Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................1

BAB I..........................................................................................................................................................2

1.1 Latar belakang...................................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4

2.1 Pengertian Iklan dan Periklanan........................................................................................................4

2.2 Sejarah Periklanan dan Perkembangan Periklanan di Indonesia........................................................4

2.3 Fungsi Iklan.......................................................................................................................................6

2.4 Makna Etika dan Estetika dalam Iklan...............................................................................................6

2.5 Pengontrolan terhadap Iklan..............................................................................................................7

2.6 Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan...............................................................................................8

BAB III......................................................................................................................................................10

PENUTUP.................................................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................10

3.2 Saran................................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................11

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Periklanan di era sekarang ini sangatlah banyak, tak ayal banyak produk yang bertebaran di masa
sekarang. Banyaknya produk-produk atau jasa yang ada di masa saat ini melakukan berbagai
metode untuk melakukan promosi produk mereka, berbagai cara yang mereka gunakan untuk
memperjelaskan kualitas dan kuantitas pada produk ataupun jasa yang mereka tawar pada produk
mereka. Periklanan merupakan salah satu contoh media promosi yang sangat bertebaran saat ini.
Karena mudahnya sistem dan banyaknya media-media masa yang menyediakan fasilitas untuk
semua produk atau jasa, guna mereka mempromosikan produk atau jasa mereka. Banyak
periklanan di era sekarang juga banyak menimbulkan beberapa dampak, baik itu positif ataupun
negatif. Penyalahgunaan sistem periklanan juga banyak merugikan orang banyak. Banyaknya
periklanan penipuan yang menjadi salah satu masalah dalam periklanan tidak jarang merugikan
orang banyak. Hal ini tentu membuat banyaknya pelanggaran etika dalam periklanan, hal ini juga
yang mendasari penilitian kelompok kami.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan iklan dan periklanan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan periklanan di Indonesia?
3. Apa fungsi iklan?
4. Apa makna etika dan estetika dalam iklan?
5. Bagaimana pengontrolan terhadap iklan?
6. Apa saja prinsip moral yang perlu dalam iklan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari iklan dan periklanan
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan periklanan di Indonesia

2
3. Untuk mengetahui fungsi iklan
4. Untuk mengetahui makna etika dan estetika dalam iklan
5. Untuk mengetahui bagaimana pengontrolan terhadap iklan
6. Untuk mengetahui prinsip moral yang perlu dalam iklan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iklan dan Periklanan


Kata iklan berasal dari bahasa Yunani yang artinya upaya menggiring orang pada ide atau
gagasan. Sedangkan pengertian iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang ditawarkan. Menurut
Thomas M. Garret, SJ, iklan diartikan sebagai suatu aktivitas melalui pesan visual atau oral
untuk disampaikan kepada masyarakat dengan bertujuan memberi informasi atau
memengaruhi mereka untuk membeli produk dan jasa yang telah diproduksi, atau untuk
melakukan tindakan-tindakan ekonomi yang positif terhadap ide-ide, institusi-institusi atau
pribadi yang terlibat dalam iklan tersebut. (1997)
Pengertian antara iklan dan periklanan mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya
yaitu keduanya sama-sama pesan yang ditujukan kepada khalayak ramai. Untuk
perbedaannya adalah iklan lebih cenderung kepada produk, atau iklan juga bisa dikatakan
sebagai hasil dari periklanan. Sedangkan periklanan sendiri adalah keseluruhan proses yang
terdiri dari penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.
Untuk membuat konsumen tertarik, iklan haruslah dibuat semenarik mungkin dan adakalanya
iklan juga dibuat lebih dramatis. Iklan dikomunikasikan kepada khalayak luas (menggunakan
media massa sehingga iklan akan diterima oleh semua orang). Oleh karena itu, iklan haruslah
memiliki etika, baik moral maupun bisnis.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan hasil dari periklanan, dimana keduanya
mempunyai tujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak ramai agar tertarik untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan,

2.2 Sejarah Periklanan dan Perkembangan Periklanan di Indonesia


Sejarah periklanan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu sejak manusia melakukan
pertukaran barang. Wright (dalam Liliweri, 1992) mencatat bahwa 3000 tahun sebelum
Masehi, bangsa Mesopotamia dan Babilonia telah meletakkan dasar-dasar periklanan seperti

4
yang terlihat sekarang ini. Di zaman itu, para pedagang menyewa perahu, lalu menyuruh
pedagang keliling untuk mengantarkan barang yang telah diproduksi kepada konsumen yang
tinggal di pedalaman dengan teknik pemasaran door to door.
Sedangkan di zaman Yunani dan Romawi, teknik beriklan mulai berkembang. Pada masa
inilah mulai disadari pentingnya menggunakan medium untuk menyampaikan pesan
informasi. Para pemilik usaha menggunakan pahatan di dinding kota untuk memberitahu
bahwa mereka menjual dagangan . tertentu. Sedangkan di zaman Caesar, banyak toko besar
yang sudah mulai menggunakan tanda, simbol atau papan nama sebagai media beriklan.
(Dikutip di https://id.scribd.com/doc/219316184/Makalah-Periklanan-Dan-Etika-Fix-
Kelompok-Nya-3 pada Senin, 15 Februari 2022 pukul 22:14).
Periklanan memasuki sejarah penting ketika kertas ditemukan pada tahun 1215 di Cina dan
ditemukan mesin cetak oleh Johan Gutenberg pada tahun 1450. Sejak saat itulah, medium
kuno ditinggalkan dan diganti dengan pamflet atau selebaran untuk menginformasikan atau
menjual sesuatu. Selebaran dan pamflet inilah yang akhirnya menjadi cikal-bakal surat kabar,
sebuah medium klasik yang masih tetap digunakan sebagai medium utama sampai sekarang.
Sampai di abad 19, Eropa dan Amerika masih belum mengenal perusahaan periklanan
(advertising agency). Jadi, siapapun yang ingin mengiklankan sesuatu harus menggunakan
surat kabar. Sekitar di tahun 1800-an, perkembangan kesulitan diantara pengiklan dan surat
kabar mulai terjadi. Para pengiklan mulai merasa harus menjangkau khalayak yang lebih luas
lagi. Perkembangan itulah yang melahirkan kebutuhan akan perlunya penghubung antara
surat kabar dan pengiklan. Hower mencatat dua nama yang menjadi pelopor advertising
agent yaitu Volney B Palmer di Philadelphia dan John Hooper di New York. Oleh orang-
orang setelah mereka, bisnis tersebut dikembangkan dalam sebuah institusi yang disebut
advertising agency.
Beberapa standar penting yang berlaku di dunia periklanan saat ini merupakan hal yang telah
diwariskan oleh praktisi periklanan di abad 19 maupun awal abad 20, seperti besar persentase
komisi untuk agency yaitu 15% yang dimulai dari tahun 1917 maupun pembagian aktifitas
perusahaan periklanan kedalam 3 bagian, yaitu: account, creative dan media.
Perkembangan periklanan di Indonesia sendiri sudah ada sejak lebih dari seabad yang lalu.
Buktinya yaitu iklan yang telah diciptakan dan dimuat di surat kabar telah ditemukan di surat

5
kabar "Tjahaja Sijang" yang terbit di Manado tahun 1869. Bukti lainnya yaitu ditemukannya
kegiatan periklanan melalui surat kabar yaitu di Semarang pada tahun 1864. Surat kabar "De
Locomotief" yang telah beredar setiap hari tersebut memuat iklan tentang hotel di Paris.
Iklan pada kedua surat kabar ini masih didominasi oleh tulisan dan belum bergambar karena
kesulitan teknis cetak saat itu. (Dikutip di https://id.scribd.com/doc/219316184/Makalah-
Periklanan-Dan-Etika-Fix-Kelompok-Nya-3 pada Senin, 15 Februari 2022 pukul 22:14).

2.3 Fungsi Iklan


Menurut Bertens (2000:265) yang dikutip dari Setyowati Subroto, SE, M.Si, periklanan
mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi yang bersifat informatif dan fungsi yang bersifat
persuasif. Tetapi dalam kenyataannya tidak ada iklan yang semata-mata berfungsi informatif
dan tidak ada iklan yang semata-mata hanya berfungsi persuasif. Biasanya iklan tentang
produk atau jasa baru mempunyai informasi yang kuat. Misalnya tentang tempat pariwisata
dan iklan tentang harga makanan di toko sebuah swalayan. Sedangkan untuk iklan tentang
produk yang ada banyak mereknya akan memiliki unsur persuasif yang lebih menonjol,
seperti iklan tentang pakaian bermerek dan rumah. Tercampurnya unsur informatif dan
persuasif inilah yang membuat penilaian etis terhadap iklan menjadi lebih kompleks.
Masalah moral yang muncul dalam iklan yaitu ketika iklan kehilangan nilai-nilai
informatifnya dan hanya sebagai propaganda barang dan jasa demi profit yang tinggi dari
para produsen atau penyedia iklan.

2.4 Makna Etika dan Estetika dalam Iklan


Pada akhirnya, iklan berfungsi sebagai pembentuk citra perusahaan di mata masyarakat. Citra
ini terbentuk dari kesesuaian antara kenyataan sebenarnya sebuah produk dengan informasi
yang disampaikan dalam iklan. Prinsip etika bisnis yang paling relevan dengan hal ini adalah
nilai kejujuran.
Ciri-ciri iklan yang baik yaitu sebagai berikut:
 Etis: berhubungan dengan kepantasan iklan tersebut.
 Estetis: berhubungan dengan kelayakan (target pasar, target konsumen, serta kapan harus
ditayangkan).

6
 Artistik: mempunyai nilai seni sehingga bisa menarik perhatian khalayak ramai.
Contoh penerapan etika dalam periklanan:
 Iklan pembalut wanita: tidak memperlihatkan hal-hal yang vulgar
 Iklan sabun mandi: tidak memperlihatkan orang yang sedang mandi secara utuh
Etika secara umum:
 Jujur: konten iklan tidak mengandung kebohongan
 Tidak memicu hal-hal yang berbau SARA
 Tidak mengandung hal-hal pornografi
 Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku
 Tidak melanggar etika bisnis
 Tidak melakukan plagiat
(Dikutip di https://id.scribd.com/doc/219316184/Makalah-Periklanan-Dan-Etika-Fix-
Kelompok-Nya-3 pada Senin, 15 Februari 2022 pukul 22:14).

2.5 Pengontrolan terhadap Iklan


Agar tidak terjadinya penyimpangan terhadap etika dalam periklanan, maka perlu adanya
pengontrolan. Ada 3 pengontrolan yang dilakukan terhadap iklan, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol oleh Pemerintah
Salah satu tugas penting bagi pemerintah yaitu harus melindungi masyarakat konsumen
terhadap ganasnya dunia periklanan. Di Indonesia, iklan tentang makanan dan obat diawasi
secara langsung oleh BPOM (Bertens, 2000 : 275)
b. Kontrol oleh para pengiklan
Dilakukan dengan menyusun sebuah kode etik, sejumlah norma dan pedoman yang telah
disetujui oleh profesi periklanan itu sendiri. Di Indonesia sendiri memiliki tata krama dan tata
cara periklanan Indonesia yang disempurnakan (1996) yang dikeluarkan oleh AMLI
(Asosiasi Perusahaan Media Luar Ruang Indonesia), ASPINDO (Asosiasi Pemrakarsa dan
Penyantun Iklan Indonesia), PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia), SPS (Serikat
Penerbit Surat Kabar). Pengawasan kode etik ini dipercayakan kepada KPI (Komisi
Periklanan Indonesia) yang terdiri atas unsur semua asosiasi pendukung dari tata krama
tersebut (Bertens, 2000 : 275 yang dikutip di
7
http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/Cermin/article/view/213 pada Selasa, 16 Februari
2022 pukul 09.19).
c. Kontrol oleh masyarakat
Beberapa lembaga juga turut menggalakkan etika periklanan, yaitu YLKI (Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia) dan lembaga pembinaan dan perlindungan konsumen. Lembaga-
lembaga tersebut sebagai pengontrol atas kualitas dan kebenaran periklanan. (Dikutip di
http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/Cermin/article/view/213 pada Selasa, 16 Februari
2022 pukul 09.19).

2.6 Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan


Terdapat 3(tiga) prinsip moral yang diperlukan dalam iklan, yaitu:
1. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan pengiklan yang seringkali melebih-lebihkan produk atau
jasa yang diiklankan, sehingga iklan tersebut bukannya memberikan informasi yang
dibutuhkan konsumen tetapi malah mempengaruhi atau bahkan menciptakan kebutuhan
baru. Jadi, yang ditekankan disini adalah sebuah iklan seharusnya tetap bersungguh-
sungguh menyatakan realita yang sebenarnya tentang produk atau jasa yang diiklankan.
2. Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi
Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang untuk memilih
barang dan jasa yang ia butuhkan. Namun, yang terjadi dalam realitanya banyak manusia
jatuh dalam pilihan keniscayaan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan
sekarang dikemas sedemikian rupa sehingga yang melihat, mendengar atau membacanya
bisa membangkitkan "nafsu" untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan (lust).
Mereka menganggap bahwa memiliki barang dan jasa tertentu akan menentukan status
sosial dalam masyarakat serta menambah rasa bangga diri.
3. Iklan dan Tanggung Jawab Sosial
Iklan banyak menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru karena peran utamanya sebagai
media informasi mengenai barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Namun dalam
kenyataannya, sulit dihindari bahwa iklan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat.
Artinya bahwa karena iklan, banyak orang membeli barang hanya sekedar untuk

8
memuaskan kebutuhan yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan primer.
Penumpukan barang dan jasa pada orang atau golongan masyarakat tertentu ini disebut
surplus barang dan jasa pemuas kebutuhan.
Dari hal inilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab dari iklan. Ada dua hal yang pantas dipraktekkan untuk berhadapan dengan surplus
barang dan jasa pemuas kebutuhan manusia, yaitu, pertama surplus barang dan jasa
seharusnya didermakan kepada orang miskin atau lembaga sosial yang berkarya untuk
kebaikan manusia pada umumnya. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan
kebutuhan fisik, biologis, psikologis dan spiritual dengan memperhatikan akan kebutuhan
masyarakat. (Dikutip di https://id.scribd.com/doc/219316184/Makalah-Periklanan-Dan-
Etika-Fix-Kelompok-Nya-3 pada Senin, 15 Februari 2022 pukul 22:14).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah meneliti tentang etika dalam periklanan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan
periklanan adalah aspek yang sangat penting penggunaan iklan sebagai salah satu cara promosi.
Periklanan harus digunakan sebaik mungkin agar bisa digunakan sebagai mana mestinya iklan
itu diciptakan. Etika dalam periklanan juga harus digunakan sebagai pedoman baik dalam
menjalankan periklanan.

3.2 Saran
Masyarakat umum khusunya harus jeli dalam iklan, jangan sampai tertipu di dalam hal ini.
Sebelum yakin untuk menggunakan atau melakukan tindakan dalam periklanan, sebaiknya kita
harus mencari dulu sumber atau bertanya kepada orang yang lebih tau tentang kebenaran iklan
tersebut, dan sebagai pelaku iklan kita juga harus jujur dan benar dalam melakukan kegiatan
periklanan, agar tidak merugikan orang banyak, etika yang ada dalam periklanan harus di
gunakan sebagaimana prosedur yang ada.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.web.id/iklan disearching pada Kamis, 17 Februari 2022 pukul 20.20
https://id.scribd.com/doc/219316184/Makalah-Periklanan-Dan-Etika-Fix-Kelompok-Nya-3 di
unduh pada Senin, 15 Februari 2022 pukul 22:14
http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/Cermin/article/view/213 di unduh pada Selasa, 16
Februari 2022 pukul 09.19.
https://www.researchgate.net/publication/329642430_ETIKA_DALAM_IKLAN diunduh pada
Selasa, 16 Februari 2022 pukul 09.22.

11

Anda mungkin juga menyukai