Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami organisasi gagasan dalam paragraf dan antarparagraf sehingga
mahasiswa terampil menemukan gagasan pokok dalam membaca berbagai referensi
baik berupa tulisan ilmiah, tulisan ilmiah popular, maupun tulisan yang diakses dari
internet untuk keperluan menulis.
Indikator Pencapaian
1. Mahasiswa dapat menjelaskan hakikat membaca dan menulis.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan hubungan membaca dan menulis.
3. Mahasiswa dapat membedakan bahasa (Indonesia) ragam lisan dan ragam tulis.
4. Mahasiswa dapat menganalisis kelengkapan, keruntutan dan kepaduan gagasan dalam
paragraf pada bahan bacaan yang telah disiapkan.
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dalam membaca, pembaca membutuhkan bahan bacaan berupa tulisan. Bahan
bacaan itu tentunya merupakan hasil dari kegiatan menulis. Sebaliknya, dalam menulis,
penulis membutuhkan banyak informasi tertulis yang dapat dijadikan bahan dan referensi
untuk menulis. Informasi-informasi tertulis itu tentunya akan diperoleh dari kegiatan
membaca.
Membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk
memperkaya wawasan. Selanjutnya, kekayaan wawasan itu akan sangat berguna bagi
pengembangan diri dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan terintegrasi yang dilakukan dalam
komunikasi tertulis (berbahasa tulis). Oleh karena keduanya dilakukan dalam ragam tulis,
pada bab ini perlu dibahas beberapa hal terkait dengan ragam bahasa; perbedaan bahasa
ragam lisan dan ragam tulis, aspek-aspek bahasa ragam tulis, dan organisasi gagasan dalam
paragraf dan antarparagraf. Sehubungan dengan kegiatan membaca untuk menulis, pada bab
ini juga akan dibahas tentang membaca referensi yang mencakup bahasan tentang karya
ilmiah, membaca tulisan ilmiah, membaca tulisan ilmiah populer, dan mengakses informasi
dari internet.
tulisan/bacaan
menulis membaca
Penulis dapat berperan sebagai pembaca karena ketika aktivitas menulis berlangsung
si penulis membaca tulisannya. Ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat
dan menilai apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti, apakah ada yang tidak
layak saji, serta apakah tulisannya menarik dan enak dibaca.
Penulis pun melakukan kegiatan membaca lainnya. Penulis membaca karya penulis
lain untuk memperoleh gagasan dan informasi, menemukan, memperjelas, dan memecahkan
masalah, juga mempelajari bagaimana pengarang menyajikannya dan mengemas tulisannya.
Kualitas pengalaman membaca ini akan sangat mempengaruhi kesuksesannya dalam menulis.
Hal ini terjadi karena ketika membaca secara tidak sadar pembaca seperti menjadi penulis.
Jika penulis dapat berperan sebagai pembaca, sebaliknya pembaca juga dapat
berperan sebagai penulis. Ketika berlangsung kegiatan membaca, pembaca melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan penulis. Pembaca menemukan topic, tujuan, gagasan,
hubungan antargagasan, kejelasan uraian, serta pengorganisasian gagasan dalam bacaan.
Terkait dengan hal-hal di atas perlu kiranya dipahami perbedaan ragam lisan dan
ragam tulis dan aspek-aspek bahasa dalam ragam tulis, salah satunya adalah organisasi
gagasan. Selain itu perlu juga dipahami beberapa jenis tulisan (ilmiah, semiilmiah, dan
nonilmiah) sebagai pilihan bahan bacaan.
3.3 Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda dalam pemakaiannya (Jamal,
2009). Berdasarkan medianya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam lisan dan ragam tulis.
Berdasarkan penuturnya, bahasa dibedakan atas bahasa ragam daerah dan ragam pendidikan.
Berdasarkan sikap penuturnya, bahasa dapat dibedakan atas bahasa ragam resmi, ragam
akrab, dan ragam santai. Berdasarkan topiknya, bahasa dapat dibedakan atas bahasa ragam
agama, ragam kedokteran, ragam hukum, ragam seni, dan berbagai ragam dalam bidang
lainnya (Adhyaksa, 2008).
Sesuai dengan topik bab ini, yaitu membaca untuk menulis, pada bagian berikut
pembahasan akan difokuskan pada bahasa ragam lisan dan ragam tulis.
3.4.1.1 Kelengkapan
Kelengkapan adalah asas yang menghendaki agar karangan benar-benar
berbobot. Berbobot maksudnya berisi informasi yang lengkap untuk menjelaskan
gagasan utama. Kita harus menerapkan hukum DM (diterangkan-menerangkan)
dengan sebaik-baiknya dalam membangun paragraf: satu D dengan jumlah M yang
memadai, yang lengkap. Asas ini disebut juga pengembangan yang memadai
(Widyamartaya,2003:38). Pengembangan yang memadai adalah dimuatnya rincian
yang dapat membantu pembaca untuk memahami pernyataan yang dikemukakan
sebagai gagasan utama (Sakri, 1992:6).
Sejalan dengan hal itu, Hardjodipuro (1982:15) mengemukakan bahwa
paragraf dianggap lengkap bila bila telah melakukan apa yang dikehendaki
penulisnya. Dengan kata lain, paragraf yang lengkap adalah paragraf yang memuat
rincian yang sempurna untuk mendukung gagasan utamanya.
Sakri (1992:2,6) mengemukakan bahwa paragraf yang lengkap harus memiliki
isi yang memadai, yakni memiliki sejumlah rincian yang terpilih dengan patut sebagai
pendukung gagasan utama paragraf. Rincian terpilih yang dimaksud adalah rincian
yang cocok dengan pokok bahasan.
Selanjutnya, dalam Official Scoring Guide, Writing 2003—2004 (Oregon
Departement of Education) dikemukakan bahwa oraganisasi tulisan yang baik harus
berisi rincian yang diletakkan sesuai pada tempatnya. Artinya, rincian itu berada pada
paragraf yang berisi gagasan utama yang akan dikembangkan.
3.4.1.2 Keruntutan
Paragraf yang baik haruslah mempunyai susunan/urutan tertentu
(Hardjodipuro, 1982:15). Gagasan harus dikemukakan dalam urutan yang jelas.
Penyusunan urutan itu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu 1) urutan alamiah,
dan 2) urutan logis (Hayon, 2003:98—104). Urutan alamiah dibedakan atas (a)
urutan waktu, (b) urutan tempat, dan (c) urutan topik. Urutan logis dibedakan atas (a)
urutan sebab-akibat atau sebaliknya, (b) urutan klimaks-antiklimas atau sebaliknya,
(c) urutan umum-khusus atau sebaliknya, (d) urutan familiaritas, dan (e) urutan
akseptabilitas.
3.4.1.3 Kepaduan
Kepaduan berarti bahwa segala sesuatu yang dikemukakan dalam tulisan
harus berkisar pada satu gagasan utama. Segala pikiran yang disajikan harus
bergayutan dan relevan dengan gagasan utama (Widyamartaya,2003:38). Kepaduan
ini disebut juga kohesi dan koherensi. Kohesi adalah relasi antarbagian yang
dinyatakan secara struktural, sedangkan koherensi adalah relasi antarbagian secara
semantik (Purnomo, 2002:11). Kohesi dan koherensi sangat diperlukan baik dalam
paragraf (sebagai bagian dari wacana) maupun dalam wacana sebagai kesatuan bahasa
yang lengkap. Hayon (2003:108) menyatakan bahwa kepaduan harus terlihat juga
dalam hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lain.
Secara ringkas kriteria-kriteria kelengkapan, keruntutan, dan kepaduan
gagasan dalam paragraf dan antarparagraf dapat dilihat pada tabel-tabel 1 s.d. 6
berikut ini (Meirani,2005).
Tidak Lengkap Dalam satu paragraf tidak terdapat informasi khusus untuk
(TL) mendukung gagasan utama, atau dalam satu paragraf hanya ada
satu kalimat.
Keterangan:
a. Kalimat yang dimaksukan dalam kriteria ini hanya dilhat secara ortografis (yang
ditandai dengan huruf awal kapital dan diakhiri dengan tanda titik), bukan dilihat
secara struktur.
Tidak Runtut Gagasan disusun secara tidak runtut, atau terdapat lebih dari satu
(TR) loncatan logika.
Keterangan :
a. Urutan tertentu yang dimaksudkan dalam kriteria ini dapat berupa urutan alamiah
dan/atau urutan logis.
b. Loncatan logika yang dimaksudkan dalam kriteria ini adalah adanya gagasan yang
muncul secara tiba-tiba, terkait dengan gagasan sebelumnya.
Padu Dalam satu paragraf terdapat satu gagasan utama dengan sejumlah
(P) kalimat pendukung yang berhubungan secara semantik (koherensi)
dan/atau struktural (kohesi).
Tidak Padu Dalam satu paragraf terdapat satu atau lebih gagasan utama dengan
(TP) sejumlah kalimat pendukung yang tidak relevan. Atau,dalam satu
paragraf hanya ada stu kalimat.
Lengkap Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan sejumlah
(L) paragraf yang dapat memberikan informasi khusus yang lengkap
untuk mendukung topik wacana (tidak ada informasi penting yang
ditinggalkan).
Tidak Dalam sebuah wacana terdapat satu topik wacana dengan paragraf
Lengkap yang sedikit sekali memberikan informasi penting untuk
(TL) mendukung gagasan utama (ada beberapa informai penting yang
ditinggalkan).
Padu Paragraf satu dengan paragraf yang lain memiliki hubungan secara
(P) semantik dan/atau struktural untuk mendukung satu topik wacana.
Berikut ini adalah salah satu contoh analisis organisasi gagasan dalam paragraf.
Mesin pemotong keripik pisang ini digunakan untuk memotong keripik pisang dimana
industri pembuatan makanan ini banyak terdapat di propinsi lampung dan telah
menjadi ciri khas daerah tersebut. Namun dari pengamatan penulis selama ini, bahwa
pada proses pembuatan makanan tersebut masih di produksi secara manual.
Paragraf di atas termasuk paragraf yang kurang lengkap. Pada paragraf di atas dimuat
satu gagasan utama, yaitu proses pembuatan keripik pisang yang masih di produksi secara
manual. Dalam paragraf ini secara implisit termuat gagasan bahwa cara manual dianggap
kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata namun. Walaupun demikian,dalam
paragraf ini tidak dimuat gagasan pendukung yang mengungkapkan mengapa cara manual