BAB I
PENDAHULUAN
dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam darah tinggi. Latihan fisik atau
pergerakan tubuh sering diabaikan oleh setiap penderita DM, hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti keterbatasan waktu untuk melakukan
senam (latihan fisik) oleh karena pekerjaan, usia yang tidak memungkinkan,
dan minat yang kurang untuk melakukan latihan fisik, serta kurangnya
pengetahuan akan pentingnya latihan fisik seperti senam (Sinaga, 2012).
Penyakit DM tipe II prevalensinya terus mengalami peningkatan di
dunia, baik pada negara maju atau negara sedang berkembang sehingga di
katakan bahwa DM tipe II sudah menjadi masalah kesehatan atau penyakit
global pada masyarakat (Anani dkk,, 2012). Menurut World Health
Organization (WHO) memperkirakan Indonesia menduduki kedudukan ke -4
dalam jumlah pasien DM. WHO pada tahun 2009 memprediksi kenaikan
jumlah penderita DM dari 7 juta menjadi 12 juta pada tahun 2030. Indonesia
dengan populasi 230 juta penduduk mengalami peningkatan penderita DM
dari 2007 sampai 2013 yaitu 1,1% menjadi 2,1% . Jumlah penderita DM di
Jawa Timur 2,5% (Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2015). Jumlah
penderita DM (NIDDM) di Kota Pati pada tahun 2019 sebanyak 9.202 orang
(Profil Kesehatan Kota Madiun, 2019). Penderita DM (NIDDM) di
Puskesmas Marogrejo pada bulan Februari 2020 berjumlah 59 orang. Dan
penderita DM (NIDDM) di Puskesmas Margorejo yang aktif mengikuti
senam hanya 20 orang.
Peningkatan jumlah penderita DM tipe II dikarenakan kebiasaan gaya
hidup yang tidak sehat, misalnya banyak yang mengkonsumsi makanan
berlemak, sehingga menimbulkan kegemukan, dan berkurangnya aktifitas
fisik seperti olahraga yang membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak
sempurna sehingga tidak stabilnya kadar gula darah. Penyakit diabetes
mellitus dapat di cegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik
dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Bagus, 2013). Gula darah bisa
stabil jika ada keseimbangan antara diet, latihan fisik, obat-obatan dan
penyuluhan. Dalam hal perencanaan diet sebenarnya tidak ada makanan yang
3
dilarang untuk pasien DM tipe II tapi hanya dibatasi saja sesuai kebutuhan
kalori penderita tersebut (Sinaga, 2102). Menu makanan juga sama dengan
Menu keluarga dirumah. Maka yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan
penyakit DM tipe II adalah makanlah sesuai dengan kebutuhan kalori. Yang
kedua adalah latihan fisik (olahraga) merupakan salah satu cara untuk
mengontrol kadar glukosa dalam darah sebab dengan olahraga dapat
meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif. Cara ketiga adalah
Obat- obatan, pada penderta DM obat-obatan bersifat seumur hidup untuk
dapat mengendalikan kadar gula darah agar selalu terkontrol dengan baik.
Dan cara terakhir adalah penyuluhan, penyuluhan yang berkelanjutan dan
membimbing untuk penderita DM sangat berguna sehingga pasien DM
menjadi mandiri, misalnya penyuluhan tentang apa itu penyakit DM,
bagaimana upaya pencegahan agar tidak sampai terjadi komplikasi yang tidak
diinginkan, serta bagaimana mengatasi penyakit DM yang sudah
berkomplikasi agar tidak semakin parah (Bagus, 2013).
Pada penderita DM tipe II, latihan jasmani memiliki peran utama
dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada penderita diabetes mellitus tipe
II, produksi insulin tidak terganggu, tetapi karena respon reseptor pada sel
terhadap insulin (resistensi) masih kurang, maka insulin tidak dapat
membantu transfer glukosa kedalam sel. Pada saat berolahraga, keadaan
permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang
berkontraksi sehingga resistensi insulin berkurang (Sinaga, 2012). Latihan
(aktifitas fisik) merupakan cara yang sangat penting untuk dilakukan oleh
penderita diabetes mellitus terutama dalam menangani peningkatan glukosa
dalam darah. Salah satu latihan yang dianjurkan adalah Senam Diabates
Melitus (Sinaga, 2012).
