Anda di halaman 1dari 39

POLRI DAERAH SULAWESI SELATAN LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN NOMOR TAHUN 2015


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TANGGAL JANUARI 2015

PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

DI RS. BHAYANGKARA MAKASSAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan diberbagai bidang


terutama bidang industri dan perdagangan. Terdapat kecenderungan semakin
meningkat pula penggunaan bahan berbahaya dan beracun.
2. Bahwa sampai saat ini terdapat beberapa peraturan perundang-undangan
yang mengatur pengelolaan bahan berbahaya dan beracun akan tetapi masih
belum cukup memadai terutama untuk mencegah terjadinya pencemaran dan
atau kerusakan lingkungan hidup.
3. Bahwa untuk mencegah terjadinya dampak yang dapat merusak lingkungan
hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya diperlukan pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun secara terpadu sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahun dan tehnologi.
4. Kegiatan suatu instansi dalam melakukan pengolahan, menyimpan,
mengedarkan, mengangkut dan mempergunakan bahan-bahan berbahaya
dan beracun akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan
pembangunan sehingga berpotensi untuk menimbulkan bahaya besar bagi
instansi, tenaga kerja, lingkungan maupun sumber daya lain.
5. Bahwa untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja akibat
penggunaan bahan berbahaya dan beracun di tempat kerja maka diatur
pengendaliaannya.
6. Instansi rumah sakit salah satu ada keunsuran dalam mengolah, menyimpan
dan menggunakan bahan berbahaya dan beracun maka perlu juga diatur cara
penggunaan, penyimpanan dan pengolahannya.

c. Peraturan….
1
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

B. Dasar Hukum
1. Buku pedoman petunjuk pelaksana K3 Th. 2015
2. Pedoman Akreditasi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2012.
3. Peraturan PemerintahRepublik Indonesi Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
4. Surat Perintah Karumkit Bhayangkara Makassar Nomor : Sprin///2015 tentang
panitia Akreditasi 2012 Rumah Sakit.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman tata laksana pengendalian Bahan Berbahaya dan
Beracun adalah penggunaan bahan berbahaya dan beracun yang ada di tempat
kerja Rumah Sakit Bhayangkara Makassar pada umumnya dan pada Instalasi
Laboratorium, Instalasi radiologi, Instalasi Farmasi, Hemodealisa, IPPRS, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Loundry dan Instalasi forensik
khususnya.

BAB II

2
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

BAB II
PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI

A. Pengertian
1. Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lainnya.
2. Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3.
3. Penyimpanan B3 adalah tehnik kegiatan penempatan B3 untuk menjaga kualitas
dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak negatif B3 terhadap lingkungan
hidup, kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya.
4. Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi dan memasukkan B3 ke
dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan atau menyegelnya.
5. Symbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasinya B3.
6. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis
B3.

B. Klasifikasi Bahan berbahaya dan Beracun


1. Bahan berbahaya dan Beracun B3 adalah diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bahan mudah meledak.
Adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar(25˚C, 760 mmHg) dapat
meledakkan atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan disekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan menggunakan
Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential Thermal
Analysis(DTA), 2,4 dinitrotoluenna atau Dibenzoil-peroksida sebagai senyawa
acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperature
pemanasan. Apabila nilai temperature pemanasan suatu bahan lebih besar
dari senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.

b. pengoksidasian

3
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

b. Pengoksidasian
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat
dilakukan dengan metode uji pembakaran menggunakan amonium persulfat
sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa
standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian
tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu
pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.

c. Sangat mudah sekali menyala


Adalah B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala di
bawah 0°C dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35°C.

d. Sangat mudah menyala


Adalah B3 baik berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala 0°C
sampai 21°C.

e. Mudah menyala
Mempunyai salah satu sifat sebagai berikut:

1) Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60% (140°F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber
nyala lain pada tekanan udara 790 mmHg. Pengujiannnya dpat dilakukan
dngan metode Closed-Up test.

2) Berupa padatan
B3 yang bukan merupakan cairan, pada temperatur dan tekanan standar
(25°C, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran
melalui gesekan, penyerapan air atau perubahan kimia secara spontan
dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang menerus dalam
10 detik. Selain itu suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah
terbakar apabila dalam pengujian dengan metode serta Close-Up Flash
pont Test diperoleh titik nyala kurang dari 40°C.

f. Amat sangat beracun


g. Sangat beracun
h. Beracun
Adalah B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian
atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit
atau mulut.
Tingkatan
….
4
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

Tingkatan racun B3 dikelompokkan sebagai berikut :

NO KELOMPOK 1 D50 (mg/kg)

