Anda di halaman 1dari 8

ABSTRACK

Pendidikan Islam dianggap tinggi mutunya apabila kemampuan pengetahuan dan sikap yang
memiliki para lulusan berguna bagi pembangunan selanjutnya, baik di lembaga pendidikan
dasar, menengah, maupun di masyarakat, mutu suatu lembaga pendidikan akan
terselenggara jika proses belajar mengajar dapat diselanggarakan secara efektif dan efisien.
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efesien, mengenal pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut
dengan metode mengajar. Metode mengajar adalah cara-cara mengajar yang dapat
ditempuh dalam memudahkan transfermasi ilmu kepada peserta didik, sehingga mudah
dipahami dan dimengerti. Ada beberapa metode mengajar dalam pendidikan Islam, antara
lain adalah: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan eksperimen,
metode pemberian tugas (resitasi) dan metode kerja kelompok.  Kemudian menurut
Abdurahman An-Nahlawi, metode-metode yang dapat di terapkan dalam pendidikan agama
Islam diantara yaitu metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, metode kisah
Qur’ani dan Nabawi, metode Amsal (perumpamaan) metode Keteladanan, metode
Pembiasaan, metode Ibrah dan Mau’izzah, dan metode Targhib wa Tarhib.

Kata Kunci: Metode, Pendidikan Islam.


A.    PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat dilihat dari Al
Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Didalam Al
Qur’an juga mencangkup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara tersirat
maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep
kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran
(intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran
berakar pada pihak pendidik.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan
mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena
keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika
cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima
pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada
siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Pendidikan Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik terhadap agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Islam sebenarnya merupakan suatu proses yang komprehensif dari
pengembangan kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual,
emosi dan fisik. Sehingga Seseorang muslim disiapkan dengan baik untuk melaksanakan
tujuan kehadirannya di sisi Tuhan sebagai hamba dan wakil-Nya di muka bumi.
Pendidikan Islam sangatlah penting dalam pembentukan kesadaran dan kepribadian
anak didik dan merupakan suatu proses persiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Dengan demikian pendidikan merupakan pondasi dasar dalam rangka membentuk
kepribadian manusia, sehingga manusia dapat menjadi seorang muslim yang baik (insan
kamil) untuk dapat mengembangkan potensi dirinya baik sebagai hamba Allah maupun
sebagai khalifatullah di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan nilai ilahiyah
yang didasari pada ajaran agama (Al-Qur’an- Hadits) pada semua dimensi kehidupannya.
Dalam proses belajar-mengajar tingkat kecerdasan dan kemampuan siswa dalam
memahami pelajaran sangat tergantung kepada guru dalam menerapkan metode mengajar.
Manakala metode mengajar itu baik maka semakin baik pula mutu dan nilai ilmu
pengetahuan itu. Dalam hal ini gurulah yang sangat berperan dan guru yang terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Metode yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
haruslah sesuai dengan kemampuan siswa, serta fasilitas yang mendukungnya, baik sarana
maupun pra sarana.
B. PEMBAHASAN

1.      Q.S An Nahl ayat 125

a.  Bunyi Ayat dan Terjemah

َ ‫م بِالَّتِي ِه َي َأحْ َسنُ ۚ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو َأ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬Gُْ‫ع ِإلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْله‬
‫ض َّل ع َْن‬ ُ ‫ا ْد‬
َ‫َسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين‬
Artinya :  “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)[1]
b.  Makna Mufradat
1.         ‫ادع الى سبيل ربك‬  : kata  ‫ادع‬  tersebut menurut ibnu katsir mengandung arti perintah  allah
SWT kepada nabi muhammad SAW untuk mengajak makhluk (manusia), sedangkan kata ‫الى‬
‫بيل ربك‬GGG‫س‬  mengandung arti kepada jalan rabbmu, yang dimaksud jalan tuhan tersebut
iyalah     ‫دين اإلسالم‬  (agama islam).[2]
2.            ‫با الحكمة‬  : menurut abil hasan kata bil hikmah tersebut mengandung dua tafsiran, yang
pertama dengan al-qur’an dan yang kedua dengan kenabian (hadits).[3]
3.       ‫نَ ِة‬GG‫ ِة ْال َح َس‬GGَ‫ َو ْال َموْ ِعظ‬ : kata mauidatil hasanati mengandung arti dan pelajaran yang baik,
menurut syaikh ahmad showi kata mauidatil hasanah tersebut mengandung arti perkataan
yang baik atau nasihat yang lembut.[4]
4.         ‫وجادلهم بالتي هي أحسن‬  mengandung arti dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,
seperti menyeru mereka untuk menyembah allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-
tanda kebesaran-NYA atau dengan hujjah-hujjah yang jelas.
C.   Makiyah atau Madaniyah

QS An Nahl ayat 125 terdiri atas 128 ayat termasuk surat Makiyah dinamai juga surah An
Ni’am (Nikmat-nikmat)

D.    Asbabunnuzul
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat
ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan
jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman
Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah
kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak
Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab
turunnya  ayat tersebut.
E.     Munasabah
Dalam ayat yang lalu, Allah SWT menerapkan tentang nabi ibrahim as sebagai
pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid dan penegak ketauhidan.
Kemudian Allah SWT menjelaskan perintahnya kepada nabi Muhammad saw agar
mengikuti agama Ibrahim as dengan perantaraan wahyu-Nya. Maka dalam ayat-ayat ini,
Allah SWT memberikan tuntutan kepada Nabi untuk mengajak manusia kepada agama
tauhid, agama Nabi Ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah Arab, yahudi dan
nasrani.[5]
F.     Kaitan Surah Dengan pendidikan
Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah
sebagai berikut:
1.      Disampaikan dengan cara hikmah
Cara hikmah yang dimaksud disini,bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan
penyeruan atau pengajakan dengan cara yang bijak,filosofis, argumentatif,dilakukan dengan
adil,penuh kesabaran dan ketabahan,sesuai dengan risalah nubuwwah dan ajaran al-qur’an.
2.      Dengan Mau’izah Hasanah
Dakwah dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara memberi bimbingan, pendidikan,
pengajaran,bisa dengan cara memberikan kisah,berita gembira ataupun nasehat,dan
peringatan,seorang yang berdakwah dengan cara ini tentunya harus menjiwai apa yang di
utarakan lisannya,dan terbuka.[6] dengan kedua cara inilah Rasulullah telah mengajarkan
kelemah lembutan yang beliau tunjukkan tak hanya kepada para sahabat dan orang-orang
muslim. Namun juga tetap lemah lembut pada musuh yang akan membunuh beliau. Inilah
ketinggian akhlak berdakwah Rasulullah yang mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-
Qur’an.
3.      Dengan mujadalah ahsan(bantahan atau debat yang baik)
Dalam metode dakwah ini,rasulullah menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu agar
mereka memiliki wawasan luas agar mampu melayani objek yang tidak atau kurang setuju
dengan pendapat yang akan ia serukan,rasul tidak pernah mengundang kemarahan lawan
serta tidak pernah menggunakan dalil atau hujjah yang tidak benar,yang baik adalah yang
disampaikannya dengan sopan,serta menggunakan dalil atau wahyu yang kebenaranya diakui
oleh lawan,maka dengan penyampaian yang baik dan argument yang benar beliau dapat
membungkam lawan,maka dengan metode mujadalah ahsan  seorang da’i dapat mengarah
kan objek atau sasaran yang dihadapi menerima kebenaran.[7]
2.      Q.S Ali Imran ayat 159
1.      Bunyi Ayat dan Terjemah
َ ‫َو‬
3.      ‫شا‬ ‫ب اَل ْن َفض ُْوا مِنْ َح ْول َِك َفاعْ فُ َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغفِرْ لَ ُه ْم‬ ًّ ‫ت َف‬
ِ ‫ظا َغلِ ْي َظ ْال َق ْل‬ َ ‫ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن‬َ ‫هللا لِ ْن‬
ِ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِن‬
‫هللا ُيحِبُّ ال ُم َت َو ِّكلِي َْن‬ ِ ‫ت َف َت َو َّك ْل َعلَى‬ َ ‫مْر َفِإ َذا َع َز ْم‬ ‫َأْل‬
َ َّ‫هللا ِإن‬ ِ ‫ِورْ ُه ْم فِي ا‬
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Q.S Ali Imran Ayat 159  )  [8]
2.      Makna Mufrodat
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah lembut”,
lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukan bagi benda – benda yang
bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal – hal yang maknawi seperti
akhlak. Linta berarti “kamu lemah lembut” ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat
Allah, Rasulullah dapat memiliki sikap lemah lembut dan tidak kasar terhadap para
pengikutnya (para sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam perang uhud,
dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini menyebabkan kegagalan
dipihak kaum muslimin. Dengan sikap ini, orang – orang yang ada di sekelilingnya tidak
akan menjauh dan akan semakin semakin dekat dengannya.[9]
3.      Makiyah dan Madaiyah
      QS Ali Imran ayat 159 terdiri dari 200 ayat termasuk surah Madaniyah, Surah Al
baqoroh dan Ali Imran disebut Az Zahrawan (Dua yang Cemerlang).
4.      Asbabunnuzul
       Sebab – sebab turunya ayat ini kepada Nabi Muhammad saw adalah sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ra menjelaskan bahwasanya setelah terjadinya
perang Badar, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar  ra dan Umar bin
Khaththab ra untuk meminta pendapat meraka tentang para tawanan perang, Abu Bakar ra
berpendapat, meraka sebaiknya dikembalikan kepada keluargannya dan keluargannya
membayar tebusan. Namun, Umar ra berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang
diperintah membunuh adalah keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan.
Kemudian turunlah ayat ini sebagai dukungan atas Abu Bakar (HR. Kalabi).[10]

5.      Kaitan Dengan pendidikan


       QS. Ali ‘Imran dengan pendidikan khususnya bagi seorang pendidik yang mempunyai
tanggung jawab yang besar untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan peserta
didinya sesuai dengan fitah yang telah diberikan Allah kepada mereka.  Tanggung jawab ini
harus di emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan dari pendidikan yaitu
membentuk Insan kamil, menjadi hamba Allah yang selalu taat, tunduk dan patuh kepada-
Nya, dan menjadi manusia yang mempunyai wawasan keilmua yang tinggi sehingga bisa
menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.
       Diantara hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika melaksankankan
kegiatan pembelajaran, adalah harus bersikap lemah lembut, menyenagkan untuk anak
didiknya, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk
memecahkan masalah. Jangan sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental, cepat
marah, kasar, keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap – sikap itu akan
membuat peserta didik jauh dan menjauhi sang pendidik dan tujun dari pendidikan
kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.
        Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, pendidik juga harus melakukan diskusi
dengan peserta didiknya, apa yang menjadi kendal mereka dalam pelajaran, apa yang menjadi
keinginan mereka dalam proses pembelajaran misalnya dalam penggunaan metode atau
pemberian tugas dan lain sebagainya. Jangan sampai pendidik itu menjadai orang yang
otoriter tidak memrima masukan dari peserta didiknya, menganggap ia paling pintar dan
paling tahu segalanya. Padahal Allah telah berfirman bahwasanya Allah memberikan kita
akan ilmu itu hanyalah sedikit, bila diumpamakan denagn ilmu Allah ilmu kita itu bagaikan
setetes air yang jatuh dari jarum yang kita masukan kesamudera yang luas. Manusia juga
mempunyai kelebihan masing – masing ada yang mempunyai keahlian dibidang komputer,
pertanian, mengajar, membaca al-Qur’an dan lain sebagainya.
         Kemudian ketika kita menemukan kesalahan dari peserta didik, kekurang mampuan
dalam, menyerap pelajaran, bandel dan sebainya. Jangan lantas kita membeci mereka,
memperlakukan mereka dengan kasar dan keras, menghukum mereka secara berlebihan atau
bahkan mengatakan mereka dengan perkataan yang kotor. Karena hal itu tidak akan
menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan meimbulkan banyak masalah bagi pendidik
itu sendiri lebih – lebih bagi peserta didik yang masih dalam tahap pembelajaran. Maafkanlah
semua kesalahan mereka seraya menesehati mereka dengan lemah lembut, bukan berarti
lemah lembut itu tidak tegas, tetapi lemah lembut dalam menasuhatinya denagan tutur kata
yang baik dan tidak menyudutkan mereka, karena mereka adalah tanggung jawab pendidik
dan seorang pendidik haru intropeksi diri.
       Setelah kita berusahan dengan keras melakukan pendidikan dengan memberikan
arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada peserta didik, Sebagai seorang muslim,
kita harus selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah. Keinginan, cita-cita, harapan,
semuanya kita kembalikan kepada Allah. Tentu saja setelah usaha maksimal (tentu yang
dibenarkan syara`), bermusyawah, berkonsultasi kepada para ahli, dan berdoa dengan
sungguh-sungguh. Ketawakkalan seseorang kepada Allah, adalah bukti kebenaran keimanan
seorang hamba. Karena hanya kepada Allah kita bersandar. Karena Allah sangat menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
KESIMPULAN
Metode pendidikan Islam berangkat dari suatu pedoman bahwa sumber ilmu adalah
Allah sendiri Pencipta alam semesta. Sedangkan ilmuan hanyalah penemu butiran-butiran
ilmu dalam tatanan sistematik yang disebut manusia.
Pelaksanaan metode pendidikan Islam, yang dalam prakteknya banyak terjadi di
antara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat yang luas, memberikan
dampak yang besar terhadap kepribadian peserta didik.
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana
seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Isla, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia
mengabdi kepada Allah SWT.
Metode mengajar dalam pendidikan Islam sebenarnya bisa megambil metode yang
dipakai dalam pembelajaran umum asalkan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist.
Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode ceramah, diskusi, Tanya jawab,
demonstrasi, pemecahan masalah, simulasi dan permainan, sosio drama, dan kerja kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,Bairut: Darul fikri.
Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3, bairut: Darul kitab al-ulumiyah.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah.
(Banten: Penerbit Kalim.2011).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010).
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Jumanatul Ali
Art (JART), Bandung, 2015
Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an dan tafsirannya,yogjakarta: PT.
Dana Bhakti Wakaf, 1995.
M, Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana,2003).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2, Bairut: al hidayah.
http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses
tgl 11-10-2016

[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Jumanatul Ali-Art


(JART), Bandung, 2015 h.224
[2] Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,Bairut: Darul fikri, h.592.
[3] Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3, bairut: Darul kitab al-ulumiyah, h.220.
[4] Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2, Bairut: al hidayah, h.333.
[5] Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an dan tafsirannya,yogjakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1995, h. 500.

[6] M, Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana,2003).


[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

[8] Departemen Agama RI, Op.Cit,H.56


[9] Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2, h. 240-241
[10] Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah.
(Banten: Penerbit Kalim.2011), h. 72

[11] Departemen Agama RI, Op. Cit, H.206


[12] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),  hal. 
143-144
[13] Departemen Agama RI, Op. Cit. h.144
[14]http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses tgl 11-10-
2016

Anda mungkin juga menyukai