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan
status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus
(Persadia, 2012). Senam diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmis
dengan gerakan yang menyenangkan, tidak membosankan dan dapat diikuti
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
setelah latihan tidak lebih dari 180 mmHg dan denyut nadi
mencapai 60-79% MHR. Jika kurang dari 60% latihan kurang
bermanfaat dan jika lebih dari 79% akan membahayakan kesehatan
pasien (Damayanti, 2015). Diagnosis DM ditegakkan jika kadar
glukosa darah puasa > 126 mg/dL (Soegondo dalam Damayanti,
2015). Sesudah latihan jasmani pada pasien lanjut usia termasuk
cukup baik jika kadar glukosa darahnya 140-180 mg/dL
(Damayanti, 2015).
Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi
lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan
tetapi efek yang dihasilkan dari latihan jasmani stelah 2 x 24 jam
hilang, oleh karena itu untuk memperoleh efek tersebut latihan
jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali.
Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika
glukosa darah kurang dari 250 mg%. Jika kadar glukosa diatas
250mg, pada waktu latihan jasmani akan terjadi pemecahan
(pembakaran) lemak akibat pemakaian glukosa terganggu,hal ini
membahayakan tubuh dan dapat menyebabkan terjadinya koma
ketoasidosis (Damayanti, 2015)
2. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler dihambat/diperbaiki
Latihan jasmani dapat membantu memperbaiki profil lemak
darah, menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein
(LDL), trigliserida dan menaikkan High Density Lipoprotein
(HDL) 45-46% serta memperbaiki sistem hemostatik dan tekanan
darah (Damayanti, 2015). Kondisi tersebut dapat menghambat
terjadinya aterosklerosis dan penyakit vaskuler yang berbahaya
seperti penyakit jantung korener, stroke, penyakit pembuluh darah
perifer. Efek aktifitas fisik terhadap penurunan tingkat tekanan
darah telah ditunjukkan secara konsisten pada pasien
12
2. Intensitas
Untuk mencapai kesegaran kardiovaskuler yang optimal,
secara ideal latihan jasmani berada pada VO2 max antara 50-85%.
Dalam rentang tersebut tidak akan memperburuk komplikasi DM
dan tidak menaikkan tekanan darah sampai 180 mmHg (Santoso
dalam Damayanti, 2015). Persatuan Diabetes Indonesia
(PERSADIA) menilai intensitas latihan dari beberapa hal yaitu
target nadi atau area latihan, kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah latihan , tekanan darah sebelum dan sesudah latihan
a. Target nadi atau area Latihan
Pada waktu latihan jasmani denyut nadi optimal adalah
60-79% dari maximum heart rate (MHR). Maximum Heart
Rate (MHR) didapatkan dari perhitungan 220 – umur. Apabila
nadi tidak mencapai target atau kurang dari 60% maka latihan
asmani kurang bermanfaat dan bila nadi lebih dari 79% akan
membahayakan kesehatan penderita. Target Heart Rate (THR)
yaitu 60-79% x MHR. Sehingga area latihan penderita adalah
interval nadi yang di targetkan dicapai selama latihan atau
segera setelah latihan maksimum yaitu 60-79% dari denyut
nadi maksimal.
b. Kadar glukosa darah
Sesudah latihan jasmani pada penderita usia lanjut
kadar glukosa darah 140- 180 mg/dL dianggap cukup baik,
sedangkan pada penderita diabetes usia muda kadar glukosa
darah dianggap cukup baik sampai 140mg/ dL.
c. Tekanan darah
Setelah latihan maksimal tidak lebih dari 180 mmHg
(Damayanti, 2015).
3. Durasi
15
Gambar 1
Gerakan pemanasan 1 dan 2
Gerakan 3
Bermanfaat menyiapkan kondisi tubuh baik secara fisiologis dan
psikologis sehingga dapat melakukan senam dengan baik dan benar.
Gerakan dimulai dengan kaki kanan dan hitungan jatuh pada kaki
kanan.
1) Salah satu kaki Tarik ke belakang.
2) Kepalkan kedua tangan simpan di atas dada dan pinggang.
3) Lakukan gerakan jalan ditempat dengan ayunan tangan.
Gerakan 4
Bermanfaat untuk mengatur nafas secara perlahan dan bertahap agar
paru-paru dan jantung bekerja dengan baik selama berlatih. Gerakan
dilakukan dengan jalan ditempat sementara tangan di rentangkan dari
bagian samping tubuh ke atas lalu berakhir di dada sementara kepala
masih dalam posisi menunduk.
1) Simpan tangan yang terlentang diatas dada.
2) Tundukan kepala.
Gambar 3
Gerakan pemanasan 5 dan 6
19
Sumber : Novitasari,2012
Gerakan 7
Bermanfaat untuk melenturkan persendian otot bahu punggung bagian
atas, dan dada.
1) Langkahkan kaki ke kanan dan ke kiri 1 langkah.
2) Tangan mengepal di sisi badan.
20
Gambar 7
Gerakan pemanasan 13 dan 14
Gambar 8
Gerakan pemanasan 15 dan 16
Sumber : Novitasari, 2012
Gerakan 15
Bermanfaat untuk melenturkan dan mengkoordinasi otot bahu, tangan,
dan tungkai.
1) Kedua tangan di angkat ke atas.
2) Kaki kanan serong ke kanan depan secara bergantian.
Gerakan 16
Bermanfaat untuk melenturkan, mengkoordinasi otot- otot bahu dan
tubuh bagian atas serta lutut.
1) Ayunkan kedua lengan bersamaan.
2) Tangan kanan lurus disis bahu kanan sejajar deangan bahu dan
tangan kiri lurus sejajar dengan bahu.
3) Kaki kanan diangkat kemudian seterusnya.
Gambar 9
Gerakan pemanasan 17 dan 18
Gerakan 17
Bermanfaat untuk merenggangkan dan mengkoordinasikan lengan sisi
tubuh dan paha bagian dalam.
1) Tubuh kanan condong kearah kanan.
2) Tangan kanan seperti menyentuh tumit kaki kanan.
3) Begitupun sebaliknya.
Gerakan 18
Bermanfaat untuk melenturkan otot kanan.
1) Kaki dibuka.
2) Lutut sedikit di tekuk.
3) Ayunkan tangan kanan serong kearah kiri.
Gambar 10
Gerakan pemanasan 19 dan 20
Gambar 13
Gerakan pemanasan 25 dan 26
Gambar 14
Gerakan pemanasan 27 dan 28
Gambar 15
Gerakan pemanasan 29 dan 30
2. Latihan inti
Gambar 16
Gerakan 1 dan 2
Gambar 20
Gerakan inti 4 dan 5
Gambar 21
Gerakan inti 6 dan 7
Gambar 22
Gerakan inti 8
Gambar 23
Gerakan inti 9 dan 10
Inti 11
Bermanfaat untuk melatih otot jari tangan, paha dan bahu.
1) Buka kaki kiri kesamping kiri.
2) Kedua tangan sejajar dengan dada.
3) Rentangkan tangan ke bawah.
4) Lakukan bergantiandengan kaki kanan.
Gambar 25
Gerakan inti 12 dan relaksasi 13
Gambar 26
Gerakan relaksasi 14, 15 dan 16
3. Pendinginan
Gambar 27
Gerakan Pendinginan 1
Gambar 28
Gerakan pendinginan 2
Gambar 29
Gerakan pendinginan 3
Gambar 30
Gerakan pendinginan 4 dan 5
Gambar 31
Gerakan pendinginan 6 dan 7
Gambar 32
Gerakan pendinginan 8 dan 9
Gambar 33
Gerakan pendinginan 10 dan 11
Gambar 34
Gerakan pendinginan 12 dan 13
kehilangan sel beta prankeas lebih dari 50%. Efek abnormalitas ini
akan menyebabkan meningkatnya kadar gula darah secara terus
menerus, hal ini di sebabkan karena gangguan pemanfaatan
glukosa, menurunnya penyimpanan glukosa sebagai glikogen,
gangguan produksi gangguan hepar, meningkatnya glukosa puasa
dan menurunnya pemanfaatan glukosa postprandial (Dunning
dalam Damayanti, 2015).
Individu yang beresiko terkena diabetes tipe 2 ini adalah
mempunyai sindroma resistensi insulin, kelebihan berat badan
(obesitas, peningkatan BMI, peningkatan lingkar pinggang > 1.0
inchi pada pria dan > 0.7 inchi pada wanita), terjadi pada usia > 40
tahun, keturunan, wanita dengan gestasional diabetes atau
mempunyai bayi berukuran besar (Damayanti,2015). Gejala DM
tipe 2 ini terjadi secara berlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat
yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga
secara teratur biasanya penderita berangsur pulih. Penderita juga
harus dapat mempertahankan berat badan yang normal. Namun
pada penderita stadium akhir, kemungkinan akan diberikan
suntikan insulin (Maulana, 2012).
