Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN MASA DEPAN

Disusun oleh:

1. Syahdan Bariq

2. Nur Indah Musyafa’ah

Dosen pengampu: Sri Sulastri, M.Si.

SEKOLAH ILMU TINGGI ILMU TARBIYAH MISBAHUL ULUM

STIT MU GUMAWANG BELITANG OKU TIMUR

TAHUN 2020 / 2021

1|PAI SEMESTER 3
KATA PENGANTAR

       Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah  ini.

       Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber informasi yang masih terbilang terbatas. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

       Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Kritik dan saran sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya
guna  dimasa yang akan datang.

Sidogede, 17 September 2021

                                                                                    Syahdan Bariq

2|PAI SEMESTER 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah...................................................................................................

B.     Rumusan Masalah............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A.    Tantangan Pendidikan Islam.............................................................................................

B.     Barometer Keabsahan Pendidikan Islam..........................................................................

C.     Pendidikan Islam dan Pendidikan Prespektif Muslim......................................................

D.    Kontribusi Islam Terhadap Kemajuan Pendidikan...........................................................

E.     Tantangan Pendidikan Islam Abad ke 21.........................................................................

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................

3|PAI SEMESTER 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah perjalanan perkembangan pendidikan di dunia Islam, peradaban Islam
pernah mencapai puncaknya ketika masa kekhalifahan Abbasyah yang dikenal dengan the
golden age of Islam.Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling penting
dalam mengembangkan peradaban. Pendidikan Islam tidak akan sempurna meresap dalam
sanubari jika tidak disertakan didikan yang baik pada seluruh generasi.
Akan tetapi, walaupun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam, namun
dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Al-Qur’an dan Sunnah
gagal ditempatkan sebagai sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis
bagi tujuan merumuskan panduan/petunjuk kehidupan dunia.Lebih-lebih ketika dihadapkan pada
arus deras globalisasi yang meskipun terbuka peluang namun sarat dengan berbagai tantangan
yang memerlukan upaya dan konsentrasi maksimal untuk mampun menciptakan pendidikan
bersaing di ruang global.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Tantangan dalam Pendidikan Islam?
2. Apa Barometer Keabsahan Pendidikan Islam?
3. Apa Pendidikan Prespektif Muslim?
4. Apa saja kontribusi Islam Terhadap Kemajuan dunia Pendidikan?

4|PAI SEMESTER 3
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Tantangan Pendidikan Islam


Pendidikan menurut Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah yaitu dengan potensi bawaan seperti potensi ilahiyah, potensi untuk memikul amanah dan
tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Dengan potensi ini manusia mampu
berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan dengan bantuan orang lain
atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim mampu menjadi khalifah dan
Abdullah.
Upaya membangun pendidikan Islam berwawasan global bukan persoalan mudah, karena
pada waktu bersamaan pendidikan Islam harus memiliki kewajiban untuk melestarikan,
menamkan nilai-nilai ajaran Islam dan dipihak lain berusaha untuk menanamkan karakter
berbasis lokal. Upaya untuk membangun pendidikan Islam yang berwawasan global dapat
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terencana dan strategis dengan menangkap peluang
dan bersiaga mengahadapi tantangan masa depan.
Tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam pada masa yang akan datang, menurut
Sa’id Ismail Ali, bahwa umat Islam:
1. Kurang mampu menyeleksi informasi dan teori-teori mana yang maslahat untuk
diaplikasi dan mana pula yang tidak.
2. Gaya hidup hedonis, konsumtif dan fantatif akibat pengaruh era globaliosasi dan era
informasi.
3. Berkiblat dan berbarometer kepada Negara maju secara fisikly padahal terbelakang pada
aspek peradaban dan akhlak.
Disamping ketiga tantangan tersebut, terdapat tujuh tantangan lainnya1[4], yaitu:
1. Mengurangi kesenjangan dalam pemerataan pendidikan, kemiskinan, marginalisasi dan
eksklusivitas pendidikan.
2. Mengukuhkan hubungan yang lebih baik antara pendidikan dan ekonomi setempat
(lokal), dan antara pendidikan dengan dunia kerja yang mengglobal.
3. Mencegah berkembangnya peran dari riset dan pendidikan yang dikendali-kan oleh pasar
dan melebarnya kesenjangan teknologi dan ilmu pengeta-huan di antara Negara industry
dan Negara berkembang.