1 Amat sangat beracun (extremely toxic) ≤1

Sangat beracun (highly toxic) 1 – 50

Beracun (moderately toxic) 51 – 500

Agak beracun (singhtly toxic) 501 – 5000

Praktis tidak beracun (practically nontoxic) 5001 – 15000

Relative tidak berbahaya (relatively harmless) > 15000

i. Berbahaya
Adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas yang jika terjadi
kontak atau melalui instalsi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap lesehatan sampaia tingkat tertentu.

j. Korosif (Corrosive)
B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :

1) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit


2) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan
laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian
55°C.
3) Mempunyai pH ≤ 2 untuk B3 bersifat asam dan ≥12,5 untutk yang bersifat
basa
k. Bersifat iritasi (irritant)
Adalah bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung dan apabila kotak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput
lendir dapat menyebabkan peradangan.

l. Berbahaya bagi lignkungan (dangerous to environtment)


Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti, rusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs) atau bahan tersebut
dapat merusak lingkungan.

m.Karsinogenik
Adalah sifat bahan penyebab sel kanker yakni sel liar yang dapat merusak
jaringan tubuh.

5 n. Teratogenik
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

n. Teratogenik
Adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.

o. Mutagenic
Adalah sifat bahan yag menyebabkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetika.

2. Klasifikasi B3 sebagaimana dimaksud diatas dapat dibagi atas :


a. B3 yang dapat dipergunakan
b. B3 yang dilarang dipergunakan
c. B3 yang terbatas dipergunakan

3. Bagian/instalasi yang menangani B3 di rumah sakit antara lain :


a. Farmasi
b. Laboratorium
c. Apotek
d. Pemeliharaan
e. Radiologi
f. Rawat inap
g. Rawat jalan
h. Laundry
i. Instalasi Forensik

C. Kewajiban Instansi Terhadap Penanganan bahan Berbahaya dan Bercun


1. Pimpinan wajib membuat daftar nama dan kuantitas Bahan Berbahaya dan
Beracun di tempat kerja dengan mengisi formulir untuk ditetapkan kategori
potensi bahaya pada instansi yang bersangkutan. Adapaun potensi bahaya
sebagaimana dimaksud terdiri dari :
a. Bahaya besar
b. Bahaya menengah

2. Membuat…

6
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

2. Membuat acuan dokumen pengendalian potensi bahaya Bahan Berbahaya dan


Beracun antara lain :
a. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko.
b. Kegiatan tehnis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan berbahaya,
serta pengoperasian dan pemeliharaan instalasi.
c. Kegiatan pembinaan tenaga kerja di tempat kerja.
d. Rencana dan prosedur penanggunlangan keadaan darurat
e. Prosedur kerja aman.
f. Mengembangkan pengetahuan K3, bidang bahan Beracun dan Berbahaya.

3. Indentifikasi bahaya
a. Akibat terhadap kesehatan :
1) Mata
2) Kulit
3) Tertelan
4) Terhirup
5) Karsinogenik
6) Teratogenik
7) Reproduksi
b. Akibat terjadi kebakaran :
1) Sifat-sifat bahan mudah terbakar
2) Sifat-sifat bahan yang mudah meledak
3) Sifat-sifat bahan ynag mudah menguap (sifat fisika dan kimia)
4) Tumpahan dan kebocoran kecil/besar
5) Penyimpanan yang tidak memenuhi syarat.
c. Pencemaran lingkungan /Ekologi
1) Kemungkinan dampak terhadap lignkungan pembuangan limbah
2) Dagradasi lingkungan
3) Bio akumulasi

7
BAB III
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA DAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


(B3)
1. Setiap B3 wajib diregistrasikan oleh penghasil dan atau pengimbor dan telah
dilegalisasi oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Setiap orang atau instansi yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Sata Sheel).
3. Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan dan pengedaran B3 wajib
menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Sata Sheel).
4. Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik operasi
serta pelaksanaannya sesuai dengan tata cara pengangkutan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Srtiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan, disimpan wajib dikemas sesuai
dengan kalsifikasinya.
6. Setiap kemasan B3 wajib diberikan symbol dan label serta dilengkapi dengan
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Sata Sheel).
7. Tata cara pengemasan, pemberian symbol dan label sebagaimana tersebut diatas
ditetapkan dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab.
8. Dalam hal kemasan B3 mengalami kerusakan untuk :
a. B3 yang masih dapat dikemas ulang, pengemasannya wajib dilakukan oleh
pengedar.
b. B3 yang tidak dikemas ulang dan dapat menimbulkan pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan dan atau keselamatan manusia, maka pengedar wajib
melakukan penanggulangannya.
9. Setiap penyimpanan B3 wajib diberikan symbol dan label, dan memenuhi
persayaratan untuk :
a. Lokasi
b. Konstruksi bangunan
10. Pengelolaan..
8
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

10. Pengelolaan tempat penyimpanan B3 sebagaimana tersebut diatas wajib


dilengkapi dengan system tanggap darurat dan prosedur penanganan B3.

B. PENANGGULANGAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA


1. AIR RAKSA
a. Nama Kimia : Hg

b. Nama Lain : Mercury

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui, inhalasi, tertelan. Absorbsi kulit, atau


kontak dengan mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi : Batuk, sakit dada, sesak napas, bronchitis, pnuemonitis,


edema paru, ataxia. Tremor, sakit kepala, nausea, vomiting, insomnia,
gelisah, stomatitis, hypersalivasi, gangguan parut, anoreksia, proteinuria,
hematomesis, ARF, shock, cardiac areest.

e. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan dengan air.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung.

5) Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol.

6) Bila perlu dilakukan hemodialisis.

f. Pencegahan 1) Hindari…
9
.
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pembelian cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

2. ALKOHOL
a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol

b. Nama Lain : Alkohol Ethanol

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak dengan kulit /
mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk-batuk, pusing, tidak sadar,


kerusakan hati, anemia.

e. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk


menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung.

f. Pencegahan Pemaran

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai baju pelindung

2) Hindari…
g. Pencegahan
.
10
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1) Hindari kontak dengan mata / kulit

2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000 ppm

3. BARIUM SULFAT
a. Nama Kimia : BaSO4

b. Nama Lain : Barium Sulfate

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata /
kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit, terbakar

3) Inhalasi : Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat, ekstrasistol,


hypokalemia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran pernapsan, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata / kulit.

4. CIDEX
a. Nama Kimia : Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)

b. Nama Lain : Cidex


11
c. Pemaparan….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit

3) Inhalasi : Mual, muntah, batuk, asma

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

5. ELPIJI
a. Nama Kimia : C3H8 / C3H6 / C4H10 / C4H8

b. Nama Lain : LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata, frostbite

2) Kulit : Frostbite

3) Inhalasi : Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.

12 e. Target Organ
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

e. Target Organ

Saluran napas, CNS.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

6. FENOL
a. Nama Kimia : C6H5OH

b. Nama Lain : Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl Alcohol.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, kulit terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi hidung / tenggorokan, anoreksia, kelemahan, nyeri otot,


urin warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati, tremor, konvulsi,
twitching.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

13
2) Segera….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

7. FORMALIN
a. Nama Kimia : HCHO

b. Nama Lain : Formadehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata / kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata, hiperlakrimasi

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas,


Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.

e. Target Organ

Mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata / kulit.

8. FREON
a. Nama Kimia : CCI4

b. Nama Lain : Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.


14 C) Pemaparan….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit atau kontak
dengan mata / kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan, koordinasi, depresi saraf


pusat, gangguan hati, dan ginjal.

e. Target Organ

1) Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.

2) Menyebabkan kanker hati (pada binatang).

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada ruiang bilas atau kamar mandi.

9. HIDROGEN PEROKSIDA
a. Nama Kimia : H2O2

b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde.

c. Pemaparan

15 Pemaparan…
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata /
kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik : Rambut menjadi putih.

e. Target Organ

Kulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

10. KARBON DIOKSIDA


a. Nama Kimia : CO2

b. Nama Lain : Gas CO2, Dry Ice.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata /
kulit. d. Gejala….
16
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.

2) Kulit : Melepuh, luka baker (frostbite).

3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut,


diare, mual, muntah, lemas, twitching otot, inkoordinasi kejang.

e. Target Organ

Saraf pusat, saraf perofer, cholinesterase darah.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai pelindung badan.

11. KLORIN
a. Nama Kimia : CI2

b. Nama Lain : Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching Agent.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata / kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Rasa perih, panas, terbakar.

2) Kulit : Dermatitis, frostbite.


3) Inhalasi
17 ….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

3) Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri


substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema paru, pneumonia,
hipoksemia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada


forstbite.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

4) Kortikosteroid, antibiotika.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata / kulit.

12. LAS KARBID


a. Nama Kimia : CH2

b. Nama Lain : Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk las).

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Luka beku (frostbite)

2) Kulit : Frostbite

3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, asfiksia.

e. Target Organ
Saluran….
18
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

Saluran napas, saraf pusat.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada


forsbite.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker.

13. METHANOL
a. Nama Kimia : CH3OH

b. Nama Lain : Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol, thiner.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.

2) Kulit : Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi : Iritasi saluran napas / hidung, sakit kepala, pusing, mual,


muntah, gangguan kesadaran.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.

f. Pertolongan Pertama
1) Segera…
19 .
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

4) Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.

5) Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Formeprazole.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker bila > 2000 ppm.

14. NATRIUM HIDROKSIDA


a. Nama Kimia : NaOH

b. Nama Lain : Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, kontak


dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit, kulit terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis, kerontokan


rambut temporer.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera…
20 .
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker bila > 10 mg/m3

15. NITROGEN DIOKSIDA


a. Nama Kimia : N2O

b. Nama Lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida – gas anestesi.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan kulit /
mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.

