dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya.
Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh
sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
(kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan
menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.
Dapatkah GBS diobati ?
Dapat, angka kesembuhan terjadi sempurna (75-90 %) dengan cara pengoba
Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun
dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya.
Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh
sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
(kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan
menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.
Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun
dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya.
Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh
sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
(kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan
menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.
Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun
dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya.
Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh
sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
(kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan
menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.
Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun
dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Suatu ketika di Puskesmas (terjadi 30 tahun yang lalu), datang seorang laki-laki usia 37 tahun
dengan keluhan kedua tungkai lemah dan semakin susah dibawa berjalan, tidak ada kesemutan.
Makin lama semakin memberat dan setelah itu mengenai kedua lengan atas. Penderita lumpuh
seluruh anggota gerak. Sebelumnya mendapat influenza kira-kira 2 minggu dengan keluhan
waktu itu demam disertai nyeri seluruh sendi. Akhirnya penderita dirujuk ke RS kabupaten untuk
dirawat.
Kasus lain, seorang wanita usia dewasa muda telah dirawat di RS sehari yang lalu dengan
kelumpuhan seluruh anggota gerak, selang beberapa lama sesudahnya mengalami sesak nafas.
Sebelum itu penderita mendapat diare yang tak kunjung baik, selanjutnya dirawat di perawatan
intensif untuk dilakukan bantuan nafas. Saat itu RS belum punya alat bantu nafas (respirator)
untuk memperbaiki pernafasan penderita. Untungnya dua hari kemudian penderita merasa lebih
baik, pernafasan mulai teratur dan akhirnya dapat pulang ke rumah setelah nafas membaik.
Penderita mulai dapat berjalan, walaupun masih tertatih-tatih. Penderita tertolong.
Sementara itu kasus lain yang tidak kalah menariknya adalah seorang penderita dengan keluhan
melihat kembar (suatu objek terlihat dua), mendadak, tidak ada demam dan tidak ada mual
muntah, mempunyai riwayat sebelumnya demam, nyeri sendi, diare kira-kira 3 minggu yang
lalu, penderita dirawat. Setelah perawatan 2 minggu mulai membaik dan pulang ke rumah.
Kasus-kasus di atas memperlihatkan pada kita kalau keluhan lumpuh layuh dapat tertolong
dengan pengelolaan biasa, serta keluhan seperti ini bukan hanya dialami oleh pasien polio tetapi
dapat juga disebabkan oleh Guillain Barre Sindrom. Berbeda dengan polio yang disertai demam
saat sakit dengan kelumpuhan hanya satu tungkai, setelah sembuh mengalami gejala sisa setelah
penderita baik, sedangkan Guillain Barre Sindrom dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa,
walaupun kadang-kadang kasus tertentu ada yang tidak tertolong.
Apa penyebabnya ?
GBS ini tadinya dianggap sebagai neuroalergi yang menghasilkan berbagai bahan berbahaya.
Terdapat perkiraan bahwa kumpulan gejala ini terjadi karena menurunnya daya kekebalan tubuh
sendiri (auto imun), yang biasanya didahului oleh infeksi virus atau kuman-kuman yang
menyebabkan infeksi saluran pernafasan atas dan diare yang melemahkan daya tahan tubuh
(kekebalan) sehingga mengalami keluhan seperti kasus-kasus di atas. Sel sistem kekebalan
menyerang sarung saraf (mielin) yang mengelilingi serabut saraf di seluruh saraf tepi.