan
Dzulkiflih, 2015).
2.3.5 Relative Humidity (RH) Meter
Relative Humidity meter adalah perangkat elektronik yang digunakan untuk
mengukur jumlah air dan kelembapan dalam sebuah objek tertentu. Alat ini dapat
mengukur kelembapan, aliran udara, dan tingkat suhu suatu zat. Humidity meter
6
juga dapat menentukan apakah suatu zat layak untuk digunakan dalam suatu
lingkungan tertentu atau kondisi perindustrian. Alat ini biasanya dilengkapi
dengan layar LCD untuk menampilkan hasil pengukuran (Islam dan Nabilah,
2016).
2.3.6 Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser dan schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya
terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung
yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak. Eksistensi dari adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka
jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam,
kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Alat pengukuran skala utama, jangka
sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di
dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong (Amani dan Dodi, 2015).
Setiap alat ukur sebelum digunakan atau setelah digunakan pada periode
tertentu harus dilakukan kalibrasi sesuai standart nasional ataupun internasioanl.
Defenisi pengukuran dalam arti luas adalah membandingkan suatu besaran dengan
besaran standar. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran
konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur (Amani dan Dodi, 2015).
2.3.7 Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup merupakan salah satu peralatan intrumentasi yang
berfungsi mengukur diameter luar suatu benda. Mikrometer sekrup eksternal
merupakan alat ukur panjang yang ketelitian pengukurannya sangat teliti
dibanding dengan jangka sorong karena memiliki ketelitian 0,01 mm (Amani dan
Dodi, 2015).
2.3.8 Mistar Ukur
Menurut Salim (2016), mistar ukur terdiri dari beberapa jenis, dibedakan
berdasarkan kegunaannya masing-masing. Mistar ukur ini memiliki tingkat
ketelitian yang berbeda, berikut beberapa jenis mistar ukur:
a. Mistar ukur.
7
b. Mistar geser atau jangka sorong.
c. Mistar geser ketinggian.
d. Mistar geser kedalaman dan
e. Mikrometer.
8
3. METODOLOGI
9
5. Mengarahkan tachometer kearah gerinda statis untuk mengukur kecepatan
rotasi.
6. Mencatat hasil pengukuran yang ditampilkan pada display.
7. Mengambil dokumentasi.
10
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
11
2. Mikrometer sekrup 1. Poros tetap berfungsi untuk
2 6
menahan benda yang
4 sedang diukur.
1
2. Poros geser berfungsi
7 5
sebagai penekan benda saat
sedang diukur yang dapat
3 digerakkan maju mundur
menjauh dan menuju ke
poros tetap.
3. Pengunci berfungsi untuk
mengunci poros geser. Jika
sudah dikunci, poros geser
tidak akan bergerak.
4. Sekrup pemutar adalah
bagian mikrometer sekrup
yang memiliki berfungsi
untuk memutar ke kiri atau
ke kanan suatu poros geser.
5. Skala nonius berfungsi
sebagai penunjuk skala
untuk menambah atau
pelengkap pada skala
utama.
6. Skala utama berfungsi
untuk menunjukkan
ketebalan utama benda yang
satuannya mm.
7. Bingkai merupakan suatu
bagian mikrometer sekrup
yang berbentuk seperti
huruf C. Bingkai terbuat
dari logam yang cukup
12
tebal dan kuat.
3. Tachometer 1. Infrared laser shot untuk
4 menembakkan suatu
cahaya infrared yang diukur
3
kecepatannya.
2 2. Tombol MEM (memory
13
6 Sound level meter 1. Mikrofon, berfungsi untuk
menangkap suara.
1 2. Display, berfungsi untuk
menampilkan suatu nilai
2
pengukuran.
14
Tabel 2-6. Hasil Pengukuran Objek yang Diukur
Alat yang Objek yang Hasil
No Gambar
Digunakan Diukur Pengukuran
1. Jangka Pipa Diameter luar
Sorong = 4,3 cm
15
5 Tachometer Gerinda Kecepatan rotasi
statis = 2990 Rpm
4.2 Pembahasan
16
sorong dilengkapai dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di
dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Peralatan instrumentasi dapat membantu dalam melakukan kegiatan dalam
bengkel, baik itu kegiatan perancangan, perawatan, perbaikan, pembuatan maupun
proses kontrol pada suatu alat dan mesin pertanian. Karena dengan menggunakan
intrumentasi tersebut pengguna dapat mengetahui data mengenai sistem yang
bekerja pada alat dan mesin pertanian. Dengan informasi inilah data tersebut akan
diolah lebih lanjut untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Wardhana (2013), yang menyatakan bahwa suatu sistem
pengukuran akan dipandang memiliki masukan berupa nilai sebenarnya dari
variabel yang terukur.
17
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
Amani, N. dan Dodi, SA. 2015. Kalibrasi Jangka Sorong Nonius Berdasarkan
Standar JIS B7507 di Laboratorium Pengukuran Teknik Mesin.
Universitas Riau: Riau.
Hishomudin, M. 2016. Rancang Bangun Alat Ukur Tingkat Bunyi (Sound Level
Meter) dengan Sensor Microphone Berbasis Arduino dan Android.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Islam, HI. dan Nabilah, N. 2016. Sistem Kendali Suhu Dan Pemantauan
Kelembaban Udara Ruangan Berbasis Arduino Uno Dengan
Menggunakan Sensor Dht22 Dan Passive Infrared (Pir). Institut
Pertanian Bogor: Bogor.
Nasrudin, AA. dan Dzulkiflih. 2015. Rancang Bangun Aplikasi Lux Meter
Bh1750 Sebagai Alat Ukur Kekeruhan Air Berbasis Mikrokontroler.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
Nisa, C., Nurfitria, WP., Aji, S. dan Endah, R. 2014. Perancangan Instrumentasi
Pengukur Waktu dan Kecepatan Mengunakan Dt-Sense Infrared
Proximity Detector untuk Pembelajaran Gerak Lurus Beraturan.
Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
19
Lampiran
20