3. Diabetes pada kehamilan (Gestational Diabetes)
Diabetes kehamilan terjadi pada intolerensi glukosa yang di
ketahui selama kehamilan pertama. Jumlah sekitar 2-4%
kehamilan. Wanita dengan diabetes kehamilan akan mengalami
peningkatan resiko terhadap diabetes setelah 5-10 tahun melahirkan
(Damayanti, 2015). Jenis diabetes ini terjadi saat kehamilan dan
bersifat sementara (Maulana, 2015). Meskipun kejadiannya
sementara, namun diabetes tipe ini bisa merusak kesehatan janin
dan ibu (Maulana, 2015).
4. Diabetes tipe lain
54
Lima komponen
penatalaksanaan DM tipe 2
1. Nutrisi (Diet)
2. Latihan fisik
3. Pemantauan gula darah Senam
4. Terapi farmakologi Diabetes
5. Pendidikan kesehatan
Penurunan
kadar gula
darah
Keterangan :
: Di teliti : Berpengaruh
: Tidak di teliti
Gambar 2.1 Kerangka Teori pengaruh senam diabetes terhadap perubahan
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Margorejo Kabupaten Pati.
fisik kurang, kadar kolesterol tinggi, stress, virus dan bakteri, bahaya toksik
atau beracun. Jika factor penyebab tidak bisa di kendalikan maka akan
terjadi DM tipe 2. Masalah yang sering timbul pada penderita DM tipe 2
adalah kadar gula darah yang tinggi. Sedangkan untuk pelaksanaan DM tipe
2 adalah nutrisi (diet), latihan fisik, pemantauan gula darah, terapi
farmakologi, pendidikan kesehatan. Perubahan kadar gula darah tipe 2 salah
satunya dipengaruhi oleh latihan fisik yaitu senam diabetes.
BAB III
METODELOGI
63
Kelompok subjek O1 X O2
Keterangan :
O1 : Nilai gula darah sebelum mendapatkan perlakuan.
O2 : Nilai gula darah setelah mendapat perlakuan.
X : Perlakuan.
Populasi
Semua pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Margorejo Kabupaten Pati berjumlah 59 orang
Sampel
Sebagian pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Margorejo Kabupaten Pati berjumlah 16 orang
Pengelolaan data
Hasil dan kesimpulan
Editing, Entri data, Cleaning data, Processing data
Pelaporan
67
Gambar 3.1 Kerangka kerja pengaruh senam diabetes terhadap perubahan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Margorejo
Kabupaten Pati
sehingga menarik
antusiasme kelompok
dalam klub-
klub diabetes
Penurunan Penurnan kadar gula Penatalaksanaan Glukometer Interval Hasil
Kadar gula darah yang diukur Dm tipe 2 pengukuran
darah dengan glukometerdan 1. Nutrisi gula darah
dinyatakan dalam (diet) acak
satuang/dl 2. Latihan sebelum
fisik dilakukan
3. Pematauan senam
gula darah diabetes
4. Terapi dan
farmakologi sesudah
5. Pendidikan dilakukan
Kesehatan senam
diabetes
dalam
satuang/dl
3.10Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti
terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi
masyarakat. Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya berpegang
teguh pada etika penelitian, meskipun penelitian yang dilakukan tidak
merugikan atau membahayakan subjek (Notoatmodjo, 2012). Seara garis
besar dalam melakukan penelitian prinsip yang harus dipegang adalah
3.10.1 Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab
itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti cukup menggunakan
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2 46 – 55 tahun 0 0%
3 56 – 65 tahun 4 25%
4 65 tahun sampai atas 12 75%
Total 16 100%
Sumber : Lembar Observasi Gula Darah Responden di Puskesmas
Margorejo Kabupaten Pati, 2022.
senam)
1 Tidak Pernah 0 0%
2 1 kali / minggu 2 12,50 %
3 2 kali / minggu 8 50%
4 3 kali minggu 1 6,25 %
5 Setiap hari 5 31,25 %
Total 16 100 %
Sumber : Lembar Observasi Gula Darah Responden di Puskesmas
Margorejo Kabupaten Pati, 2022.
dilakukan intervensi
Sumber : Hasil olah data responden pada SPSS di Wilayah Kerja
Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati. 2022
4.2 Pembahasan
5.2.1 Kadar Gula Darah Pasien DM Tipe 2 Sebelum Melakukan
Senam Diabetes
Hasil penelitian terhadap 16 responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati, didapatkan rata-rata kadar
gula darah sebelum melakukan senam adalah 174,88 mg/dL. Kadar
gula darah sebelum melakukan senam diabetes terendah 114 mg/dL
dan tertinggi 230 mg/dL. Responden yang memiliki kadar gula darah
230 mg/dL berjumlah satu responden dengan jenis kelamin
perempuan, usia 65 tahun keatas, lamanya menderita DM 3 tahun
keatas, melakukan aktifitas fisik (olahraga) 2 kali dalam satu
minggu. Sedangkan responden yang memiliki kadar gula darah
sebelum senam 114 mg/dL berjumalah satu dengan jenis kelamin
perempuan, usia 55 – 60 tahun, lamanya menderita DM 1-2 tahun
dan melakukan aktifitas fisik (senam) setiap hari. Dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi tingginya kadar gula darah dikarenakan
kurang banyaknya melakukan aktifias fisik (senam) yaitu sebanyak 8
responden (50%) hanya melakukan atifitas fisik 2 kali dalam satu
minggu. Menurut teori Damayanti (2015) pada saat melakukan
latihan jasmani kerja isulin menjadi lebih baik dan yang kurang
optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek yang dihasilkan
dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk
memperoleh efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari
sekali atau seminggu 3 kali. Berdasarkan dengan teori, aktifitas fisik
(senam) yang kurang menyebabkan resistensi insulin. Sedangkan
aktifitas fisik (senam) bisa mengaktifasi ikatan insulin dan reseptor
78
hasil p value = 0,006 < α = 0,05 yang berarti ada pengaruh senam
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dengan konsep
teoritis dan hasil penelitian terkait yang ada dapat di generelesasikan
bahwa ada pengaruh yang signifikan melakukan senam diabetes
terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus
tipe 2.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbtasan penelitian
diantaranya adalah
5.2.1 Pada prinsipnya latihan jasmani pada penderita diabetes mellitus
memenuhi beberapa hal yaitu frekuensi olahraga sebaiknya
dilakukan 3 – 5 kali perminggu, intensitas 60 – 79 % MHR, durasi
selama 30-60 menit. Namun dalam penelitian ini frekuensinya hanya
1 kali senam dan tidak di teliti tercapai atau tidaknya intensitas
senam yang baik.
5.2.1 Faktor obat dan diet yang merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2
tidak dapat dikendalikan
83
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan di uraikan
pada pembahasan ang terpapar di bab sebelumnya, maka peneliti dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kadar gula darah sebelum melakukan senam diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati rata-rata adalah 174,88.
2. Kadar gula darah setelah melakukan senam diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati rata-rata adalah 141,06.
3. Dari hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara senam
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah. pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Margorejo Kabupaten Pati
dengan p value < α (0.000 < 0.05).
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas Margorejo
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, senam
diabetes dapat dilanjutkan/dipertahankan menjadi latihan fisik untuk
menurunkan kadar gula darah pada pasien diaetes mellitus.
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui pengaruh yang
sesungguhnya diharapkan metode yang kuat menggunakan
rancangan eksperimental sungguhan yaitu dengan pra-test dan post-
test dengan pemilihan. Dan besar sample dapat di tambah lebih
banyak lagi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Anani, S., Udiyono, A., Ginanjar, P., 2012. Hubungan antara Perilaku
Pengendalian Diabetes dan Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan
Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten
Cirebon). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1:466-478
Black,J.M & Hawks, J.K. 2010. Medikal Surgical Nursing. St louis: Elsevier
Saunder.
Dinkes Kota Madiun. 2016. Profil Kesehatan Kota Madiun Tahun 2015. Madiun:
Dinas Kesehatan Kota Madiun.
Hidayat, A.A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Lemone, P & Burke. 2008. Medical Surgical Nursing critical Thingking in Clien
Care. Pearson Prentice Hall: Ney Jersey.
Nasir, Abd., Muhith, Abdul., Ideputri, M.E. 2011. Buku Ajar Metodologi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle,J. L., Cheever,K. H. 2016. Brunner &
Suddarth: Textbook of Medical-Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott
Wiliams & Wilkins.
Suyono. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Penyakit Dalam FKUI.
Sudoyo, AW., Setiyohadi,B., Alwi, I. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi
3. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam FKUI.
86