Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SEJARAH DAN PENGHANTAR HUKUM ISLAM

“CONTOH-CONTOH PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM MASA TABI’IN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat tugas mandiri

Dosen pengampu:

MUHAMMAD IRFAN, S.H.I,M.Sy.

Disusun Oleh:

Rizqika Arrohman Oktofani (2121020374)

Program Studi Hukum Tata Negara


Fakultas Syariah
Universitas Islam Raden Intan Lampung
Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah dan
Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya mungkin
saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini saya susun atas tugas yang diberikan oleh bapak Muhammad
Irfan,S.H.I,M.Sy. selaku dosen bidang studi Sejarah dan Penghantar Hukum Islam.
Selain itu, saya menyusun makalah ini dengan harapan agar makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembacanya, dan bagi saya. Makalah saya yang judul
“CONTOH-CONTOH PEMBAHARUAN HUKUM ISLAM MASA TABI’IN” ini saya
susun berdasarkan informasi dan data dari berbagai sumber.

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih perlu dilakukannya
perbaikan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran dari para pembaca. Kami selaku
penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun kesalahan lain yang
ada di dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Terimakasih.

Wassalumu’alaikum Wr.Wb

Bandar Lampung, 07 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A . LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
B. RUMUS MASALAH....................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A . Pengertian Thaharah dan Najis....................................................................................................5
Pengertian Thaharah..........................................................................................................................5
1.ArtiThaharah...................................................................................................................................5
A.Pengertian Najis.................................................................................................................................5
A. Bagaimana Cara Bersuci Dari Najis..............................................................................................6
1. Cara Bersuci dari najis...................................................................................................................6
Macam-Macam Najis........................................................................................................................6
Bangkai yang Dikecualikan...........................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A.KESIMPULAN............................................................................................................................10
B. SARAN.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG
Dalam Pembahasan Fiqih secara umum selalu diawalli dengan urain tentang thatara.secara
Khusus, dalam semua kitab atau buku fiqih ibada selalu diawali dengan thatarah(BERSUCI)
Mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan dengajn ibadah.

Sebaliknya ibadah juga berkaitan erat dengan thatarah. Artinya, dalam melaksanakan suatu
Amalan ibadah ,sesorng harus terlebih dahulu berada dalam keadaan bersih lagi suci, baik dari Hadas
kecil, termasuk sarana san prasarana yang digunakan dalam beribadah, mulai dari Pakaian,tempat
ibadah dan laim sebagainya. Dengan kata lain, thatarah dengan ibadah ibarat dua Sisi mata uang,
dimana dimana antara satu sisi dengan sisi lainya tidak dapat dipisahkan.

B. RUMUS MASALAH

1. Apa pengertian thatarah ,hadast dan najis?

2. Bagaimana cara bersuci dari najis dan hadast?

3. Apa saja alat-alat untuk bersuci?

4. Apa hikmah dari bersuci?


BAB II

PEMBAHASAN

A . Pengertian Thaharah dan Najis


A. Pengertian Thaharah

Secara Bahasa, Thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud
Maupun kotoran yang tidak berwujud. Adapun secara istilah , thaharah artinya menghilangkan
Hadast, najis, dan kotoran dengan air atau tanah yang bersih. Dengan demikian, thaharah adalah
menghilangkan kkotoran yang masih melekat dibadan yang membuat tidak sahnya shalat dan ibadah
lain.

1.ArtiThaharah

Thaharah artinya bersuci menurut bahasa. Dalam istilah, thaharah artinya suci dari hadats dan najis,
yakni keadaan suci setelah berwudhu, tayammum, atau mandi wajib

2.HukumThaharah

Dalil thaharah tertulis dalam Quran surat Al Baqarah ayat 222. Allah SWT berfirman menyukai
orang-orang yang bertaubat dan bersuci

َ َ‫اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِ ْينَ َويُ ِحبُّ ْال ُمت‬
Arab: َ‫طه ِِّر ْين‬
Latin: Innallāha yuḥibbut-tawwābīna wa yuḥibbul-mutaṭahhirīn
Artinya: Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.

Selain itu, dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW, " Allah tidak menerima sholat yang tidaak
disertai dengan bersuci."