2) Kulit : Iritasi kulit, melepuh, frostbite.

3) Inhalasi : Iritasi hidung / tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum,


penurunan fungsi paru, bronchitis, sesak napas, edema paru, sianosis,
takipnea, takikardia.

e. Target Organ

Mata, saluran napas, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.
2) Segera…
21 .
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.

16. NITROGLISERIN
a. Nama Kimia : CH2NO3CHNO3CH2NO3

b. Nama Lain : Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglyceryne.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak
dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut, hipotensi,


flushing, Palpitasari, methemoglobinemia, delirium, depresi saraf pusat.

e. Target Organ

Kardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.
g. Pencegahan……
22
.
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.

3) Pakai masker.

17. TIMBAL
a. Nama Kimia : Pb

b. Nama Lain : Lead, Plumbum.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Tertelan : Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan menurun,


konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralysis, encephalopati,
gangguan ginjal, hipotensi.

e. Target Organ

Mata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

4) Lakukan irigasi lambung.

5) Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid

6) Dapat diberikan Carchoal.


23 g. Pencegahan…
….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker.

18. XYLENE
a. Nama Kimia : C6H4(CH3)2.

b. Nama Lain : Orthoxylene-O-Xylol.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit / mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi, vakuolisasi cornea.

2) Kulit : Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi : Iritasi hidung / tenggorokan, pusing, eksitasi, gangguan


koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal pain, anoreksia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna, darah.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Pakai masker bila > 1900 ppm.

19. WASH BENSIN


24
…….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

19. WASH BENSIN


a. Nama Kimia : -

b. Nama Lain : -

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan mata /
kulit.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik : Rambut menjadi putih.

e. Target Organ

Kulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir


selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan


pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata / kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

20. ASAM NITRAT 65%


a. Nama Kimia : - b. Nama lain…….
25
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

b. Nama lain : Nitrit acid, 65%


c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, kontak kulit dan kontak
mata.

d. Gejala Keracunan :
1) Mata : Iritasi mata
2) Kulit : Iritasi kulit, ulcerations
3) Inhalasi : Batuk, tersedak, sesak nafas, bersin, mengi, edema paru,
bronchitis kronis, sakit kepala, pusing, mengantuk, spastisitas,
kelemahan, kehilangan kesadaran.
4) Tertelan : mual, muntah, diare.
e. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan air mengalir ± selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan pada kulit dengan air mengalir ± 15 menit.
3) Cuci dengan sabun desinfektan & menutupi kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti – bakteri.
4) Berikan oksigen / bantuan pernafasan apabila ada gangguan pernafasan.
5) Bila tertelan segera lakukan kumbah lambung.
6) Dapat diberikan anti dotum.
7) Bila perlu dilakukan hemodialisis.
f. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan mata dan kulit.
2. Selalu perhatikan tata cara penyimpanan yang benar.
3. Pembelian dekat dengan kamar bilas atau kamar mandi.

21. ASAM SULFAT


a. Nama kimia : hydrogen sulfat
b. Nama lain : minyak vitriol, asam sulfat
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, kontak kulit dan kontak
mata.

d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata, luka bakar pada mata
2) Kulit : iritai kulit, luka bakar pada kulit
26 3) Inhilasi…….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

3) Inhalasi : sakit tenggorokan, batuk, sesak nafas, edema paru, luka


bakar di saluran pernafasan, kejang, edema laring, hipotensi,
bradikardi, shock.
4) Tertelan : hematomesis, mual, muntah, diare, pusing, mengantuk
e. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan air mengalir ± selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan pada kulit dengan air mengalir ± 15
menit.
3) Cuci dengan sabun desinfektan & menutupi kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti – bakteri.
4) Berikan oksigen / bantuan pernafasan apabila ada gangguan
pernafasan.
5) Bila tertelan segera lakukan kumbah lambung.
6) Dapat diberikan anti dotum.
7) Bila perlu dilakukan hemodialisis.
f. Pencegahan
1) Hindari kontak dengan mata dan kulit.
2) Selalu perhatikan tata cara penyimpanan yang benar.
3) Pembelian dekat dengan kamar bilas atau kamar mandi.

22. DEVELOPER
a. Nama kimia :
b. Nama lain : propilen glikol eter asetat monomethyl
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, kontak kulit dan kontak
dengan mata.

d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata
2) Kulit : iritasi kulit
3) Inhalasi : batuk, sakit kepala, kelemahan fisik, mual, muntah, diare,
pusing, mengantuk.
4) Tertelan : sakit kepala, kelemahan fisik, mual, muntah, diare,
pusing, mengantuk.
e. Pertolongan pertama

27 1) Segera …….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1) Segera melakukan irigasi mata dengan air mengalir ± selama 15 menit.


