Anda di halaman 1dari 7

Tugas Esai

Nama : M. Arif Fhalda

NIM : 160801007

Unit : 232 07 – 07 FISIP

MK : Pengantar Sosiologi/Antropologi

Fakultas/Prodi : FISIP/Ilmu Politik

HUBUNGAN DAN PENTINGNYA KAJIAN ANTROPOLOGI/

SOSIOLOGI TERHADAP ILMU POLITIK

Seperti yang kita ketahui bahwa antropologi/sosiologi termasuk salah satu ilmu
sosial yang mempelajari manusia, khususnya yang menyangkut perilaku manusia.
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin
berlanjut termasuk salah satunya ilmu politik yang mulai banyak menaruh perhatian
terhadap berbagai kejadian atau fenomena budaya ditengah masyarakat baik yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung. Perlu kita ketahui bahwa keangotaan
partai politik yang ada di Indonesia sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan
budaya masyarakat yang ada.

Dengan budaya masyarakat di Indonesia yang cenderung bersifat patrimonial


sangat memberikan pengaruh terhadap sistem budaya politiknya juga. Oleh karena
itu, untuk lebih memahami bagaimana budaya dan perilaku politik masyarakat
Indonesia, terlebih dahulu kita perlu belajar tentang kondisi sosial dan kebudayaan
masyarakat Indonesia yang sangat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa
dan tentunya memiliki kondisi sosial dan budaya yang berbeda pula. Untuk hal ini,
tentunya ilmu antropologi/sosiologi sebagai salah satu ilmu yang mempelajari
perilaku manusia memiliki peran yang cukup besar dalam kaitannya dengan kajian

1
Tugas Esai

ilmu politik. Karena dengan menggunakan pendekatan yang ada dalam


antropologi/sosiologi kita dapat mengungkapkan kondisi sosial dan kebudayaan
masyarakat yang akan menjadi wadah bagi perilaku politik.

Seperti halnya keadaan saat ini bahwa budaya politik di masa lalu dan dimasa
sekarang tentunya sangat berbeda. Ilmu politik sejak tahun 1960 telah meluaskan
perhatiannya dari pokok pembahasan awalnya, yaitu hubungan antara kekuatan-
kekuatan dan proses-proses politik berbagai negara dengan berbagai macam sistem
pemerintahan, ke masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya
dari kekuatan-kekuatan politik tersebut. Hal itu penting terutama bila seorang ahli
ilmu politik harus meneliti dan menganalisis kekuatan-kekuatan politik di negara-
negara yang sedang berkembang seperti Asia, Afrika, dan lain-lain.

Selanjutnya, dalam kajian ilmu politik antropologi/sosiologi menggabungkan


unsur-unsur ilmu politik dengan antropologi. Bidang kajian wujud dari interaksi yang
ada diantara keduanya yang kemudian mengkaji politik dengan menggunakan
pandangan yang luas tentang tingkah laku sosial politik dan latar belakang
kebudayaan dalam mengkaji manusia. Dengan adanya kajian antropologi/sosiologi
dalam ilmu politik maka kita dapat melihat sejauh mana kebudayaan yang ada di
masyarakat itu berkembang dan mempengaruhi budaya politik, karena sedikit
banyaknya keadaan sosial dan kebudayaan masyarakat pasti berpengaruh terhadap
perkembangan kebudayaan dan perilaku politik yang ada di Indonesia.

Jika dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, ada suatu
partai politik berdasarkan ideologi agama Islam misalnya, maka cara-cara partai itu
berhubungan, bersaing, atau bekerja sama dengan partai dan kekuatan politik lainnya
yang ada di Indonesia tidak dapat hanya ditentukan oleh norma-norma dan metode
serta ideologi agama Islam, tetapi juga latar belakang, sistem norma dan adat istiadat
tradisional suku bangsa para pemimpin maupun anggota suatu partai yang sering kali
menyimpang dari ketentuan-ketentuan norma kepartaian dan ideologi Islam.

2
Tugas Esai

Untuk dapat memahami latar belakang dan adat-istiadat tradisional dan suku
bangsa itulah, maka metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli
ilmu politik, untuk mendapat pengertian mengenai tingkah laku dair partai politik
yang sedang dipelajarinya. Seorang ahli antropologi dalam mempelajari suatu
masyarakat untuk menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat tersebut
tentu akan juga menghadapi sendiri kekuatan dan proses politik lokal serta aktivitas
dari cabang-cabang partai politik nasional disitu. Untuk menganalisis gejala-gejala itu
perlu mengetahui konsep-konsep dan teori-teori ilmu politik juga. Dengan kata lain
dalam menyelidiki aspek kebudayaan di masa lalu dan masa kini. Antropologi yang
sebagai ilmu yang mempelajari kebudayaan maka akan sangat bermanfaat bagi ilmu
politik. Yang mana hasil penyelidikan kebudayaan di masa lalu meliputi semua aspek
kebudayaan masyarakat termasuk politik itu sendiri seperti pertumbuhan dan
perkembangan ide-ide dan lembaga politik yang menjadi konsep antropologi budaya.
Kebudayaan memberikan corak dan ragam pada lembaga-lembaga dan ide-ide dalam
masyarakat itu.

Hubungan yang palin erat antara ilmu antropologi dan ilmu politik yaitu ilmu
antropologi memberikan pengertian-pengertian dan teori-teori tentang kedudukan
serta peranan satuan-satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana. Awalnya
antropologi lebih banyak memusatkan perhatianpada kehidupan masyarakat dan
kebudayaan didesa-desa dan dipedalaman. Antropologi menyumbang pengertian dan
teori tentang kedudukan serta peranan-peranan dan satuan-satuan sosial budaya yan
masih kecil dan sederhana. Hasil penyelidikan antropologi yang menyangkut aspek
kultural termasuk dalam gagasan dan lembaga politik yang dapat menjelaskan
mengenai pertumbuhan dan perkembangan politik. Dalam bidang teori antropologi,
khususnya dalam menunjukkan perbedaan struktur sosial serta pola-pola kebudayaan
yang berbeda-beda pada setiap masyarakat.

Konsep-konsep antropologi bermafaat untuk mengkaji kekuasaan dalam sistem-


sistem sosial, dimana politik tidak berinstitusi, seperti dalam kelompok-kelompok

3
Tugas Esai

tradisional, ataupun dalam keadaan dimana tidak terdapat peranan pemimpin secara
resmi. Ringkasnya kajian antropologi bagi ilmu politik bermakna penggunaan
pendekatan antropologi dalam mengkaji ilmu politik. Adapun ciri-ciri dari
pendekatan antropologi ini yaitu pertama, kebudayaan dan masyarakat dikaji secara
holistik atau dikaji secara keseluruhan. Pendekatan ini juga memerlukan kajian secara
empiris dijalankan bukan moralistik ataupun berdasarkan kepada andalan-andalan
yang tidak boleh diuji. Kedua, pandangan moralistik ataupun pandangan yang
menganggap manusia sebagai “noble savage” menyekat penyelidikan yang
dijalankan untuk mendapatkan pemahaman tentang manusia yang berbeda. Ketiga,
dalam pendekatan ini persoalan-persoalan yang ditanyakan oleh para ahli antropologi
adalah secara perbandingan. Misalnya persoalan asal-usul dan fungsi politik, oleh
karena itu tidak dapat dijawab dengan kajian dari satu masyarakat ataupun satu
kebudayaan saja tanpa adanya dibuat sebuah perbandingan.

Ketiga ciri ini menguatkan diantaranya kajian perbandingan mengandaikan


bahwa khasanah kebudayaan diterangkan dengan merujuk kepada beberapa kuasa
sosial politik, psikologi dan ekonomi, selain moral alam yang dimiliki. Andaian ini
menggalakkan kajian empiris. Ahli-ahli empiris mencari keterangan sesuatu khasanah
itu dengan membuat beberapa perbandingan diantara masyarakat-masyarakat.
Pendekatan holistik menentukan bahwa butir-butir yang dikutip dan dicatat cukup
untuk kajian perbandingan.

Kajian politik dalam bidang antropologi telah dipengaruhi oleh pergerakan


tingkah laku. Dalam antropologi pergerakan tersebut timbul dari kritik-kritik terhadap
strukturalisme awal, dan juga dari rasa tidak puas terhadap definisi alternatif yang
diberi oleh Easton. Pendekatan tingkah laku berorientasi kajian proses. Walaupun
asal-usul pendekatan ini dapat dilihat dalam kajian -kajian awal dimana telah
dikembangkan lebih lanjut lagi oleh kajian-kajian pendahulunya. Pendekatan tingkah
laku membawa konsep-konsep baru untuk menjelaskan kelompok-kelompok orang
yang dikaji. Diantara konsep-konsep ini didapati kelompok kecil dalam tubuh