1[4] Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan , (Remaja Rosjdakarya: Bandung, 2012), hal. 142

5|PAI SEMESTER 3
4. Menjamin bahwa persyaratan riset Negara berkembang menerima perhatian dan
ditunjukkan oleh ilmuwan dan sarjananya.
5. Mengurangi dampak negatif dari brain drain dari Negara miskin ke Negara kaya, dan
dari wilayah tertinggal ke wilayah maju, sebagai pasar untuk siswa yang juga
mengglobal.
6. Mengarahkan dampak dari prinsip-prinsip pemasaran dan perubahan peran dari Negara
terhadap pendidikan dan membantu perencanaan dan manajemen pendidikan.
7. Menggunakan sistem pendidikan tidak hanya untuk memindahkan batang tubuh
keilmuan secara umum, tetapi melestarikan berbagai nwarisan budaya dunia, bahasa seni,
gaya hidup di dunia yang semakin menjadi homogen.
Tantangan-tantangan tersebut bila disadari merupakan signal peluang yang menuntut para
praktisi pendidikan untuk membuat formula, design, konsep, dan strategi pendidikan menjadi
bersaing dalam ruang global yang meliputi tiga dimensi, yaitu ekonomi, politik, dan budaya.
Ekonomi, terkait dengan produksi, pertukaran distribusi, dan konsumsi barang dan jasa; politik,
terkait dengan distribusi, kekuasaan, pusat kbijakan pengembangan dan lembaga kekuasaan
berikut pengawasannya; budaya, terkait dengan social produksi, pertukaran, dan ungkapan
bahasa isyarat dan simbol, arti, kepercayaan dan kesukaan, rasa dan nilai2[5].
Semua persoalan fundamental yang dihadapi oleh masyarakat modern, menjadi pemicu
munculnya kesadaran epistemologis baru bahwa persoalan kemanusian tidak cukup diselesaikan
dengan cara empirik rasional, tetapi perlu jawaban yang bersifat transendental 3[6]. Melihat
persoalam ini, maka ada peluang bagi pendidikan Islam yang memiliki kandungan spritual
keagamaan untuk menjawab tantangan perubahan tersebut. Fritjop Capra dalam buku The
Turning Point, yang dikutip A.Malik Padjar4[7], "mengajak untuk meninggalkan paradigma
keilmuan yang terlalu materialistik dengan mengenyampingkan aspek spritual keagamaan.
Demikianlah, agama pada akhirnya dipandang sebagai alternatif paradigma yang dapat
memberikan solusi secara mendasar terhadap persoalan kemanusian yang sedang dihadapi oleh
masyarakat modern".
Mencermati fenomena peradaban modern yang dikemukakan di atas, harus bersikap arif
dalam merespons fenomena-fenomena tersebut.Dalam arti, jangan melihat peradaban modern
2[5] Ibid., 143

3[6] A. Malik Fadjar, Menyiasati Kebutuhan Masyarakat Modern terhadap Pendidikan Agama Luar
Sekolah, Seminar dan Lokakarya: “Pengembangan Pendidikan Islam Menyongsong Abad 21”, IAIN,
Cirebon, tanggal, 31 Agustus s/d 1 September 1995, hal. 4

4[7] Ibid.

6|PAI SEMESTER 3
dari sisi unsur negatifnya saja, tetapi perlu juga merespons unsur-unsur posetifnya yang banyak
memberikan manfaat dan mempengaruhi kehidupan manusia. Maka, yang perlu diatur adalah
produk peradaban modern jangan sampai memperbudah manusia atau manusia menghambakan
produk tersebut, tetapi manusia harus menjadi tuan, mengatur, dan memanfaatkan produk
perabadaban modern tersebut secara maksimal.
B.     Barometer Keabsahan Pendidikan Islam
Banyak seminar yang mendiskusikan masalah pendidikan Islam, namun yang dijadikan
feferensi dalam seminar-seminar itu adalah teori-teori atau filsafat-filsafat para ahli pendidikan
seperti Al-kindi, Alfarobi, Ibnu Sina.Dalam teori mereka dinyatakan bahwa kurikulum
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang begini dan begitu, metode pendidikan yang baik
adalah yang begini dan begitu, subjek materi yang baik adalah yang begini dan begitu, sekolah
yang baik adalah sekolah yang begini dan begitu, tanpa disadari oleh peserta seminar bahwa
teori dan filsafat yang mereka kemukakan tadi banyak terpengaruh oleh pemikiran Yunani yang
kadang bersebrangan dengan dasar utama pendidikan Islam, yaitu al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Semestinya mereka mempunyai prinsip bahwa, “seseorang itu dianggap ada karena
kebenarannya, dan bukan karena seseorang kebenaran itu ada”, dan barometer kebenaran yang
hakiki itu adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Al-Qur’an dan Sunnah gagal ditempatkan sebagai sumber otentik pengembangan pemikiran
teoritis atau pun praktis bagi tujuan merumuskan panduan/petunjuk kehidupan dunia.Kematian
al-Qur’an dan Sunnah yang hanya menjadi sebuah narasi wahyu yang beku tersebut mempunyai
implikasi yang luar biasa dalam dunia pendidikan yang di kalangan pemeluknya dikenal dengan
“Pendidikan Islam”.Hingga hari ini, dunia pendidikan dan gerakan-gerakan Islam dalam
berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman sulit menumbuhkan tradisi intelektual kritis
sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber teks utama Islam yang seharusnya terus
dilakukan.Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pemecahan problem-problem
pendidikan Islam tersebut, maka usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam lewat pemikiran
yang mendalam perlu dilakukan dan menjadi sangat penting.

C. Pendidikan Islam dan Pendidikan Prespektif Muslim


Pendidikan Islam Prespektif Muslim, di bagi menjadi dua cabang:
a. Pendidikan Muslim
Pendidikan muslim adalah sejumlah pembinaan karakter yang diorientasikan untuk orang-
orang Islam.Dari konsep ini maka konsep sifat pembinaan itu akan bersifat relative sesuai
dengan lokos dan tempusnya.

7|PAI SEMESTER 3
b. Pemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran pendidikan Islam adalah sejumlah pendapat, pemikiran, teori ahli fikih, filsafat,
intelektual muslim yang berkaitan langsung dengan masalah-maslah dan problematika
pendidikan.
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terutama karya-karya ilmiah berbahasa
arab, terdapat berbagai istilah yang dipergunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian
tentang “pendidikan Islam” dan sekaligus diterapkan dalm konteks yang berbeda-beda5[9].
Pendiidikan Islam menurut Langgulung, setidak-tidaknya tercakup dalam delapan pengertian,
yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-
ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-
muslimin (pendidikan orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al- islam (pendidikan dalam Islam), al-
tarbiyah ‘inda al-muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan al-tarbiyah al-
Islamiyah (pendidikan Islami)6[10].

D. Kontribusi Islam Terhadap Kemajuan Pendidikan


Islam tidak hanya memerintahkan ummat manusia untuk belajar dan mengembangkan dirinya,
akan tetapi juga memberikan banyak kontribusi, diantaranya :
1. Merupakan petunjuk menuju jalan yang lurus.
Faktor ini mencakup segala media yang berhubungan langsung dengan segala macam petunjuk-
petunjuk, diantaranya :
a. Teladan yang baik, yang menjadi model dalam melaksanakan pendidikan yang
paripurna.
b. Pemikiran-pemikiran yang memuaskan, hal ini akan menjadi referensi bagi semua ahlai
dalam menyusun, teori-teori tentang kehidupan.
2. Janji dan motivasi
Faktor ini akan member dorongan bagi semua orang untuk terus berkiprah dan berprestasi dalam
hidup
3. Ancaman
Faktor ini akan menjadi kendali bagi semua orang agar tidak menyimpang dari jalan yang
sebenarnya.
Said Ismail Ali berpendapat bahwa dasar ideal pendidkan islam ada 6 macam, yaitu:
5[9] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan  Pendidikan Agama Islam Di
sekolah. (PT Rosdakarya: Bandung, 2001), hal. 36

6[10] Ibid. 36

8|PAI SEMESTER 3
1.Al-qur’an
2.Sunnah Nabi SAW.
3.Kata-kata Sahabat
4.Kemasyarakatan Umat (Sosial)
5.Nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat
6.Hasil pemikiran para pemikir Islam
a). Al-Quran
Al-Qur’an merupakan dasar pokok bagi pijakan filsafat pendidikan islam, karena di dalamnya
memuat konsep-konsep hakekat manusia, hakekat alam, hakekat Tuhan, hakekat pengetahuan,
hakekat nilai serta hakekat-hakekat yang berkaitan dengan alam raya. Isi Al-Qur’an memuat
berbagai problem kefilsafatan misalnya filsafat pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Adam
kepada anak-anaknya (Q.S. 2:31), filsafat kemanusiaan yang dicontohkan oleh Nabi Nuh dengan
konsep-konsep pembebasannya dari penyimpangan tugas kemanusiaan sebagai khalifatullah
(Q.S. 37:38), filsafat sain dan teknologi oleh Nabi Daud dan Nabi Nuh, disusul filsafat budaya
yang dirintis oleh Nabi Ibrahim dimana budaya itu tidak hanya bernilai manusiawi juga memiliki
nilai Ilahi dengan bangunan ka’bahnya, Nabi Yusuf sebagai tokoh pembebasan penjajahan dan
kemiskinan (Q.S. 12:25), Nabi Sulaiman sebagai peletak batu pertama filsafat sain dan
komunikasi tidak hanya pada alam transenden (Q.S. 21:30), Nabi Isa sebagai cikal bakal
pengobatan atau medis (Q.S. 27:16-18), Lukman Hakim ketarbiyahan dan Nabi Muhammad
sebagai tokoh utama pemikir Muslim sejati.
b). Sunnah Nabi SAW
Al-Sunnah merupakan pedoman operasional bagi pelaksanaan Al-Qur’an, karena dapat
dikatakan Nabi Muhammad SAW. merupakan tokoh utama pendidikan Islam dimana ajaran-
ajarannya mencakup totalitas masyarakat sehingga kehadirannya dianggap sebagai rahmatal
lilalamin (Q.S. 21:107), segala yang diberikan Nabi Muhammad merupakan kebenaran mutlak
(Q.S. 2:119), karena itu beliau merupakan figur utama dalam pendidikan (Q.S. 33:21).
c). Kata-kata Sahabat
Kata-kata sahabat sebagai generasi yang paling dekat dengan Nabi SAW.mempunyai kelebihan-
kelebihan sendiri dalam ketarbiyahan. Abu Bakar berhasil dan berjasa menghimpun Al-Qur’an
sebagai dasar utama falsafah pendidikan Islam, dan Umar bin Khattab sebagai bapak reaktor
yang menginginkan perombakan tata nilai yang kurang relevan dengan dunia nyata, disusul
Utsman bin Affan sebagai pencetus sistematika karya ilmiyah sebagai pijakan dalam sistematika
karya ilmiyah di bidang pendidikan, kemudian Ali bin Abi Tholib yang memberikan konsep-
konsep kependidikan.

9|PAI SEMESTER 3
d). Kemasyarakatan Umat
Kemaslahatan masyarakat merupakan tujuan syariah Islam dan tidak akan keliru jika falsafah
pendidikan Islam mengacu pada nilai-nilai yang dikandungnya.
e). Nilai-nilai Adat Masyarakat
Dasar-dasar adat kebiasaan yang memunculkan nilai-nilai insane, memberi khas suatu
masyarakat yang memiliki kedudukan yang multi komplek dan dealektis yang merupakan
pengejawatan dari nilai-nilai universal manusia. Sesorang akan kehilangan martabatnya apabila
ia meninggalkan tradisi sekitarnya, karena itu nilai tidak diterima secara pasif namun merupakan
proses untuk memperoleh hakekat kemanusiaannya.
f). Hasil Pemikiran Para Pemikir Muslim
Hasil pemikiran pemikir muslim sangatlah berharga. Mereka mengembangkan pengetahuan
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dengan semangat menuntut ilmu.
E. Tantangan Pendidikan Islam Abad ke 21
Diantara tantangan-tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam di abad 21 adalah:
1.      Perang ideologi, antara ideologi orientalis, oxidentalis, kaum fundamentalis dan lainnya.
2.      Perbedaan model yang mesti dihadapi, yaitu model pendidikan Islam dan model pendidikan
Barat (Sekuler).
3.      Interes pribadi, golongan, dan bahkan negara yang sangat berpengaruh terhadap tatanan
kehidupan.
4.      Adanya dikhotomi ilmu yang masih akan mewarnai dunia pendidikan.
5.      Perbedaan pendapat tentang epestemologi ilmu.
6.      Bahaya factor-faktor internal, diantaranya masik banyak praktisi pendidikan yang enggan
menggali teori-teori pendidikan langsung dari sumber aslinya, dengan alasan banyak syarat dan
alat yang terlebih dahulu dimiliki, ketimbang teori-teori yang dipaparkan oleh ahli-ahli
pendidikan Barat.
7.      Broblematika dasar-dasar keilmuan yang akan menjadi referensi, yang banyak berbeda
antara satu institusi dengan institusi keilmuan yang lain.
8.      Tidak adanya barometer tertentu yang dapat memastikan bahwa seseorang itu ahli dalam
bidang pendidikan atau tidak, sebab setiap tokoh mempunyai latar belakang tersendiri dalam
mengekspresikan pendapatnya, juga mempunyai latar belakang waktu dan tempat yang berbeda.
9.      Adanya dialog-dialog yang terjadi antara orang yang tidak berkapasitas dalam pendidikan
Islam, sehingga kesimpulan dialog itu tidak menghasilkan pendidikan yang islami.
10.  Perbedaan zaman para ahli pendidikan, sehingga teori-teori yang dihasilkan pada zaman
terdahulu masih diperaktekkan pada zaman sekarang meskipun sudah tidak lagi up to date.

10 | P A I S E M E S T E R 3
11.  Motivasi yang melandasi para ahli pendidikan, ada yang semata-mata berorientasi untuk
mencapai kemajuan pendidikan Islam, tapi ada juga yang duniawi benefit oriented.
Dua tokoh modernis yang menyuarakan islamisasi ilmu dalam rangka menjawab fenomena abad
21, yaitu Isma’il Raji al-Faruqi dan Naquib al-attas.Dari dua konsep yang disampaikan dua
tokoh tersebut tergambar adanya keinginan memberi warna atau nilai agamis pada pengetahuan.
Gagasan Islamisasi pengetahuan sampai sekarang, walaupun telah menjadi tema sentral yang
trendi di kalangan cendekiawan Muslim, masih merupakan gagasan dasar dan kontroversial yang
memerlukan waktu lama untuk mencapai apa yang dikehendaki dengan “sains yang
Islami”7[15].
Dewasa ini pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari
masa permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme
umat  manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan  tuntutan hidup yang
multi  komplek pula. Ditambah lagi dengan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi
Barat bekas saingan jika bukanya musuh sepanjang sejarah. Kesulitan ini semakin menjadi akut
karena faktor psikologis yang lain, yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah, berbeda
dengan kedudakan umat islam klasik  pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan
berkuasa.
Oleh karena itu, guna menghadapi himpitan-himpitan modernisasi tersebut, pendidikan Islam
membutuhkan perubahan yang signifikan. Perumusan visi dan misi pendidikan yang baru untuk
membangun serta meningkatkan mutu dan kualitas manusia dan masyarakat muslim. Apabila
tidak melakukan perubahan, pendidikan Islam akan tetap “terbelakang” dan tidak mampu
bersaing dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

7[15]Fazlur Rahman, Islam and Modernity, hal. 144

11 | P A I S E M E S T E R 3
Dalam catatan sejarah, Islam berkontribusi besar terhadap dunia pendidikan, dengan
pencapaian gemilang perdaban yang terbangun di masa khilafah Abbasyah, yang dikenal dengan
the golden age of Islam.Namun setelah itu Islam menjadi tertinggal baik karena faktor internal
maupun faktor eksternal.
Menurut Sa’id Ismail Ali, ketertinggalan umat Islam dalam pendidikan secara internal
disebabkan oleh kegagalan terhadap pemahaman dan realisasi konsep-kensep pendidikan dalam
al-Qur’an dan al-Sunnah, disamping secara eksternal adanya pengaruh para pemikir Barat.
Dalam kondisi tertinggal secara bersamaan dihadapkan pada tantangan globalisasi, yang
meliputi tiga dimensi besar: ekonomi, pilitik dan budaya, pendidikan Islam memerlukan
pembaruan yang serius dan maksimal berdasar pada falsafah al-Qur’an, sunnah nabi saw., kata-
kata sahabat, kemasyarakatan umat (sosial), nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat, dan hasil
pemikiran para pemikir Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Mahmud. 1990. Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Penerbit PT. Hidakarya Agung.

Dahlan, Zaini. 2018. Sejarah Pendidikan Islam. Medan : UinSu.

12 | P A I S E M E S T E R 3
Nizar, Syamsul. 2007.Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
Sampai Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zuhairini, et.al. 1986. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Ditjen Binbaga Islam Depag RI.

[1] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam(Jakarta: Penerbit PT. Hidakarya Agung, 1990)
hlm. 6.

[2] Zaini Dahlan, Sejarah Pendidikan Islam (Medan : Uin Su,2018) hal, 7

[3] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam(Jakarta: Penerbit PT. Hidakarya Agung, 1990)
hlm. Hal 24-25.

[4] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam(Jakarta: Hidakarya Agung,

1990), h. 27.

[5] Zaini Dahlan, Sejarah Pendidikan Islam (Medan : Uin Su,2018) hal, 7

MAKALAH INI BANYAK MENGUTIP DARI WWW.ACADEMIA.EDU

13 | P A I S E M E S T E R 3

Anda mungkin juga menyukai