2) Segera melakukan pembilasan pada kulit dengan air mengalir ± 15
menit.
3) Cuci dengan sabun desinfektan & menutupi kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti – bakteri.
4) Berikan oksigen / bantuan pernafasan apabila ada gangguan
pernafasan.
5) Bila tertelan segera lakukan kumbah lambung.
6) Dapat diberikan anti dotum.
7) Bila perlu dilakukan hemodialisis.
f. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan mata dan kulit.
2. Selalu perhatikan tata cara penyimpanan yang benar.
3. Pembelian dekat dengan kamar bilas atau kamar mandi.

23. OKSIGEN
a. Nama kimia :-
b. Nama lain : molekul oksigen, oksigen murni, O2, cair – oksigen
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, kontak kulit, dan kontak
dengan mata.

d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata
2) Kulit : iritasi kulit, luka bakar pada kulit
3) Inhalasi :
e. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan air mengalir ± selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan pada kulit dengan air mengalir ± 15
menit.
3) Cuci dengan sabun desinfektan & menutupi kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti – bakteri.
f. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan mata dan kulit.
2. Selalu perhatikan tata cara penyimpanan yang benar.

28
3. Pembelian…….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

3. Pembelian dekat dengan kamar bilas atau kamar mandi.

24. FIXER
a. Nama kimia : -Na2S2O3
b. Nama lain : natrium thiosulfat
c. Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, kontak kulit dan kontak
mata.

d. Gejala keracunan
1) Mata : iritasi mata
2) Kulit : iritasi kulit
3) Inhalasi :
4) Tertelan :
e. Pertolongan pertama
1) Segera melakukan irigasi mata dengan air mengalir ± selama 15 menit.
2) Segera melakukan pembilasan pada kulit dengan air mengalir ± 15
menit.
3) Cuci dengan sabun desinfektan & menutupi kulit yang terkontaminasi
dengan krim anti – bakteri.
4) Berikan oksigen / bantuan pernafasan apabila ada gangguan
pernafasan.
5) Bila tertelan segera lakukan kumbah lambung.
6) Dapat diberikan anti dotum.
7) Bila perlu dilakukan hemodialisis.
g. Pencegahan
1. Hindari kontak dengan mata dan kulit.
2. Selalu perhatikan tata cara penyimpanan yang benar.
3. Pembelian dekat dengan kamar bilas atau kamar mandi.

C. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


1. Setiap orang yasng melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Kewajiban pengelolaan B3 tersebut diatas dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

29 3. Untuk…….
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

3. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja penanggung jawab kegiatan


pengelolaan B3 wajib mengikut sertakan peranana tenaga kerjanya.
4. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib
dilakukan uji kesehatan secara berkala.
5. Dalam melakukan pengelolaan B3 wajib menanggulangi terjadinya kecelakaan
dan kedaaan darurat akibat B3.
6. Dalam hal terjadi kecelakaan dan keadaan darurat yang diakibatkan B3, maka
setiap orang yang melakukan kegiatan pengelolaan B3 wajib mengambil langkah-
langkah :
a. Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadinya kecelakaan.
b. Menanggulangi kecelakaan sesuai dengan prosedur tetap penanggulangan
bencana.
1) SPO PENANGGULANGAN BILA TERJADI KONTAMINASI B3
Kebijakan :
a) Jeni-jenis bahan beracun dan berbahaya dan semua jenis asam dan basa
kuat (28 jenis bahan )
b) Ada pelatihan penanggulangan bila terjadi kontaminasi bahan beracun dan
berbaya.
Prosedur :
a) Alkohol : Jika tertelan, segera berikan minum kopi tubruk atau  emetic
dengan mustard 1 sendok makan dicampur air dan garam dapur
b) Fenol : Jika tertelan, sebera minum susu, lakukan bilas lambung dengan
menggunakan oleum olivarum
c) H2O2 dan Formalin : Pada bagian tubuh yang terkena segera cuci dan
bilas dengan air mengalir
d) N2O : Segera bersihkan tubuh korban, berikan oksigen dan prednisone
dosis tinggi
e) Asam dan Basa kuat, seperti : HCL, H2So4, dann NaOH Jika tertelan,
berikan minum susu, apabila bahan terminum dalam konsentrasi pekat
tidak boleh dilakukan bilas lambung
f) Bila pertolongan pertama belum tuntas segera kirim ke IGD untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut

30
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

2) SPO PENGELOLAAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3)


Kebijakan :
Jenis-jenis bahan beracun dan berbahaya (B3) : Alkohol, Fenol, H2O2,
Formalin, dan semua jenis asam dan basa berat (28 jenis bahan)

Prosedur :
a) Bahan berbahaya, ( Alkohol, Fenol, H2O2, Formalin, dan semua jenis asa
dan basaberat (28 jenis bahan) ditempatkan dan disimpan dengan baik dan
aman sesuai dengan peruntukannya dan dikelompokkan sesuai dengan
MSDS
b) Bahan berbahaya diberikan label nama, tanda bahaya atau peringatan
berbahaya
c) Pastikan tersimpan dalam keadan aman

3) SPO PENGELOLAAN SAMPAH BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA


(B3)
Kebijakan :
Jenis-jenis sampah bahan beracun dan berbahaya (B3) meliputi Alkohol,
Fenol, H2O2, Formalin, dan semua jenis asam dan basa kuat (28 jenis
bahan )
Prosedur :
a) Ditampung dalam wadah khusus dan diberi label dan tanda berbahaya
2.  Ditempatkan pada tempat di Gudang medis
3.  Dibuang dengan dan ditangani sesuai dengan MSDS bahan tersebut

IV.     SPO PENGADAAN JASA,BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3)


Kebijakan :
1. Penerapan K3 RS di Badan RSU Tabanan SK.
2. Jenis-jenis bahan beracun dan berbahaya (B3) : Alkohol, dan semua jenis asam dan
basa berat (28  jenis bahan)

Prosedur :

31
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

1.       Setiap jenis bahan berbahaya dan beracun (B3) yang akan diadakan adalah yang
sudah terdaftar pada Direktorat Jendral Pengawasa Obat dan Makanan Kementrian
Kesehatan RI. Oleh distributor, importer atau Produsen dengan bukti pendaftaran.
2.       Bahan berbahaya dan beracun (B3)myang diadakan harus sudah diberi wadah,
dikemas dengan baik dan aman
3.       Pada wadah atau kemasan harus dicantumkan penandan yang meliputi : nama sediaan
atau nama dagang, nama bahan aktif, isi berat netto, kaliomat peringatan, tanda dan
symbol berbahaya.
4.       Penandaan pada wadah atau kemasan harus jelas dan mudah dibaca, tidak mudah
luntur oleh sinar maupun cuaca
5.       Pihak penyedia bahan berbahaya dan beracun harus membuat Material Safety Data
Sheet (MSDS) yaitu berupa lembar data pengaman yang membuat informasi dari pabrik
tentang sifat khusus (fisika maupun kimia) dari bahan, cara penyimpanan, resiko dan cara
penanggulangan bila terjadi kontaminasi.

V.      SPO PENYIMPANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA (B3)


          Kebijakan :
1.       Jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun meliputi : Alcohol, Fenol, H2O2, Formalin,
dan semua jenis asam dan basa kuat (28 jenis bahan )
2.       Tersedia tempat penyimpanan bahan beracun dan berbahaya
3.       Tersedia ruangan penyimpanan dengan persyaratan :

a. tertutup rapat dilengkapai dengan kunci


b. ventilasi dan pencahayaan cukup
c. ada pengamanan sumber listrik.
d. pada bagian luar pintu di beri tanda peringatan

Prosedur :
1.       Bahan beracun dan berbahaya diterima harus disertai MSDS
2.       Penyimpanan bahan beracun dan berbahaya dikelompokkan sesuai potensi bahaya
sendiri yang tercantum pada MSDS
3.       Pada sisi luar pintu penyimpanan dipasangi label yang berisi :
a.       Nama bahan
b.       Tanda bahaya

32
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

c.       Tanda peringatan (symbol bahaya)


d.       Bobot dan volume bahan
4.       Adakan supervisi untuk pengawasan bahan beracun dan berbahaya yang tersimpan
dan pastikan dalam keadaan aman

VI.     SPO PENANGANAN TUMPAHAN MERCURI


Kebijakan :
1. Undang Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
2.       Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan
Berbahaya dan Beracun (B3)
3.       Undang – undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Pelindungan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
4.       Keputrusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkugan (UPL)
5.       Penerapan K3 RS di Badan RSU Tabanan, SK.
6.       Daftar B3 Instalasi Farmasi Badan RSU Tabanan

Prosedur :
1. Ambil kit untuk penanganan tumpahan merkuri yan
a.       4-5 pcs plastic
b.       Kantong plastic sampah tebal warna ungu (citotoksik)
c.       Sarung tangan latex
d.       Masker
e.       Spuite besar tanpa jarum
f.        Senter
g.       Bubuk belerang
h.       Spidol untuk menulis /labeling
i.        Wadah kecil dengan penutup untuk wadah merkuri
j.        Spon karet
k.       Paper towel
l.        Tissue gulung
2. Pakailah APD seperti : sarung tangan, hand scund, dan masker

33
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

Lepaskan segala jenis perhiasan dari tangan maupun pergelangan tangan agar merkuri
tidak berikatan dengan logam mulia dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Ganti pakaian dan sepatu dengan bahan yang mudah dibuang apabila terjadi paparan
atau kontaminasi
b.       Isolasi area yang terkontaminasi Mercuri dan matikan sistem ventilasi dalam ruangan
untuk menghidari penyebaran merkuri

3. Ambillah secara hati-hati jika terdapat pecahan kaca atau benda tajam pada
tumpahan tersebut
4. Tempatkan semua pecahan tersebut pada lembaran Tissue Gulung, kemudian lipat
dan masukkan kedalam plastic zip lock, amankan dengan diberi label
5. Gunakan alat pembersih spons karet untuk mengumpulkan merkuri, sapukan
dengan gerakan searah perlahan-lahan agar merkuri tidak menyebar, kemudian
ambil lampu senter dan carilah tumpahan merkuri di tempat atau sudut yang agak
gelap dan mungkin menempel di permukaan lainnya
6. Gunakan sedotan/spuite tanpa jarum untuk mengangkat tumpahan mercuri dari
permukaan yang terkontaminasi, tempatkan pada paper towel (tissue gulung )
basah secara hati-hati, masukkan kedalam plastic zip lock dan masukkan kedalam
tempat khusus yang bertutup serta diberi label. Setelah menyingkirkan tumpahan
merkuri yang lebih besar, gunakan bubuk belerang untuk menyerap merkuri
7. Tempatkan semua perlengkapan pembersih tersebut termasuk sarung tangan
kedalam kantong plastic
8. Masukan semua barang-barang dalam wadah plastic sampah berwarna ungu dan
amankan serta diberi label “Awas Berbahaya Merkuri”
9. Semua sampah tersebut dimasukkan kedalam satu wadah untuk disimpan pada
tempat khusus yang aman dengan ventilasi yang baik

I.              SPO PEDOMAN IPAL


Kebijakan :
1.       Tersedia fasilitas pengolahan limbah ( IPAL ) dan peralatan yang memadai
2.       Seluruh air buangan yang dihasilkan dalam kegiatan pelayanan kesehatan disalurkan
ke IPAL
3.       Saluran IPAL memiliki kemiringan yang baik sehingga air mengalir lancar
4.       Tenaga pemelihara IPAL mempunyai kemampuan yang memadai ( terampil )

34
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

5.       Pemeriksaan secara berkala kwalitas air buangan ( Out put )


6.       Kep. Menkes. RI. No. : 1204 / Menkes./SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.

Prosedur :
1.       Periksa dan cek panel kontrol dan swicth monitoring masing-masing pompa
2.       Periksa dan bersihkan bak kontrol dari sampah dan lemak yang ada
3.       Periksa  panel blower kompresor pada bak Equalisasi
4.       Periksa dan bersihkan Septiktank dari sampah dan kotoran lainnya.
5.       Melakukan drine system secara rutin 2 (dua) kali dalam seminggu agar bakteri
berkembang dalam bak biofilter berfungsi dengan normal
6.       Periksa bak kontak dan tambahkan Chlorine bila diperlukan pada tangki Klor
7.       Bersihkan sampah pada Bak dan Kolam indicator
8.       Periksa kwalitas air buangan secara Laboratorium setiap 1 (satu) bulan sekali

II.           SPO PEDOMAN PENYEHATAN AIR BERSIH


Kebijakan :
1.       Kep.Menkes. RI No.: 907 / Menkes. / SK / VII / 2002 tentang Syarat – syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
2.       Tersedia sarana untuk menyimpan air bersih 1 X 24 jam apabila terjadi kerusakan pada
jalur distribusi ke Rumah Sakit dari PDAM.
3.       Tersedia air bersih yang cukup kuantitas dan kualitasnya ( 500 Ltr/TT/hari )
4.       Dilakukan pemeriksaan Laboratorium tentang kualitas air bersih secara berkala
5.       Pencatatan dan pelaporan tentang pemantauan kualitas dan kuantitas air bersih

Prosedur :
1.       Petugas secara berkala melakukan monitoring tentang pendistribusianair bersih ke
seluruh rumah sakit
2.       Petugas melakukan perbaikan terhadap kerusakan dan kebocoran dalam
pendistribusian air bersih di rumah sakit.
3.       Dalam perbaikan hindari terjadinya persambungan silang yang dapat menyebabkan
kontaminasi terhadap sistem pendistribusian tersebut.

35
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

4.       Petugas melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih secara berkala
dan minimal dapat dilakukan setahun sekali sesuai junkis Dirjen PPM dan PL Departemen
Kesehatan.
5.       Pemeriksaan kimia air minum dan air bersih dilakukan 1 (satu) kali sebulan dan titik
pengambilan sampel pada masing-masing reservoir dan keran terjauh dari reservoar.
6.       Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi terutama pada air kran
dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi dan ruang makan, tempat
reservoar dan pada titik rawan pencemaran.
7.       Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang
dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang menyimpang.

III.       SPO PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


ebijakan :
1.       Permenkes. No. : 1204 tahun 2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2.       Peraturan Gubernur Bali No. 08 Tahun 2007 tentang Standar Baku Mutu Lingkungan
3.       Undang – Undang Nomor : 32 Tahun 2009 tentang B3
4.       Petugas yang menangani harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
5.       Tersedia sarana dan fasilitas pengelolaan limbah cair
6.       Ada formulir / buku pemantauan pengelolaan limbah

Prosedur :
Prosedur Kerja Limbah Cair :
1.       Limbah cair yang dihasilkan tiap unit pelayanan disalurkan melalui saluran IPAL yang
tertutup termasuk resapan dari septik tank, terpisah dengan jalur pembuangan air hujan
2.       Pengumpulan limbah cair B3 harus menggunakan Kontainer yang kuat dan tidak
mudah dibuka orang yang tidak bertanggung jawab dan diberi label
3.       Limbah yang berasal dari Laboratorium didekontaminasi terlebih dahulu dan air sisa
pembuangannya disalurkan ke saluran IPAL
4.       Kriteria khusus Wadah limbah cair Radiologi ( Fixer & Undeveloped ) :
a.       Tahan korosif dan kedap air
b.       Terdapat tanda atau label yang jelas
c.       Mudah dipindahkan dan limbahnya tidak mudah dikeluarkan.

36
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

d.       Khusus Limbah Fixer dan Undeveloped bila tidak menghubungi suplayer untuk program
pengambilan kembali untuk untuk program pengambilan kembali untuk pengolahan
lanjutan
e.       Cairan sisa pengolahan lainnya dapat disalurkan ke saluran IPAL
5.      Limbah cair yang berasal dari Dapur ( Instalasi Gizi ) sebelum dibuang ke saluran IPAL
dipasang bak penangkap lemak
6.      Dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas air buangan sebelum olahan maupun setelah
proses pengolahan di IPAL out putnya secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali
7.      Saluran IPAL secara berkala dibersihkan agar aliran lancar dan bakdibersihkan dari
sampah secara periodik agar pompa-pompa tidak rusak
8.      Petugas dalam bekerja menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) dan pakaian kerja

VI.       SPO PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH


Kebijakan :
1.       Permenkes. No. : 1204 tahun 2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2.       Undang – Undang Nomor : 18 Tahun 2008 tentang Sampah
3.       UU No. 32 Tahun 2009 tentang Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
4.       Petugas yang menangani harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
5.       Tersedia tempat sampah yang cukup sesuai dengan jenis sampah
6.       Ada formulir / buku pemantauan pembuangan sampah.

Prosedur :
Prosedur Kerja Dalam Pemanfaatan Sampah Padat :
1.       Dilakukan pemilahan dalam pengumpulan dan pembuangan sampah seperti sampah
organik, sampah anorganik dan sampah khusus ( spesifik )
2.       Masing – masing Tong sampah dilapisi dengan kantong plastic
3.       Pewadahan sampah :
a.       Tong Sampah dilapisi plastic warna kuning untuk tempat sampah medis
b.       Tong Sampah dilapisi plastic warna hitam dilengkapi label sampah anorganik untuk
jenis sampah kertas, botol, plastic dan sejenisnya.
c.       Tong Sampah dilapisi plastic warna hitam dilengkapi label sampah organic untuk jenis
sampah daun, sisa makanan dan sejenisnya
4.       Petugas kebersihan ruangan mengangkut sampah ke TPS sesuai dengan jalur, jadwal
dan jenis sampah dari unit ruangan pelayanan
37
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

5.       Alat angkut yang dipergunakan harus kuat dan kedap air sehingga tidak ada yang
tercecer dalam perjalanan
6.       Melakukan pensortiran terhadap sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, baik
sampah anorganik yang dilakukan pemilahan di TPS (container) seperti : plastik, kertas,
kaleng, dll dikumpulkan tersendiri sedangkan sampah organic untuk pembuatan pupuk
kompos
7.       Dilakukan pembersihan/pencucian tempat sampah (wadah) secara berkala
8.       Petugas dalam bekerja menggunakan Alat Pelindung Diri ( APD ) dan pakian kerja

7.

BAB IV
BAB IV

38
LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT
NOMOR TAHUN 2015
TANGGAL JANUARI 2015

PENUTUP

Dengan telah disusun Kebijakan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun di


Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk dapat dijadikan sebagai pedoman bagi
seluruh karyawan rumah sakit dalam melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Ditetapkan di : Makassar
Pada tanggal : 2015
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

dr. PRIMA HERU Y., M.Kes


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 68070564

39

Anda mungkin juga menyukai