PERCOBAAN 3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
PERCOBAAN 3
A. TUJUAN
Dapat memilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis obat sediaan cair.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah sudip, statif, buret 25 mL,
pipet ukur 5 mL, pipet ukur 1 mL, labu piala 1000 ml, beaker glass 1000 mL,
beaker glass 100 mL, beaker glass 50 mL, termometer, filler, labu erlenmeyer 250
mL, spatula, corong, kertas saring, spiritus, kaki tiga, labu ukur 100 mL, dan botol
timbang.
C. DATA PENGAMATAN
Replikasi 1 Replikasi 2
Penambahan serbuk Zn
1 0,4 mL
2 0,2 mL
D. PERHITUNGAN
V kloramfenikol X 1000
Replikasi 1
3 mL X 1000
= 0,43
Replikasi 2
3 mL X 1000
= 0,21
= 0,32
d= 0,23 = 0,115
2
SD= = 0.163
E. PEMBAHASAN
Praktikum Analisis Farmasi kali ini bertujuan untuk menganalisis kadar kloramfenikol
dalam sediaan obat tetes mata. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah titrasi
diazotasi yang sering disebut juga dengan nitrimetri. Nitrimetri merupakan penetapan kadar
secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan
pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. Reaksi diazotasi menghasilkan garam
diazonium dapat dilihat dalam reaksi dibawah ini:
(Gandjar, 2007)
Monografi bahan :
1. Kloramfenikol
Nama resmi : Chloramphenicolum
Sinonim : Kloramfenikol, D(-) treo-2-diklorasetamida-1-p
nitrofenil propana-1,3-diol.
RM/BM : C11H12Cl2N2O5/323,12
Rumus struktur : OH H
O2N-- --C----C—CH2OH
Pemerian H
: Hablur halus berbentuk NH---CO--CHCl
jarum atau lempeng
2
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah mula-mula dibuat larutan
baku NaNO2 0,1 N dengan cara sebanyak 7,3 gram NaNO2 ditimbang seksama kemudian
dimasukkan ke dalam labu piala 1000 ml. Lalu ditambahkan air/aquadest hingga tanda batas.
Setelah itu dibuat indicator ketas kanji iodide yaitu dengan cara melarutkan 0,075 KI dalam
0,5 ml air dan 0,2 gram serbuk zink dalam 1 ml air, setelah itu dua larutan tersebut
dicampurkan dan ditambahkan 1 ml air kembali. Lalu larutan tersebut dipanaskan sampai
mendidih dan tambahkan sambil diaduk terus suspensi 0,5 gram pati dalam 3,5 ml air.
Setelah itu dididihkan kembali selama 2 menit dan didinginkan. Kemudian dilakukan
pembakuan larutan NaNO2 0,1 N menggunakan baku primer sulfanilamide PK dengan
metode titrasi diazotasi dan indikator yang digunakan adalah indicator kertas kanji iodide
hingga dihasilkan larutan berwarna biru, titrasi ini direplikasi sebanyak tiga kali. Dihasilkan
normalitas NaNO2 setelah pembakuan adalah…….
Kemudian dilakukan analisis terhadap kloramfenikol dalam sediaan tetes mata
dengan metode nitrimetri untuk mengetahui kadar kloramfenikol dalam sediaan tetes mata
tersebut. NaNO2 ….. N digunakan sebagai titran dan larutan kanji iodide digunakan sebagai
indicator. Mula-mula diambil larutan tetes mata yang mengandung kloramfenikol sebanyak
3,4 ml diketahui berdasarkan label terkandung 16,4 mg kloramfenikol didalamnya. Kemudian
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Lalu ditambahkan 0,5 ml HCl pekat kedalam larutan,
HCl berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan juga akan bereaksi dengan NaNO2
membentuk HNO2 yang akan bereaksi dengan gugus amin primer kloramfenikol membentuk
garam diazonium (Gandjar, 2006). Adapun reaksi yang akan terjadi antara NaNO 2 dan HCl
adalah:
(Gandjar, 2007)
Setelah itu ditambahkan kembali 0,3 ml HCl pekat untuk lebih memberikan
suasana asam dalam larutan. Kemudiaan larutan didiamkan selama 10 menit untuk
memastikan bahwa Zn telah mereduksi sempurna gugus amin sekunder kloramfenikol
menjadi gugus amin primernya, lalu larutan disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
serbuk Zn berlebih. Setelah diperoleh larutan yang jernih, larutan didinginkan dalam baskom
yang berisi es dan dijaga agar suhu larutan pada saat titrasi tidak lebih dari 150C. Titrasi
dilakukan di bawah suhu 15°C karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih
tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Pada titrasi ini, digunakan indikator larutan
kanji iodida. Pada larutan kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru karena iodida
diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan
akan membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO2 itu akan bereaksi dengan
sampel. Ketika indikator dimasukkan, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi
iodida mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segera.
Berikut reaksinya :
NaNO2 + HCl → HNO2 + NaCl
KI + HCl → KCl + HI
2 HI + 2 HONO → I2 + 2 NO + 2H2O
I2 + kanji → kanji iod ( biru )
( Khopkar, 1990 )
Setelah dilakukan replikasi titrasi sebanyak tiga kali, diketahui bahwa % kadar kloramfenikol
dalam sediaan tetes mata tersebut adalah ……………. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka
(FI III) yakni tidak kurang dari 97%. Adapun faktor kesalahan yang diduga terjadi antara lain
karena:
- Kesalahan dalam pengamatan (kesalahan paradoksal)
- Suhu yang tidak tepat dan tidak terjaga
F. Kesimpulan
1. Metode analisis yang kami pilih untuk penentuan kadar kloramfenikol yaitu
titrasi diazotasi dimana prinsip dari titrasi diazotasi ini adalah didasarkan pada
reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Day.R.A dan Underwood A.L, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.