3.Macam-macam Thaharah

Pembagian thaharah ada dua, yakni bersuci dari hadats berupa melakukan wudhu, mandi, dan
tayamum. Kemudian, bersuci dari najis berupa menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan
pakaian

B. Pengertian Najis

Najis adalah suatu benda kotor nmenurut syara’ (Hukum Agama).Benda-benda najis itu meliputi:

 Najis ringan (Mukhofafah)


 Najis sedang (Mutawasitoh)
 Najis berat (Mugholadhoh)
 Najis ma’fu

B. Bagaimana Cara Bersuci Dari Najis


1. Cara Bersuci dari najis

a. Najis Ringan (mukhofafah) yaitu air kencing bayi lelaki yang berumur dua tahun, dan
Belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya. Menghilangkan nya cukup diperceki air pada tempat
yang terkena najis tersebut. Jika air kencing itu dari bayi perempuan maka wajib dicuci bersih.
Rasuluallah SAW bersabda, “ Sesungguhnya pakaian dicuci jika terkena air kencing
anak ;perempuan ,dan cukup diperceki air jika terkena kencing anak laki-laki “. (HR. Abu Dawud,
Ahmad, dan Hakim)

b. Najis sedang (mutawasitoh), yaitu segala sesuatu yang keluar dari bubur dan qubul manusia
atau binatang, baramg cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali bangkai manusia,ikan laut, dan
belalang) serta susu, tulang, dan bulu hewan yang haram dimakan. Dalam hal ini tikus termasuk
golongan najis,karena tikus hidup di tempat-tempat koto seperti comberan dan tempat sampah sampah
sekaligus mencari makanan disana. Sedangkan kucing tidak najis Rasuluallah SAW telah bersabda,
“Sungguh kucing itu tidak najis karena ia termasuk binatang yang jinak kepada kalian”. (HR Ash-
habus sunan dari Abu Qotadahrah.

Najis mutawasitoh dibagi dua:

1. Najis ainiyah, yaitu yang berwujud (tampak dan tidak terlihat) Misalnya, Kotoran manusia
atau binatang.
2. Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak berwujud ( tidak tampak dan tidak terlihat), seperti
bekas air kencing , dan arak yang sudah mengering.

Cara membersihkan najis mutawasitoh ini, cukuplah dibasuh tiga kali agar sifat-sifat najisnya (yakni
warna, dan baunya)hilang.

c. Najis berat (mugholladho) badalah najis anjing dan babi. Cara menghilangkanya harus dibasuh
sebanyak tujuh kali dan salah satu air yang bercampur tanah. Rasuluallah SAW bersabda : “Jika
bejana salah seorang diantara kalian dijilar anjing,cucilah tujuh kali dan salah satunya hendaklah
dicampur dengan tanah “. (HR. Muslim)

Selain tiga jenis kotoran diatas , ada saty lagi, yaitu najis ma’fu (najis yang dimaafkan) antara
lain nanah dan darah yang cuman sedikit debu, air dari loronng-lorong yang memercik sedikit yang
sulit dihindarkan

Macam-Macam Najis
 Pertama, Ditinjau dari cara membersihkannya, najis dibagi menjadi tiga:
1.Najis Mukhaffafah (najis ringan)
Najis ringan adalah najis yang cara membersihkannya cukup dengan diperciki air di bagian yang terkena
najis, meskipun bekas najisnya masih melekat. Contoh: air kencing bayi laki-laki yang masih menyusu.

2.Najis Mutawassithah (najis pertengahan)


Najis pertengahan adalah najis yang cara membersihkan    nya harus dihilangkan sampai tuntas. Bisa
dengan disiram air sampai bersih, digosok dengan tanah atau benda lain, atau dengan cara yang lainnya.
Contoh: kotoran manusia dewasa, darah haid, dll.

3.Najis Mughallazhah (najis berat)


Najjis berat adalah benda najis yang cara membersihkannya dengan dicuci sebanyak tujuh kali. Contoh:
liur anjing yang menjilati wadah berisi air.
 Kedua, benda-benda yang dihukumi najis
1.Air kencing dan tinja manusia
Dalilnya Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ِإ َذا َوطَِئ َأ َح ُد ُك ْم بِنَ ْعلَ ْي ِه اَأل َذى فَِإ َّن التُّ َر‬
َ ُ‫اب لَه‬
‫طهُو ٌر‬

“Jika kalian menginjak kotoran (al adza) dengan alas kakinya, maka tanahlah yang nanti akan
menyucikannya.” (HR. Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani)
Keterangan: Al adza (kotoran) adalah segala sesuatu yang mengganggu yaitu benda najis, kotoran, batu,
duri, dsb. Sementara yang dimaksud al adza dalam hadits ini adalah benda najis, termasuk kotoran
manusia.
Disamping hadis di atas, kaum muslimin sepakat bahwa kotoran manusia adalah najis.

2.Madzi dan wadi


Dalilnya: Dari ‘Ali bin Abi Thalib, beliau radhiallahu ‘anhu berkata,
َ َ‫ت ْال ِم ْقدَا َد ْبنَ اَأل ْس َو ِد فَ َسَألَهُ فَق‬
‫ال يَ ْغ ِس ُل‬ ُ ْ‫ى صلى هللا عليه وسلم لِ َم َكا ِن ا ْبنَتِ ِه فََأ َمر‬
َّ ِ‫ت َأ ْستَحْ يِى َأ ْن َأ ْسَأ َل النَّب‬
ُ ‫ت َر ُجالً َم َّذا ًء َو ُك ْن‬ ُ ‫ُك ْن‬
‫ُأ‬. ‫ض‬َّ ‫َذ َك َرهُ َويَتَ َو‬

“Aku termasuk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu menanyakan hal ini kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallm dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku pun
memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lantas beliau memberikan jawaban pada Al Miqdad, “Perintahkan dia untuk mencuci kemaluannya
kemudian suruh dia berwudhu” (Muttafaq ‘alaihi)

3.Kotoran hewan yang dagingnya tidak halal dimakan


Dalilnya: Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
َ‫الحجْ َر ْين‬
َ ‫ك‬ ٍ ‫ت لَهُ َحجْ َر ْي ِن َو َروْ ثَ ِة ِح َم‬
َ ‫ار فَأ ْم َس‬ ٍ ‫ ِإْئتِنِي بِثَالَثَ ِة َأحْ َج‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ ْن يَتَبَ َّر َز فَقَا َل‬
ُ ‫ار فَ َو َج ْد‬ َ ‫َأ َرا َد النَّبِ ُّي‬
ٌ‫ ِه َي ِرجْ س‬: ‫َوطَ َر َح الرَّوْ ثَة َوقا َل‬
َ َ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud bersuci setelah buang hajat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas bersabda, “Carikanlah tiga buah batu untukku.” Kemudian aku mendapatkan dua batu dan
kotoran keledai. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil dua batu dan membuang kotoran
tadi. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Kotoran ini termasuk najis”. (HR. Ibnu
Khuzaimah 70)
4.Darah haid
Dalilnya: dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kemudian berkata,
َ ‫صيبُ ثَوْ بَهَا ِم ْن د َِم ْال َح ْي‬
‫ض ِة َك ْيفَ تَصْ نَ ُع بِ ِه‬ ِ ُ‫ِإحْ دَانَا ي‬

“Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‫صلِّى فِي ِه‬ َ ‫صهُ بِ ْال َما ِء ثُ َّم تَ ْن‬
َ ُ‫ض ُحهُ ثُ َّم ت‬ ُ ‫تَ ُحتُّهُ ثُ َّم تَ ْق ُر‬

“Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.”
(Muttafaq ‘alaihi)

5.Liur anjing
Dalilnya Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫ت ُأوالَه َُّن بِالتُّ َرا‬
‫ب‬ ٍ ‫طُهُو ُر ِإنَا ِء َأ َح ِد ُك ْم ِإ َذا َولَ َغ فِي ِه ْال َك ْلبُ َأ ْن يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرَّا‬

“Cara menyucikan bejana di antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak tujuh kali dan
awalnya dengan tanah.” (HR. Muslim 279)

Catatan tentang najis Anjing:


Ada tiga pendapat ulama mengenai najis pada anjing:
1. Pertama, seluruh tubuhnya najis bahkan termasuk bulu (rambutnya). Ini adalah pendapat Imam
Syafi’i dan salah satu dari dua riwayat (pendapat) Imam Ahmad.
2. Kedua, anjing itu suci termasuk pula air liurnya. Inilah pendapat yang masyhur dari Imam Malik.
3. Ketiga, air liurnya itu najis dan bulunya itu suci. Inilah pendapat Imam Abu Hanifah dan pendapat
lain dari Imam Ahmad.

Pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah pendapat ketiga. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah, 21/616-620, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H)
6.Bangkai.

7.Darah yang memancar.

8. Babi.

Dalil ketiga hal di atas adalah firman Allah,


ْ َ‫ي ُم َح َّر ًما َعلَى طَا ِع ٍم ي‬
ً‫ط َع ُمهُ ِإاَّل َأ ْن يَ ُكونَ َم ْيتَة‬ َّ َ‫قُلْ اَل َأ ِج ُد فِي َما ُأو ِح َي ِإل‬
ٍ ‫َأوْ َد ًما َم ْسفُوحًا َأوْ لَحْ َم ِخ ْن ِز‬
‫ير فَِإنَّهُ ِرجْ س‬

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan
bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau
daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor” (Qs. al-An`am: 145)
Bangkai yang Dikecualikan
a – Bangkai ikan dan belalang
Dalilnya dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫د َوالطِّ َحا ُل‬ªُ ِ‫ان فَ ْال َكب‬


ِ ‫ُوت َو ْال َج َرا ُد َوَأ َّما ال َّد َم‬
ُ ‫َان فَ ْالح‬
ِ ‫َان َو َد َما ِن فََأ َّما ْال َم ْيتَت‬ ْ َّ‫ُأ ِحل‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬

“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang.
Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ahmad 5723 & Ibnu Majah 3218 dan
dishahihkan al-Albani)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Thaharah dan Najis Pengertian Thaharah Secara Bahasa, Thaharah artinya
membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud Maupun kotoran yang tidak berwujud.
Adapun secara istilah , thaharah artinya menghilangkan Hadast, najis, dan kotoran dengan air atau
tanah yang bersih.

Kemudian, bersuci dari najis berupa menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian

A.Pengertian Najis Najis adalah suatu benda kotor nmenurut syara’ (Hukum Agama).Benda-benda
najis itu meliputi: • Najis ringan (Mukhofafah) • Najis sedang (Mutawasitoh) • Najis berat
(Mugholadhoh) • Najis ma’fu A. Bagaimana Cara Bersuci Dari Najis 1.

Cara Bersuci dari najis a. Najis Ringan (mukhofafah) yaitu air kencing bayi lelaki yang berumur dua
tahun, dan Belum makan sesuatu kecuali air susu ibunya.

Abu Dawud, Ahmad, dan Hakim) b. Najis sedang (mutawasitoh), yaitu segala sesuatu yang keluar
dari bubur dan qubul manusia atau binatang, baramg cair yang memabukkan, dan bangkai (kecuali
bangkai manusia,ikan laut, dan belalang) serta susu, tulang, dan bulu hewan yang haram dimakan.

Sedangkan kucing tidak najis Rasuluallah SAW telah bersabda, “Sungguh kucing itu tidak najis
karena ia termasuk binatang yang jinak kepada kalian”.

Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak berwujud ( tidak tampak dan tidak terlihat), seperti bekas air
kencing , dan arak yang sudah mengering.

Muslim) Selain tiga jenis kotoran diatas , ada saty lagi, yaitu najis ma’fu (najis yang dimaafkan)
antara lain nanah dan darah yang cuman sedikit debu, air dari loronng-lorong yang memercik sedikit
yang sulit dihindarkan Macam-Macam Najis • Pertama, Ditinjau dari cara membersihkannya, najis
dibagi menjadi tiga: 1.Najis Mukhaffafah (najis ringan) Najis ringan adalah najis yang cara
membersihkannya cukup dengan diperciki air di bagian yang terkena najis, meskipun bekas najisnya
masih melekat.

2.Najis Mutawassithah (najis pertengahan) Najis pertengahan adalah najis yang cara membersihkan
nya harus dihilangkan sampai tuntas.

3.Najis Mughallazhah (najis berat) Najjis berat adalah benda najis yang cara membersihkannya
dengan dicuci sebanyak tujuh kali.

• Kedua, benda-benda yang dihukumi najis 1.Air kencing dan tinja manusia Dalilnya Abu Hurairah,
َ ‫“ ِإ َذا َو ِطَئ َأ َح ُد ُك ْم بِنَ ْعلَ ْي ِه اَأل َذى فَِإ َّن التُّ َر‬Jika kalian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫اب لَهُ طَهُو ٌر‬
menginjak kotoran (al adza) dengan alas kakinya, maka tanahlah yang nanti akan menyucikannya.”
(HR.

Abu Daud dan dinilai sahih oleh al-Albani) Keterangan: Al adza (kotoran) adalah segala sesuatu yang
mengganggu yaitu benda najis, kotoran, batu, duri, dsb.

5.Liur anjing Dalilnya Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
ِ ‫ت ُأوالَه َُّن بِالتُّ َرا‬
sallam bersabda, ‫ب‬ ٍ ‫“ طُهُو ُر ِإنَا ِء َأ َح ِد ُك ْم ِإ َذا َولَ َغ فِي ِه ْالك َْلبُ َأ ْن يَ ْغ ِسلَهُ َس ْب َع َمرَّا‬Cara menyucikan bejana di
antara kalian apabila dijilat anjing adalah dicuci sebanyak tujuh kali dan awalnya dengan tanah.” (HR.
Dalil ketiga hal di atas adalah firman Allah, ْ‫ط َع ُمهُ ِإاَّل َأ ْن يَ ُكونَ َم ْيتَةً َأو‬ْ َ‫اع ٍم ي‬ َّ َ‫قُلْ اَل َأ ِج ُد فِي َما ُأو ِح َي ِإل‬
َ ‫ي ُم َح َّر ًما َعلَى‬
ِ ‫ط‬
ٍ ‫“ َد ًما َم ْسفُوحًا َأوْ لَحْ َم ِخ ْن ِز‬Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan
‫ير فَِإنَّهُ ِرجْ س‬
kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor” (Qs.

Bangkai yang Dikecualikan a – Bangkai ikan dan belalang Dalilnya dari Ibnu Umar radhiallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‫ُوت َو ْال َج َرا ُد‬ ُ ‫َان فَ ْالح‬
ِ ‫ان فََأ َّما ْال َم ْيتَت‬ ْ َّ‫ُأ ِحل‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَتَا ِن َو َد َم‬
‫ان فَ ْال َكبِ ُد َوالطِّ َحا ُل‬
ِ ‫“ َوَأ َّما ال َّد َم‬Kami dihalalkan dua bangkai dan darah.

B. SARAN

Dari penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun isi dari makalah ini, oleh karena itu penulisan mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membantu demi kesimpulan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aliy As’ar. 1980. Terjemah Fathul Mu’in, Kudus: Menara Kudus.


Abdul Rosyad Shiddiq. 2006. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Isnatin Ulfah. 2009. Fiqih Ibadah. Ponorogo: STAIN Press.
Muhamad Dainuri. 1996. Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam. Magelang: Sinar
Jaya.
Sayyid Sabiq. 1984. Fikih Sunnah jilid 1. Jakarta: Mulyaco.
Moh. Rifa’i. 1978. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

[1] Aliy As’ar, Fathul mu’in. (Kudus: Menara kudus,1980). hlm 71.


[2] Drs. H. Moh.Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1978). hlm.
63
[3] Abdul Rosyad Shiddiq, Fikih Ibadah.  (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2006), hlm: 80.
[4] Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah . (Ponorogo: STAIN Press Ponorogo,2009), hlm: 56.
[5] Sayyid, Sabiq, dkk, Fikih Sunah jilid 1,(Jakarta:Mulyaco,1984), hlm. 128-130.
[6] Sayyid, Sabiq, dkk, Fikih Sunah jilid 1,(Jakarta:Mulyaco,1984),  hlm. 144.
[7] Dainuri Muhamad. Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam (Magelang :Sinar Jaya
Offset,1996) hlm. 27.
[8] Dainuri Muhamad. Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam (Magelang :Sinar Jaya
Offset,1996) hlm. 27.

Anda mungkin juga menyukai