Pendidikan Islam dianggap tinggi mutunya apabila kemampuan pengetahuan dan sikap yang
memiliki para lulusan berguna bagi pembangunan selanjutnya, baik di lembaga pendidikan
dasar, menengah, maupun di masyarakat, mutu suatu lembaga pendidikan akan
terselenggara jika proses belajar mengajar dapat diselanggarakan secara efektif dan efisien.
dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efesien, mengenal pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut
dengan metode mengajar. Metode mengajar adalah cara-cara mengajar yang dapat
ditempuh dalam memudahkan transfermasi ilmu kepada peserta didik, sehingga mudah
dipahami dan dimengerti. Ada beberapa metode mengajar dalam pendidikan Islam, antara
lain adalah: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan eksperimen,
metode pemberian tugas (resitasi) dan metode kerja kelompok. Kemudian menurut
Abdurahman An-Nahlawi, metode-metode yang dapat di terapkan dalam pendidikan agama
Islam diantara yaitu metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi, metode kisah
Qur’ani dan Nabawi, metode Amsal (perumpamaan) metode Keteladanan, metode
Pembiasaan, metode Ibrah dan Mau’izzah, dan metode Targhib wa Tarhib.
َ م بِالَّتِي ِه َي َأحْ َسنُ ۚ ِإ َّن َربَّكَ ه َُو َأ ْعلَ ُم بِ َم ْنGُْع ِإلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة ۖ َو َجا ِد ْله
ض َّل ع َْن ُ ا ْد
ََسبِيلِ ِه ۖ َوه َُو َأ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدين
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)[1]
b. Makna Mufradat
1. ادع الى سبيل ربك : kata ادع tersebut menurut ibnu katsir mengandung arti perintah allah
SWT kepada nabi muhammad SAW untuk mengajak makhluk (manusia), sedangkan kata الى
بيل ربكGGGس mengandung arti kepada jalan rabbmu, yang dimaksud jalan tuhan tersebut
iyalah دين اإلسالم (agama islam).[2]
2. با الحكمة : menurut abil hasan kata bil hikmah tersebut mengandung dua tafsiran, yang
pertama dengan al-qur’an dan yang kedua dengan kenabian (hadits).[3]
3. نَ ِةGG ِة ْال َح َسGGَ َو ْال َموْ ِعظ : kata mauidatil hasanati mengandung arti dan pelajaran yang baik,
menurut syaikh ahmad showi kata mauidatil hasanah tersebut mengandung arti perkataan
yang baik atau nasihat yang lembut.[4]
4. وجادلهم بالتي هي أحسن mengandung arti dan bantahlah mereka dengan cara yang baik,
seperti menyeru mereka untuk menyembah allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-
tanda kebesaran-NYA atau dengan hujjah-hujjah yang jelas.
C. Makiyah atau Madaniyah
QS An Nahl ayat 125 terdiri atas 128 ayat termasuk surat Makiyah dinamai juga surah An
Ni’am (Nikmat-nikmat)
D. Asbabunnuzul
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat
ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan
jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman
Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah
kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak
Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab
turunnya ayat tersebut.
E. Munasabah
Dalam ayat yang lalu, Allah SWT menerapkan tentang nabi ibrahim as sebagai
pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid dan penegak ketauhidan.
Kemudian Allah SWT menjelaskan perintahnya kepada nabi Muhammad saw agar
mengikuti agama Ibrahim as dengan perantaraan wahyu-Nya. Maka dalam ayat-ayat ini,
Allah SWT memberikan tuntutan kepada Nabi untuk mengajak manusia kepada agama
tauhid, agama Nabi Ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah Arab, yahudi dan
nasrani.[5]
F. Kaitan Surah Dengan pendidikan
Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum
dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah
sebagai berikut:
1. Disampaikan dengan cara hikmah
Cara hikmah yang dimaksud disini,bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan
penyeruan atau pengajakan dengan cara yang bijak,filosofis, argumentatif,dilakukan dengan
adil,penuh kesabaran dan ketabahan,sesuai dengan risalah nubuwwah dan ajaran al-qur’an.
2. Dengan Mau’izah Hasanah
Dakwah dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara memberi bimbingan, pendidikan,
pengajaran,bisa dengan cara memberikan kisah,berita gembira ataupun nasehat,dan
peringatan,seorang yang berdakwah dengan cara ini tentunya harus menjiwai apa yang di
utarakan lisannya,dan terbuka.[6] dengan kedua cara inilah Rasulullah telah mengajarkan
kelemah lembutan yang beliau tunjukkan tak hanya kepada para sahabat dan orang-orang
muslim. Namun juga tetap lemah lembut pada musuh yang akan membunuh beliau. Inilah
ketinggian akhlak berdakwah Rasulullah yang mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-
Qur’an.
3. Dengan mujadalah ahsan(bantahan atau debat yang baik)
Dalam metode dakwah ini,rasulullah menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu agar
mereka memiliki wawasan luas agar mampu melayani objek yang tidak atau kurang setuju
dengan pendapat yang akan ia serukan,rasul tidak pernah mengundang kemarahan lawan
serta tidak pernah menggunakan dalil atau hujjah yang tidak benar,yang baik adalah yang
disampaikannya dengan sopan,serta menggunakan dalil atau wahyu yang kebenaranya diakui
oleh lawan,maka dengan penyampaian yang baik dan argument yang benar beliau dapat
membungkam lawan,maka dengan metode mujadalah ahsan seorang da’i dapat mengarah
kan objek atau sasaran yang dihadapi menerima kebenaran.[7]
2. Q.S Ali Imran ayat 159
1. Bunyi Ayat dan Terjemah
َ َو
3. شا ب اَل ْن َفض ُْوا مِنْ َح ْول َِك َفاعْ فُ َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغفِرْ لَ ُه ْم ًّ ت َف
ِ ظا َغلِ ْي َظ ْال َق ْل َ ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنَ هللا لِ ْن
ِ َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِن
هللا ُيحِبُّ ال ُم َت َو ِّكلِي َْن ِ ت َف َت َو َّك ْل َعلَى َ مْر َفِإ َذا َع َز ْم َأْل
َ َّهللا ِإن ِ ِورْ ُه ْم فِي ا
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Q.S Ali Imran Ayat 159 ) [8]
2. Makna Mufrodat
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah lembut”,
lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukan bagi benda – benda yang
bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal – hal yang maknawi seperti
akhlak. Linta berarti “kamu lemah lembut” ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat
Allah, Rasulullah dapat memiliki sikap lemah lembut dan tidak kasar terhadap para
pengikutnya (para sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam perang uhud,
dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini menyebabkan kegagalan
dipihak kaum muslimin. Dengan sikap ini, orang – orang yang ada di sekelilingnya tidak
akan menjauh dan akan semakin semakin dekat dengannya.[9]
3. Makiyah dan Madaiyah
QS Ali Imran ayat 159 terdiri dari 200 ayat termasuk surah Madaniyah, Surah Al
baqoroh dan Ali Imran disebut Az Zahrawan (Dua yang Cemerlang).
4. Asbabunnuzul
Sebab – sebab turunya ayat ini kepada Nabi Muhammad saw adalah sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ra menjelaskan bahwasanya setelah terjadinya
perang Badar, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar ra dan Umar bin
Khaththab ra untuk meminta pendapat meraka tentang para tawanan perang, Abu Bakar ra
berpendapat, meraka sebaiknya dikembalikan kepada keluargannya dan keluargannya
membayar tebusan. Namun, Umar ra berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang
diperintah membunuh adalah keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan.
Kemudian turunlah ayat ini sebagai dukungan atas Abu Bakar (HR. Kalabi).[10]