4
Tugas Esai

organisasi (clique), kelompok radikal dalam organisasi besar (gang), sayap dalam
kelompok besar (faction), dan penggabungan beberapa organisasi dalam satu barisan
(coalition). Kebanyakan kajian ini berkaitan dengan berbagai mode tingkah laku
seperti pilihan, maksimalisasi, pengambilan keputusan, interaksi, kelengkapan dan
lain sebagainya. Ahli-ahli ilmu tingkah laku mengatakan bahwa mereka telah
melanjutkan pengkajian ini. Pada dasarnya taksonomi struktur dan fungsi-fungsi
sistem politik telah ditegaskan. Tetapi dengan tingkah laku proses pekerti telah mulai
dikaji. Pendekatan yang dahulu mengikuti ahli-ahli behavioralisme mengkaji
fenomena statis, sedangkan ahli-ahli pendekatan tingkah laku ini mengatakan bahwa
pendekatan mereka digunakan untuk mengkaji fenomena dinamik. Pemusatan ke atas
tingkahlaku mengasumsikan bahwa manusia digerakkan oleh manusia rasional.
Pendekatan seperti ini ada batasnya. Satu daripada batas kepada pendekatan ini (yang
disebabkan oleh asumsi manusia rasional) ialah ia tidak memperhatikan dengan
secukupnya pengaruh kepercayaan, kebudayaan dan ideologi atas tingkahlaku
manusia.

Kesabaran tingkah lakutelah membuka jalan untuk memeriksa sekali lagi


kedudukan strukturalisme. Terdapat kesadaran bahwa strukturalisme boleh diubah
disesuaikan. Dimendi masa, manakala boleh ditambah dengan analisa input-output.
Dengan beberapa perubahan telah dicadangkan satu sintesis unsur-unsur tingkah laku,
menunjukkan bahwa “arena” politik telah diperluas. Mereka memberi perhatian
kepada keadaan yang lebih luas dimana aktor-aktor politik mengambil bagian,
keadaan-keadaan penguasa penindasan, saling bergantung dengan gerakan politik
antara kelas. Ada beberapa pertanda yang menunjukkan bahwa penyelidikan menuju
ke arah tenaga baru dengan menggunakan analisa struktur yang telah diperbaharui.
Ada kesadaran bahwa kedua disiplin, antropologi dan ilmu politik perlu diberi jadwal
tentang jangka masa sistem-sistem politik. Ini menghendaki keterangan berkenaan
dengan persamaan dan perbedaan antara sistem-sistem. Telah dinyatakan bahwa

5
Tugas Esai

bidang kecil ini mewarnai perkembangan alamiah untuk mereka yang berminat
mengkaji struktur sosial.

Dalam kajian-kajian seperti ini diketengahkan bahwa aktivis politik adalah


aspek yang sangat penting dan menentukan perhubungan-perhubungan antara
peranan. Ada juga tafsiran semula yang menegaskan manfaat ataupun keteguhan
strukturalisme, kritik ke atas strukturalisme yang telah dibuat hanya melihat struktur
sistem politik sebagai pijakan pandangan, ini juga dapat dianggap sebagai pemikiran
bebas. Kaidah penyelidikan tingkah laku meninggalkan beberapa persoalan yang
tidak ditanya dan tidak dijawab. Umpamanya, beberapa persoalan yang berkenaan
dengan factions masih kabur walaupun keadaan-keadaan ini telah diselidiki kerap
kali. Singkatnya dapat dikatakan bahwa setiap pendekatan ada manfaatnya terhadap
masalah yang hendak dikaji. Kajian-kajian yang telah dibahas telah membuktikan hal
itu. Kajian-kajian itu juga menunjukkan bahwa keupayaan ataupun potensi itu juga
menunjukkan bahwa keupayaan ataupun potensi itu juga menujukkan bahwa
keupayaan ini akan terbis sebagai pernyataan kekuatan ataupun faedah-faedah
beberapa pendekatan yang sering digunakan oleh para peneliti.

Dari penjelasan tersebut diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa hubungan
antara antropologi/sosiolodi dengan ilmu politik sangat erat kaitannya. Ilmu politik
yang merupakan salah satu ilmu sosial tentunya juga memerlukan pendekatan dengan
kajian yang berkaitan erat dengan bidang ilmu mengenai tingkah laku manusia serta
kebudayaan yaitu antropologi/sosiologi. Dimana dengan bidang keilmuan tersebut
kita dapat mengkaji ilmu politik mulai dari segi holistik hingga ke segi lainnyayang
berkaitan dengan ilmu politik. Antropologi/sosiologi juga penting adanya karena
dengan bidang keilmuan tersebut kita juga dapat mengkaji bagaimana situasi budaya
politik yang ada di masa lalu dan masa kini sehingga kita bisa membandingkan
keduanya dan menarik kesimpulan dari kajian tersebut. Oleh karena itu, saat ini
antara antropologi/sosiologi dengan ilmu politik seperti sudah tidak dapat dipisahkan,

6
Tugas Esai

karena dalam ilmu politik kita juga mempelajari tentang bagaimana perilaku aktor
politik dan bagaimana budaya politik yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai