Anda di halaman 1dari 31

perpustakaan.uns.ac.

id 1
digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra bukanlah khayalan yang bohong, karena khayalan dalam

karya sastra berangkat dari realitas yang telah berpadu dengan unsur imajinasi

pengarangnya. Demikian halnya dengan sastra anak yang merupakan salah

satu cabang dari sastra, tentunya mengacu pada kehidupan cerita yang

berkorelasi dengan kehidupan anak-anak dan bahasa yang digunakan sesuai

dengan perkembangan intelektual dan emosional anak. Karya sastra anak

boleh ditulis dan dibaca oleh orang dewasa, bahkan diharuskan, dengan tujuan

agar orang dewasa semakin tahu dan memahami dunia anak-anak, asalkan

yang ditulis harus berisi kehidupan anak dengan bahasa yang mudah dipahami

anak (Kurniawan, 2009:21-22).

Lukens (dalam Kurniawan, 2009:22) mendefinisikan sastra anak adalah

sebuah karya yang menawarkan dua hal utama yaitu: kesenangan dan

pemahaman. Jadi, sastra hadir kepada pembaca, pertama-tama, adalah dengan

memberikan hiburan yang menyenangkan karena menampilkan cerita yang

menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca

ke suatu alur kehidupan yang penuh dengan daya imajinasi. Di sisi lain,

karena sastra selalu berbicara tentang kehidupan, maka sastra juga

memberikan pemahaman yang lebih baik pada pembaca tentang kehidupan.

Genre sastra anak sebagaimana genre sastra dewasa secara umum dibagi

menjadi tiga jenis yaitu prosa, drama, dan puisi (Rukayah, 2012:1). Ketiga
commit to user
jenis sastra tersebut dapat dinikmati oleh pembaca anak-anak maupun dewasa.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Perbedaan mendasar antara sastra anak dengan sastra dewasa adalah imajinasi.

Sastra anak dapat berkisah mengenai fenomena yang tidak masuk akal

menurut ukuran orang dewasa, misalnya tentang hewan yang dapat bertingkah

laku seperti manusia. Sedangkan sastra dewasa memiliki pembahasan yang

lebih serius dan kompleks. Sastra anak dapat dihasilkan dari penulis dewasa

maupun anak-anak dengan syarat sudut pandang yang digunakan adalah sudut

pandang anak, sehingga mereka dapat memahami isi dan pesan yang

terkandung di dalamnya (Nurgiyantoro, 2013:7).

Berkenaan dengan ragam sastra anak, secara umum sastra anak terbagi

menjadi sembilan, yaitu: (1) bacaan anak usia dini, (2) kisah-kisah tradisional,

(3) puisi, (4) fantasi, (4) cerita realistis, (5) biografi, (6) fiksi kesejarahan, (7)

nonfiksi kesejarahan, (8) nonfiksi atau buku-buku informasi, dan (8) drama

(Sarumpaet, 2010:13).

Ragam sastra anak yang dapat diapresiasi oleh semua kelompok

pembaca, baik anak-anak maupun pembaca dewasa salah satunya adalah puisi.

Anak-anak menanggapi puisi anak dengan membaca dan

mendeklamasikannya sebagai sarana belajar ataupun mendiskusikannya untuk

menyalurkan hobi. Apresiasi sastra, khususnya puisi dapat meningkatkan

imajinasi anak dengan cara berkhayal (Winarni, 2014:30).

Puisi adalah ekspresi penulis melalui media bahasa yang mengandung

unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera,

susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur

(Pradopo, 2012:4). Kata “puisi” berasal dari bahasa Yunani kuno “poieo” atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

“poio” yang berarti saya mencipta. Dalam bahasa Yunani, istilah puisi adalah

“poemia” yang berarti membuat atau “poesis” yang berarti pembuatan, dan

dalam bahasa Inggris disebut “poem” atau “poetry” (Damayanti, 2013:9).

Adapun puisi dalam kesusastraan Arab sering disebut dengan syi‘run

atau asy-syi‘ru yang berarti syair atau puisi dan kata asy-syi‘ru berasal dari

verba sya‘ara - yasy‘uru - syi‘ran - syu‘u>ran yang berarti mengetahui,

merasakan, sadar, mengomposisi, atau menggubah sebuah syair (Al-Fadhl

dalam Muzakki, 2006:41). Syair adalah ungkapan yang memiliki wazan dan

qa>fiyah. Definisi lain menyebutkan, bahwa syair adalah salah satu karya sastra

yang masuk dalam kategori puisi lama yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan-

aturan puisi lama meliputi jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam

satu bait, persajakan atau rima, banyaknya suku kata tiap baris, dan irama

(Damayanti, 2013:73).

Bagi orang Arab syair mempunyai arti tersendiri sesuai dengan

pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka. Dalam pandangan mereka,

syair berarti pengetahuan atau kepandaian (‘ilm/fatha>nah), dan penyair itu

sendiri disebut al- fa>thin (cerdik atau pandai). Menurut Jurji Zaidan (dalam

Muzakki, 2006: 41) syair berarti nyanyian (al-ghina>ˈ), lantunan (insya>dz), atau

melagukan (tarti>l).

Berkenaan dengan puisi anak, pengertiannya tidak se-bias puisi dewasa

karena puisi anak, tentu seperti dengan perkembangan pengetahuan dan

perasaan anak yang masih sederhana. Secara tipografi, puisi anak ditulis

dalam bentuk bait-bait, sedangkan bahasanya


commit to user sederhana, pendek, penuh irama,
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

dan isinya tentang satu pengalaman tertentu yang dipadatkan, yaitu diceritakan

dengan mengesampingkan unsur setiap peristiwanya (Kurniawan, 2009:28).

Subgenre dari puisi anak adalah: pertama, puisi tradisional. Puisi ini

biasanya bersifat anonim dan lahir dari bahasa lisan, dibacakan dari mulut ke

mulut. Kedua, puisi modern yaitu genre puisi yang banyak menghiasi buku-

buku dan media massa pada zaman sekarang (Kurniawan, 2009:28).

Secara ringkas penjelasan tentang syair atau puisi dapat dilihat dalam

bagan di bawah ini:


Genre Sastra Anak

Puisi Prosa Drama

Bacaan anak usia dini, kisah tradisional, fantasi,


cerita realistis, biografi, fiksi kesejarahan, nonfiksi
kesejarahan, dan buku-buku informasi

Ragam Sastra Anak

Gambar 1. Skema genre dan ragam sastra anak

Subgenre Puisi Anak

Puisi Tradisional Puisi Modern

Diwan Ara>ji>chun Tughanni> lil-


Athfa>l
Karya Sulaima>n al-‘Isa

Objek penelitian

Gambar 2. Skema subgenre puisi anak dan posisi objek penelitian


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

Syair anak-anak di dalam kesusastraan Arab telah cukup berkembang

dengan berbagai bentuk dan genre yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Salah satu penyair puisi anak-anak di zaman modern ini adalah Sulaima>n al-

‘Isa.

Sulaima>n al-‘Isa adalah seorang penyair dari Suriah. Dia lahir pada

tahun 1921 dan wafat pada 9 Agustus 2013 silam di usianya yang ke-92 tahun.

Sulaima>n mendapatkan pendidikan pertamanya dengan sang ayah, Ahmad al-

‘Isa di desa. Sulaima>n al-‘Isa mampu menghafalkan Al-Qur’an, syair

Mu‘allaqa>t, di>wa>n al-Mutannabi, dan seribu bait dari syair Arab. Semasa itu,

di desa tempat tinggalnya belum ada satupun sekolah selain Madrasah Kutta>b

yang merupakan sebuah rumah kecil tempat ayahnya, Syaikh Ahmad al-‘Isa

tinggal dan mengajar (al-‘Isa, 1995:479).

Sulaima>n al-‘Isa mulai menulis syair pada kisaran umur 9-10 tahun. Dia

menulis di>wa>n pertama dari syair-syairnya di desa. Di>wa>n-nya tersebut

membahas tentang kekhawatiran para petani dan kesengsaraan hidup mereka

(al-‘Isa, 1995:479).

Sulaima>n al-‘Isa masuk sekolah ibtidaˈiyyah di kota Antakya. Kepala

sekolah langsung memasukkannya di kelas empat karena kepandaiannya. Pada

saat itu distrik al-Liwa yang termasuk wilayah Antakya sedang dalam proses

revolusi untuk melepaskan diri dari Suriah sebagaimana rencana Perancis.

Ketika Sulaima>n al-‘Isa masuk kelas lima dan enam di sekolah dasar, dia

sudah turut berkontribusi terhadap perjuangan nasional warga al-Liwa melalui

syair-syairnya (al-‘Isa, 1995:479).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Sulaima>n al-‘Isa melanjutkan pendidikan sekolah menengahnya di

Hama, Lattakia, dan Damaskus. Dalam masa hidupnya dia mengalami

kepahitan sebagai tunawisma dan mulai menyadari pentingnya perjuangan

demi persatuan, kemerdekaan dan kebebasan Arab. Sulaima>n pernah masuk

penjara berkali-kali karena syair-syairnya serta sikap nasionalismenya (al-‘Isa,

1995:479).

Setelah lulus dari pendidikan sekolah menengahnya, Sulaima>n al-‘Isa

melanjutkan studinya di sebuah perguruan tinggi di Baghdad. Setelah lulus,

dia kembali ke Suriah dan menjadi guru bahasa dan sastra Arab di salah satu

sekolah menengah di Aleppo. Di sela-sela kesibukannya mengajar, Sulaima>n

al-‘Isa juga aktif menulis karya sastra dan merupakan salah satu anggota dari

organisasi persatuan penyair yang didirikan oleh Adonis dan Yusuf Kha>l. Dia

juga merupakan pendiri organisasi Persatuan Penulis Arab di Suriah pada

tahun 1969 (al-‘Isa, 1995:480).

Sulaima>n al-‘Isa menikah pada tahun 1950 dan dikaruniai dua orang

putra dan seorang putri yaitu Ma‘an, Ghilla>n, dan Ba>diyah. Selain berbahasa

Arab dan Turki, dia juga menguasai bahasa Perancis dan Inggris. Sulaima>n al-

‘Isa telah mengunjungi sebagian besar wilayah jazirah Arab juga banyak

negara lainnya (al-‘Isa, 1995:480).

Seusai perang Arab-Israel pada tahun 1967, Sulaima>n al-‘Isa mulai

menulis syair anak-anak dan menaruh perhatian yang besar pada dunia

mereka. Bersama sang istri, Dr. Malake Abiad, dia banyak berkontribusi

commit
dalam menerjemahkan buku-buku to user
sastra Inggris dan Perancis ke dalam bahasa
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

Arab. Sebagian besar buku Aljazair aslinya ditulis dalam bahasa Perancis.

Selain itu dia bersama istrinya dan juga teman-temannya berkontribusi dalam

menerjemahkan cerita-cerita dan drama-drama anak dari berbagai belahan

dunia (al-‘Isa, 1995:480).

Sejumlah penghargaan yang telah diraih oleh al-‘Isa di dunia

kepenyairan yaitu: (1) pada bulan Oktober 1982 Sulaima>n al-‘Isa menerima

penghargaan Afro-Asian Writers “Lotus Prize” untuk syair-syairnya, (2) pada

tahun 1984 karya syair anak-anaknya mendapatkan penghargaan dari Liga

Arab bidang pendidikan, budaya dan organisasi ilmiah, (3) tahun 1990, dia

terpilih menjadi anggota Dewan Bahasa Arab Damaskus, (4) tahun 2000, dia

menerima “The Babatin Prize” untuk kreativitas syairnya (al-‘Isa, tt:553).

Sulaima>n al-‘Isa banyak menuliskan karya, khususnya syair anak-anak,

mulai dari tahun 1950-an hingga akhir hayatnya. Beberapa kumpulan syairnya

yang terbit tahun 1990 sampai sekarang di antaranya: Al-A‘ma>l Asy-

Syi‘riyyah - empat jilid (1995), ‘Ala Thari>qil-Umr : Mu‘a>limu Si>rati

Dza>tiyyah (1996), Ats-Tsama>la>t - tiga jilid (2001), Al-Kita>bah Baqa>ˈun

(2002), Tsama>la>t 4 (2004), Ad-Di>wa>n adh-Dha>chik - dua jilid (2004), Wa

Aktubu (2004), Kita>bul-Chani>n (2005), Tsama>la>t 5 (2006), Hamasa>tu Ri>syati

Muta‘ibah (2007), Richlatu Kafa>ch (2007), Mudun wa ˈAsfa>run (2009), Kai

Abqa> ma‘al-Kalimah (2009), Qithara>t (2012) (al-‘Isa, tt:554).

Selain dari di>wa>n-di>wa>n syair di atas, masih terdapat sejumlah karya

Sulaima>n al-‘Isa baik yang diterbitkan maupun yang tidak. Adapun karya

commit
syairnya di tahun 1990 sampai to user
sekarang yang berkaitan dengan dunia anak-
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

anak di antaranya: Achki> Lakum Thufu>lati> Ya> Shigha>r (1993,2001), Di>wa>n

al-Athfa>l (1999), Ugha>nil-Chika>ya>t (2001), Kalima>t Khudhra lil-Athfa>l

(2005), Farchun lil-Athfa>l (2006), Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l (2009),

Chada>ˈiq al-Kalima>t (2009), Tis‘u Masrachiya>t Syi‘riyyah lil-Athfa>l (2013)

(al-‘Isa, tt:557).

Sulaima>n al-‘Isa tidak hanya aktif menulis syair, dia juga banyak

menulis prosa dan cerita terjemahan. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan

ke dalam bahasa Inggris, Perancis dan Rusia. Aktifitas kepenulisannya terus

dia lakukan hingga penyakit yang diderita merenggut kesehatannya. Bahkan

meskipun dia telah menderita kesulitan pengucapan, Sulaima>n al-‘Isa tetap

tertarik dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Pada pagi hari tanggal 9

Agustus 2013 Sulaima>n menghembuskan nafas terakhirnya. Organisasi

Persatuan Penulis Arab (Uni Arab Writer‟s) mengumumkan pernyataan

berduka atas kematian penyair besar ini. Sulaima>n al-‘Isa dimakamkan di

makam Syekh Raslan. Kematian dari Sulaima>n al-‘Isa bertepatan dengan lima

tahun wafatnya penyair besar Palestina, Mahmoud Darwish.

Berdasarkan pengamatan peneliti, karya Sulaima>n al-‘Isa yang dijadikan

sebagai objek kajian penelitian masih terbatas. Peneliti pertama yaitu Mas‘u>d

(2011) dalam tesisnya membahas tentang “At-Tasyki>l al-Musi>ki> fi> Syi‘ri

Sulaima>n al-‘Isa: Di>wa>n al-Jaza>ˈir Namudzaja>n”. Hasil penelitian ini berupa

penemuan bentuk-bentuk musik atau irama yang beranekaragam di dalam

syair Sulaima>n al-‘I>sa.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Peneliti Kedua, Karmila (2014) dalam skripsinya meneliti tentang

“Muhassinat Lafdziyah dan Muhassinat Ma„nawiyah dalam Puisi Anak

Antologi Puisi Diwanul Atfhal” karya Sulaima>n al-‘I>sa. Hasil dari penelitian

ini disimpulkan bahwa di dalam kitab Di>wa>nul Athfal terdapat 713(tujuh ratus

tiga belas) data Muhassinat lafdziyah dan 9(sembilan) Muhassinat

ma„nawiyah. Muhassinat merupakan bagian dari balaghah yang termasuk

dalam ilmu badi„.

Sementara itu, penelitian dengan memanfaatkan analisis struktural strata

norma Roman Ingarden untuk menarik pesan dan amanat yang terkandung di

dalam syair, sudah pernah dilakukan oleh para peneliti. Beberapa di antaranya

yaitu pertama, Nafisa (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai-Nilai

Pendidikan Karakter dalam Diwan Kamil Kilani lil Athfal Karya Kamil Kilani

(analisis Strata Norma Roman Ingarden)”. Hasil penelitian ini yaitu berupa

norma-noma syair yang terdiri dari lapis bunyi, lapis arti, lapis hal-hal yang

dikemukakan, lapis dunia, dan lapis metafisis. Hanya saja pada penelitian ini

tidak disebutkan batasan sebuah karya sastra yang bisa dikatakan mengandung

lapis metafisis. Karena pada kenyataannya tidak semua karya sastra

mengandung lapis metafisis. Selain itu pada penelitian ini juga dideskripsikan

nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung di dalam setiap syair.

Kedua, Gustaf Sitepu (2006) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

Strata Norma Terhadap Kumpulan Puisi Nostalgia = Transendensi Karya

Toeti Heraty”. Hasil penelitian ini yaitu berupa analisis struktural 14(empat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

belas) buah puisi karya Toeti Heraty dengan menggunakan teori strata Norma

Roman Ingarden yang terdiri dari lima lapis norma.

Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan peneliti, penelitian terhadap

di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l dengan menggunakan analisis struktural

strata norma Roman Ingarden belum pernah dilakukan. Hal ini menjadi

kesempatan bagi peneliti untuk menjadikan di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-

Athfa>l sebagai objek kajian. Peneliti tertarik untuk menganalisis struktur puisi

dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalam

delapan syair dalam kumpulan puisi Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l. Penentuan

delapan syair yang akan dijadikan objek penelitian ini, didasarkan pada

kesinambungan tema dalam 1(satu) syair dengan syair selanjutnya.

Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l dalam bahasa Indonesia memiliki arti

“Anyunan-ayunan bernyanyi untuk anak-anak”. Disebut dengan Di>wa>n karena

Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l berisi kumpulan puisi anak-anak karya

Sulaima>n al-‘Isa. Dalam kamus Al-Maurid (2006:378) Di>wa>n berarti

“kumpulan puisi” (majmu>‘atun syi‘riyyatun). Ara>ji>chun merupakan bentuk

jamak dari kata Arjuchah yang berarti “ayunan, buaian” (Munawwir,

1997:475). Tughanni> merupakan bentuk mudhari„ dari kata ghanna yang

berarti “menyanyi” (Munawwir, 1997:1021). Kata al-Athfa>l merupakan

bentuk jamak dari ath-Thiflu yang berarti “anak kecil” (Munawwir,

1997:856).

Syair-syair yang terdapat di dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l

commitsudut
ditulis oleh orang dewasa dengan to user
pandang anak-anak sebagai pusat
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

penceritaan dalam syair-syairnya. Sisi menarik dari Di>wa>n Ara>ji>chun

Tughanni> lil-Athfa>l yang menjadikan peneliti tertarik untuk mengkajinya

sebagai objek penelitian ada beberapa hal. Pertama, di>wa>n ini merupakan

salah satu karya penyair besar kontemporer, sehingga bisa dianggap mampu

mewakili karakteristik kesusastraan di masanya, khususnya di wilayah

Damaskus, Suriah.

Kedua, Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l merupakan salah satu

karya baru yang terbit pada tahun 2000-an sehingga dapat digolongkan dalam

karya-karya kontemporer. Ketiga, Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya

Sulaima>n al-‘Isa menggunakan bahasa sederhana dengan irama yang kuat.

Maka, untuk mengkaji unsur bunyi dan keterkaitannya dengan unsur-unsur

yang lain dalam syair membutuhkan teori strata norma Roman Ingarden yang

dapat menguraikan keterkaitan antar unsur tersebut menjadi sebuah kesatuan.

Keempat, analisis terhadap kumpulan syair Arab untuk anak-anak

terbilang langka di Indonesia, untuk itu penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan kajian sastra anak. Selanjutnya, berdasarkan penelusuran

melalui perpustakaan-perpustakaan digital di Indonesia, penelitian mengenai

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l belum pernah dilakukan, sehingga

diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya.

Berdasarkan tinjauan pustaka dan beberapa alasan di atas, peneliti

mengambil judul penelitian “Nilai-Nilai Pendididikan Karakter dalam Di>wa>n

Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l Karya Sulaima>n al-‘Isa (Analisis Strata Norma

Roman Ingarden)”. Pengungkapan nilai-nilai


commit to user pendidikan karakter yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

dalam syair tersebut menjadi tujuan akhir setelah melalui proses

penganalisisan unsur-unsur syairnya. Selanjutnya, hasil penelitian ini

diharapkan dapat turut berkontribusi dalam pengembangan sastra anak dari

segi kajian sastra maupun manfaat syair sebagai sarana membentuk

pendidikan karakter pada anak.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu pertama, memberikan

wawasan dan pengetahuan yang objektif terhadap pengkajian syair anak,

khususnya dalam menentukan dan menganalisis strata norma dalam puisi.

Manfaat kedua, mengungkapkan pengalaman pembaca dengan mengambil

amanat dan pesan yang terdapat dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l.

Manfaat ketiga, mengembangkan kajian sastra Arab untuk anak-anak di

Indonesia melalui apresiasi terhadap Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l

dalam bentuk analisis sastra anak yang didasarkan pada strata norma Roman

Ingarden.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur teks yang membangun 8(delapan) syair dalam

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa berdasarkan

teori strata norma Roman Ingarden?

2. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada 8(delapan)

syair dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa?

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk memberikan arah yang jelas pada

penelitian yang dilakukan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengungkapkan struktur teks yang membangun 8(delapan) syair dalam

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa berdasarkan

teori strata norma Roman Ingarden.

2. Mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada

8(delapan) syair dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya

Sulaima>n al-‘Isa.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam sebuah penelitian bertujuan agar penelitian

lebih fokus, sistematis, dan terarah melalui data yang telah diperoleh.

Pembatasan ini juga bertujuan agar tidak terjadi pembahasan yang bias

disebabkan masalah yang dikaji terlalu melebar dan tidak tertuju pada masalah

penting yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian.

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l terdiri dari 103(seratus tiga) syair

anak-anak karya Sulaima>n al-‘Isa dengan tema syair yang beragam, di

antaranya tema tumbuhan, benda-benda dan keadaan alam, binatang,

nyanyian, dan lainnya. Keberagaman tema-tema syair yang terdapat dalam

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l inilah yang kemudian perlu dibatasi

oleh peneliti agar penelitian lebih fokus.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Penentuan 8(delapan) syair menjadi fokus penelitian ini berdasarkan

pada kesinambungan tema dalam 1(satu) syair dengan syair selanjutnya,

sehingga tema kedelapan syair tersebut secara umum membentuk suatu cerita

tersendiri. Adapun tema syair yang lainnya (selain kedelapan syair tersebut)

berdiri sendiri atau dapat disebut tema yang terpisah antara 1(satu) judul

dengan judul lainnya. Tema kedelapan syair tersebut yaitu: syair pertama

َ‫)ا إ‬, syair


bertema “ halangan” )َ‫(الضَبَاب‬, syair kedua bertema “liburan” (َ‫لجَ َازة‬

ketiga bertema “kepercayaan diri” (‫س إَه‬


َ‫)َثإقَة ََبإنَفَ إ‬, syair keempat bertema

“kebebasan” (‫)حَيَثَمَا َأَشَاء‬, syair kelima bertema “keharmonisan” (‫)ال َإوئَام‬, syair

keenam bertema “pengembaraan” (َ‫الرَواد‬


َ ), syair ketujuh bertema “persahabatan”

(َ‫)الصَ إَديَق‬, dan syair kedelapan bertema “ketakutan” (َ‫)الَ َوف‬.

Selain kesinambungan alur tema, alasan lain yang mendasari pembatasan

ini adalah tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengungkapkan struktur teks

berdasarkan strata norma Roman Ingarden dan nilai-nilai pendidikan karakter

yang terdapat di dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l. Sehubungan

dengan hal itu, syair-syair yang dijadikan objek tersebut merupakan syair-

syair yang memiliki nilai pendidikan karakter yang berguna untuk

diaplikasikan dalam pendidikan berbasis sastra. 8(delapan) syair yang terpilih

juga memiliki bentuk yang sama, yaitu berupa syair lirik. Keunikan 8(delapan)

syair ini juga terletak pada kesamaan bentuk kata yang digunakan sebagai
commit to user
judul awal syair. Judul kedelapan syair tersebut adalah (1) Ughniyyatudh-
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Dhaba>b, (2) Ughniyyatu lil ‘Aqabah, (3) Ughniyyatul-Chajar, (4)

Ughniyyatul-Ayyal, (5) Ughniyyatuth-Thuyu>r, (6) Ughniyyatul-Baja‘a>t, (7)

Ughniyyatul-‘Anz, (8) Ughniyyatul-Chamal.

E. Landasan Teori

1. Pengertian Puisi

Puisi dalam kesusastraan Arab biasa disebut dengan syi‘run atau asy-

syi‘ru yang berarti syair atau puisi. Kata asy-syi‘ru berasal dari verba sya‘ara -

yasy‘uru - syi‘ran - syu‘u>ran yang berarti mengetahui, merasakan, sadar,

mengomposisi, atau menggubah sebuah syair (Al-Fadhl dalam Muzakki,

2006:41).

Syair adalah ucapan atau tulisan yang mengikuti wazan (ritme gaya

lama) dan qa>fiyah (rima akhir) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang

harus lebih dominan dibanding prosa (Asy-Sya>yib, 1994:295). Syair juga

merupakan ungkapan imajinasi, pikiran, dan perasaan penyair yang

dituangkan dalam bentuk tulisan (Kamil, 2009:12).

Telah banyak peneliti yang mengkaji tentang sebab kemunculan syair

Arab. Muncul pendapat yang menyatakan bahwa pola syair Arab diperoleh

dari irama bunyi kaki unta ketika menghentakkan kaki ke tanah hingga

akhirnya diperoleh pola wazan syair. Pendapat yang lain mengatakan bahwa

pola tersebut diperoleh dari lagu-lagu yang sering dinyanyikan di padang

pasir. Pendapat berikutnya menjelaskan bahwa syair Arab lama memiliki pola

yang bertransformasi dari berbagai pola yang selanjutnya muncul pola bachr

(Al-Aziz, 1405:53). commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Syair juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan penyair secara

imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa,

baik dalam struktur fisik maupun struktur luarnya. Hanya saja dalam sastra

Arab klasik, kecuali dalam syair sufistiknya, pengkonsentrasian syair sebagai

bahasa konatif atau simbolik tidak terlalu ditekankan. Aspek yang ditekankan

adalah struktur luarnya yang harus memenuhi unsur „arudl dan unsur diksinya

yang menyentuh emosi yang dianut umumnya literatur Arab dan diadopsi

sastrawan Indonesia klasik dengan muncul jenis syair yang bersajak aa

(Waluyo, 1987:8-15).

Karena itu, pembagian atau kategori syair biasanya didasarkan pada

bentuk dan isinya. Secara bentuk, syair Arab dibagi menjadi 3 yaitu: (1) Syi‘r

multazam, yaitu syair yang terikat dengan aturan wazan dan qa>fiyah. (2) Syi‘r

mursal, yaitu syair yang terikat dengan satuan rima (taf‘i>la>t), tetapi tidak

terikat dengan aturan wazan dan qa>fiyah. (3) Syi‘r churr, yaitu syair yang

tidak terikat sama sekali dengan aturan wazan, qa>fiyah maupun taf’i>la>t

(Husein, tt:311).

Syair Arab dilihat dari isinya terbagi juga menjadi tiga macam yaitu: (1)

Syair cerita (syi‘r qishashi), yaitu jenis novel yang bersifat objektif. Syair ini

berupa kasidah panjang yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejarah,

kemudian disusun dalam bentuk cerita kepahlawanan yang dinyanyikan. (2)

Syair lirik (syi‘r ghina>’i), yaitu syair yang secara langsung mengungkapkan

perasaan, baik perasaan sedih maupun harapan. Syair ini berupa kasidah yang

cukup panjang dan bersifat subjektif.


commit to(3) Syair drama (syi‘r tamtsili), yaitu
user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

syair yang dibuat untuk disaksikan di atas panggung dan bersifat subjektif

(Ahmad Asy-Sya>yib, 1994:309).

Berkenaan dengan puisi anak, pengertian puisi anak tidaklah se-bias

pengertian puisi dewasa. Hal ini karena puisi anak tentu selaras dengan

perkembangan pengetahuan dan perasaan anak yang masih sederhana. Oleh

karena itu, dengan mencermati aspek tipografi, bahasa, dan isinya, dapat

dibedakan apa yang disebut puisi anak. Secara tipografi, puisi anak ditulis

dalam bentuk bait-bait, dan bahasanya sederhana, pendek, penuh irama, serta

isinya tentang satu pengalaman tertantu yang dipadatkan, yaitu diceritakan

dengan mengesampingkan unsur setiap peristiwa (Kurniawan, 2009:28).

2. Pendekatan Struktural

Secara definitif, strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur

dalam yaitu struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar-hubungannya. Pada

satu pihak, hubungan antar unsur yang satu dengan satu unsur lainnya. Di

pihak yang lain, hubungan antar unsur dengan totalitasnya (Ratna, 2004:91).

Struktur menurut Jean Piaget (dalam Siswantoro, 2010:13) adalah

kombinasi keseluruhan pada unsur-unsur yang memiliki ide keseluruhan dan

ide transformasi. Struktur memiliki ide keseluruhan dengan adanya kepaduan

internal di antara unsur-unsur pembangun struktur. Sedangkan ide

transformasi yang dimiliki struktur mengandung pengertian bahwa struktur

tidak statis sehingga aspek-aspek baru dalam struktur dapat berubah.

Teeuw (dalam Kurniawan, 2009:69) menyatakan bahwa pada prinsipnya

commit to user
analisis atau pendekatan struktural bertujuan untuk membongkar dan
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan

keterjalinan semua unsur karya sastra yang bersama-sama menghasilkan

makna yang menyeluruh. Analisis struktural bukanlah analisis terhadap unsur

secara terpisah atau penjumlahan unsur-unsurnya. Poin terpenting dari analisis

atau pendekatan struktural adalah menganalisis keterpaduan struktur yang

total, keseluruhan makna yang unik, yang terkandung dalam karya sastra.

Tugas serta tujuan analisis struktur adalah mengupas sedetail mungkin

keseluruhan makna yang padu itu.

Pendekatan struktural dapat disebut dengan pendekatan objektif,

pendekatan formal, atau pendekatan analitik yang mengkaji karya sastra dari

aspek yang membangun karya sastra tersebut, seperti tema, alur, latar,

penokohan, gaya penulisan, dan gaya bahasa. Sedangkan aspek ekstrinsik

seperti pembaca, penulis, lingkungan, dan budaya harus dikesampingkan

karena tidak memiliki kaitan langsung dengan struktur karya tersebut (Semi,

2012:84).

Demikian halnya dengan syair, merupakan sebuah struktur yang terdiri

dari lapisan-lapisan norma. Untuk itu, kajian terhadap 8(delapan) syair dalam

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l pada penelitian ini merupakan analisis

sastra anak yang menggunakan pendekatan analisis struktural strata norma

Roman Ingarden. Pendekatan analisis struktural pada syair-syair ini

dimaksudkan untuk membahas karya sastra dengan melepaskan dirinya dari

aspek-aspek luar karya sastra tersebut. Analisis puisi dengan pendekatan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

struktural memfokuskan pada unsur-unsur pembangun struktur berupa unsur-

unsur internalnya (Siswantoro, 2010:63).

3. Strata Norma Roman Ingarden

Teori struktural strata norma Roman Ingarden diperkenalkan oleh

seorang filsuf Polandia, Roman Ingarden. Norma yang dimaksud di sini

adalah norma implisit yang harus ditarik dari setiap pengalaman individu

karya sastra dan bersama-sama merupakan karya sastra yang murni sebagai

keseluruhan (Wellek dan Werren, 2014: 169).

Karya sastra tidak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan

terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Masing-masing norma menimbulkan

lapis norma lain di bawahnya. Norma-norma itu adalah sebagai berikut:

a.) Lapis Bunyi (Sound Stratum)

Rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan

panjang bukanlah suara yang tidak berarti. Suara tersebut disesuaikan

dengan konvensi bahasa, disusun sedemikian rupa sehingga

menimbulkan arti. Bunyi memiliki sifat estetis yang dapat

mempengaruhi sasaran, menimbulkan rasa dan memperdalam ucapan.

Bunyi juga memiliki pola atau aturan khusus yang bertujuan untuk

memunculkan nilai seni dan efek puitis (Pradopo, 2014:22).

Unsur bunyi dalam syair Arab dapat dianalisis dari segi huruf

secara otonomi atau dalam bentuk rangkaian huruf dalam sebuah

kalimat. Analisis huruf secara otonom dilakukan dengan proses

commitkuat
pengelompokan berdasarkan to user
dan lemahnya huruf yang keluar dari
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Makharijul-churu>f, serta perpaduannya dengan tanda baca (harakat)

(Hasanuddin dalam Nafisa, 2015:17).

Analisis bunyi berdasarkan rangkaian huruf dapat diperoleh

melalui beberapa unsur yang berfungsi sebagai penentu makna dan

nilai estetis. Rangkaian bunyi sebagai norma dalam syair adalah

sebagai berikut:

1. Irama

Irama adalah pergantian turun naik, panjang pendek, keras

lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Pradopo, 2014:40).

Pada pembacaan puisi, jeda dan tekanan berperan untuk

menciptakan suasana tertentu. Kondisi ini dapat menghubungkan

imajinasi pembaca dengan intuisi penyair. Irama juga merupakan

bunyi yang teratur, terpola, menimbulkan variasi bunyi, sehingga

dapat menimbulkan suasana (Hasanuddin dalam Nafisa,

2015:17).

Irama dalam puisi dibagi menjadi dua macam, yaitu

metrum dan ritme. Metrum merupakan irama yang tetap, artinya

pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu sesuai dengan

jumlah suku kata yang tetap. Sedangkan ritme adalah irama yang

disebabkan pertentangan dan pergantian bunyi tinggi rendah

secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang

tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma

penyairnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Metrum dalam aturan syair Arab lama bisa dipadankan

dengan istilah bachr. Sedangkan ritme (sajak) dapat dipadankan

dengan istilah qa>fiyah. Bachr adalah sederet pola kata dalam

syair Arab (Yammut, 1996:16). Hal ini diatur di dalam ilmu

„arudl yaitu ilmu yang mempelajari wazan syair Arab dan

perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya (Al-Hasyimy,

1997:6). Sedangkan qa>fiyah adalah huruf dan harakat di akhir

bait-bait qashidah yang sudah ditetapkan penyair untuk diulang-

ulang. Ilmu yang mempelajarinya dinamakan ilmu qawafi (jamak

dari qa>fiyah).

Bachr atau metrum dalam syair Arab terbagi menjadi enam

belas macam yaitu: bachr tha>wil, bachr madid, bachr basi>th,

bachr wafi>r, bachr ka>mil, bachr ramal, bachr hajz, bachr rajaz,

bachr sari‘, bachr munsarich, bachr khafif, bachr muqtadhab,

bachr mhaujtats, bachr mutada>rak, dan bachr mutaqarib.

Adapun bachr yang umum digunakan dalam syair anak-

anak adalah bachr ka>mil, bachr rajaz, bachr ramal, bachr

mutaqarib, dan bachr mutada>rak (Najib, 1994:110). Selain itu,

bachr yang digunakan pada syair anak-anak biasanya adalah

bachr yang memiliki pola-pola pendek.

Selain bachr, keberadaan qa>fiyah turut menyempurnakan

musikalisasi syair Arab. Kedua unsur ini banyak ditemukan pada

syair Arab lama.commit


Namunto user
demikian, tidak sedikit para penyair
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

Arab kontemporer yang masih menggunakan aturan bachr dan

qa>fiyah dalam menggubah syairnya.

2. Efoni dan Kakofoni

Efoni dan kakofoni adalah rangkaian bunyi yang

dimanfaatkan untuk membentuk kesan tertentu, mengalirkan

perasaan, imajinasi-imajinasi dalam pikiran atau pengalaman

jiwa pendengarnya. Efoni merupakan rangkaian bunyi yang

terdiri dari huruf vokal, konsonan bersuara, bunyi likuida dan

bunyi sengau guna menimbulkan suasana yang indah dan

menyenangkan. Sedangkan kakofoni merupakan rangkaian bunyi

yang terdiri dari huruf konsonan tidak bersuara sehingga

menimbulkan kesan tidak menyenangkan dan suram (Pradopo,

2014:29-31).

3. Aliterasi dan Asonansi

Aliterasi dan asonansi berfungsi untuk memperdalam rasa,

selain itu untuk orkestrasi dan memperlancar ucapan (Pradopo,

2014:38). Aliterasi adalah pengulangan bunyi konsonan yang

dominan di dalam puisi. Sebaliknya, asonansi adalah

pengulangan bunyi vokal yang dominan dalam puisi.

Pemanfaatan bunyi vokal dan konsonan menjadikan sebuah puisi

memiliki kemerduan bunyi, terlebih jika digunakan secara serasi

dan berulang-ulang (Keraf, 2007:130).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

4. Repetisi

Unsur repetisi biasa digunakan pada karya sastra lisan

maupun tulis. Repetisi merupakan bentuk pengulangan bunyi,

suku kata, kata dan kalimat guna memberikan penekanan dan

memperoleh makna yang mendalam pada sebuah pemaknaan

suatu konteks (Keraf, 2007:127).

Jenis repetisi bervariasi, beberapa di antaranya yaitu

anafora, epifora, dan simploke. Anafora adalah pengulangan

bunyi dalam bentuk kata pada awal baris puisi. Sedangkan

epifora adalah pengulangan bunyi dalam bentuk kata pada akhir

baris puisi. Adapun simploke adalah pengulangan bunyi dalam

bentuk kata maupun frase pada awal dan akhir baris puisi.

Pengulangan bentuk kata atau bentukan linguistik pada awal dan

akhir tiap baris puisi ini digunakan untuk menimbulkan efek

tertentu pada puisi (Keraf, 2007:127-128).

5. Onomatope

Onomatope adalah unsur bunyi yang berupa tiruan suara

yang dihasilkan oleh benda, gerak, binatang, manusia, atau segala

wujud yang menimbulkan bunyi. Contoh onomatope adalah

seekor binatang dinamakan cicak, karena binatang tersebut

menghasilkan bunyi [cek-cek] (Subroto, 2011:6). Penggunaan

onomatope dapat menciptakan daya imajinasi pendengar atau

pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

b) Lapis Arti (Units of Meaning)

Lapis arti merupakan rangkaian fonem, suku kata, kata, frase,

dan kalimat yang kesemuanya merupakan satu kesatuan arti (Pradopo,

2014:15). Lapis arti dalam strata norma merupakan lapis kedua yang

ditimbulkan dari lapis bunyi. Arti dari sebuah puisi dapat ditangkap

melalui dua cara, yaitu memahami arti denotatif yang sesuai dengan

apa yang tertulis, dan memahami arti secara konotatif. Lapis arti

menimbulkan lapis ketiga yang berupa latar, pelaku, objek-objek yang

dikemukakan, dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan.

c) Lapis Hal-Hal yang Dikemukakan

Lapis hal-hal yang dikemukakan berupa latar, pelaku, objek-

objek yang dikemukakan, dan dunia pengarang. Lapis hal-hal yang

dikemukakan diperoleh dari pengkajian terhadap lapis kedua, yaitu

lapis arti. Dunia pengarang dalam lapis ketiga ini adalah ceritanya,

yang merupakan dunia imajinasi yang diciptakan pengarang. Dunia

pengarang ini merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek

yang dikemukakan, latar, pelaku, serta alur (Pradopo, 2014:18).

d) Lapis Dunia

Lapis dunia yang merupakan lapis keempat dalam analisis strata

norma Roman Ingarden adalah lapis yang tidak perlu dinyatakan

secara gamblang, namun dapat dipahami secara implisit (Pradopo,

2014:15). Lapis ini ditimbulkan oleh adanya lapis hal-hal yang

dikemukakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

e) Lapis Metafisis

Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca

berkontemplasi atau melakukan sebuah perenungan. Lapis metafisis

berkaitan erat dengan filosofi dari sebuah puisi. Lapis metafisis

memiliki sifat tragis, sublim dan suci. Akan tetapi tidak semua karya

sastra mengandung lapis metafisis ini (Pradopo, 2014:15).

Karya sastra yang mengandung lapis metafisis merupakan karya

sastra yang mencapai tingkatan keempat atau niveau human dan kelima

atau niveau religius (filosofis) dalam tingkatan pengalaman jiwa.

Adapun tingkatan pertama atau niveau anorganis yang terjelma pada

karya sastra hanya berupa pola bunyi, irama, baris, sajak, alenia, alenia,

kalimat, gaya bahasa dan sebagainya. Untuk tingkatan kedua atau

niveau vegetatif yang terjelma dalam karya sastra berupa suasana-

suasana yang ditimbulkan oleh rangkaian-rangkaian kata-kata itu.

Tingkatan ketiga atau niveau animal merupakan tingkatan yang dicapai

oleh binatang dan sudah ada nafsu jasmaniahnya. Tingkatan ini jika

terjelma dalam kata berupa nafsu-nafsu naluriah seperti makan, minum,

dan sebagainya (Pradopo, 1994:55-59).

Sementara itu, tingkatan pengalaman jiwa keempat atau niveau

human jika terjelma ke dalam karya sastra dapat berupa renungan-

renungan batin dan moral, konflik kejiwaan, rasa simpati dan segala

pengalaman yang dirasakan manusia. Sedangkan tingkatan kelima atau

niveau religius (filosofis) berupa renungan batin sampai hakikat,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

hubungan Tuhan dengan manusia, renungan filsafat dan metafisis, dan

sebagainya (Pradopo, 1994:58).

4. Nilai Pendidikan Karakter

Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Hakikat

nilai berupa norma, etika, dan rujukan lain yang dirasakan berharga untuk

manusia (Mulyono, 2004:11). Nilai bersifat abstrak yang mendorong manusia

untuk melakukan hal-hal konkret berupa sikap dan perilaku.

Adapun karakter adalah cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa dan negara (Samani, 2013:42). Karakter berkaitan dengan

hal-hal yang baik. Pendapat yang lain menyatakan bahwa karakter terdiri dari

korelasi antara pengetahuan akan hal-hal yang baik (moral knowing),

perasaan untuk melakukan hal yang baik (moral feeling), dan perilaku yang

berisi kebaikan dan kebajikan (moral behaviour) (Lickona, 1911:5). Ketiga

hal tersebut mampu mendorong manusia untuk berperilaku yang baik sesuai

dengan pengetahuan akan nilai dan etika sosial.

Nilai-nilai karakter menurut Kemendiknas dalam UU No. 20 tahun 2003

pasal 3, menganut sembilan pilar, yaitu: (1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-

Nya, (2) kemandirian dan tanggung jawab, (3) kejujuran dan diplomatis, (4)

hormat dan santun, (5) dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong,

(6) percaya diri dan kerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan

rendah hati, serta (9) toleransi, kedamaian, kesatuan (Samani, 2013:106).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Adapun yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah pendidikan

yang mengembangkan karakter yang mulia dari peserta didik dengan

mempraktekkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan

keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun

dengan Tuhannya (Samani, 2013:44).

Pendidikan karakter ini dapat diperoleh dengan berbagai sarana dan

media. Salah satu sarana yang mudah diaplikasikan bagi pendidikan karakter

yaitu dengan menggunakan media puisi. Alasannya, karena puisi sarat akan

pesan dan amanat serta dapat menarik perhatian anak-anak.

F. Data dan Sumber Data

1. Objek Penelitian

Objek penelitian sastra adalah pokok atau topik penelitian sastra

(Sangidu, 2007:61). Objek penelitian ini adalah 8(delapan) syair dalam Di>wa>n

Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa dengan memanfaatkan

teori analisis struktural strata norma Roman Ingarden.

2. Data

Data penelitian sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat maupun

wacana. Data yang terkumpul dalam analisis deskriptif berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif (Moleong, 2010:16). Bentuk data dalam penelitian ini berupa

huruf, kata-kata, frasa, kalimat, dan wacana yang terdapat di dalam 8(delapan)

syair Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

3. Sumber data

Sumber data adalah naskah (Ratna, 2004:47). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data kepustakaan yang berupa buku,

transkrip, e-book, hasil penelitian dan lain sebagainya yang diuraikan dengan

perincian sebagai berikut :

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama (Siswantoro,

2004:140). Sumber data primer penelitian ini adalah 8(delapan) syair

dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa

yang diterbitkan oleh Majalah Dabi> ats-Tsaqa>fiyyah Tushaddiru ‘an

Da>rish-Shadi> lish-Shacha>fah wan-Nasyr wat-Tauzi>‘ di Damaskus, Syiria

pada tahun 2009. Secara keseluruhan, di>wa>n ini berisi 103 syair anak-

anak.

Adapun 8(delapan) syair yang dijadikan sebagai sumber data

primer penelitian ini yaitu: (1) Ughniyyatudh-Dhaba>b, (2) Ughniyyatu

lil ‘Aqabah, (3) Ughniyyatul-Chajar, (4) Ughniyyatul-Ayyal, (5)

Ughniyyatuth-Thuyu>r, (6) Ughniyyatul-Baja‘a>t, (7) Ughniyyatul-‘Anz,

(8) Ughniyyatul-Chamal.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang kedua.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang

bersumber dari buku-buku, karya tulis, data penelitian, informasi dari

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

media massa maupun media cetak, dan website yang berhubungan serta

menunjang pembahasan penelitian.

G. Metode dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah strategi yang digunakan dalam penelitian

(Subana dan Sudrajat, 2011:10). Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan sebagainya, dengan cara mendiskripsikannya dalam bentuk kata-kata atau

bahasa (Moleong, 2010:6).

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses diperolehnya data dari sumber data

(Subana dan Sudrajat, 2011:115). Teknik pengumpulan data diperoleh dari

teknik pustaka dan wawancara. Teknik pustaka adalah pengumpulan data

melalui sumber pustaka. Sedangkan teknik wawancara adalah cara

memperoleh data melalui percakapan, baik terstruktur ataupun tidak.

Penelitian ini menggunakan teknik pustaka melalui sumber data primer berupa

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l karya Sulaima>n al-‘Isa dan sumber data

sekunder berupa buku-buku acuan yang berkaitan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

3. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk memahami

objek yang diteliti agar dapat mencapai hasil yang telah diramalkan. Langkah

kerja pengolahan data dalam penelitian ini adalah :

1.) Pengambilan data melalui pembacaan secara intensif teks sastra

Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l sebagai objek penelitian.

2.) Data yang telah diambil melalui tahap pembacaan akan dilanjutkan

pada klasifikasi data yaitu pengelompokkan data sesuai kebutuhan

masalah yang telah dirumuskan.

3.) Data yang telah diklasifikasikan selanjutnya akan diolah melalui

tahap analisis struktur 8(delapan) syair dalam teks sastra Di>wa>n

Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l berdasarkan teori strata norma Roman

Ingarden yang dilanjutkan dengan analisis isi dan nilai-nilai

pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya.

4.) Data yang telah dianalisis memerlukan proses lanjutan berupa tahap

interpretasi yang selanjutnya digunakan untuk penarikan simpulan

dan pemberian saran-saran.

H. Sistematika Penulisan

Agar diperoleh suatu pembahasan yang jelas dan berkesinambungan

antara bab demi bab, maka sistematika penulisan penelitian ini sebagai

berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, landasan teori, data

dan sumber data, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II tentang isi, yaitu: (1) Analisis struktur strata norma yang terdiri

dari analisis lapis bunyi, lapis arti, lapis hal-hal yang dikemukakan, lapis

dunia, dan lapis metafisis. (2) Analisis nilai-nilai pendidikan yang berupa

amanat dari 8(delapan) syair dalam Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l.

Bab III berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

Pada bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran yang

berupa 8(delapan) syair Di>wa>n Ara>ji>chun Tughanni> lil-Athfa>l, dan biografi

Sulaima>n al-‘Isa.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai