Anda di halaman 1dari 111

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia telah membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya

peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau disingkat PHBS. PHBS di

seluruh Indonesia mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap

pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian.

Upaya tersebut dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam

memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sehingga masyarakat

sadar, mau, dan mampu secara mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status

kesehatan terutama dalam prilaku hidup bersih dan sehat.

(Permenkes RI, 2011).

Kebijakan yang mengatur tentang PHBS saat ini adalah peraturan

Menkes RI Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011. Tentang pedoman pembinaan

perilaku hidup bersih dan sehat menetapkan bahwa PHBS sebagaimana

dimaksud pada Pasal 1 ayat 1 agar digunakan sebagai acuan bagi semua

pemangku kepentingan dalam rangka pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat ditatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat

kerja, tatanan-tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2011)


2

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) merupakan esensi dan hak

asasi manusia untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini

selaras dengan yang tercakup dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia

tahun 1948 di sepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya adalah hal yang fundamental bagi setiap orang tanpa

membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.

Derajat kesehatan yang tinggi tersebut dapat diperoleh apabila setiap orang

memiliki perilaku yang memperhatikan kesehatan. (Maryuni, A, 2013, p.14).

PHBS ditatanan rumah tangga merupakan salah satu program prioritas

pemerintah melalui Puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pengertian PHBS di tatanan rumah

tangga yang tertuang dalam peraturan Menkes RI Nomor

2269/Menkes/Per/XI/2011 adalah : di rumah tangga, sasaran primer harus

mempraktikan perilaku yang dapat menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang

mencakup persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI

Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di

rumah tangga, menggunakan jamban sehat (stop buang air besar

sembarangan/stop BABS), pengelolaan limbah cairan di rumah tangga,

membuang sampah di tempat sampah, memberantas jentik nyamuk, makan

buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok

di dalam rumah dan lain-lain. Sasaran PHBS ditatanan rumah tangga tidak

hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas,
3

mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan

sosial-budaya masyarakat. (Maryuni,A, 2013, p.45).

Penelitian kualitatif yang dilakukan Anita Pebrina, Dkk (2013) hasil

survei menunjukan bahwa rata-rata persentase rumah tangga berPHBS di 10

kelurahan sampel ialah sebesar 55,6%. Dengan persentase tersebut didapatkan

gambaran bahwa Kota Administrasi Jakarta Timur belum berhasil mencapai

65% target Nasional untuk indikator tunggal persentase rumah tangga

berPHBS dengan 10 kriteria tahun 2010. padahal menurut ketetapan renstra

periode 2010-2014 milik Kementrian Kesehatan RI, setiap Kabupaten atau

Kota Di 33 Provinsi atau capaian setiap program prioritas kesehatan Nasional

yang seharusnya di Indonesia diharapkan mencapai 70% target rumah tangga

berPHBS ditahun 2014. Hasil ini sangat ironis mengingat Kota Administrasi

Jakarta Timur merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang ditetapkan

sebagai Provinsi prioritas dengan hasil menjadi barometer pembagunan

didaerah-daerah lainnya.

Berdasarkan data Riskesdas 2013 proporsi Nasional Rumah Tangga

dengan PHBS baik adalah 32,3%. Terdapat 20 Provinsi yang masih memiliki

Rumah Tangga dengan PHBS baik dibawah proporsi Nasional. Proporsi

tertinggi pada DKI Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%).

Terdapat 20 dari 33 provinsi yang masih memiliki Rumah Tangga PHBS baik

di bawah proporsi Nasional. Proporsi Nasional Rumah Tangga PHBS pada

tahun 2012 adalah sebesar 38,7%. Proporsi Rumah Tangga melakukan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu sumber air bersih baik
4

(82,2%), cuci tangan dengan benar (47,2%), dan BAB di jamban sebesar

(81,9%). (Riskesdas, 2013).

Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2014 secara Nasional, penduduk

yang telah memenuhi kriteria PHBS baik sebesar 38,7%. Terdapat lima

Provinsi dengan pencapaian diatas angka Nasional yaitu DKI Yogyakarta

(59,4%), Bali (53,7%), Kalimantan Timur (52,4%), Jawa Tengah (51,2%), dan

Sulawesi Utara (50,4%). Sedangkan provinsi dengan pencapaian PHBS

rendah berturut–turut adalah Gorontalo (33,8%), Riau (30,1%), Sumatra Barat

(28,2%), Nusa Tenggara Timur (26,8%), Papua (24,4%). (Riskesdas,2014).

Target Nasional tahun 2015 untuk cakupan standar minimal promosi

kesehatan dan PHBS yang merupakan acuan Kabupaten atau Kota adalah

sebesar 80%. Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2015 menetapkan target

pencapaian PHBS sebesar 70%. Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi

Sumatera Barat realisasi PHBS di tatanan rumah tangga baru tercapai sebesar

56,16% . (Dinkes Sumbar, 2015).

Data Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh tahun 2015 menunjukkan

bahwa persentase rumah tangga ber-PHBS adalah sebesar 27,9% dari target

pencapain 70%. Dari 10 indikator PHBS pada tatanan rumah tangga indikator

yang masih jauh dari target pencapaian adalah tidak merokok sebesar 41,5%.

Sedangkan indikator yang lainnya sudah hampir mencapai target.

(Dinkes Kota Payakumbuh, 2015)

Pada tahun 2016 data PHBS terjadi peningkatan sebesar 36,1%.

Tetapi masih jauh dari target capaian. Dari 10 indikator PHBS pada tatanan

rumah tangga, yang masih jauh dari pencapaian adalah tidak merokok sebesar
5

51,2%. Rata-rata dari 9 indikator lainnya sudah mencapai target.

(Dinkes Kota Payakumbuh, 2016).

Kota Payakumbuh memiliki 8 puskesmas disetiap wilayah. Data PHBS

pada tatanan rumah tangga tahun 2015 menunjukan , Puskesmas Ibuh 14,7%,

Parit Rantang 20,4%, Ait Tabit 22,4%, Tiakar 77,1%, Tarok 9,4%, Lampasi

43,5%, Payolansek 19,5%, Padang Karambia 27,9%. Sedangkan pada tahun

2016 terjadi penurunan pada Puskesmas Air Tabit sebesar 20,1%, Puskesmsas

Ibuh 30,8%, Parit Rantang 30,4%, Payolansek 27,4%, Padang Karambia

30,5%, Tiakar 73,4%, Tarok 43,4%, Lampasi 39,2%. Dari 8 puskesamas

diatas pada tahun 2016 puskesmas yang paling rendah dari target capaian

adalah Puskesmas Air Tabit. (Dinkes Kota Payakumbuh, 2016).

Puskesmas Air Tabit telah melakukan beberapa upaya dalam

meningkatkan jumlah tatanan rumah tangga yang ber-PHBS mulai dari

perencanaan sampai monitoring evaluasi. Dari 10 indikator PHBS tahun

2015-2016 yang masih jauh dari target capaian adalah tidak merokok.

Meskipun 9 dari 10 indikator sudah memenuhi target PHBS dirumah tangga,

rumah tangga tersebut belum bisa dikatakan rumah tangga berPHBS, karena

rumah tangga yang berPHBS harus mencapai 10 indikator PHBS.

Berdasarkan hasil survey awal pada bulan januari melalui wawancara

singkat dengan pemengang program PHBS di Puskesmas Air Tabit menegenai

kebijakan, Puskesmas Air Tabit telah mengambil kebijakan sesuai dengan

permenkes yang ada dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak Dinas

Kesehatan Kota Payakumbuh. Dana untuk program PHBS juga sudah

memadai namun masih belum teralokasikan dengan baik sesuai dengan yang
6

dibutuhkan. Sarana dan prasarana untuk program PHBS di Puskesmas Air

Tabit telah mencukupi sesuai dengan yang di butuhan, namun masih

terhamabat karena sumber daya manusia dipuskesmas air tabit tidak

mencukupi untuk menjalankan program PHBS . Pemegang program PHBS di

Puskesmas Air Tabit hanya berjumlah 1 orang, dan memegang program

merangkap, jadi program PHBS tidak dapat berjalan secara efektif. Kemudian

dilihat dari sasaran program PHBS, penyuluhan kesehatan hanya sering

dilakukan pada kelompok lansia dan posyandu, sesekali penyuluhan singkat

pada saat kunjungan kerumah masyarakat. Seharusnya penyuluhan dilakukan

pada seluruh masyarakat yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit .

Penyebab rendahnya pelaksanaan PHBS di tatanan rumah tangga

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku dan non perilaku

fisik, sosial ekonomi dan sebagainya. Oleh sebab itu peningkatan masalah

kesehatan tersebut harus ditujukan kepada dua faktor tersebut. Banyak hal lain

yang menjadi penyebab menurunnya pelaksanaan PHBS di tatanan

masyarakat seperti faktor teknis, faktor  geografi, sosial ekonomi, serta

kurangnya upaya promotif tentang kesehatan khususnya mengenai PHBS dari

puskesmas dan instansi kesehatan lain seperti puskesmas.

(Maryuni, A, 2013, p.87).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berminat untuk melakukan

penelitian dengan judul “Evaluasi Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit”.
7

B. Rumusan masalah

Berdasarkan permasalahan yang disebutkan pada latar belakang diatas,

maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Evaluasi Program

Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Di

Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Tahun 2017’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengeksplor pengalaman tentang Evaluasi Program Prilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah

Kerja Puskesmas Air Tabit Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Melihat gambaran input (Kebijakan, SDM, Dana, Sarana, Sasaran)

diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit Tahun 2017.

b. Melihat gambaran proses (advokasi, bina suasana, gerakan

masyarakat) melalui terlaksananya fungsi manajemen pada program

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) diwilayah kerja Puskesmas

Air Tabit Tahun 2017.

c. Melihat gambaran output melalui hasil yang dicapai dari suatu

program berupa indikator keberhasilan program yaitu terlaksanannya

prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga

diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi

puskesmas sebagai dasar dalam membuat perencanaan program PHBS.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menjadi informasi bagi mahasiswa dan

sebagai bahan referensi kepustakaan Stikes Fort De Kock Bukittinggi.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan pengalaman ilmu pengetuhuan bagi

mahasiswa serta pengetahuan lainnya yang didapat selama mengikuti

perkuliahan.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode

kualitatif yang membahas tentang “Evaluasi Program Perilaku Hidup Bersih

Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga” dengan lokasi penelitian di

Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh. Dan direncanakan

pelaksanaannya pada 21 Juni tahun 2017. Teknik yang digunakan untuk

penentuan informan penelitian ini adalah secara purposive sampling, dengan

melibatkan beberapa informan untuk mendapatkan informasi tentang Evaluasi

Program Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan

rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit dengan melakukan

beberapa metode yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dan telaah

dokumentasi. Jumlah Informan dalam penelitian ini adalah 7 orang yang


9

terdiri dari: 1 orang Pengelola program PHBS di Puskesmas, 1 orang

Pimpinan Puskesmas, 2 orang Kader yang aktif menjalankan PHBS, dan 3

orang masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah ilmu terapan. Penerapannya harus sesuai

dengan ruang lingkup fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia yang

ada didalam organisasi tersebut dan ruang lingkup masalah yang dibidang

kesehatan. Manajemen diterapkan untuk mengatur prilaku staf yang

bekerja didalam organisasi (instusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga

dan mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok

masyarakat secara efektif, efisien dan produktif.

(Muninjaya, G, 2012,p.43)

Manajemen adalah membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-

kegiatan orang lain dan fungsi-fungsinya dapat dipecah sekurang-

kurangnya 2 tanggung jawab utama, yakni perencanaan dan pengawasan.

Manajemen juga suatu proses yang dilakukan oleh salah satu orang atau

lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna

mencapai hasil tujuan yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja.

Dan dapat diambil keseimpulan bahwa manajemen kesehatan

adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas

kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan

masyarakat melalui program kesehatan. (Notoatmodjo,2007,p.83).


11

2. Fungsi manajemen

a. Perencanaann

Suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan

prioritas masalah perencanaan pemecahan masalah , implementasi

(pelaksanaan pemecahan masalah) evaluasi . dari hasil evaluasi

tersebut akan muncul masalah-masalah baru , kemudian dari masalah-

masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke

siklus semula. Sehingga dapat digambarkan seperti dibawah ini

(Notoadmodjo, 2007,p.87).

Identifikasi masalah

Evaluasi

pelaksanaan Prioritas masalah

Perencanaan

(Gambar 2.1 )
Skema Proses Perencanaan

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada

dalam intitusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan

dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik.yang akhirnya

semua tujuan dapat dicapai dengan kata lain pengorganisasian ialah


12

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi , guna mencapai

tujuan yang telah ditetapkan . Hal yang harus diorganisasikan ada 2

macam :

1) Pengorganisasian kegiatan

Pengaturan berbagai kegiatan yang ada didalam rencana

sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu untuk

mencapai tujuan.

2) Pengoranisasian tenaga pelaksanaan

Mencakup pengaturan hak dan wewenang setiap tenaga

pelaksana sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung

jawabnya. (Notoadmodjo, 2007, p.92)

c. Pelaksanaan

Setelah pelaksanaa dan pengorganisasian selesai dilakukan,

maka selanjutnya yang perlu ditempuh dalam pekerjaan

administrasi adalah mewujudkan rencana tersebut dengan

mempergunakan organisasi yang terbentuk menjadi kenyataan. Ini

berati rencana tersebut dilaksanakan dan diaktualisasikan.dari

uraian diatas untuk dapat melaksanakan suatu rencana seorang

administator ataupun mager perlu menguasai berbagai pengetahuan

dan keterampilan yang jika disederhanakan dapa dibedakan atas 6 :

1) Pengetahuan dan keterampilan motivasi

2) Pengetahuan dan keterampilan komunikasi

3) Pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan

4) Pengetahuan dan keterampilan pengarahan


13

5) Pengetahuan dan keterampilan pengawasan

6) Pengetahuan dan keterampilan supervisi

(Azwar, A, 2010,p.290)

d. Pengawasan dan pengarahan

Pengawasan dan pengarahan adalah suatu proses untuk

mengkur penampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu

program yang selanjutnya memberikan pengarahan-pengarahan

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai agar

pengawasan dapat berjalan dengan baik sekurang-kurangnya 3 hal

yang diperhatikan yakni :

1) Objek pengawasan

2) Metode pengawasan

3) Proses pengawasan. (Notoadmojo, 2007, 94-96)

e. Monitoring dan evaluasi

Merupakan bagian yang penting dari proses manajemen,

karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back)

terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya

monitoring dan evaluasi , sulit rasanya untuk mengetahui sejauh

mana tujuan yang direncanakan itu telah mencapai tjuan atau

belum. Monitoring adalah kegiatan untuk memantau proses

jalannya suatu program atau kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah

kegiatan untuk menilai hasil suatu program atau kegiatan.

Langkah-langkah dalam kegiatan evaluasi :


14

1) Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi yakni tentang

apa yang akan dievaluasikan terhadap program yang aka

dievaluasikan.

2) Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menetukan

keberhasilan program yang akan dievaluasikan.

3) Menetapkan cara atau metode yang akan digunakan

4) Menentukan keberhasilan program yang dievaluasikan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut, serta

memberikan penjelasan.

5) Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut

terhadap program berikut berdasarkan evaluasi tersebut.

Dilihat dari impilkasi hasil evaluasi bagi suatu program dibedakan

adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosi suatu program , yang

hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya

formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan),

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai

hasil akhir dari suatu program. (akhir program).

Dalam program kesehatan masyarakat disamping evaluasi juga

dilakukan monitoring atau pemantauan program. Monitoring dilakukan

sejalan dengan evaluasi dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai

dengan yang direncanakan baik waktu maupun jenis kegiatannya. Dalam


15

monitoring tidak dilakukan penilaian seperti pada evaluasi, tetapi hanya

mengamati dan mencatat. (Notoatmodjo, 2007, p.103-105)

Ada 3 jenis evaluasi yang dibedakan berdasarkan sasaran dan waktu

pelaksanaannya.

(a) Evaluasi input

Evaluasi dilaksanakan sebelum kegiatan program dimulai mengetahui

ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar prosedur

pelaksanaan disesuaikan dengan sumber daya yang dimanfaatkan untuk

mendukung pelaksanaan kegiatan program. Evaluasi ini bersifat

pencegahan (preventif evaluation) karena kegiatan evaluasi ini

mengkaji persiapan kegiatan sehingga dapat mencegah terjadinya

penyimpangan sedini mungkin.

(b) Evaluasi proses

Dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Tujuannya untuk

mengetahui efektifitas pelaksanaan kegiatan prgram atau metode yang

digunakan, meningkatkan motifasi staf, dan memperbaiki komunikasi

staf dan sebagainya. Evaluasi ini disebut dengan formatfe evalution.

(c) Evaluasi output

Evaluasi output yaitu hasil kegiatan program. Kegiatan evaluasi ini

disebut summtive evaluation atau impact evalution. Dilaksanakan

setelah pekerjaan selesai untuk menegetahui ketepatan waktu

pelaksanaan kegiatan . output dibandingakan dengan target, effect atau

outcame untuk mengetahui pengaruh kegiatan program terhadap sikap

dan perilaku masyarkat atau dampak program pada penurunan kejadian


16

sakit atau kematian. Evaluasi ini juga ditujukan untuk mengetahui mutu

pelayanan kesehatan dibandingkan dengan standar mutu yang

ditetapkan pada saat menyusun rencana. (Muninjaya,G, 2012, p.115)

B. PHBS di Rumah Tangga

1. Pengertian

Aspek perilaku merupakan hal yang paling penting agar terwujud

status kesehatan masyarakat yang semakin meningkat. Agar terwujudnya

kesehatan masyarakat yang meningkat,maka seluruh anggota

masyarakat,anggota dari lingkungan sekolah,lingkungan kerja,dan

sebagainya harus hidup dalam lingkungan yang sehat,berperilaku hidup

sehat,serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,adil

dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Untuk mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat tersebut, maka

pemerintah membuat suatu program yang dinamakan ”Program PHBS

atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. (Maryunani, A, 2013, p. 1).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor

lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau

masyarakat (blum: 1974). (Notoatmodjo, 2006,p.12)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong

diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat. (Pusat Promkes RI, 2006,p.5).


17

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah

upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan

mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif

dalam gerakan kesehatan di masyarakat. (Pusat Promkes RI, 2006,p.6)

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup bekerja,

bermain, berinteraksi,dan lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS

yaitu Rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat

umum. Dalam penelitian ini adalah pada tatanan rumah tangga karena

rumah tangga adalah unit terkecil di masyarakat yang di dalamnya terdiri

dari Bapak , Ibu, Anak serta anggota keluarga lainnya yang hidup untuk

bekerja, bermain, berinteraksi dan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Tujuannya adalah upaya memberdayakan dan peningkatan kemampuan

untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan rumah tangga.

(Depkes RI, 2011).

Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu di berbagai tempat atau

sistem sosial dimana ia melakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap

tatanan, faktor-faktor individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial

berinteraksi dan menimbulkan dampak pada kesehatan. Oleh sebab itu

dapat pula dikatakan bahwa satu tatanan adalah suatu tepat dimana

manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan

sekaligus juga mengatasi masalahmasalahnya di bidang kesehatan.

(Depkes RI, 2011).

Pengertian PHBS di tatanan rumah tangga yang tertuang dalam

peraturan Menkes RI Nomor 2269/Menkes/Per/XI/2011 adalah : di rumah


18

tangga, sasaran primer harus mempraktikan perilaku yang dapat

menciptakan rumah tangga ber-PHBS, yang mencakup persalinan di

tolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI Eksklusif, menimbang

balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun, pengelolaan air minum dan makan di rumah tangga,

menggunakan jamban sehat (stop buang air besar sembarangan/stop

BABS), pengelolaan limbah caira di rumah tangga, membuang sampah di

tempat sampah, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah

dan lain-lain.

PHBS merupakan salah satu program prioritas pemerintah melalui

puskesmas dan menjadi luaran dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan,seperti yang di sebutkan pada rencana strategis (Renstra)

Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014 (Kemenkes,2011). Sasaran

PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene,namun harus lebih

komprehensif dan luas,mencakup perubahan fisik,lingkungan biologi dan

lingkungan sosial budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang

berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.

Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan

masyarakat,tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas Mandi,

Cuci dan Kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah.

Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial budaya

seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang

berhubungan dengan PHBS. Dengan berakhirnya Millennium


19

Development Goals (MDGs) pada tahun 2015, banyak Negara yang

mengakui keberhasilan MDGs sebagai pendorong tindakan-tindakan untuk

mengurangi kemiskinan dan meningkatkan pembangunan masyarakat.

Khususnya dalam bentuk dukungan politik. (Maryunani, A, 2013, p. 2).

2. Tujuan PHBS di Rumah Tangga

Tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan,

petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM,

tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam

pembinaan PHBS di rumah tangga.

b. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

(Maryuni,A, 2013, P.59).

3. Sasaran PHBS di Rumah Tangga

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota

keluarga secara keluarga, yaitu :

a. Pasangan usia subur

b. Ibu hamil dan atau ibu menyusui

c. Anak dan remaja

d. Usia lanjut

e. Pengasuh anak. (Puspromkes Depkes RI, 2006)


20

4. Kelompok Sasaran Pembinaan PHBS

Terdapat tiga kelompok besar pembinaan PHBS, yang

dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 2.1
Kelompok Sasaran Pembina PHBS

No Kelompok Sasaran Uraian

1. Sasaran Primer a. Sasaran primer merupakan sasaran langsung,


yang diharapkan untuk mempraktikkan
PHBS.
b. Sasaran primer terdiri dari:
a) Individu anggota masyarakat
b) Kelompok-kelompok masyarakat
c) Masyarakat keseluruhan

2. Sasaran Sekunder a. Sasaran sekunder adalah mereka yang


memiliki pengaruh terhadap sasaran primer
dalam pengambilan keputusannya untuk
mempreraktikkan PHBS.
b. Yang termasuk dalam sasaran sekunder
adalah para pemuka masyarakat/tokoh
masyarakat.
c. Pengertian pemuka atau tokoh dan hal-hal
yang berkaitan dengan tokoh, diuraikan
berikut ini:
a) Pemuka atau tokoh adalah seseorang yang
memiliki kelebihan diantara orang-orang
lain dalam suatu kelompok atau
masyarakat
b) Tokoh atau pemukan ini akan menjadi
panutan bagi kelompoknya atau bagi
masyarakat karena ia merupakan figur
yang menonjol
c) Tokoh atau pemuka umumnya dapat
mengubah sistem nilai dan norma
masyarakat secara bertahap, dengan
terlebih dulu mengubah sistem nilai dan
norma yang berlaku dalam
kelompoknnya.
21

d) Para pemuka masyarakat/tokoh


masyarakat ini dipilih menjadi sasaran
kedua, karena para tokoh masyarakat ini
umumnya menjadi panutan sasaran primer
e) Terdapat berbagai jenis masyarakat
seperti:
(a) Tokoh atau pemuka adat
(b) Tokoh atau pemuka agama
(c) Tokoh politik
(d) Tokoh pertanian
(e) Tokoh pendidikan
(f) Tokoh bisnis
(g) Tokoh pemuda
(h) Tokoh remaja
(i) Tokoh wanita
(j) Tokoh kesehatan dan lain-lain

3. Sasaran Tersier a. Sasaran tersier adalah mereka yang berada


dalam posisi pengambilan keputusan formal,
sehingga dapat memberikan dukungan, baik
berupa kebijakan/pengaturan dan atau sumber
daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap
sasaran primer
b. Ciri-ciri kelompok ini anatara lain:
a) Kelompok ini sering juga disebut sebagai
tokoh masyarakat formal
b) Tokoh masyarakat formal adalah orang
yang memiliki posisi menentukan dalam
struktur formal dimasyarakatnya.
c. Tokoh atau pemuka umumnya dapat
mengubah sistem nilai dan norma masyarakat
secara bertahap, dengan terlebih dulu
mengubah sistem nilai dan norma yang
berlaku dalam kelolmpoknya.
d. Para memuka masyarakat atau tokoh
masayarakat ini dipilih menjadi sasaran
kedua, karena para tokoh masyarakat ini
umumnya menjadi panutan sasaran premier.
e. Terdapat berbagai jenis masyarakat, seperti
misalnya:
(a) Tokoh atau pemuka adat
(b) Tokoh atau pemuka agama
22

(c) Tokoh politik


(d) Tokoh pertanian
(e) Tokoh pendidikan
(f) Tokoh bisnis
(g) Tokoh pemuda
(h) Tokoh remaja
(i) Tokoh wanita
(j) Tokoh kesehatan dan lain-lain

Sumber : Anik Maryuni,2013.

5. Manfaat PHBS bagi Rumah Tangga

Perilaku hidup dan bersih dan sehat sangat bermanfaat bagi

keberlangsungan hidup suatu rumah tangga. Manfaat rumah tangga ber-

PHBS adalah :

a. Bagi rumah tangga

1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit

2) Anak tumbuh sehat dan cerdas

3) Anggota keluarga giat bekerja

4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditunjukan untuk

memenuhi gizi keluarga pendidikan dan modal usaha untuk

menambah pendapatan keluarga.

b. Bagi masyarakat

1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat .

2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-

masalah kesehatan.

3) Masayarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada


23

4) Masayarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber

masyarakat (UKM) seperti : posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan

jamban, ambulan desa dll. (Proverawati,A,dkk,2012,p14-15)

6. Peran Anggota Rumah Tangga dalam Ber-PHBS

a. Menerapkan PHBS di rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari

b. Mengajak anggota rumah tangga lain untuk ber PHBS melalui

kelompok DASAWISMA.

c. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat terkait PHBS seperti

posyandu, gerakan pemberantasan sarang nyamuk dan sebagainya.

d. Menjadi kader untuk memberdayakan anggota rumah tangga di

masyarakat bekerja sama tim di tingkat desa melalui penyuluhan

perorangan, penyuluhan kelompok dan penyuluhan massa.

(Maryuni,A, 2013, p.60).

7. Peran tenaga kesehatan dalam merubah perilaku masyarakat untuk

berPHBS

Jadi ada beberapa peran tenaga kesehatan dalam mengubah prilaku

masyarakat:

1) Peran Tenaga Kesehatan dalam Merubah Perilaku Masyarakat untuk

Ber-PHBS. Disamping kader kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat

berperan juga dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup

bersih dan sehat. Beberapa peran tenaga kesehatan dalam merubah

perilaku dapat di uraikan sebagai berikut:


24

a) Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil

bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan

perubahan perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.

b) Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup

untuk di kembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada

masyarakat dimana mereka bekerja. (Maryuni,A, 2013, p.3).

Untuk menjalankan perannya tersebut, tenaga kesehatan perlu


memiliki pemahaman dan melakukan beberapa tahapan sebagai
berikut :

Tabel 2.2
Tahapan yang perlu dikakukan tenaga kesehatan

No Tahapan Uraian

1 Memperkenalkan gagasan a) Program ini merupakan


dan teknik perilaku program pendekatan terencana untuk
promosi hygiene perilaku mencegah penyakit diare melalui
hidup bersih dan sehat pengapdosian perubahan perilaku
(PHBS) kepada masyarakat oleh masyarakat luas.
b) Program ini dimulai dari apa yang
di ketahui,di inginkan dan
dilakukan masyarakat.
c) Perencanaan suatu program
hygiene untuk masyarakat di
lakukan berdasarkan jawaban atau
pertanyaan di atas atau
bekerjasama dengan pihak terlibat.
d) Untuk diperlukan pesan-pesan
sederhana, positif, menarik yang
di rancang untuk di
komunikasikan lewat sarana lokal
seperti poster, leaflet.

2 Mengidentifikasi perubahan a) Dalam tahap ini di lakukan


perilaku masyarakat identifikasi perilaku berisiko
melalui pengamatan terstruktur.
25

b) Dengan demikian dapat


ditentukan cara pendekatan baru
terhadap perbaikan hygiene
sehingga di harapkan anak-anak
terhindar dari lingkungan yang
terkontaminasi.

3 Memotivasi perubahan Langkah-langkah untuk memotivasi


perilaku masyarakat orang agar memiliki perilaku hygiene
termasuk:

a) Memilih beberapa perbahan


perilaku yang di harapkan dapat di
terapkan.
b) Mencara tahu apa yang di rasakan
oleh kelompok sasaran mengenai
perilaku tersebut diskusi
terfokus,wawancara dan melalui
uji coba perilaku.
c) Membuat sasaran yang tepat
sehingga mau melakukan
perubahan perilaku.
d) Menciptakan sebuah pesan
sederhana,positif,menarik
berdasarkan apa yang di sukai
kelompok sasaran.
e) Merancang paket komunikasi.
f) Merancang program komunikasi
pada tahap ini telah dapat
menentukan perubahan perilaku
dan menempatkan pesan dengan
memadukan semua informasi
yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dikomunikasikan
dengan dukungan seperti audio
visual(vidio,film), oral (radio),
cetak (poster), visual (flip charts).

Sumber : Anik Maryuni,2013.


26

8. 10 Indikator PHBS di Rumah Tangga

Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian

suatu penilaian. Ada sepuluh (10) indikator yang dipakai sebagai ukuran

untuk menilai PHBS rumah tangga, yaitu :

a. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan Pertolongan pertama

pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga di lakukan oleh

tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan paramedis lainnya).

b. Bayi diberi ASI Eksklusif Bayi termuda usia 0 – 6 bulan mendapatkan

ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

c. Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan Anggota-angota rumah

tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti akses,

kartu sehat, dana sehat, jamsostek dan lain sebagainya.

d. Ketersediaan air bersih Rumah tangga yang memiliki akses terhadap

air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang

berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan

penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air

terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan

kotoran atau limbah.

e. Ketersediaan jamban sehat Rumah tangga yang memiliki atau

menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang

penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.

f. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni Rumah tangga yang

mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk


27

keperluan sehari-hari di bagi dengan jumlah penghuni. (9 m2 per

orang).

g. Lantai rumah bukan tanah Rumah tangga yang mempunyai rumah

dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan kayu.

h. Tidak merokok dalam rumah Penduduk/anggota keluarga umur 10

tahun ke atas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada

bersama anggoa keluarga selama 1 bulan terakhir.

i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota

keluarga umur 10 tahun ke atas dalam 1 minggu terakhir melakukan

aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.

j. Makan buah dan sayur setiap hari Anggota keluarga umur 10 tahun ke

atas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran

atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

(Puspromkes Depkes RI,2006).

C. Manajemen PHBS Tatanan Rumah Tangga

1. Masukan (Input)

Masukan (input) adalah: sumber daya yang dibutuhkan dalam

penerapan sistem manajemen PHBS sebagai masukan untuk berfungsinya

sistem, yang meliputi :

a. Kebijakan

WHO mengartikan kebijakan kesehatan atau health policy

sebagai “a formal statement or procedure within

instruction(notably government)which defines priorities and the


28

parameter for action in response to health needs, available

resorces and other political pressurer”).

Dalam sistem Administrasi Negara Kesehatan Republik

indonesia, di kemukakan bahwa kebijakan merupakan produk

suatu proses yang pada pokoknya terdiri dari kegiatan formulasi,

implementasi, dan evaluasi kinerja kebijakan. Proses kebijakan

(policy system) tersebut berlangsung dalam suatu sistem kebijakan

(policy system) dan dinamaka kehidupan bernegara yang

menyentuh unsur-unsur negara dan struktur administrasi

pemerintahan yang terentang luas di seluruh wilayah negara

(Haspara Habib Rachmat,2004,p.167).

Mengingat penyelenggaraan pembangun kesehatn

dilaksanakan secara bertingkat dan mempunyai jangkauan yang

luas, maka penting adanya berbagai tingkat/stratifikasi kebijakan

pembangunan kesehatan Tingkat–tingkat kebijakan yang di

kemukakan dalam kaitannya dengan Sistem Administrasi Negara

Kesatuan RI (SANKRI), Sistem Kesehatan Nasional (SKN), dan

pengalaman di berbagai negara berkembang. Dari sudut

manajemen kesehatan, tingkat kebijakan dan aturan perundangan

tersebut dibagi menjadi tiga dalam tingkatan kebijakan:

1) Kebijakan atrategik, yaitu aspek kesehatan yang dalam bentuk

Undang-undang Dasar, ketetapan MPR, Undang-undang.

Peraturan pemerintah dan peraturan Daerah.


29

2) Kebijakan manajerial, yaitu aspek kesehatan yang dalam

bentuk keputusan presiden, Surat edaran Menteri, Surat

Keputusan Bersama, dan Keputusa Kepala Daerah, Instruksi

Kepala Daerah.Kebijakan manajer ini terdiri dari kebijakan

umum dan kebijakan khusus.

Kebijakan teknis operasional, yaitu aspek kesehatan yang

dalam bentuk peraturan, keputusan, dan Instruksi Lembaga

Pemerintah non Dapatemen dan Direktorat Jenderal Dapartemen.

(Haspara Habib Rachmat, 2004 ,p.166).

Menurut Mustopadidjaja Kebijakan adalah keputusan suatu

organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan

tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan

tertentu,berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan

pedoman prilaku dalam:

1) pengambilan keutusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik

kelompok sasaran atau (unit) organisasi pelaksana kebijakan.

2) penerapan atau pelaksanaan kebijakan yang telah di tetapkan

baik dalam hubungan dengan(unit) organisasi pelaksana maupun

dengan kelompok sasaran yang di maksudkan.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah

suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan

cara-cara bertindak yang di buat secara terencana dan konsisten

dalam mencapai tujuan tertentu.


30

b. SDM (Tenaga kesehatan)

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang tenaga kesehatan

adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Dengan demikian diperlukan sebuah manajemen sumber

daya manusia untuk mencapai tujuan meningkatkan pelayanan

kesehatn. Menurut Melayu SP. Hasibuan mengatakan manajemen

SDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga

kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan dan masyarakat. Sedangkan menurut

Hendri Simamora mengatakan manajemen SDM adalah sebagai

pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa

dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau

kelompok bekerja. Manajemen SDM juga menyangkut design dan

implementasi sistem perencanaan, penyusunan personalia,

pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kerja,

kompensasi karyawan dan hubungan perubahan yang mulus.

(Naomy Marie Tando, 2013, p. 52).

Sumber daya manusia merupakan aset rumah sakit yang

penting, dan merupakan sumber daya yang berperan besar dalam

pelayanan rumah sakit. Berikut ini gambaran profesi yang secara

langsung dan tidak langsung bekerja sama sebagai satu tim yang
31

harusnya harmonis, sebab bila tidak akan menjadi masalah yang

rumit. Berikut ini merupakan table profesi sumber daya manusia.

c. Dana/pendanaan

Meliputi alokasi dana dan sumber dana program yang

berasal dari APBD,APBN,Block grant, dan dana bantuan yang

berasal dari LSM/Swasta, Luar Negri. Dana merupakan sumber

biaya yang sangat berpengaruh dalah menjalankan program.

(Depkes: Nizar, 2010)

Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah

menjadi UU No.32 dan 33 tahun 2004) tentang peerintah pusat dan

daerah, dana pembagunan kesehatan didaerah berasal dari 3

sumber , yaitu :

1) Pemerintah (APBN) yang disalurkan kedaerah dalam bentuk

DAU dan DAK. Dengan diberlakukannya otonomi daerah,

porsi dana sektor kesehatan yang bersumber dari APBN

menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap membantu

pelaksanaan program kesehatan didaerah melalui bantuan dana

dekosentrasi, khususnya untuk pemberantasan penyakit

menular.

2) APBD yang bersumber dari PAD pendapatan asli daerah, baik

yang bersumber dari pajak maupun penghasilan badan usaha

milik PEMDA. Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber

dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi

pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh pihak swasta


32

dan biaya langsung yang dikeluarkan langsung oleh

masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan

kesehatan yang diserap oleh berbagai sektor harus dibedakan

oleh dana sektor kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.

3) Bantuan luar negri, dapat dalam bentuk hibah ( grant) atau

pinjaman (loan) untuk investasi atau pengembangan pelayanan

kesehatan. Semakin berkembangnya privatisasi pelayanan

kesehatan diindonesia juga memberikan peluang kepada

swasta untuk menanamkan modalnya dibidang pelayanan

kesehatan. Investasi dibidang kesehatan tidak akan pernah

mengenal resasi, oleh sebab itu organisasinya harus dikelola

dengan pendekatan manajemen moderen. Ada 2 jenis

pengembangan pelayanan kesehtan yang dapat dimasuki oleh

sektor swasta, yaitu pembangunan invrastuktur kesehatan

(pembangunan RS dengan jaringa kerjanya ) dan asuransi

kesehatan. Untuk pengembangan asuransi sudah tersedia, 3

perangkat UU, yaitu UU No 3/ 92 untuk jamsostek (jaminan

sosial tenaga kerja ), UU no 2/ 92 untuk asuransi kesehatan

baik yang besifat sosial maupun komersial, dan UU no 23/ 92

untuk pengembangan program JPKN ( jaminan pemeliharaan

kesehatan masyarakat ). JPKN tahun 2003 juga belum

berkembang didaerah. Yang terbaru adalah UU No 40 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) termasuk didalamnya

tentang jaminan kesehatan. UU Bdan Penyelenggaraan


33

Jaminan Sosial (BPJS) disahkan tahun 2011 dan mulai berlaku

secara bertahap mulai tahun 2014.

(Muninjaya,G,2011,P.36-37)

d. Sarana dan prasarana

Menurut UU No. 25 tahun 1992 saran kesehatan adalah

tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Sarana prasana disini berkaitan dengan manajemen perlengkapan.

Manajemen perlengkapan adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau

seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan

pengadaan, penyimpanan penyaluran, pemeliharaan dan

penghapusan material/ alal-alat (Naomy Marie Tando, 2013, p. 80).

Manajemen perlengkapan mampu menjawab tujuan dan

bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersedian bahan

perlengkapan yang tersedia setiap saat bila dibutuhkan dan dapat

dipergunakan secara efesien dan efektif.

Tujuan manajemen perlengkapan adalah mampu

menyediakan perlengkapan sesuai dengan kebutuhan, mampu

menyediakan informasi berkaitan dengan keberadaan

perlengkapan, dan mampu menyediakan perlengkapan yang siap

pakai. (Naomy Marie Tando, 2013, p. 81).

Jenis-jenis perlengkapan adalah gedung perlengkapan,

gedung laboratorioum tempat praktek, peralatan kantor seperti

meja, kursi, telepon, komputer dll, kendaraan bermotor seperti:

kapal laut, pesawat, mobil, motor dan peralatan mesin lainnya,


34

barang-barang cetakan, bangunan prasarana, jalan dan jembatan.

(Naomy Marie Tando, 2013, p. 86).

Perlengkapan atau logistik atau perbekalan atau material

atau barang atau peralatan adalah segala sesuatu atau benda yang

berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik baik yang digunakan

untuk menyelenggarakan kegiatan pokok maupun kegiatan

penunjang dalam organisasi atau program kesehatan.

(Naomy Marie Tando, 2013, p. 81).

e. Sasaran

Sasaran terbagi atas 3 yaitu sasaran primer, sekunder, dan sasaran

tersier :

1) Sasaran primer merupakan sasaran langsung, yang diharapkan

untuk mempraktikkan PHBS. (individu,kelomok masyarakat, dan

seluruh masyarakat)

2) Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh

terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk

mempreraktikkan PHBS. (para pemungka masyarakat atau tokoh

masyarakat)

3) Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi

pengambilan keputusan formal, sehingga dapat memberikan

dukungan, baik berupa kebijakan/pengaturan dan atau sumber daya

dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer. ( para

pengambil keputusan formal dan masyarakat formal).

(Maryuni,A, 2013, p.9-10).


35

2. Proses

Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan

sehingga menghasilakan sesuatu keluaran yang direncanakan.

a. Perencanaan

Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan

tujuan dan strategi dalam pelaksanaan program PHBS.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah sebagai proses kegiatan penyusunan

staff dengan membentuk struktur organisasi dalam menetapkan tujuan

dan mengatur berbagai strategi kegiatan.

c. Penggerakan dan Pelaksanaan

Penggerakan dan pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan

setelah memiliki perencanaan dengan melakukan pengarahan,

bimbingan, dan koordinasi sebagai proses tujuan dari kegiatan secara

efisien. Adapun tahap-tahap penggerakan dan pelaksanaan PBHS antara

lain :

1) Advokasi (pendekatan pada para pengambil keputusan)

(a) Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan

kepada para kepala keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek,

nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan di

tingkat keluarga/rumah tangga dapat meneladani dalam

berperilaku sehat. memberikan dukungan, kemudahan,

pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga

dan lingkungan disekitarnya.


36

(b) Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para

pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala

Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang

secara fungsional maupun struktural pembina program

kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para

pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan

kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi

sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana,

komitmen, termasuk memberikan keteladanan

2) Dukungan suasana

(a) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada

para kepala keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek.

dan lain-lain. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat

mengembangkan atau menciptakan suasana yang

mendukung dilaksanakannya PHBS di lingkungan

keluarga.

(b) Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada

kelompok sasaran sekunder, seperti petugas kesehatan,

kader, lintas sektor, lintas program, Lembaga Swadaya

Masyarakat yang peduli kesehatan, dan media masa.

Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat

mengembangkan atau menciptakan suasana yang

mendukung dilaksanakannya PHBS.


37

Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :

(1) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan

dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan,

sosialisasi, orientasi.

(2) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait

pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen dan

dukungan sumber daya.

(3) Mengembangkan metoda, teknik dan media yang telah diuji

coba dan disempurnakan.

(4) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

3) Gerakan masyarakat

(a) Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada

anggota keluarga seperti bapak, ibu yang mempunyai

tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara

menjadi kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan

dll. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat

pengetahuan, kesadaran maupun kemampuannya,

sehingga dapat berperilaku sehat dengan cara penyuluhan

perorangan, kelompok, membuat gerakan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat.

(b) Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada sasaran

primer, meliputi pimpinan Puskesmas, Kepala Dinas

Kesehatan, pemuka masyarakat.Tujuannya meningkatkan

motivasi petugas untuk membantu masyarakat dalam


38

menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan antara lain

melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi

banding, pelatihan, dan lain-lain. Langkah-langkah

kegiatan gerakan masyarakat

(c) Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai

kegiatan pembinaan.

(d) Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan

pemberdaya seperti pelatihan, pengembangan media

komunikasi untuk penyuluh individu, kelompok dan

massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.

(e) Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor

terkait pada tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber

daya.

(f) Mengembangkan metoda, teknik dan media yang telah

diujicoba disempurnakan.

(g) Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan

bersama-sama dengan lintas program dan lintas sektor

pada tatanan terkait.

(h) Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk

tertulis (ringkasan, eksekutif).

d. Evaluasi

Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan

memberikan hasil atau dampak seperti yang diharapkan, maka perlu

dilakukan evaluasi. Waktu evaluasi dapat dilakukan secara berkala


39

atau pada pertemuan bulanan, topik bahasannya adalah kegiatan yang

telah dan akan dilaksanakan dikaitkan dengan jadwal kegiatan yang

telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala yang muncul

perlu dibahas dan dicari solusinya.

Cara evaluasi dapat dilaksanakan dengan melakukan

kunjungan lapangan ke tiap tatanan atau dengan melihat buku

kegiatan/laporan kegiatan intervensi.

1. Penilaian

Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen

yang sudah dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas program dan

lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan

luaran kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS, media

yang telah dikembangkan, frekuensi dan cakupan penyuluhan.

Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap

dua tahun, dengan cara membandingkan data dasar PHBS

dibandingkan dengan data PHBS hasil evaluasi selanjutnya

menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah

mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab

masalah dan melakukan pemecahannya, kemudian

merencanakan intervensi berdasarkan data hasil evaluasi PHBS.

Cara melakukan penilaian melalui :

(a) Pengkajian ulang tentang PHBS.

(b) Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS


40

(c) Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota (SP2TP).

(d) Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok

terarah kepada petugas, kader dan keluarga.

Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian

adalah :

(1) Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana.

(2) Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya

penyimpangan.

(3) Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi

kemacetan/ hambatan.

(4) Adanya peningkatan program PHBS.

3. Output

Untuk komponen output diperoleh dari hasil wawancara mendalam

dan dokumentasi dengan beberapa informan, bahwa program perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) ditatanan rumah tangga telah terlaksana

atau belum.

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori diatas Untuk mewujudkan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan; diperlukan pengelolaan manajemen

program PHBS dilihat melalui tahap perencanaan, pengorganisasian,

pengerakan dan pelaksanaan dan evaluasi dan pengendalian.


41

PERENCANAAN
KESEHATAN

KEBIJAKAN
KESEHATAN

PENGGERAKAN
DAN
PELAKSANAAN

PROGRAM PHBS

Cakupan PHBS 1. Advokasi


2. Bina suasana
1. Sdm 3. Gerakan masyarakat Evaluasi PHBS
2. Sarana Prasarana
3. Dana

(sumber:Anik Maryuni,2013 dan Notoatmodjo, 2012).

Bagan kerangka teori 2.2

Keterangan : Diteliti
c(
Tidak diteliti
42

BAB III
KERANGKA FIKIR

A. Kerangka Fikir

Kerangka konsep merupakan abstaksi yang terbentuk oleh geneasi

dari hal-hal yang khusus. Oleh karena itu konsep merupakan abstaksi, maka

konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati

melalui kontruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel

adalah simbol atau lambang yang menunjukan nilai atau bilangan dari

konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi (notoatmodjo, 2010).

KERANGKA FIKIR

Input Proses Output

1. Terlaksananya
1. Kebijakan
1. Advokasi Program
2. SDM
2. Bina Suasana PHBS Pada
3. Dana
3. Gerakan Tatanan
4. Sarana
masyarakat Rumah
A.
5. Sasaran
Tangga
B.

Bagan 3.1
Kerangka Berpikir program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Rumah Tangga
43

B. Defenisi Istilah

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa kerangka penelitian ini

dilakukan berdasarkan metode input, proses, dan output. Evaluasi Program

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh Tahun 2017.

1. Masukan (input)

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang

terdapat dalam sistem data yang di perlukan untuk dapat berfungsinya

sistem tersebut, input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam

program PHBS. Termasuk tenaga, kebijakan,dana, sarana dan sasaran.

a. Kebijakan

Seluruh aktifitas pemerintah yang dilakukan oleh badan/ kantor

pemerintah secara langsung ataupun tidak langsung dan berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat/individu maupun kelompok dalam

menjalankan program prilaku hidup bersih dan sehat di Puskesmas Air

Tabit.

b. SDM

Komponen yang diperlukan dalam mewujudkan perilaku hidup bersih

dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Air Tabit.

c. Dana

Kebutuhan finansial untuk suatu program atau kegiatan yang inginkan

dilaksanakan. Kebutuhan dana ini sangatlah penting dalam

menjalankan program promosi kesehatan PHBS yang dirancang di

Puskesmas Air Tabit.


44

d. Sarana

Segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau

tujuan yang bisa berupa alat atau media dipuskesmas air tabit .

e. Sasaran

Sekolompok orang atau individu yang menjadi tujuan untuk dirubah

pola pikirnya dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di

Puskesmas Air Tabit.

2. Proses

Proses adalah kumpulan bagian elemen yang terdapat dalam

sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran

yang di rencanakan, proses di kenal dengan nama fungsi manajemen.

Proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab

pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara

bagaimana pelayanan dilakukan dalam program PHBS.

a. Advokasi

Adalah usaha untuk mempengaruhi kebjikan publik melalui

bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Kombinasi

kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh

komitmen politis,dukungan kebijakan , penerimaan sosial dan

sistem yang mendukung tujuan atau program PHBS Dipuskesmas

Air Tabit.

b. Bina suasana

Adalah kegiatan membuat suasana atau iklim yang mendukung

terwujudnya perilaku sehat dengan mengembangkan opini public


45

yang positif melalui media masa, tokoh masyarakat , baik formal

maupun non formal diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit.

Tujuannya untuk mempengaruhi dukungan dari tokoh masyarakat.

c. Gereakan masyarakat

Upaya menumbuhkan kemampuan masyarakat agar mereka

mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri, upaya

tersebut dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan untuk hidup sehat diwilayah kerja puskesmas air tabit

serta dengan pengembangan iklim yang mendukung.

3. Ouput

Output adalah hasil yang dicapai dari suatu program berupa

indikator-indikator keberhasilan suatu program seperti :

a. Terlaksananya program PHBS

b. Tidak terlaksananya program PHBS


46

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian

“fenomenologi” yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan

mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang Evaluasi program

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga di

Wilayah kerja Puskesmas Air Tabit tahun 2017 dilihat berdasarkan (input-

proses-output) hingga mendapatkan suatu kesimpulan yang utuh.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus

dimiliki oleh peneliti jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan

fenomena yang berkembang di lapangan. Penelitian kualitatif harus bersifat

perspektif emic artinya memperoleh data bukan sebagai mana seharusnya,

bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan

sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan

difikirkan oleh partisipan/sumber data (Sugiyono, 2014, p.213).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Tahun 2017. Waktu mulai penelitian ini dilaksanankan pada 21 agustus 2017.
47

C. Teknik Penentuan Informan

Menurut Sugiyono dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan

populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada

pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke

populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki

kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang mempelajari. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber,

atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.Sampel dalam

penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis,

karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Teknik penentuan informan penelitian yang digunakan adalah secara

purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2014, p.218-219).

a. Informan yang dapat memberikan informasi-informasi yang jelas dalam

manajemen program PHBS.

b. Informan yang mengetahui masalah secara lebih luas dan mendalam

sehubungan dengan objek penelitian.

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi informan dalam hal ini adalah :

1) Pengelola program PHBS Puskesmas (1 orang)

2) Pimpinan Puskesmas (1 orang)

3) Kader yang aktif menjalankan PHBS (2 orang)

4) Masyarakat (3 orang)
48

D. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti sendiri. Selain itu agar penelitian yang dilakukan ini tersimpan

dan terekam dengan jelas. Maka peneliti menggunakan beberapa alat bantu

untuk pengumpulan data antara lain :

1. Pedoman wawancara : pedoman wawancara yang sudah disusun secara

tertulis sesuai dengan masalah, kemudian digunakan sebagai sarana

untuk mendapatkan informasi.

2. Tape Recorder : alat untuk merekam wawancara dengan sumber

informan.

3. Buku catatan : alat untuk mencatat hasil wawancara dari sumber

informan.

4. Kamera : berfungsi untuk memotret pada saat penelitian sedang

melakukan pembicaraan dengan sumber data dan untuk

mendokumentasikan dengan objek lain.

E. Cara Pengumpulan Data

Data yang dukumpulkan ada dua yaitu data sekunder yang telah

tersedia dan bisa dimanfaatkan untuk penelitian dan data primer yang diperoleh

langsung oleh peneliti.

1. Data Primer

Data primer : data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui

wawancara mendalam (indepth interview) dan telaah dokumen dengan

informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitian berkaitan dengan


49

evaluasi program perilaku hidup bersih dan sehat diWilayah kerja

Puskesmas Air Tabit . Data dapat direkam atau dicatat oleh peneliti

termasuk dalam kategori data tersebut adalah : pedoman wawancara, alat

perekam (tape recorder), kamera. Menurut Sugiyono (2014, p. 225)

macam-macam teknik pengumpulan data antara lain observasi,

wawancara, dokumentasi dan triagulasi/gabungan. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam pada

informan kunci dan telaah dokumentasi. Proses pengumpulan data pada

penelitian ini dapat digambarkan pada matriks dibawah ini :

Tabel 4.1
Matriks Wawancara Mendalam dan Diskusi Kelompok Terarah

N Pengelola
program Pimpinan Kader
Informasi yang diperlukan Masyarakat
NO PHBS Puskesmas PHBS
Puskesmas
a. Masukan (Input)
a. Kebijakan. √ √
1 b. Tenaga. √ √ √
c. Dana. √ √ √
1. d. Sarana √ √ √
e. Sasaran √ √ √

b.
Proses
2 a. Advokasi √ √ √ √
b. Bina Suasana √ √ √ √
2. c. Gerakan √ √ √ √
Masyarakat

c.
Output
3 a. Terlaksana √ √ √ √
b. Tidak terlaksana √ √ √ √
3.
50

Wawancara mendalam √ √ √ √

Diskusi Kelompok √
Terarah

2. Data Sekunder

Data sekunder : data ini berupa data-data yang sudah tersedia yang dapat

diperoleh oleh peneliti dengan mengidentifikasi dokumen yang

berhubungan dengan cakupan program perilaku hidup bersih dan sehat

dalam manajemen pelaksanaan PHBS, dan melakukan pemeriksaan

beberapa dokumen diantaranya kesesuaian, dan kelengkapan dokumen

termasuk dalam kategori data antara lain :

a. Data Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh.

b. Data Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga

harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian

yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, maupun logistiknya. Yang

melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh

pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan

(Sugiyono, 2014, p.222).


51

G. Validasi Data

Menurut Sugiyono (2014, p.270) Uji keabsahan data dalam penelitian

kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), tranferability (validitas

eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, triagulasi, diskusi dengan teman

sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck. Setiap penelitian harus

memiliki kredibilitas sehingga dapatdipertanggungjawabkan. Kredibilitas

penelitian kualitatif adalah keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi

masalah yang majemuk atau keterpercayaan terhadap hasil data penelitian.

Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian adalah melalui langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali lagi ke lapangan untuk melakukan pengamatan

untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk

menemukan data-data yang baru.

b. Meningkatkan ketekunan

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan tersebut, maka

peneliti akan melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah

ditemukan salah atau tidak.


52

c. Triangulasi

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,

dan berbagai waktu.

1) Analisis Kasus Negative

Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan

temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau

bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah

dapat dipercaya.

2) Menggunakan Bahan Referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai

contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya

rekaman wawancara.

3) Mengadakan Member Chek

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan

disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah

valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila

data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak

disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan

diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam,

maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.


53

2. Pengujian Transferability

Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan

validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil.

3. Pengujian Depenability

Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi

peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa

memberikan data.

4. Pengujian Konfirmability

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan

dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari

proses penelitian penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses

tidak ada, tetapi hasilnya ada.


54

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Air Tabit

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Air Tabit terletak dijalan profesor M.Yamin SH No. 8

Kelurahan Padang Tangah Payobadar Kecamatan Payakumbuh Timur Kota

Payakumbuh. Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit mudah dijangkau dengan

kendaraan roda 2 dan roda 4 dengan batas wilayah sebagai berikut.

a. Sebelah Utara : Berbatas Dengan Keluarahan Balai Nan Duo

b. Sebelah Selatan : Berbatas Dengan Kecamatan Luak Kabupaten

Lima Puluh Kota

c. Sebelah Barat : Berbatas Dengan Nagari Koto Nan Ampek

d. Sebelah Timur : Berbatas Dengan Kecamatan Luak Kabupaten

Lima Puluh Kota

(Sumber :Profil Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh Tahun 2016 )

2. Keadaan Demografi

Jumlah rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota

Payakumbuh tahun 2016 adalah 3101 dan jumlah KK sebanyak 3875

KK, sedangkan jumlah sekolah yaitu TK 5, SD 9, SMA 3, Postren 0, PT 1,

sedangkan jumlah pustu 2 dan poskel 3. Wilayah kerja Puskesmas Air

Tabit terdiri dari 5 kelurahan yaitu :

a. Kelurahan padang tiakar

b. Kelurahan padang tangah payobadar

c. Kelurahan balai jariang


55

d. Kelurahan sicicin

e. Kelurahan padang alai bodi

3. Sarana dan Pelayanan Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Air Tabit Kota Payakumbuh pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1
Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tabit tahun 2016

No Jenis Sarana
Jumlah
1. Puskesmas 1
2. Pustu 2
3. Posyandu 20
4. Posbindu 8
4. Poskeskel 3
7. Mobil Ambulan 2
Sumber: profil Puskesmas Air Tabit Tahun 2016

4. Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Air Tabit

Kota Payakumbuh tahun 2016 sebanyak 38 orang. Tenaga kesehatan

dibantu oleh kader yang berjumlah 20 orang yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Air Tabit. Data tenaga kesehatan yang ada pada Puskesmas Air

Tabit Kota Payakumbuh sebagai berikut :


56

Tabel 5.2
Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tabit tahun 2016

Yang Ada Status


No Jenis Keterangan Standar Keterangan
Sekarang Kepegawaian

I. Puskesmas Induk

1 Pimpinan 1 1 0 PNS

2 Ka. TU 1 1 0 PNS

3 Dokter Umum 1 2 0 PNS

4 Dokter Gigi 1 2 0 PNS

5 Sarjana/D3

a. SKM 2 2 0 PNS

b. Komputer 1 0 1 -

c. Akuntansi 1 1 0 Kontrak

d. Elektromedik 1 0 1 -

6 Bidan 4 4 0 PNS

7 Perawat 5 5 0 PNS

8 Perawat Gigi 2 2 0 PNS

9 Sanitarian 1 1 0 PNS

10 Nutrionis 1 1 0 PNS

11 Analisis 2 1 1 PNS

12 Apoteker 1 0 1 -

13 Pengelola Obat 2 1 1 PNS

14 Rekam Medik 2 1 1 PNS

15 Administrasi 3 1 2 PNS

16 Tenaga Sukarela 0 5 0 -

17 Sopir 1 2 0 1 Kontrak

18 Satpam 1 1 0 Kontrak
57

19 Cleanning Service 2 1 1 Kontrak

II. Puskesmas Pembantu

1 Bidan 2 1/1 0 PNS/PTT

2 Tenaga Lain 0 0 0 -

III. Polindes/ Poskeskel

1 Bidan 3 2 1 PTT

2 Tenaga Lain 0 0 0 -

IV. Poskesdes

1 Bidan 0 0 0 -

2 Tenaga Lain 0 0 0 -

Jumlah 41 38 11

Sumber : Profil Puskesmas Air Tabit Tahun 2016

5. Karateristik Informan

Informan dari penelitian ini berjumlah 7 orang, 1 orang Kepala

Puskesmas, 1 orang Pemegang Program PHBS (promkes), 2 orang kader

yang aktif PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit, dan 3 orang

Masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota

Payakumbuh.

Tabel 5.3
Karateristik Informan Wawancara Mendalam
(Indept Interview)

Kode Jenis Masa Pendidikan


No Jabatan Umur
Informan Kelamin Kerja Terakhir

Kepala
1. I-1 48 th Perempuan 27 th S1 Keperawatan
Puskesmas

Pemegang
2. I-2 40 th Perempuan 15 th D3 keperawatan
program PHBS
58

33 3. I-3 Kader PHBS 49 th Perempuan - SLTA

4. I-4 Kader PHBS 47 th Perempuan - SLTA

5. I-5 Masyarakat 57 th Perempuan -


SLTA

6. I-6 Masyarakat 52 th Perempuan - SLTA

7. I-7 Masyarakat 37 th Perempuan - SLTA

Sumber : Data Primer

B. Hasil Wawancara Mendalam

1. Komponen Masukan (Input)

a. Kebijakan

Dari hasil wawancara mendalam penelitian mendapatkan

informasi bahwa Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh memiliki

kebijakan yang mengacu kepada Dinas Kesehatan dan Permenkes tahun

2011 tentang Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat. Berikut

tanggapan informan :

Bagaimana dengan kebijakan yang ada di Puskesmas Air Tabit mengenai

PHBS rumah tangga ?

“PHBS sudah berjalan lama dan merupakan program induk dari


promkes, namun baru berjalan baik sejak tahun 2015, kebijakan
tentang PHBS di Puskesmas Air Tabit dan dinas kesehatan kota
payakumbuh mengacu kepada permenkes tahun 2011 Tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat.” ( I-1)
59

Selanjutnya pernyataan dari informan (I-1) tentang kebijakan

didukung oleh informan berikut:

“Kebijkan mengenai PHBS pada tatanan rumah tangga langsung


dari dinas kesehatan Kota Payakumbuh selain itu juga mengacu
kepada permenkes PHBS pada tatanan rumah tangga tahun 2011
tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat dan
sudah berjalan dengan baik “. (I-2).
Menurut pendapat ibuk apakah kebijakan yang ada sudah berjalan sesuai

dengan yang diharapkan?

“Kebijakan tentang PHBS sudah berjalan dengan baik , namun


masih ada beberapa kendala dalam pencapain program PHBS di
Puskesmas Air Tabit. baik dari segi tenaga maupun dari
masyarakat kita sendiri.” (I-1)
“Sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada satu indikator
dari 10 indikator PHBS yang masih belum terjangkau dan
pencapaiannya masih rendah yaitu tidak merokok dalam rumah.”
(I-2).

Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai kebijakan program perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air

Tabit:

Table 5.4
Reduksi Data untuk Kebijakan

Pertanyaan 1-1 I-2 Kesimpulan

Kebijakan

Bagaimana Untuk kebijakan Untuk kebijakan Untuk kebijakan


dengan Kita mengacu PHBS pada mengenai PHBS di
kebijakan yang kepada tatanan rumah puskesmas hanya
ada di permenkes tahun tangga mengacu mengacu dan
Puskesmas Air 2011 tentang kepada mengambil pedoman
Tabit ? pedoman perilaku permenkes tahun sesuai dengan
hidup bersih dan 2011 tentang permenkes tahun
60

sehat . pedoman perilaku 2011 tentang


hidup bersih dan pedoman pembinaan
sehat perilaku hidup bersih
Apakah Kebijakan yang kebijkan yang ada dan sehat. tidak ada
kebijakan yang ada dipuskesmas menegenai PHBS kebijakan khusus
ada sudah mengenai PHBS sudah berjalan dari puskesmas,
berjalan sesuai sudah berjalan dengan baik namun untuk
dengan yang dengan baik. kebijakan yang ada
diharapkan ? sudah berjalan baik.

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai kebijakan Program Perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.5
Matriks Triangulasi Kebijakan PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga
berdasarkan Telaah Dokumen dan Wawancara Mendalam

Topik Wawancara Telaah Analisis triangulasi


mendalam dokumen/observasi

Kebijakan Kebijakan tentang Ditemukan adanya Kebijakan


PHBS sudah ada dokumen permenkes dipuskesmas
dan mengacu tahun 2011 tentang sudah mengacu
kepada permenkes pedoman pembinaan kepada
tentang Pedoman perilaku hidup bersih permenkes tahun
Pembinaan dan sehat . sesuai 2011 tentang
Perilaku Hidup dengan pernyataan pedoman
Bersih Dan Sehat informan. pembinaan
pada tahun perilaku hidup
2011dan sudah bersih dan sehat,
berjalan dengan namun belum
baik. ditemukan
kebijakan yang
mendukung dari
pemerintah kota
payakumbuh dan
belum ada
kebijakan
langsung
mengenai PHBS
61

di Puskesmas Air
Tabit.

Informen memberikan jawaban bahwa pada hakekatnya responden

sangat menyambut baik terhadap program kebijakan PHBS pada tatanan

rumah tangga yang sangat di butuhkan di lingkungan masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatan sesuai dengan permenkes. Hal ini

didukung oleh pernyataan responden bahwa telah dilakukannya

kebijakan mengenai PHBS yang mengacu kepada permenkes tahun 2011

tentang pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat untuk

meningkatkan capaian program PHBS pada tatanan rumah tangga di

Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit . Namun dilihat berdasarkan telaah

dokumentasi tidak ditemukan adanya kebijakan-kebijakan yang

mendukung dari intansi terkait mengenai PHBS pada tatanan rumah

tangga.

b. Tenaga

Dari hasil wawancara mendalam Puskesmas Air Tabit telah

memiliki tenaga yang cukup tetapi belum maksimal dalam pelaksanaan

program PHBS, pemegang program PHBS di Puskesmas Air Tabit

dibantu oleh kader dan masih rangkap dalam menjalankan tugasnya.

Sedangkan untuk pelatihan di Puskesmas Air Tabit sudah dilakukan.

Sebagaimana tanggapan dari informan berikut :


62

Menurut ibuk bagaimana dengan kualitas dan kuantitas tenaga yang

bertanggung jawab dalam program PHBS rumah tangga di puskesmas

Air Tabit?

“Tenaga kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit


masih bisa dikatakan kurang , khususnya untuk program masih
ada tumpang tindih program kepada sesorang tenaga kesehatan,
maksudnya disini satu tenaga kesehatan tidak hanya memegang
satu program namun juga memegang program lain artinya tenaga
yang ada masih belum maksimal dalam menjalankan tugasnya”.
(I-1)
Selanjutnya ungkapan informan diatas, juga didukung oleh

informan(1-2) sebagaimana berikut :

“Tenaga kesehatan dalam program PHBS masih kurang,karena


satu orang pemegang program juga merangkap memegang
program lain. Namun untuk kegiatan pendataan biasanya dibantu
oleh para kader yang ada”. (I-2.)
Selanjutnya ungkapan informan diatas, juga didukung oleh

informan lainnya(1-3) dan (1-4) sebagaimana berikut :

“...Untuak program PHBS ko setiap posyandu sudah ada kader


yang langsung ditunjuak untuak menjalankan program PHBS dan
sudah ada SK nya. namun kami masih merangkap memegang
program lain dan program PHBS berjalan sekaligus dengan
kegiatan yang ado diposyandu. Bantuak ibuk selain diposyandu
ibuk ditunjuak sebagai sekretaris di kelurahan, untuak sado
kegiatan ibuk yang menguru, dek lah acok juo turun ka lapangan,
ibuk urang lapangan... ”. (I-3.)
“setiap posyandu ditunjuak 2 kader untuk program PHBS ,tapi
indak hanyo program PHBS yang dipaciknyo do.. ado pulo
program lainnyo. kami memegang beberapa program pada setiap
posyandu.. ibuk kader jumanti, posyandu balita nyo sajalan se
sadonyo.. ”. (I-4).
Apakah ada pelatihan khusus untuk tenaga pelaksana program PHBS di

Puskesmas Air Tabit?


63

“Pelatihan untuk program PHBS sudah dilakukan oleh pemengang


program PHBS biasanya diadakan di Dinas Kesehatan Kota
Payakumbuh dan pelatihan untuk kader juga ada dilakukan
disini”. (I-1)

“Pelatihan dan seminar mengenai PHBS ada biasanya diadakan


dipuskesmas,di Dinas Kesehatan Kota maupun di tingkat
provinsi”. (I-2)

“pelatihan ko biasaoyo dalam bentuk pertemuan diadokan


dipuskesamas, dilakukannyo kadang sekali sebulan sebelum
diadokan pendataan.. (Ada kemaren dari puskesmas melakukan
pelatihan untuk kami para kader dan pelatihan cara pengisian
angket). Sedangkan untuk pementukan kader itu ada pada setiap
posyandu dan sudah di SK kan langsung dari kelurahan juga”.
(I-3)

“Pelatihan untuk kami para kader biasanya ado dari pihak


puskesmas tentang kegiatan yang akan dilaksanakan diposyandu
apo-apo sajo nan ka ditanyo kamasyarakat biasaonyo bitu..
(pelatihan ada dilaksanakan sebalum dilakukan pendataan
kemasyarakat ) (I-4)

Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai tenaga program perilaku hidup bersih dan

sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air Tabit :

Table 5.6
Reduksi Data Untuk Tenaga

Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan


Tenaga
Bagaimana tenaga Tenaga Kader Kader Untuk tenaga
dengan kesehatan kesehatan diwilayah diwilayah atau SDM
kualitas dan yang ada di kerja kerja yang ada di
kuantitas masih puskesmas puskesmas puskesmas wilayah kerja
tenaga tumpang air tabit air tabit air tabit Puskesmas Air
program tindih dalam sudah sudah Tabit masih
PHBS? dalam menjalan cukup cukup dikatakan
menjalan kan namun namun kurang , karena
kan tugas tugasnya masih masih masih ada
masih memegang merangkap tumpang tindih
64

merangkap. program dalam pemegang


merangkap menjalan program antara
kan pemegang
tugasnya program PHBS
Apa ada Sudah Sudah Sudah sudah dengan
pelatihan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan program
khusus lainnya
untuk sedangkan
tenaga pelatihan
pelaksanaan sudah
program dilakukan
PHBS dengan baik

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai tenaga Program Perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi

berikut ini :

Tabel 5.7
Matriks Triangulasi Tenaga program PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga
berdasarkan Telaah Dokumen dan Wawancara Mendalam

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Tenaga Kuantitas dan Dapat dilihat dari Masih kurangnya


kualitas tenaga stuktur organisasi tenaga dalam
yang ada jumlah tenaga promkes menjalankan
dipuskesmas hanya berjumlah satu program PHBS di
masih kurang, orang .dan dari Puskesmas Air
karena adanya dokumentasi dan bukti Tabit meskipun
tugas rangkap yang ada pernyataan untuk pelatihan
sehingga jalanya informen mendukung sudah dilakukan,
program tidak bawasanya ada tetapi terhalang
berjalan dilakukan pelatihan dari segi tenaga
maksimal, tentang PHBS Di untuk menjalankan
sedangkan untuk Puskesams Air Tabit program PHBS
pelatihan dan selama 1 kali dalam pada Tatanan
seminar tentang sebulan pada saat Rumah Tangga Di
PHBS sudah ada sebelum turun Wiayah Kerja
dilakukan kelapangan. Puskesmas Air
65

Tabit

Untuk kuantitas dan kualitas tenaga di Puskesmas Air Tabit masih

belum maksimal namun untuk pelatihan yang di ikuti sudah ada, ini dilihat

dari pernyataan responden yang mengatakan masih banyaknya tumpang

tindih pemegang program yang satu dengan pemegang program lainnya

sedangkan untuk pelatihan tenaga sudah dilakukan baik ditingkat daerah

maupun provinsi .

c. Dana

Dari segi pendanaan dalam program PHBS Puskesmas Air Tabit

mengacu kepada angaran dana BOK dan BAK Non Fisik. Dana yang ada

sudah mencukupi untuk program PHBS. Berikut ungkapan dari informen :

Apakah ada anggaran dana khusus untuk program PHBS ?

“Untuk tahun ini kita dapat dana khusus seperti dana BOK
langsung dari pusat dan dana DAK non fisik yaitu dana
bantuan operasional kegiatan yang digunakan untuk
pertemuan kader dan untuk uang transportasi ke KK bianaan.
(I-1).
Selanjutnya ungkapan informan diatas, juga didukung oleh

informan(1-2), (1-3) Dan (I-4) sebagaimana berikut :

“Sumber dana khusus program PHBS ada, yaitu berasal dari


BOK,jadi kita cairkan dana BOK untuk pembinaan dan
pendataan PHBS dan biasanya dana itu digunakan untuk uang
traspor kader jumlahnya Rp 12.000.000 . dibagi dengan
jumlah kader yang berjumlah 20 orang nantiknya”. (I-2)

“Dana untuak kegiatan PHBS biasonyo ado dana bantuan


langsuang dari tingkat pusat.. seperti kemaren dana untuk
pendirian jamban sehat secara gratis”.(I-3)
66

“Dana untuk kegiatan PHBS sudah bisa dikatakan cukup.


karena ado dana langsung dari pusat dan langsung
dioperasianalkan ketingkat puskesmas untuak proses kegiatan
PHBS ko”... (I-4)

Apakah menurut ibuk dana yang ada itu sudah mencukupi dalam

pengelolaan dan pelaksanaan program PHBS ?

“Sudah cukup untuk program PHBS” (I-1)


“Sudah cukup” (I-2)
“Sudah” (1-3)
“Sudah” (I-4)

Siapakah yang bertanggung jawab terhadap pengelola dana program

PHBS ?

“Kepala puskesmas Dan pemegang program”.(I-1)


“pemegang program” .(I-2)
”dana biasanya ibuk dari puskesmas” . (I-3)
“yang bertanggung jawab dana biasanya dari puskesmas, kami
hanya menjalankan kegiatan “.(I-4)

Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai dana program perilaku hidup bersih dan

sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air Tabit :

Table 5.8
Reduksi Data untuk Dana

Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan


Dana

Apakah ada anggaran Ada dana Ada dana Ada dana Ada dana untuk
dana khusus untuk BOK dan BOK dan langsung langsung pendanaan
program PHBS Di DAK non DAK non dari pusat dari pusat program
puskesmas air tabit ? fisik fisik PHBS di
puskesmas
Apakah dana itu sudah Sudah Sudah Cukup Cukup mengacu
mencukupi dalam cukup Cukup kepada
pengelolaan dana dan anggaran
pelaksanaan program pemerintah
PHBS berupa dana
67

Siapakah yang kepala kepala Puskesmas puskesmas dari BOK


bertanggung jawab puskesmas puskesmas dan DAK
terhadap pengelola dan dan non fisik dan
dana program PHBS pemegang pemegang dana yang
ada
program program
dikatakan
sudah cukup
untuk
program
PHBS.

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai dana Program Perilaku hidup bersih dan

sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi

berikut ini

Tabel 5.9
Matriks Triangulasi dana program PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga
berdasarkan Telaah Dokumen dan Wawancara Mendalam

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Dana Dana PHBS Dilihat dari dokumen Dana untuk


berasal dari dana rincian dana yang ada program PHBS
BOK dan DAK dana untuk program berasal dari dana
non fisik dana PHBS sudah BOK dan DAK
tersebut sudah teralokasikan dengan non fisik . sudah
memadai . baik, namun untuk ada rincian alokasi
program kegiatan belum dana untuk
terlihat ada rincian dana program PHBS,
yang jelas. namun tidak
ditemukannya
adanya rincian
dana untuk proses
kegiatan program
PHBS .
68

Berikut tabel rincian alokasi dana untuk program PHBS , Dana

yang dikeluarkan yaitu untuk pertemuan kader (alat tulis kantor (ATK),

nasi, snack, uang saku ) dan pendataan ( transpor kader, leflet, dan

spanduk ) total biaya sebanyak Rp 38.955.000.

Tebel 5.10
Riancian Alokasi Dana Program PHBS Pada Tatanan Rumah Tangga

Alokasi Dana
Pertemuan kader
ATK Rp 1.280.000,-
Nasi Rp 1.800.000,-
Snack Rp 675.000,-
Uang saku Rp 4.800.000,-
Pendataan
Transpor kader Rp 12.000.00,-
Leflet Rp 6.400.000,-
Spanduk Rp 12.000.000,-
Total biaya Rp 38.955.00,-

Dari pernyataan informent bahwa pendanaan yang di anggarkan

berasal dari dana BOK dan DAK non fisik, dana untuk program PHBS

dikatakan sudah cukup namun masih belum teralokasikan dengan baik

karena banyaknya program dan kegiatan. Dana yang ada belum

teralokasikan untuk semua kegitan program PHBS pada tataan rumah

tangga, total biaya yang dikeluarkan yaitu sebanyak RP 38.955.000.

Untuk kedepannya pemerintah lebih memperhatikan anggaran dana yang

di alokasikan untuk program promkes khususnya untuk PHBS, agar


69

program PHBS pada tatanan rumah tangga dapat berjalan dengan lebih

baik.

d. Sarana/Prasarana

Puskesmas Air Tabit memiliki sarana/prasarana untuk

pelaksanaan program PHBS berupa infokus untuk penyuluhan, leflet, dan

buku panduan. Dan sarana untuk operasional kegiatan dalam program

PHBS Rumah Tangga tidak mengalami kendala dan dinilai sudah

cukup.Sebagaimana pernyataan dari informan berikut :

Menurut ibuk Bagaimana dengan ketersediaan sarana dan prasarana

dalam pelaksanaan program PHBS dipuskesmas air tabit ?

“Kita ada mencetak buku PHBS dan mencetak leflet-leflet untuk


dibagikan kemasyarakat. Selama ini tidak ada kendala dengan
sarana atau prasarana dalam pelaksanaan program PHBS, karena
puskesmas memiliki cukup sarana pendukung seperti infokus untuk
mengadakan penyuluhan”. (I-1)

Selanjutnya ungkapan informan (I-1) tentang sarana/prasarana

juga didukung oleh informan (I-2), (I-3) dan (I-4) sebagaimana berikut :

Bagaimana dengan sarana dan prasarana yang ada dipuskesmas air tabit

untuk pelaksanaan program PHBS ?

“Puskesmas memiliki sarana/prasarana yang mendukung dan


masih layak digunakan untuk kegiatan program PHBS Rumah
Tangga seprti untuk kegiatan penyuluhan kita memiliki infocus.
Untuk kendala sarana/prasarana yang ada di puskesmas tidak
ada. Dan ini dinilai sudah cukup untuk melaksanakan operasional
kegiatan PHBS”. (I-2)

“ khusus untuak sarana/prasarana yang tersedia saat turun


kelapaan, saya rasa sudah cukup dan masih layak dan masih
bagus untuk digunakan, seperti, infocus dan segala macamnya
yang diperlukan waktu awak ka turun lapanganada kuesioner ” .
(I-3)
70

“Sarana dan prasarana untuk kegiatan PHBS sudah cukup untuk


mendukung kegiatan program PHBS di Puskesmas Air Tabit”.
(I-4)

Siapa yang bertanggung jawab terhadap pengadaan sarana dan

prasarana?

“Kepala Puskesmas”. (I-1)


“Kepala puskesmas dan Petugas promkes”. (I-2)
“Petugas kesehatan dipuskesmas” (I-3)
“Petugas kesehatan dipuskesmas” (I-4)
Bagaimana dengan pemulihan sarana dan prasaran ?

“Pemulihan dilakukan dengan baik”. (I-1)


“Berjalan dengan baik”. (I-2)
“baik”. (I-3)
“baik”. (I-4)
Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil
wawancara mendalam mengenai sarana dan prasarana program perilaku
hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja
Puskesmas Air Tabit :

Table 5.11
Reduksi Data untuk sarana dan prasarana
Pertanyaan P1 P2 P3 P4 Kesimpulan

Sarana Prasarana

Bagaimana Ada seperti Ada seperti Sudah Cukup Untuk


dengan buku buku cukup ketersediaan
ketersediaan panduan, panduan, sarana dan
sarana dan leflet dan leflet dan prasaran dalam
prasarana infokus infokus program PHBS
pada untuk untuk di puskesmas
pelaksanaan penyuluhan penyuluhan sudah
program memenuhi
PHBS syarat dan cukup
untuk
Siapa yang Kepala Pemegang Petugas Petugas melaksanakan
bertanggung puskesmas program kesehatan kesehatan penyuluhan
jawab dalam dan yang akan
pengadaan pemegang diberikan
sarana dan
71

prasarana program kepada


masyarakat dan
Pemulihan Berjalan Berjalan Berjalan tanggung jawab
Bagaimana dilakukan dengan baik dengan dengan puskesmas
dengan dengan baik baik dalam sarana
pemulihan baik prasarana sudah
sarana dan sangat baik .
prasaran ?

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai sarana dan prasarana Program Perilaku

hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel

triangulasi berikut ini :

Tabel 5.12
Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS
Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Sarana dan Sarana dan Ditemukannya ada Sarana dan


prasarana prasarana buku panduan kegiatan prasaran yang ada
dipuskesmas air PHBS dipuskesmas air dipuskesmas air
sudah memadai tabit, namun buku tabit sudah
dan tidak ada tersebut belum memadai dan
kendala untuk diedarkan ke kader cukup, seperti
pelaksanaan maupun masyrakat adanya buku
program PHBS selain itu dilihat ada panduan, leflet,
dipuskesmas air leflet serta spanduk dan spanduk,
tabit . dipuskesmas yang namun dilihat dari
sangat membantu dalam pemanfaatanya
pelaksanaan program masih belum
PHBS dipuskesmas air terealisasikan
tabit dengan baik.
Seperti
ditemukannya
buku panduan
72

PHBS tetapi
belum diedarkan.

Berdasarkan pernyataan responden bahwa untuk puskesmas

mengenai sarana dan prasaran sudah mencukupi. Dan dapat di simpulkan

bahwa segala sarana dan prasaran di puskesmas sudah cukup untuk

menjalankan program dan melakukan penyuluhan kepada masyrakat,

namun berdasarkan telaah dokumentasi ditemukan adanya sarana yang

mendukung untuk kegiatan PHBS pada tatanan rumah tangga, namun

buku panduan tersebut belum dicetak dan diedarkan. Artinya dapat

disimpulkan pemanfaatan saranan dan prasarana yang ada masih belum

maksimal.

e. Sasaran

Sasaran untuk program PHBS di Puskesmas Air Tabit adalah

seluruh KK yang ada diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit. Sebagaimana

pernyataan dari informan berikut:

Menurut ibuk siapa yang menjadi sasaran dalam program PHBS pada

tatana rumah tangga ?

“Yang menjadi sasaran dalam program PHBS pada tatanan rumah


tangga adalah seluruh KK yang ada diwilayah kerja puskesmas air
tabit, tanpa terkecuali”. (1-1)

Selanjutnya ungkapan informan (I-1) tentang sasaram juga didukung oleh

informan (I-2), (I-3) dan (I-4) sebagaimana berikut :


73

“Yang menjadi sasaran rumah tangga adalah seluruh rumah


tangga yang berada diwilayah kerja puskesmas air tabit”. (I-2)
“yang manjadi sasaran kasadoalahnyo masyarakat yang ado
diwilayah kerja puskesmas air tabit ko tanpa terkecuali. (Sasaran
PHBS semua masyarakat yang ada disetiap wilayah puskesmas air
tabit)”. (I-3)
“Sasaran phbs seluruh masyarakat yang ada disetiap wilayah
puskesmas air tabit”. (I-4)

Apakah sudah tepat sasaran program PHBS pada tatanan rumah tangga ?

“Jumlah KK diwilayah kerja puskesmas sangat banyak kadang


tidak semua masyarakat dapat terjangkau”. (I-1)
“Sudah tapi karena banyaknya jumlah masyarakat dan
keterbatasan waktu jadi tidak semua masyarakat dapat kita
kunjungi”. (I-2)
“Sudah tepat sasaran mulai dari bayi, balita anak-anak, ibu hamil
lansia, semua masyarakat yang ada diwilayah kerja puskesmas air
tabit”. (I-3).
“Sudah tepat sasaran”. (I-4)
Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai sasaran program perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air

Tabit:
74

Table 5.13
Reduksi Data Untuk Sasaran
Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan

Sasaran

Menurut ibuk Seluruh KK seluruh semua semua Yang


siapa saja yang ada rumah masyarak masyaraka menjadi
yang menjadi diwilayah tangga yang at yang t yang ada sasaran
sasaran dalam kerja berada ada disetiap diwilayah
program
puskesmas diwilayah disetiap wilayah kerja
PHBS pada
air tabit kerja wilayah puskesmas puskesmas
tatanan rumah
tangga puskesmas puskesma air tabit air tabit
air tabit s air tabit adalah
seluruh KK
yang ada
apakah sudah Sudah tepat Sudah tepat Sudah Sudah
diwilayah
tepat sasaran sasaran sasaran
program
kerja
PHBS pada puskesmas
tatanan rumah air tabit . dan
tangga? sudah tepat
sasaran
untuk
prgram
PHBS pada
tatan rumah
tangga

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai sasaran Program Perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi

berikut ini :
75

Tabel 5.14
Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS
Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Sasaran Yang menjadi Berdasarkan observasi Yang menjadi


sasaran dalam dilapangan tidak sasaran adalah
program phbs seluruh masyarakat seluruh
dirumah tangga yang ikut berpartisipasi masyarakat yang
adalah seluruh kk dalam pelaksanaan ada diwilayah
yang ada perilaku hidup bersih kerja puskesmas
diwilayah kerja dan sehat. air tabit, namun
puskesmas air tidak seluruh
tabit masyarakat yang
ikut berperan aktif
dalam
melaksanakan
perilaku hidup
bersih dan sehat
diwilayah kerja
puskesmas air
tabit

Untuk sasaran di puskesmas air tabit adalah seluruh masyarakat

yang berdomisili didaerah wilayah Puskesmas Air Tabit tanpa terkecuali

dan sudah dikatakan tepat sasaran meskipun masih ada beberapa kendala

yaitu tidak seluruh masyarakat dapat terjangkau karna keteratasan waktu

dan tenaga dan tidak seluruh masyarakat yang ikut berperan aktif dalam

menjalankan program PHBS pada tatanan rumah tangga.

2. Komponen Proses

a. Advokasi

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh telah melakukan kegiatan

advokasi dengan cara melakukan pendekatan kepada lintas sektor yang


76

terkait untuk program PHBS pada tatanan rumah tangga. Sebagaimana

pernyataan dari informan berikut :

Bagaimana menurut ibuk dengan proses advokasi dipuskesmas air tabit ?

“Untuk advokasi kita telah menjalankannya kepada lintas sektor


terkait seperti kecamatan, tingkat kelurahan , LPM, serta
pemungka-pemungka masyarakat yang ada diwilayah Kerja
Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh”. (I-1)

Selanjutnya ungkapan informan (I-1) tentang advokasi juga didukung oleh

informan (I-2), (I-3) dan (I-4) sebagaimana berikut :

“Pelaksanaan advokasi diwilayah kerja puskesmas air tabit telah


berjalan dengan lintas sektor terkait , baik ditingkat kecamatan
maupun kelurahan”. (I-2)
“kalo untuak pendekatan dari puskesamas jo pemegang program
nyo lai ado, kami saling bekerja sama sajo. Baik jo kelurahan, RT,
RW sadonyo jo lintas sektor terkait.”. (I-3)
“Kalo untuak pendekatan ko lai ado dilakukan jo urang-urang
yang maambiak keputusan contohnyo apak RT samo lurah ”. (I-4).
Apakah proses advokasi sudah berjalan dengan baik dipuskesmas?

“Sudah berjalan dengan baik”. (I-1)


“Sudah berjalan”. (I-2)
“Sudah berjalan”. (I-3)
“Sudah”.(I-4)
Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai advokasi program perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air

Tabit:
77

Tabel 5.15
Reduksi Data Untuk Advokasi
Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan

Advokasi

Menurut Advokasi Sudah Sudah Sudah Untuk


ibuk sudah dilaksanakan dilakukan dilakukan pelaksanaan
bagaimana berjalan advokasi pendekata pendekatan advokasi
dengan dengan baik dengan lintas n dengan dengan pihak sudah
proses dengan sektor terkait pihak puskesmas berjalan
advokasi adanya puskesmas dengan baik
dipuskesmas kerja sama puskesmas dengan
air tabit antara pengambil
lintas sektor keputusan
terkait. khususnya
dengan
apakah sudah Sudah Sudah Sudah Sudah lintas sektor
berjalan berjalan berjalan terkait.
kegiatan
advokasi
dipuskesmas

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai advokasi Program Perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi

berikut ini :

Tabel 5.16
Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS
Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Advokasi Kegiatan Ditemukan adanya Advokasi adalah


advokasi bukti SK kader yang pendekatan
dipuskesmas air dikeluarkan dari kepada pengambil
tabit sudah kelurahan, dan bukti kebijakan ,
berjalan dengan kerja sama antara LMP, dengan adanya
78

baik yaitu adanya RT, RW dan pemungka kerja sama lintas


kerja sama masyarakat. sektor dengan
dengan lintas petugas
sektor terkait kesehatan, maka
seperti : dapat
LMP,kelurahan, mempermudah
RT,RW, dan jalannaya
pemungka program PHBS
masyarakat . pada tatanan
rumah tangga .

Untuk pelaksanaan advokasi dipuskesmas sudah berjalan dengan baik

ini didukung oleh pernyataan informent bahwa telah dilaksanakannya

pendekatan dengan pengambil kebijakan dan adanya kerja sama antara lintas

sektor terkait. Advokasi sangat membantu dalam kegiatan PHBS untuk

meningkatkan capaian PHBS pada tatanan rumah tangga diwilayah kerja

Puskesmas Air Tabit. Dengan dilaksanakan kegiatan advokasi seharusnya

dapat mendukung pelaksanaan program PHBS pada tatanan rumah tangga.

b. Bina Suasana

Kegiatan bina suasana dipuskesmas air tabit berjalan dengan baik

dari pihak puskesmas dengan kader dan dari kader dengan lintas sektor

terkait agar dapat mempermudah jalanya program PHBS dipuskesmas Air

Tabit . Sebagaimana pernyataan dari informan berikut :

Bagaimana menurut ibuk dengan kegiatan bina suasana

dipuskesmas air tabit?


79

“Kegiatan seperti bina suasana dalam program PHBS telah


dilakukan dengan diadakannya pelatihan dan pendekatan kepada
kader-kader yang ada diwilayah kerja puskesmas air tabit”. (I-1).
Selanjutnya ungkapan informan (I-1) tentang Bina suasana juga didukung

oleh informan (I-2), (I-3) dan (I-4) sebagaimana berikut:

“Kegiatan bina suasana dilakukan dengan cara diadakan


pelatihan kepada kader kemudian dilakukan pendekatan kepada
masayarakat agar dapat melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat khususnya pada tatanan rumah tangga”. (I-2)
“kegiatan bina suasana dipuskesams air tabit berjalan sangat baik,
baik antara petugas kesehatan dengan kader maupun dengan
masyarakat”. (I-3)
“bina suasana dari pihak puskesmas dengan kami para kader
sangat baik.
“sejalan dengan kegiatan PHBS diadakan pelatihan khusus untuk
kami para kader”. (I-4)
Apakah telah berjalan kegiatan bina suasana dipuskesmas air tabit ?

“Sudah berjalan dengan baik”. (I-1)


“sudah berjalan”. (I-2)
“sudah”. (I-3)
“sudah” (1-4)

Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai bina suasana program perilaku hidup

bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas

Air Tabit :
80

Table 5.17
Reduksi Data Untuk Bina Suasana

Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan

Bina Suasana

Menurut Sudah Sudah Sudah Sudah Untuk


ibuk dilakukan dilaksanakan dilakukan dilakukan pelaksanaan
bagaimana bina bina suasana dengan dengan bina suasana
dengan suasana dengan lintas masyarakat masyarakat sudah
proses bina dengan sektor terkait berjalan
suasana lintas sektor dan dengan baik
dipuskesmas terkait dan masyarakat dan sudah
air tabit masyarakat bekerjasama
dengan
apakah sudah Sudah Sudah berjalan Sudah Sudah lintas sektor
berjalan berjalan terkait.
kegiatan bina
suasana
dipuskesmas

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai bina suasana Program Perilaku hidup bersih dan

sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi berikut ini :

Tabel 5.18
81

Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS


Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis triangulasi


mendalam dokumen/observasi

Bina Kegiatan bina Ditemukan adanya Kegiatan bina


suasana suasana sudah dokumen kegiatan suasana sudah
dilakukan dan penyuluhan yang berjalan
berjalan dengan dilakukan diposyandu dipuskesmas air
baik dipuskesmas dan adanya pelatihan tabit seperti
air tabit dengan dan seminar yang adanya kegiatan
dilakukannya dilakukan 1 kali dalam penyuluhan dan
pembinaan sebulan dipuskesmas pelatihan untuk
kepada air tabit . para kader dan
masyarakat dan masyarakat baik
diadakannya dipuskesmas
kegiatan maupun
penyuluhan diposyandu.
diposyandu

Untuk pelaksanaan bina suasana dipuskesmas sudah berjalan dengan

baik ini didukung oleh pernyataan informent bahwa telah dilaksanakannya

pendekatan dengan masyarakat dengan didukungnya kegiatan seperti

penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan bina suasana seharunya dapat lebih

ditingkatkan lagi agar dapat lebih meningkatkan capain program PHBS pada

tatanan rumah tangga. Karena kegiatan bina suasana ini sangat membantu

dalam program promkes khusunya PHBS pada tatanan rumah tangga.

c. Gerakan masyarakat
82

Kegiatan gerakan masyarakat sudah berjalan, gerakan masyarakat

dilakukan seperti gontong royong bersama dan penyuluhan tentang PHBS.

Sebagaimana pernyataan dari informan berikut :

Bagaimana menurut ibuk dengan kegiatan gerakan masyarakat

dipuskesmas air tabit?

“Gerakan masyarakat dipuskesmas air tabit ada dilakukan yaitu


seperti kegiatan gontong royong bersama, ini dilakukan setelah
dilakukan pendekatan kepada masyarakat kemudian dilakukan
pembinaan barulah setelah itu kita lakukan gerakan masyarakat”.
(I-1)
“gerakan masyrakat dilakukukan seperti kegiatan penyuluhan dan
gontong royong bersama masyarakat yang ada diwilayah kerja
puskesmas air tabit”. (I-2)
“kegiatan gerakan masyarakat itu seperti gontong royong bersama
mungkin dilakukan diwilayah tertentu seperti kami kemaren
dikelurahan balai jariang mendapatkan bantuan pendirian jamban
sehat” (I-3)
“kegiatan gerakan masyarakat dilakukan dalam bentuk gotong
royong bersama dengan masayarakat”. (I-4)

Apakah telah berjalan kegiatan gerakan masyarakat dipuskesmas air tabit ?

“Sudah berjalan dengan baik”. (I-1)


“sudah berjalan”. (I-2)
“sudah”. (I-3)
“sudah”. (1-4)

Selanjutnya pernyataan informan diatas juga didukung oleh informan

lainnya sebagaimana berikut :

“Untuak sejauh iko, penyuluhan tentang PHBS khusus di RT ini


alun ado tadanga lai . kalaupun ado itu mungkin dilaksanakan
dikecamatan sajo. tapi sangat jarang terlaksana”. (M-1).
83

“Sejauh ini penyuluhan tentang PHBS tidak ada terdengar oleh


saya. Tapikalo bantuak kunjungan langsuang mancaliak jentik
nyamuk samo pendataan dulu ado dari ibuk tenaga kesehatan
kayak mendata” . (M-2 )
“kalau penyuluhan PHBS di RT belum ado dilakukan mungkin
dipuskesamas ado tapi sangat jarang sekali terdengar oleh saya”.
(M-3).
Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai gerakan masyarakat program perilaku

hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja

Puskesmas Air Tabit :

Table 5.19
Reduksi Data Untuk Gerakan Masyarakat

Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan

Gerakan Masyarakat

Menurut Sudah Sudah Gontong Gontong Untuk


ibuk dilakukan dilaksanakan royong royong pelaksanaan
bagaimana seperti seperti bersama bersama gerakan
dengan gontong penyuluhan masyarakat
proses royong dan gontong sudah
kegiatan royong berjalan
gerakan dengan baik
masyarakat dengan
dipuskesmas diadakannya
air tabit kegiatan
penyuluhan
dan gontong
royong
bersama.

apakah sudah Sudah Sudah Sudah Sudah


berjalan berjalan berjalan
gerakan
masyarakat
dipuskesmas
84

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai gerakan masyarakat Program Perilaku

hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 5.20
Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS
Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Gerakan Gerakan Ditemukan adanya Kegiatan gerakan


masyarakat masyarakat telah dokumentasi mengenai masyarakat sudah
dilakukan adanya kegiatan seperti dilakukan
dipuskesmas air gontong royong dan dipuskesmas air
tabit yaitu kegiatan fogging untuk tabit dengan
dengan adanya memberantas jentik didukunganya
kegiatan seperti nyamuk . dan oleh kegiatan
gontong royang melakukan 3 M. Ada sperti gontong
bersama ditemukan SOP dari royong bersama,
kegiatan tersebut. dan himbauan
untuk melakukan
3 M.

Untuk pelaksanaan kegiatan gerakan masayarakat dipuskesmas

sudah berjalan dengan baik ini didukung oleh pernyataan informent bahwa

telah dilaksanakannya kegiatan seperti gontong royong bersama. Namun

dilihat kegiatan ini tidak rutin dilakukan karna terhalang oleh biaya, waktu

dan tenaga. Seharusnya kegiatan seperti ini dapat lebih ditingkatkan lagi

agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat.

3. Komponen Output
85

a. Evaluasi

Untuk pemantauan/evaluasi dari kegiatan PHBS dilakukan oleh

pimpinan Puskesmas dan pemegang program PHBS itu sendiri,dan dalam

pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PHBS dilakukan setiap bulan dan

dilaporkan secara berjenjang setelah itu dilakukan feedbacknya. Berikut

hasil wawancara mengenai pemantauan dan evaluasi program PHBS :

Bagaimana menurut ibuk dengan proses evaluasi dipuskesmas air tabit?

“Setiap melaksanakan kegiatan dilakukan pemantauan kembali,


yang jelas laporan dari pembina wilayah lewat pemegang
programnya kemudian ke dinas kesehatan dari dinas kesehatan
kemudian menuju provinsi dan seterusnya. Setelah itu nantinya
kita evaluasi, kita pantau, berapa persen atau berapa warga yang
telah di data, dan ini kita lakukan pada setiap laporan bulanan dan
apabila ada dari 10 indikator yang masih belum tercapai maka
dilakukan feedback kepada kader dan dilakukan pembinaan
kembali”. (I-1)

Selanjutnya disampaikan informan (1-2), (1-3) dan (I-4) sebagaimana

berikut:

“Pemantauan ada kita lakukan seperti adanya laporan triwulan


yang dilaporkan langsung kepada dinas kesehatan. dan setelah itu
dilakukan feedbacknya kepada masyarakat kembali”.(I-2)

“Biasanya evaluasi dari kami dilihat dari laporan yang


disampaikan kepada pemegang program, kemudian apabila masih
rendah cakupannya biasanya dilakukan pertemuan dan dilakukan
pembinaan kembali”. (I-3)
“evaluasi disini biasanya iya dalam bentuk laporan dilihat
kemudian dilihat sampai sejauh mana pencapai kemudian apabila
masih ada kendala biasanya dilakukan kembli peninjauan”. (I-4)

Apakah rutin pementauan dan evaluasi dilakukan


86

“Rutin dilakukan”. (I-1)


“Rutin dilakukan” . (I-2)
“Rutin dilakukan” . (I-3)
“Rutin dilakukan” . (I-4)
Berikut disajikan matriks yang merupakan reduksi dari hasil

wawancara mendalam mengenai evaluasi program perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Air

Tabit:

Table 5.21
Reduksi Data Untuk Evaluasi

Pertanyaan I-1 I-2 I-3 I-4 Kesimpulan


Evaluasi

Bagaimana dilakukan dilakukan Dalam Dalam Untuk


menurut ibuk pemantau pemntauan bentuk bentuk pemantauan
dengan proses an dalam dalam laporan laporan dilakukan
evaluasi bentuk bentuk kepada kepada dalam bentuk
dipuskesmas air laoran laporan puskesmas puskesmas laporan dari
tabit ? rutin triwulan kader
kepuskesmas
dan selanjut
Apakah rutin Rutin Rutin Rutin Rutin sampai ke
pementauan dan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan provinsi
evaluasi
dilakukan

Hasil pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, dan

wawancara mendalam mengenai evaluasi Program Perilaku hidup bersih

dan sehat pada tatanan rumah tangga dapat dilihat pada tabel triangulasi

berikut ini :

Tabel 5.22
87

Matriks Triangulasi Sumber Wawancara Mendalam Dan Triangulasi PHBS


Pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja Puskesmas Air Tabit

Topik Wawancara Telaah Analisis


mendalam dokumen/observasi triangulasi

Evaluasi Kegiatan evaluasi Ditemukan adanya data Evaluasi


telah dilakukan laporan triwulan dan dipuskesmas air
dalam bentuk laporan perahun , dan tabit sudah berjalan
laporan rutin laporan tinjauan ulang dengan baik, dilihat
triwulan dan ada setelah dilakukan dari laporan yang
laporan pertahun , pendataan pertama. ada perbulan dan
dan laporan ini pertahun. Tetapi
diberikan rutun tidak ada tinjauan
dari kader kepada ulang setelah
pemegang program adanya laporan
dari pemegang tersebut. Keiatan
program kepada Monevnya masih
kapus dan dari kurang berjalan
kapus dengan baik.
menyerahkan
kepada dinas
kesehatan kota
payakumbuh .

Berdasarkan hasil wawancara evaluasi dilakukan dalam

bentuk laporan rutin terarah dan laporan tersebut dalam bentuk triwulan,

dan ada laporan pertahun. setelah itu dilakukan pemantauan kembali

untuk melihat sampai sejauh mana proses kegiatan berjalan kemudian

apabila masih ada kendala dilakukan tinjauan ulang kembali dan

dilakukan pembinaan kepada masyarakat. Namun dilihat dilapangan

kegiatan Monevnya masih kurang berjalan dengan baik. Seharunya

dilakukan monitoring dulu sebelum dievaluasi, agar dapat dilihat sampai

sejauh mana pencapaian target setelah dilakukan kegiatan yang ada.

Apakah telah meningkatkan capaian target atau belum.


88

Tabel. 5.23
Matrik Wawancawa Mendalam Kepada Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh

No Pertanyaan I-5 I-6 I-7 Kesimpulan

1. Apakah ibu pernah Pernah Pernah pernah ada sebagian


mendapatkan penyuluhan diposyandu diposyan masyarakat
kusus terkait tentang du yang
PHBS dari puskesmas
mengerti
2. Apa ada tenaga dari Dulu ada Dulu ada Ada tentang
puskesmas yang PHBS dan
melakukan kunjungan ada yang
terhadap program PHBS tidak selain
3. Apa ibu melihat langsung Dulu ada Dulu ada Ada itu tidak
petugas puskesmas dan semua
kader datang kerumah masyarakat
mendapatkan
4. Apakah ada petugas Ada Ada Ada penyuluhan
kesehatan dan kader ikut tentang
berpartisipasi dalam PHBS dan
kegiatan dimasyarakat tidak ada
feedback
5 Pembina atau kegiatan apa Penyuluhan Penyuluh Penyul yang
saja yang di berikan an uhan dilakukan
petugas yang menyangkut diposya petugas
program PHBS ndu kesehtan
7 Apakan ada dilakukan Tidak ada Tidak Tidak kepada
kegiatan seperti gontong ada ada masyarakat.
royong bersama secara
rutin?

8 Setelah pembinaan Tidak ada Tidak Tidak


dilakukan apa ada petugas Ada ada
memantau kembali
pembinaan

Berdasarkan hasil wawancara kepada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh untuk program PHBS ada

golongan masyarakat yang aktif dan tidak aktif dalam mengikuti program
89

PHBS. Ini menyebabkan jalanya proses penaggulangan tidak seimbang

dengan harapan penyacapain target yang di harapkan oleh pihak

puskesmas. Seharunya masyarakat menjadi sasaran yang paling berperan

dalam kegiatan PHBS pada tatanan rumah tangga. Agar dapat

meningkatkan PHBS pada tatanan rumah tangga diwilayah kerja

puskesmas air tabit.

C. Gambaran Tema Penelitian

Dibawah ini merupakan gambaran tema penelitian evaluasi program

perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh.

Tabel 5.23
Gambaran tema hasil penelitian

Kata Kunci Kategori bertanggung jawab


90

Input

Tidak ada kebijakan Kepala dan


yang mendukung pemegang program
Kebijakan
dari intasi terkait PHBS di Puskesmas
tentang PHBS. Air Tabit Kota

Adanya tugas
rangkap untuk Kepala dan
Tenaga pemegang program
pemegang program
PHBS PHBS di Puskesmas
Air Tabit Kota.

Kepala dan
Dana Dana yang ada pemegang program
belum teralokasikan PHBS di Puskesmas
dengan baik untuk Air Tabit Kota
kegiatan PHBS

Sarana dan Kurangnya Kepala dan


prasarana pemanfaatan dengan pemegang program
sarana dan prasarana PHBS di Puskesmas
yang ada Air Tabit Kota

Kata Kunci Kategori bertanggung jawab

Proses

advokasi Perlu adanya


Kepala dan
pendekatan yang
pemegang program
lebih baik dengan
PHBS di Puskesmas
pengambil
Air Tabit Kota
kekeputusan
91

Bina suasana Perlu adanya


kegiatan yang lebih Kepala dan
membangun untuk pemegang program
meningkatkan PHBS di Puskesmas
program PHBS Air Tabit Kota

kurangnya inovasi Kepala dan


Gerakan dalam meningkatan pemegang program
Masyarakat keinginan PHBS di
masyarakat untuk Puskesmas Air
ber PHBS . Tabit Kota

Output

Belum Kepala dan


terlaksanannya pemegang program
dengan baik PHBS di Puskesmas
Evaluasi Air Tabit Kota
program PHBS di
Puskesmas Air
Tabit

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Kerangka Penyajian
92

Penyajian ini menggunakan pendekatan sistem yang meliputi input-

proses-output. Kemudian peneliti melakukan analisis terhadap hasil wawancara

mendalam (indept interview). Seterusnya dilakukan telaah dokumen sebagai

data sekunder dan juga membandingkan dengan teori-teori yang ada pada

tinjuan pustaka. Pembahasan ini diharapkan dapat menjawab penemuan

masalah dalam menunjang kinerja petugas puskesmas dalam pelaksanaan

program PHBS Rumah Tangga di wilayah kerja Puskesmas Air Tabit Kota

Payakumbuh. Apa yang menghambat kinerja petugas puskesmas dalam

pelaksanaan program PHBS Rumah Tangga dan bagaimana upaya untuk

mengatasi hambatan atau menurunkan masalah dalam pelaksanaan program

PHBS tersebut dan mendapatkan hasil dalam pencapaian target PHBS pada

tatanan Rumah Tangga.

B. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa kesulitan yang ditemui di dalam penelitian ini,

diantaranya yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Variasi data sangat tinggi karena dipengaruhi oleh persepsi informan,

pemahaman dan pengalaman terhadap pertanyaan yang diajukan.

2. Keterbatasan waktu dan dana sehingga informan penelitian hanya sampai

pada tingkat Kepala Puskesmas.

3. Sangat terbatasnya hasil penelitian sejenis yang digunakan sebagai

pembanding dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dikarenakan

belum adanya penelitian sejenis sebelumnya.


93

4. Jumlah kader yang ada sebanyak 20 orang, namun yang aktif dan dapat

ditemui hanya 2 orang pada penelitian terbatas ini. Karena 2 orang kader

yang dapat dimintai keterangan dari puskesmas air tabit.

C. Gambaran Input Evaluasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tabit Kota Payakumbuh
1. Kebijakan

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Pusekesmas Air

Tabit sudah memiliki kebijakan terkait dengan PHBS yang mengacu

kepada peraturan mentri tentang pedoman pembinaan perilaku hidup

bersih dan sehat, belum ada kebijakan langsung dari puskesmas dan tidak

ada kebijakan yang mendukung dari pemerintah kota payakumbuh terkait

tentang PHBS pada tatanan rumah tangga. Kebijakan yang ada masih

mengacu kepada kebijkan yang ada dari permenkes saja. Sehingga

kebijakan yang ada belum maksimal.

Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih

berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil

analisis yang mendalam terhadap berbagai alternative yang bermuara

kepada keputusan tentang alternative terbaik. Kebijakan  adalah rangkaian

dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan

suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag organisasi, atau

pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai

garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu.

(Umar Fahmi, 2013,p. 192).


94

Hasil penelitian Dewi Lestari (2011) tentang Pelaksanaan

Kebijakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dilakukan

secara menyeluruh di setiap tingkatan pemerintah dan lapisan masyarakat

mulai dari dinas kesehatan, puskesmas hingga kader posyandu untuk

menjalankan program PHBS rumah tangga .

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh sebenarnya sudah

mempunyai potensi yang kuat untuk menerbikan kebijakan tentang

Pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Kondisi ini tentu

Puskesmas Air Tabit ingin warganya hidup bersih dan sehat. Untuk itu

dalam menciptakan perubahan perilaku supaya diterapkan lebih

maksimal oleh petugas kesehatan dan dinas terkait, maka perlu

pendekatan advokasi kepada pemerintah daerah agar program kesehatan

dalam penerapan PHBS ini dapat didukung oleh pemeintah kota

Payakumbuh dalam mengeluarkan suatu kebijakan pemerintah daerah

yang menyangkut PHBS. Dimana PHBS menjadi prioritas utama dalam

promosi kesehatan yang perlu didukung dengan dana dan tenaga yang

terampil/profesional. Namun kebijakan yang ada masih mengacu kepada

permenkes tahun 2011 tentang pedoman perilaku hidup bersih dan sehat.

Belum ada kebijakan khusus yang mendukung dari intansi terkait.

Sebaikanya program PHBS pada tatanan rumah tangga ini dapat menjadi

program yang membantu capaian program lain, dan perlu didukung

dengan adanya kebijakan oleh lintas sektor tarkait untuk meningkatkan

capaian PHBS pada tatanan rumah tangga diwilayah kerja Puskesmas Air

Tabit.
95

2. Tenaga Kesehatan

Hasil wawancara mendalam yang penulis lakukan tentang tenaga

kesehatan diketahui bahwa Untuk tenaga kualitas dan kuantitasnya sudah

cukup bagus dan telah di berikan pelatihan mengenai PHBS kepada

petugas tenaga kesehataan di Puskesmas Air Tabit dalam melaksanakan

program PHBS, namun tenaga yang ada saat ini masih belum maksimal

dalam mengerjakan tugasnya, dikarenakan masih adanya tumpang tindih

tenaga satu dengan tenaga program lainnya (rangkap). Mengingat

keterbatasan dari petugas karena harus mengerjakan tugas rangkap maka

untuk itu perlu dipikirkan upaya dalam meningkatkan keterampilan

petugas bidang promosi kesehatan dalam penerapan PHBS di Wilayah

Kerja Puskesmas Air Tabit .

Menurut Melayu SP. Hasibuan mengatakan manajemen SDM

adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar

efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan

dan masyarakat. Sedangkan menurut Hendri Simamora mengatakan

manajemen SDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan,

penilaian, pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu

anggota organisasi atau kelompok bekerja. Manajemen SDM juga

menyangkut design dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan

personalia, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kerja,

kompensasi karyawan dan hubungan perubahan yang mulus. (Naomy

Marie Tando, 2013, p. 52).


96

Hasil penelitian Ahmad Marzuki (2016) tentang manajemen

penerapan perilaku hidup bersih dan sehat diwilayah kerja puskesmas

nanggalo mengenai tenaga yang ada seperti pemegang program di bantu

oleh bidan desa dan kader, untuk kader sendiri sudah dilakukan

pembinaan sebelum turun ke lapangan oleh petugas kesehatan .

Untuk tenaga kualitas dan kuantitasnya masih kurang memadai,

pemegang program promkes hanya berjumlah 1 orang namun untuk

pelatihan sudah di berikan pelatihan mengenai PHBS kepada petugas

Agar petugas kesehatan memahami pelaksanaan program PHBS dengan

baik maka perlu koordinasi antara petugas yang terkait dengan PHBS

rumah tangga agar dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya sehingga memiliki keahlian dalam berpromosi

kesehatan kepada masyarakat.Disamping itu diharapkan petugas

kesehatan lainnya harus ikut juga mendukung program PHBS ini

contohnya pada saat posyandu, kunjungan KIA, dan kunjungan rumah

sanitasi, sehingga program PHBS ini dapat berjalan secara

berkesinambungan. Tenaga kesehatan sangat berperan dalam upaya

meningkatkan capaian target PHBS di wilayah kerja puskesmas air tabit

kota payakumbuh, dengan aktifnya peran tenaga kesehtan maka dapat

menunjang kegiatan PHBS dipuskesmas.

3. Dana
97

Dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen diketahui

bahwa jumlah dana yang tersedia dirasa sudah memadai, namum masih

belum teralokasikan dengan baik, karena banyaknya kegiatan serta

indikator yang harus dicapai. Kondisi ini dapat menjadi hambatan

sehingga program kesehatan dalam penerapan PHBS rumah tangga

belum sesuai dengan yang diharapkan. Dana yang ada belum

teralokasikan untuk kegiatan PHBS yang ada. Dan dari hasil penelitian

yang telah dilakukan dan telaah dokumentasi tidak ditemukan adanya

alokasi dana untuk proses kegiatan khusus untuk PHBS pada tatanan

rumah tangga.

Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU

No.32 dan 33 tahun 2004) tentang peerintah pusat dan daerah, dana

pembagunan kesehatan didaerah berasal dari 3 sumber , yaitu :

4) Pemerintah (APBN) yang disalurkan kedaerah dalam bentuk

DAU dan DAK. Dengan diberlakukannya otonomi daerah,

porsi dana sektor kesehatan yang bersumber dari APBN

menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap membantu

pelaksanaan program kesehatan didaerah melalui bantuan dana

dekosentrasi, khususnya untuk pemberantasan penyakit

menular.

5) APBD yang bersumber dari PAD pendapatan asli daerah, baik

yang bersumber dari pajak maupun penghasilan badan usaha

milik PEMDA. Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber

dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi


98

pembangunan sarana pelayanan kesehatan oleh pihak swasta

dan biaya langsung yang dikeluarkan langsung oleh

masyarakat untuk perawatan kesehatan. Dana pembangunan

kesehatan yang diserap oleh berbagai sektor harus dibedakan

oleh dana sektor kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.

6) Bantuan luar negri, dapat dalam bentuk hibah ( grant) atau

pinjaman (loan) untuk investasi atau pengembangan pelayanan

kesehatan. Semakin berkembangnya privatisasi pelayanan

kesehatan diindonesia juga memberikan peluang kepada

swasta untuk menanamkan modalnya dibidang pelayanan

kesehatan. Investasi dibidang kesehatan tidak akan pernah

mengenal resasi, oleh sebab itu organisasinya harus dikelola

dengan pendekatan manajemen moderen. Ada 2 jenis

pengembangan pelayanan kesehtan yang dapat dimasuki oleh

sektor swasta, yaitu pembangunan invrastuktur kesehatan

(pembangunan RS dengan jaringa kerjanya ) dan asuransi

kesehatan. Untuk pengembangan asuransi sudah tersedia, 3

perangkat UU, yaitu UU No 3/ 92 untuk jamsostek (jaminan

sosial tenaga kerja ), UU no 2/ 92 untuk asuransi kesehatan

baik yang besifat sosial maupun komersial, dan UU no 23/ 92

untuk pengembangan program JPKN ( jaminan pemeliharaan

kesehatan masyarakat ). JPKN tahun 2003 juga belum

berkembang didaerah. Yang terbaru adalah UU No 40 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) termasuk didalamnya


99

tentang jaminan kesehatan. UU Bdan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial (BPJS) disahkan tahun 2011 dan mulai berlaku

secara bertahap mulai tahun 2014.

(Muninjaya,G,2011,P.36-37)

Hasil penelitian Rini Marlina (2011) tentang Analisis Managemen

Promosi Kesehatan Dalam Penerapan Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga Di Kota Padang menyatakan

bahwa bahwa anggaran dana dalam pelaksanaaan program PHBS Rumah

Tangga sangat terbatas karena tidak ada alokasi dana khusus dari

puskesmas.

Menurut asumsi peneliti Dana yang di berikan kepada puskesmas

sudah mencukupi yaitu dari BOK dan DAK non fisik, namun masih

belum teralokasi dengan baik untuk semua program.kondisi seperti ini

diharapkan dapat diselesaikan dengan lebih baik, agar dapat

meningkatkan target pencapain program PHBS di Puskesmas Air Tabit.

Jumlah dana yang terlihat hanya cukup dalam keperluan khusus seperti

uang transpor kader, snack, nasi dan pembuatan leflet. Seharusnya dana

yang ada juga dialokasikan untuk kegiatan yang lebih membangun

kepada masyarakat agar dapat meningkatkan program PHBS pada

tatanan rumah tangga khususnya diwilayah kerja puskesmas air tabit

4. Sarana dan Prasarana

Pada penelitian ini diketahui bahwa sarana/prasarana untuk

mendukung Program kesehatan dalam penerapan PHBS di Puskesmas Air

Tabit dinilai sudah cukup. Untuk ketersediaan sarana dan prasaran dalam
100

program PHBS di puskesmas sudah memenuhi syarat cukup dalam

penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat dan tanggung jawab

puskesmas dalam sarana prasarana sudah sangat baik. Namun ada buku

panduan yang sangat mendukung untuk program PHBS belum dicetak dan

diedarkan ke masyarakat. Sarana dan prasarana yang ada dinilai belum

termanfaatkan dengan baik.

Menurut UU No. 25 tahun 1992 sarana kesehatan adalah tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sarana prasana

disini berkaitan dengan manajemen perlengkapan. Manajemen

perlengkapan adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses

mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan

penyaluran, pemeliharaan dan penghapusan material/ alal-alat.

Perlengkapan atau logistik atau perbekalan atau material atau barang atau

peralatan adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat

diperlakukan secara fisik baik yang digunakan untuk menyelenggarakan

kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang dalam organisasi atau

program kesehatan. (Naomy Marie Tando, 2013, p. 80-81).

Hasil penelitian Handri Hadiyanto (2014) agar fungsi dapat

dilaksanakan dengan baik maka diperlukan adanya sarana yang

mendukung untuk menyampaikan informasi kesehatan supaya pelaksanaan

dalam promosi kesehatan berjalan dengan baik.

Menurut asumsi peneliti untuk ketersediaan sarana dan prasaran

dalam program PHBS di puskesmas sudah memenuhi syarat cukup dalam

penyuluhan PHBS rumah tangga yang diberikan kepada masyarakat dan


101

tanggung jawab puskesmas dalam sarana prasarana sudah sangat

baik .namun dilahat dari pemanfaatan terhadap sarana yang ada belum

maksimal, karena adanya buku panduan PHBS belum dicetak dan

diedarkan ke masyarakat. Padahal dengan adanya buku panduan PHBS

dapat membantu kegiatan dalam pelaksanaan program PHBS pada tatanan

rumah tangga diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit.

5. Sasaran

Berdasarkan hasil penelitian ini yang menjadi sasaran adalah

seluruh masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit ,

namun kendala disini yaitu tidak semua masyarakat yang dapat

terkunjungi dan terjangkau oleh tenaga kesehatan dikarenakan jumlah

masyarakat tidak seimbang dengan jumlah tenaga yang ada dipuskesmas.

Sasaran terbagi atas 3 yaitu sasaran primer, sekunder, dan sasaran tersier:

a. Sasaran primer merupakan sasaran langsung, yang diharapkan untuk

mempraktikkan PHBS. (individu,kelomok masyarakat, dan seluruh

masyarakat)

b. Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap

sasaran primer dalam pengambilan keputusannya untuk

mempreraktikkan PHBS. (para pemungka masyarakat atau tokoh

masyarakat).

c. Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi pengambilan

keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa

kebijakan/pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan


102

PHBS terhadap sasaran primer. ( para pengambil keputusan formal dan

masyarakat formal). (Maryuni,A, 2013, p.9-10).

Hasil penelitian kartika (2015 ) sasaran program PHBS adalah

masyarakat yang berdomisili. dari hasil penelitian lebih dari 57%

masyarakat yang tinggal didarah suraharjo belum melakukan perilaku

hidup bersih dan sehat dan yang menjadi sasaran dalam penelitian ini

adalah seluruh usia .

Menurut asumsi peneliti yang menjadi sasaran sudah tepat

sasaran hanya saja sebagian masyarakat tidak dapat bekerja sama dengan

tenaga kesehatan dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehatnya dan keterbatasan tenaga dalam melakukan upaya PHBS kepada

masyarakat.

D. Gambaran Proses Evaluasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Wilayah Kerja Puskesmas Air
Tabit Kota Payakumbuh
1. Advokasi

Berdasarkan hasil wawancara mendalam kegiatan advokasi dari

tenaga kesehatan dengan lintas sektor terkait sudah dilakukan baik dengan

kelurahan, RT, RW. Kerjasama ini diharapkan dapat membantu dalam

meningkatkan pencapain target PHBS pada tatan rumah tangga. Karena

kegitan advokasi ini sangat membatu untuk jalannya program PHBS di

puskesmas.

Advokasi Adalah usaha untuk mempengaruhi kebjikan publik

melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Kombinasi


103

kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen

politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung

tujuan atau program PHBS Dipuskesmas Air Tabit. (Notoadmojo, 2011)

Putra yulian (2016) dalam penelitian Strategi Promosi di dinas

Kesehatan Kutai Karta Negara tentang pemahan perilaku hidup bersih dan

sehat memaparkan dari hasil observasi dan wawancara mendalam dept

unterviedengan key inforan dan informan kesimpulannya bahwa dalam

memberikan startegi promosi kesehatan khususnya dibidang kesehatan

tentang perilaku hidup bersih dan sehat di tenggarong, untuk capaian hal

tersebut diperlukan suatu promosi kesehatan yaitu dengan cara advokasi

PHBS, bina suasana (social support), gerakan masyarakat (empowerment).

Menurut asumsi advokasi sangat membantu dalam upaya

meningkatkan program perilaku hidup bersih dan sehat, hasil penelitian

dipukesmas menyatakan bahwa adanya kegiatan advokasi dilakukan dan

sudah berjalan dengan baik yaitu dengan cara dilakukan pendekat kepada

pengambil keputusan agar dapat membatu menajalankan program perilaku

hidup bersih dan sehat pada Tatanan Rumah Tangga Diwilayah Kerja

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh.

2. Bina suasana

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan bina suasana

dipuskesmas sudah berjalan dengan baik ini didukungnya dengan

kegiatan masyaakat diposyandu dan kegiatan penyuluhan untuk

melakukan pendekatan dengan masyarakat.


104

Kegiatan membuat suasana atau iklim yang mendukung

terwujudnya perilaku sehat dengan mengembangkan opini public yang

positif melalui media masa, tokoh masyarakat, baik formal maupun non

formal diwilayah kerja Puskesmas Air Tabit. Tujuannya untuk

mempengaruhi dukungan dari tokoh masyarakat (Notoadmojo, 2010).

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Nopriadi, dkk. (2013)

tentang Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat Pada Masyarakat Perkebunan Tiga strategi

promosi kesehatan yang dilakukan pada masyarakat di wilayah Puskesmas

Seikijang adalah advokasi, pemberdayaan masyarakat dan bina suasana.

Strategi advokasi yang telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Seikijang adalah pertemuan presentasi kegiatan kesehatan yang dihadiri oleh

lintas program dengan lintas sektoral. Kerjasama kesehatan yang dilakukan

terhadap instansi terkait meliputi Kecamatan dan Kelurahan. Di wilayah

Puskesmas Sei Kijang Kabupaten Pelalawan

Menurut asumsi kegiatan bina suasana merupakan kegitan yang

sangat membantu dalam upaya meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehat dan upaya ini telah dilakukan dipuskesmas air tabit, Namun perlu

ditingkatkan lagi karrena tidak semua masyarakat ikut serta dalam

program prilaku hidup bersih dan sehat jadi perlu kegiatan-kegiaan

inovasi untuk menigkatkan target pencapai PHBS di Puskesmas Air tabit

Kota payakumbuh.
105

3. Gerakan masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian dengan beberapa inforaman kegitan

gerakan masyarakat sudah dilakukan diposyandu dan bekerja sama dengan

lintas sektor terkait ini didukung oleh pernyataan inforaman dan telah ada

nya upaya kegiatan yang dilakukan sepeti kegiatan gontong royong

bersama.

Gerakan masyarakat dilakukan yaitu tingkat keluarga/RT, strategi

ini ditujukan kepada para kepala keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek.

dan lain-lain. tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan

atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya phbs di

lingkungan keluarga. (Notoatmojo, 2010. p.23)

Jonyanis, dkk (2014) dalam penelitian tentang Perilaku Hidup

Besih Dan Sehat Dalam Rumah Tangga (PHBS) Pada Masyarakat Desa

Gunung Kesiangan, Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

menyatakan kegiatan masyarakat Desa Gunung Kesiangan Kecamatan

Benai Kabupaten Kuantan Singingi belum terlaksana sepenuhnya, karena

masih banyak terdapat masyarakat yang belum peduli terhadap kebersihan

lingkungan mereka. Hal ini dapat dilihat pada 10 indikator perilaku hidup

bersih dan sehat. Belum adanya kegiatan gerakan masyarakat yang

dilakukan.

Menurut asumsi peneliti kegiatan gerakan masyarakat diwilyah

kerja puskesmas perlu ditingkatkan lagi baik agar dapat lebih membantu

masyarakat dalam mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat ,

upaya ini dilakukan untuk meningkatkan target capaian perilaku hidup


106

bersih dan sehat. karena kegiatan masyarakat ini sangat mendukung

dalam upaya peningkatan program PHBS pada tatanan rumah tangga.

E. Gambaran Output Analisis Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Wilayah Kerja Puskesmas

Untuk komponen keluaran (output) diperoleh dari hasil wawancara

mendalam kepada Kepala Puskesmas, Pemegang program PHBS, kader

PHBS diwilayah kerja puskesmas dan beberapa dengan masyarakat yang

berada di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit, bahwa penerapan Perilaku

Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Rumah Tangga di Wilayah Kerja

Puskesmas belum terlaksana dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor penyebab anatara lain: tidak adanya dukungan dari pemerintah daerah

terkait dengan program promkes dan masih belum teralokasinya

dana/anggaran dalam penerapan PHBS, perencanaan yang kurang matang,

pengorganisasian yang tidak tersrtuktur, dan kurangnya peran serta petugas

kesehatan yang turun kelapangan dan sulitnya merubah pola perilaku

masyarakat yang tidak aktif dan tidak ikut serta dalam upaya peningkatan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut (Muninjaya, 2007 : p. 23) Keluaran (output) adalah hasil

suatu pekerjaan atau kesimpulan elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya

proses. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga

terdapat persamaan pendapat antara informan, yang mengatakan bahwa

untuk dapat berjalan dengan baik dan terlaksana program PHBS secara

berkesinambungan, perlu dukungan oleh pemerintah daerah dan Dinas


107

kesehatan terkait tentang program PHBS untuk pemberdayaan masyarakat

agar mau dan mampu berperilaku sehat (ber-PHBS), serta pembinaan

kelapangan secara bersama-sama dengan petugas kesehatan. Untuk melihat

perkembangan dan kemajuan penerapan PHBS pada masyarakat perlu dibuat

pencatatan, pelaporan, pembinaan dan sampai pada tahap evaluasi secara

berkesinambungan, untuk dapat dijadikan sumber informasi untuk membuat

perencanaan kedepan.

Penelitian yang dilakukan Anita Pebrina, Dkk (2013) hasil survei

menunjukan bahwa rata-rata persentase rumah tangga berPHBS di 10

kelurahan sampel ialah sebesar 55,6%. dengan persentase tersebut didapatkan

gambaran bahwa kota administrasi Jakarta Timur belum berhasil mencapai

65% target nasional untuk indikator tunggal persentase rumah tangga

berPHBS dengan 10 kriteria tahun 2010 diindonesia diharapkan mencapai

70% target rumah tangga berPHBS ditahun 2014. Hal ini disebabkan Hal ini

disebabkan karena tidak terlaksananya penerapan PHBS rumah tangga secara

berkesinambungan dan kurangnya partisipasi tenaga kesehatan dalam

penerapan PHBS rumah tangga.

Menurut asumsi peneliti kurangnya tenaga dalam pelaksanaan

program perilaku hidup dan bersih pada tatanan rumah tangga, ini didukung

oleh pernyataan responden bahwa masih banyak dari tenaga kesehatan yang

tumpang tindih tugas artinya disii masih banyak tenaga yang mempunyai

tugas merangkap dari pemerintah daerah terkait promkes khususnya PHBS

ini dapat di di ketahui dari pernyataan rseponden yang menyebutkan tidak ada

kebijakan terkait PHBS dan kurang nya monitoring dan evaluasi dari dinas
108

kesehatan kepada puskesmas tindak lanjut di lapangan mulai dari petugas

puskesmas hingga kader yang melakukan pemantauan ke masyarakat dengan

membuat pencatatan laporan secara berkala sehingga program PHBS pada

tatanan rumah tangga dapat terlaksana dengan baik dan masyarakat agar

selalu menerapkan perilaku hidup dan bersih di rumah tangga dengan adanya

pendidikan kesehatan yang di berikan kepada masyarakat.


109

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi hasil penelitian dan pembahasan tentang evaluasi

program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga

di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kebijakan, tenaga, dana, sarana dan prasarana Program Perilaku hidup

bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Air Tabit Kota

Payakumbuh masih belum berjalan maksimal . Kebijakan yang kuat terkait

Promkes dari pemerintah daerah Perlu ditingkatkan lagi. Selain itu juga

perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah dan lintas sektor terkait

pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah

tangga. Kekurangan tenaga, belum teralokasinya dana yang ada untuk

kegiatan PHBS, kurangnya pemanfaatan sarana dan prasaran yang ada di

Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh .

2. Dari proses advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat di Puskesmas

Air Tabit sudah berjalan dengan baik, ditunjukan dengan adanya kerja

sama dengan lintas sektor terkait. Pelaksanaan advokasi, bina suasana dan

gerakan masyarakat ini sangat perlu ditingkatkan lagi untuk membatu

pencapaian target program perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan

rumah tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh.


110

Dan sebaikannya ada manjemen yang baik dalam melaksanakan proses

advokasi bina suasan dan gerakan masyarakat.

3. Kegiatan PHBS pada tatanan rumah tangga yang sudah terlaksana dan

belum mencapai target yang di harapkan untuk pemantauan evaluasi

pembuatan laporan PHBS tidak berjalan dengan baik di karenakan mulai

dari kebijakan daerah yang kurang mendukung adanya program promkes

di puskemas dan khususnya mengenai PHBS pada tatanan rumah tangga.

Ini dapat diketahui dari pernyataan responden yang menyebutkan tidak ada

kebijakan khusus terkait PHBS selain dari kebijakan yang mengacu pada

permenkes yang ada saja dan kurang nya monitoring dan evaluasi dari

dinas kesehatan sehingga pencapain dari puskesmas rendah .

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Air Tabit Kota payakumbuh

a. Diharapkan bagi Puskesmas untuk lebih meningkatkan pelaksanaan

program PHBS pada tatanan rumah tangga dan menetapkan kebijakan

khusus terkait PHBS pada tatanan rumah tangga. Puskesmas juga

diharapakan terus melibatkan masyarakat dalam penyuluhan PHBS

dan mengajak masyarakat untuk lebih berperan aktif dalam proses

pelaksanaan program PHBS pada tatanan rumah tangga. serta petugas

bertanggung jawab mulai dari pencatatan, pelaporan sampai

monitoring dan evaluasi.

2. Bagi Masyarakat

a. Agar selalu aktif dalam program penyuluhan terhadap program PHBS


111

b. untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit akibat

lingkungan.

c. Diharapkan agar program PHBS berjalan dengan baik keikut sertaan

masyarakat sangat di utamakan dalam pelaksanaan program PHBS di

lapangan.

3. Bagi Peneliti

Agar lebih memahami evaluasi program perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga diwilayah kerja puskesmas air

tabit. terlaksana sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak Puskesmas Di

Wilayah Kerja Puskesmas Air Tabit Kota Payakumbuh.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti selanjutnya

mengenai evaluasi program perilaku hidup bersih dan sehat PHBS di

institusi pendidikan.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Stikes Fort De Kock Bukittinggi dapat memanfaatkan untuk bahan

informasi dan memfasilitasi peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang

berbeda agar penelitian berikut lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai