Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA


(BPH) DI RUANG DAHLIA RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH:
Pipik
(2021-01-14901-052)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Pipik
Program Studi : Profesi Ners
Angkatan : IX (Sembilan)
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Medis
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Di Ruang Dahlia
Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh stase KDP Pada Progarm Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Suryagustina, Ners.,M.Kep Ria Asihai, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Medis Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH) Di Ruang Dahlia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menempuh stase
KDP Pada Progarm Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya. Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada
waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa data
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 15 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL Halaman


HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... i
HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit ............................................................................................... 3
2.1.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi ......................................................................................4
2.1.3 Etiologi ......................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi ..................................................................................................5
2.1.5 Patofisiologi ...................................................................................................... 6
2.1.6 Manifestasi Klinis ......................................................................................6
2.1.7 Komplikasi ........................................................................................................ 8
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................9
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .................................................................................... 9
3.1 Manajemen Asuhan Keperawatan ...................................................................10
3.1.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................10
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................12
3.1.3 Intervensi Keperawatan ...........................................................................12
3.1.4 Implementasi Keperawatan ..................................................................... 13
3.1.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 13
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ......................................................................................................21
3.2 Analisa Data ....................................................................................................34
3.3 Intervensi .........................................................................................................35
3.4 Prioritas Masalah ............................................................................................. 36
3.5 Implementasi dan Evaluasi .............................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BPH sampai sekarang masih menjadi penyakit sistem perkemihan urutan
kedua di Indonesa setelah ISK. Penyakit BPH ini merupakan penyakit yang
menyebabkan penekanan pada uretra menembus prostat sehingga berkemih
menjadi sulit, mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan urine
menetes (Corwin, 2009). Pada pasien BPH sering muncul keluhan nyeri,
pengeluaran urine tidak lancar, dan pembesaran prostat menunjukkan tanda
gejala BPH yang sering di keluhkan pasien. Gangguan-gangguan sistem lain
seperti saluran kemih yang terinfeksi karena kuman patogen berkembang
dalam kandung kemih disebabkan kembalinya urine dari kandung kemih ke
ginjal, hal tersebut terjadi karena pembengkakan kelenjar prostat atau BPH.
Ketidakmampuan melakukan pencegahan terjadinya pembesaran prostat
ketidakmampuan mengenal tanda gejala BPH mengakibatkan keparahan yang
mungkin terjadi (Barbara, 2010). Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah
cedera akut penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat
dengan ukuran intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung
untuk waktu singkat (Smletzer, 2009).
Jumlah kematian pasien BPH disebagian besar negara maju pada tahun
1980-an adalah 0,5 sampai 1.5/100.000, kematian akibat BPH jarang di Amerika
Serikat. Insidensi BPH di Amerika diperkirakan sekitar 34,4 / 1000 jiwa
pertahun. Di seluruh dunia, sekitar 30 juta pria memiliki gejala yang
berhubungan dengan BPH (Deters, 2013). Angka kejadian BPH di Indonesia
yang pasti belum pernah diteliti, tetapi sebagai gambaran di dua rumah sakit
besar di Jakarta dan Sumberwaras selama 3 tahun (1994-1997) terdapat 1040
kasus (Rahardjo, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan masalah keperawatan
yang lazim muncul dari Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum : Memahami pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis dan masalah
keperawatan yang lazim muncul dari Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada pasien dengan Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH).
1.3.2.2 Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH).
1.3.2.3 Menetapkan intervensi keperawatan pada pasien dengan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH).
1.3.2.4 Menetapkan implementasi keperawatan pada pasien dengan Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH).
1.3.2.5 Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH).

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
1.4.1.1 Penulis mampu memahami konsep dasar pada Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH)
1.4.1.2 Penulis mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan secara nyata
berkesinambungan mulai dari pengkajian sampai evaluasi
1.4.1.3 Memberikan pengalaman yang nyata pada penulis tentang gambaran
keprofesiannya di lapangan
1.4.2 Manfaat Bagi Instansi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Instansi Perguruan Tinggi mampu menjalin kerjasama dengan Instansi
Rumah Sakit
1.4.2.2 Mendapatkan informasi mengenai gambaran pelayanan keperawatan,
sensus penyakit, kasus terbanyak, perkembangan IT, dan lain-lain di
Rumah Sakit terkait.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peyakit


2.1.1 Definisi BPH (Benigna Prostate Hyperplasia)
BPH adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011). BPH adalah
pembesaran kelenjar prostat nonkanker (Corwin, 2009). BPH adalah penyakit
yang disebabkan oleh penuaan (Price&Wilson, 2005).
BPH adalah pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa
hiperplasia kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi yang
dominan adalah hyperplasia (Sabiston, David C,2005).

2.1.2 Anatomi fisiologi


2.1.2.1 Anatomi
Kelenjar prostat merupakan bangunan yang pipih, kerucut dan berorientasi
di bidang koronal. Apeksnya menuju ke bawah dan terletak tepat diatas fasia
profunda dari diafragma urogenital. Permukaan anteriior mengarah pada simfisis
dan dipisahkan jaringan lemak serta vena periprostatika. Pita fibromuskuler
anterior memisahkan jaringan prostat dari ruang preprostatika dan permukaan
posteriornya dipisahkan dari rektum oleh lapisan ganda fasia denonvilliers.
Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20-25 gram dengan
ukuran rata-rata : panjang 3,4 cm, lebar 4,4 cm, tebal 2,6 cm. Secara embriologis
terdiri dari 5 lobus yaitu lobus medius 1 buah, lobus anterior 1 buah, lobus
posterior 1 buah, lobus lateral 2 buah. Prostat dikelilingi kapsul yang kurang lebih
berdiameter 1 mm terdiri dan serabut fibromuskular yang merupakan tempat
perlekatan ligamentum pubovesikalis. Beberapa ahli membagi prostat menjadi 5
lobus : lobus anterior, medial, posterior, dan 2 lobus lateral yang mengelilingi
uretra.
Kelenjar prostat merupakan organ yang kompleks yang terdiri dari
jaringan glandular dan non glandular, glandular terbagi menjaadi 3 zona besar:
sentral (menempati 25 %), perifeal (menempati 70 %), dan transisional
(menempati 5%). Perbedaan zona-zona ini penting secara klinis karena zona
perifeal sangat sering sebagai tempat asal keganasan, dan zona transisional
sebagai tempat asal benigna prostat hiperplasia.

Gambar: Pembesaran Prostat

Uretra dan verumontanium dapat dipakai sebagai patokan untuk prostat.


Bagian proksimal uretra membentang melalui 1/3 bagian depan prostat dan
bersinggungan dengan kelenjar periutheral dan sfingter preprostatik. Pada tingkat
veromontanium, urethra membentuk sudut anterior 350 dan urethra pars prostatika
distal bersinggung dengan zona perifal. Volume zona sentral adalah yang terbesar
pada individu muda, tapi dengan bertambahnya usia zona ini atrofi secara
progresif. Sebaliknya zona transisional membesar dengan membentuk benigna
prostat hiperplasia.
Mc. Neal Melakukan analisa komparatif tentang zona prostat melalui
potongan sagital, koronal dan koronal obliq yaitu :
1 Stroma fibromuskular anterior
Merupakan lembaran tebal yang menutupi seluruh permukaan anterior
prostat. Lembaran ini merupakan kelanjutan dari lembaran otot polos
disekitar urethra proksial pada leher buli, dimana lembaran ini bergabung
dengan spinkter interna dan otot detrusor dari tempat dimana dia berasal.
Dekat apeks otot polos ini bergabung dengan striata yang mempunyai
peranan sebagai spinkter eksterna.
2 Zona perifer
Merupakan bagian terbesar dari prostat. Zona ini terdiri atas 65-67 %
dari seluruh jaringan prostat. Hampir semua karsinoma berasal dari zona
ini.
3 Zona Sentral
Zona sentral mengelingi ductus ejakularis secra penuh diatas dan
dibelakang verumontanium. Mc. Neal membedakan zona ini sentral dan
zona perifer berdasarkan arsitektur sel dan sitologinya.
4 Zona transisional
Merupakan sekelompok kecil ductus yang berasal dari suatu titik
pertemuan urethra proksimal dan distal. Besarnya 5 % dari seluruh massa
prostat. Pada zona ini asiner banyak mengalami proliferasi dibandingkan
ductus periurethra lainnya.

2.1.3 Penyebab
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum
diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada
hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah
proses penuaan (Purnomo, 2007). Ada beberapa factor kemungkinan penyebab
antara lain :
1 Dihydrotestosteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
2 Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron
3 Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan
penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
4 Interaksi stroma – epitel
5 Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan
penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi
stroma dan epitel.
6 Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat.
7 Teori sel stem
Menerangkan bahwa terjadinya poliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi
berlebihan (Basuki B Purnomo,2008).

2.1.4 Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubaha
patologi anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan. Perubahan hormonal
menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal dan elemen glandular pada
prostat.Teori-teori tentang terjadinya BPH :
1 Teori Dehidrosteron (DHT)
Aksis hipofisis testis dan reduksi testosteron menjadi dehidrosteron
(DHT) dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi DHT ke dalam
inti sel yang menyebabkan inskripsi pada RNA sehingga menyebabkan
terjadinya sintesa protein (Mitchell, 2009).
2 Teori hormone
Pada orang tua bagian tengah kelenjar prostat mengalami hiperplasia
yamg disebabkan oleh sekresi androgen yang berkurang, estrogen bertambah
relatif atau absolut. Estrogen berperan pada kemunculan dan perkembangan
hiperplasi prostat.
3 Faktor interaksi stroma dan epitel
Hal ini banyak dipengaruhi oleh Growth factor. Basic fibroblast
growth factor (B-FGF) dapat menstimulasi sel stroma dan ditemukan dengan
konsentrasi yang lebih besar pada pasien dengan pembesaran prostat
jinak. Proses reduksi ini difasilitasi oleh enzim 5 areduktase. B- FGF dapat
dicetuskan oleh mikrotrauma karena miksi, ejakulasi dan infeksi.
4 Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan
mesenkim sinus urogenital untuk berploriferasi dan membentuk jaringan
prostat
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi urin pada leher buli-buli
dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut
fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka detrusor menjadi lelah dan
akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi
sehingga terjadi retensi urin yang selanjutnya dapat menyebabkan
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :
1) Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah
gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh
edema yang terjadi pada prostat yang membesar.
2) Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena
detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi
uretra.
3) Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak dapat
mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling dan
rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang
banyak dalam buli-buli.
4) Nocturia (miksi pada malam hari) dan frekuensi terjadi karena
pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar
miksi lebih pendek
5) Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan
normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang
selama tidur.
6) Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada
saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.
7) Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya
penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik
melebihi tekanan spingter.
8) 8) Hematuri biasanya disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
submukosa pada prostat yang membesar.
9) Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau
uretra prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau
retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal
(hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.
10) Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian
urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk
organisme infektif.
11) Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu endapan dalam buli-
buli, batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri.
Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks
dapat terjadi pielonefritis.
12) Pada waktu miksi pasien harus mengedan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia dan hemoroid.
Sel stroma Sel yang mati
pertumbuhan berkurang
terpacu

BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA

B1 Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bladder B5 Bowel B6 Bone


Penyempitan
Ekspensi paru tidak Aliran balik vena Distensi kandung uretra Penekanan Tekanan intravesika Terjadi kompresi
maksimal berkurang kemih, iritasi mukosa, pada blader yang meningkat utera
obstruksi
Otot detrusor
Frekuensi napas Beban kerja terkomperisasi Merangsanng Lambung dan uluh Penekanan serabut
tidak teratur jantung meningkat Merangsang respon untuk berkemih hati tertekan serabut syaraf
nyeri di sistem syaraf
perkemihan Kandung kemih
Pola napas tidak Aritmia, bradikardia, menebal Sering berkemih Mual muntah dan Nyeri
efekti perubahan saat malam hari rasa tidak nyaman
EKG,palpitasi, tak Rasa nyeri pada Otot detrusor pada epigastric
kardia Intoleransi
waktu berkemih gagal berkontraksi Aktivitas
Gangguan
dengan cukup
eliminasi urin Defisit nutrisi
kuat
Penurunan curah Nyeri
jantung
Kontraksi
terputus-putus

Sukar berkemih, setelah


berkemih terasa masih
Urin bertambah dalam
Resiko Infeksi ada sisa, palpasi
kandung kemih
kandung kemih masih
terasa penuh
2.1.5 Manifestasi Klinis
Walaupun hyperplasi prostat selalu terjadi pada orangtua, tetapi tidak
selalu disertai gejala-gejala klinik.
Gejala klinik terjadi terjadi oleh karena 2 hal, yaitu :
1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan berkemih.
2. Retensi air kemih dalam kandung kemih yang menyebabkan dilatasi
kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis.
Gejala klinik dapat berupa :
1) Frekuensi berkemih bertambah
2) Berkemih pada malam hari.
3) Kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan
berkemih.
4) Air kemih masih tetap menetes setelah selesai
berkemih.
5) Rasa nyeri pada waktu berkemih.
6) Kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui,
penderita sama sekali tidak dapat berkemih
sehingga harus dikeluarkan dengan kateter.
Selain gejala-gejala di atas oleh karena air kemih selalu terasa dalam
kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan selanjutnya kerusakan
ginjal yaitu hydroneprosis, pyelonefritis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut
sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1 Gejala Obstruktif yaitu :
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli
memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal
guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan
intra vesika sampai berakhirnya miksi.
3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2 Gejala Iritasi yaitu :
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi
pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Urinalisa.
Analisis urin dan mikroskopik urin penting untuk melihat adanya sel
leukosit, sedimen, eritrosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat hematuri
harus diperhitungkan adanya etiologi lain seperti keganasan pada saluran
kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat
menyebabkan hematuri. Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan prostate spesific antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar
penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai
PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml,
dihitung. Prostate specific antigen density (PSAD) yaitu PSA serum
dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15, sebaiknya dilakukan
biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml (Sjamsuhidajat,
2005).
2. Pemeriksaan darah lengkap
Karena perdarahan merupakan komplikasi utama pasca operatif maka
semua defek pembekuan harus diatasi. Komplikasi jantung dan
pernafasan biasanya menyertai penderita BPH karena usianya yang sudah
tinggi maka fungsi jantung dan pernafasan harus dikaji.Pemeriksaan
darah mencakup Hb, leukosit, eritrosit, hitung jenis leukosit, CT, BT
golongan darah, Hmt, trombosit, BUN, kreatinin serum (Sjamsuhidajat,
2005)
3. Pemeriksaan radiologis
Biasanya dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, USG, dan
sitoskopi. Tujuan pencitraan untuk memperkirakan volume BPH,
derajat disfungsi buli, dan volume residu urin.Dari foto polos dapat
dilihat adanya batu pada traktus urinarius, pembesaran ginjal atau buli-
buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai tanda metastase dari
keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan ginjal. Dari
pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,
hidronefrosis dan hidroureter, gambaran ureter berbelok-belok di vesika
urinaria, residu urin. Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin dan batu ginjal
(Sjamsuhidajat, 2005).
BNO /IVP untuk menilai apakah ada pembesaran dari ginjal apakah
terlihat bayangan radioopak daerah traktus urinarius. IVP untuk melihat /
mengetahui fungsi ginjal apakah ada heronefrosis. Dengan IVP buli-buli dapat
dilihat sebelum, sementara dan sesudah isinya dikencingkan. Sebelum kencing
adalah untuk melihat adanya tumor, divertikel. Selagi kencing (viding cystografi)
adalah untuk melihat adanya refluks urin. Sesudah kencing adalah untuk
menilai residual urin (Sjamsuhidajat, 2005).

2.1.7 Penatalaksanaan
1 Modalitas terapi BPH :
1) Observasi yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan
kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien.
2) Medikamentosa : terapi ini diindikasikan pada BPH dengan
Keluhan ringan, sedang, sedang dan berat tanpa disertai penyulit.
Obat yang digunakan berasal dari phitoterapi, gelombang alfa
blocker dan golongan supresor androgen.
2 Indikasi pembedahan pada BPH :
1) Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin
akut (100 ml).
2) Klien dengan residual urin yaitu urine masih tersisa di kandung
kemih setelah klien buang air kecil > 100 Ml.
3 Klien dengan penyulit yaitu klien dengan gangguan sistem perkemihan
seperti retensi urine atau oliguria.
4 Terapi medikamentosa tidak berhasil.
5 Flowcytometri menunjukkan pola obstruktif.

2.2 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengakajian Keperawatan
Menurut Dongoes (2007), Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan
gangguan sistem perkemihan yang berhubungan dengan BPH dalam riwayat
keperawatan harus ditemukan :
1 Identitas pasien.
2 Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang lalu,
berhubungan dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang.
1) Riwayat kesehatan keluarga.
2) Riwayat kesehatan sekarang.
3 Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubungan
dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini :
1) Bagaimana pola/frekuensi berkemih : poliuri, oliguri, BAK keluar sedikit-
sedikit tetapi sering, nokturia, urine keluar secara menetes, incontinentia
urin.
2) Adakah kelainan waktu bak seperti : disuria, ada rasa panas, hematuria,
dan lithuri.
3) Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau secara umum :
1) Apakah penyakit timbul setelah adanya penyakit yang lain.
2) Apakah terdapat mual dan muntah.
3) Apakah tedapat edema.
4) Bagaimana keadaan urinenya (volume, warna, bau, berat jenis, jumlah
urine dalam 24 jam).
5) Adakah sekret atau darah yang keluar.
6) Adakah hambatan seksual.
7) Apakah ada rasa nyeri (lokasi, identitas, saat timbulnya nyeri)
4 Data fisik :
1) Inspeksi : Secara umum dan secara khusus pada daerah genetalia.
(warna, edema)
2) Palpasi : Pada daerah abdomen, buli-buli (kandung kemih), lipat paha
3) Auskultasi : Daerah abdomen.
4) Perkusi : Daerah abdomen, ginjal.
5 Data psikologis :
1) Keluhan dan reaksi pasien terhadap penyakit.
2) Tingkat adaptasi pasien terhadap penyakit.
3) Persepsi pasien terhadap penyakit.
6 Data sosial, budaya, spritual :
Hubungan dengan orang lain, kepercayaan yang dianut dan keaktifannya,
kegiatan dan kebutuhan sehari-hari :
1) Nutrisi (kebiasaan makan, jenis makanan, makanan pantang, kebiasaan
minum, jenis minuman).
2) Eliminasi bak dan bak (konsistensi, frekuensi, warna, bau, dan jumlah
3) Olahraga (jenis, teratur atau tidak).
4) Istirahat/tidur (waktu, lamanya)
5) Personal Hygiene.
6) Ketergantungan.
7 Data khusus meliputi :
1) Hasil-hasil pemeriksaan diagnostik.
2) Program medis (pengobatan, tindakan medis)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Frekuensi napas tidak
teratur
2. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan ketidakadekuatan jantung
memompa darah untuk memenuhi metabolisme tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan rasa nyeri pada waktu berkemih
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan Merangsanng untuk
berkemih
5. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée mikroorganisme
melalui kateterisasi, dan jaringan terbuka.
6. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Mual muntah dan rasa tidak nyaman
pada epigastric
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Pola Nafas Tidak SLKI L.01004 Hal 95 SIKI Hal 186
Efektif
Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas
keperawatan selama 1 x 4 (frekuensi,irama,kedalaman,danupayanafa
jam diharapkan masalah s)
teratasi dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas tambahan
hasil: (mis.Gurgling,mengi, wheezing, ronkhi
1. Penggunaan otot kering)
bantu napas 5 3. Posisikan semi fowler
(menurun) 4. Berikan oksigen, jikaperlu
2. Prekuensi napas 5 5. Kolaborasi pemberian
(membaik) bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
3. Kedalaman napas jikaperlu
5 (membaik)
4. Ekskursi dada 5
(membaik)
2 Penurunan Curah SLKI L.02008 hal 20 SIKI Hal 317
Jantung
Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan
keperawatan selama 1 x 4 curah jantung (meliputi dyspnea,
jam, diharapkan kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
diharapkan Keadekuatan sydpnea, peningkatan CVP).
jatung memopa darah 2. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan
untuk memenuhi darah ortostatik, jika perlu
kebutuhan metabolisme 3. Monitor intake dan output cairan
tubuh 4. Monitor saturasi oksigen
Kriteria hasil : 5. Monitor EKG 12 sadapan
1. Palpitasi menurun (5) 6. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi
2. Takikardia menurun sebelum dan sesudah aktivitas
(5) 7. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler
3. Pucat sianosis dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
menurun (5) 8. Berikan diet jantung yang sesuai
4. Tekanan darah (mis.batasi asupan kafein, natrium,
membaik (5) kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
5. CRT membaik (5) 9. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur
intake dan output caira harian
10. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika
perlu
Rujukan ke program rehabilitasi jantung
3 Nyeri akut SLKI L.08066 hal 145 SIKI Hal 201

Setelah dilakukan 1 Identifikasi sekala nyeri.


tindakan keperawatan 2 Identifikasi respon nyeri non verbal
selama 1x4 jam nyeri 3 Identifikasi faktor yang memperberat dan
klien teratasi dengan memperingan nyeri
criteria hasil : 4 Fasilitasi Istirahat dan tidur
1. Keluhan nyeri 5 5 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
(Menurun) dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
2. Meringis 5 6 Jelaskan penyebab, preriode, dan pemicu
(Menurun) nyeri
3. TTV 5 (Membaik) 7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Prilaku 5 8 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(Membaik)

4 Gangguan Gangguan Eliminasi Dukungan perawatan diri : BAK


Urin SLKI L.040334 (SIKI I.11349 Hal. 37)
eliminasi urin
Hal 24 1. Identifkasi kebiasaan BAK sesuai usia
2. Buka pakaian yang diperlukan untuk
Setelah dilakukan
memudahkan eliminasi
tindakan keperawatan 3. Jaga privasi selama eliminasi
selama 1x4 jam 4. Ganti pakaian setelah eliminasi
diharapkan dengan 5. Sediakan alat bantu (mis kateter
dengan criteria hasil : eksternal, urinal)
1. Sensasi berkemih 6. Anjuurkan BAK secara rutin
(sedang 3)
2. Desakan
berkemih (cukup
menurun 4)
3. Distensi kandung
kemih (cukup
menurun 4)
4. Berkemih tidak
puas (cukup
menurun 4)
5. Frekuensi BAK
(cukup membaik
4)

5 Resiko infeksi SLKI L.14137 hal 139 SIKI Hal. 278

Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan


tindakan keperawatan sistemiik
selama 1x4 jam 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
diharapkan dengan dengan pasien dan lingkungan
criteria hasil : 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
1. Kebersihan tangan 5 berisiko tinggi
(Meningkat) 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Kebersihan badan 5 5. Ajarkan mencuci tangan dengan benar
(Meningkat)
3. Kemerahan 5
(Menurun)
4. Bengkak 5
(Menurun)
5. Kadar sel darah
putih 5 (Membaik)

6 Defisit Nutrisi SLKI : L.03030 hal 121 SIKI Hal. 200

Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi


tindakan keperawatan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
selama 1x4 jam nutrisi 3. Identifikasi makanan yang disukai
klien terpenuhi dengan 4. Lakukan oral hyine sebelum makan, jika
criteria hasil : perlu
1. Porsi makan yang 5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
dihabiskan meningkat 6. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(5) 7. Ajarkan diet yang diprogramkan
2. Kekuatan otot 8. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
mengunyah meningkat makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
(5) perluIdentifikasi status nutrisi
3. Kekuatan otot menelan
meningkat (5)
4. Keinginan untuk
meningkatkan nutrisi
meningkat (5)
5. Pengetahuan tentang
pilihan makanan dan
minuman yang sehat
meningkat (5)
6. BB membaik (5)
7. IMT membaik (5)
8. Frekuensi makan
membaik (5)
9. Nafsu makan membaik
(5)

7 Intoleransi SLKI I.05047 Hal.140 Manajemen Energi (SIKI I. 05178 Hal 176)
aktivitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
tindakan keperawatan mengakibatkan kelelahan
selama 1x4 jam 2. Monitor kelelahan fisik dan emosionalnya
diharapkan kelemahan 3. Monitor lokasi dan ketidak nyamanan
klien dapat berkurang selama melakukan aktivitas
kriteria hasil: 4. Lakukan latihan rentang gerak positif /
1. Melakukan aktivitas aktif
tanpa dibantu 5. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
keluarga tidak dapat berpindah atau berjalan
2. Melakukan aktivitas 6. Anjurkan melakukan aktivitas secara
secara mandiri bertahap
7. anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
8. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

2.2.4 Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksananakan: melaksanakan intervensi/aktivitas yang telagh
ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan
aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian
bila perawtan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedian
perawatan lainnya.kemudian dengan menggunakan data dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya.
2.2.5 Evaluasi keperawatan
evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus menerus, aktifitas
yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga kesehatan
professional lainnya menentukan :
1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
2. Ke efektifan dari rencana asuhan keperawatan
2.3 KONSEP KEBUTUHAN DASAR KEBUTUHAN ELIMENASI URIN

2.3.1 Konsep Dasar


Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi
adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
bowel (feses).Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses
makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri,
2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.

2.3.2 Anatomi Dan fisiologi

1. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua.panjangnya
12,5cm dan tebalnya 2,5cm.Beratnya kurang lebih 125 sampai 175gram pada laki-
laki dan 115 sampai 155gram pada wanita.
Ginjal terletak pada bagian belakang rongga abdomen bagian atas setinggi
vertebra thorakal 11 dan 12.Ginjal dilindungi oleh otot-otot abdomen.jaringan
lemak atau kapsul adipose.
Satu ginjal mengandung 1 sampai 4 juta nefron yang merupakan unit
pembentukan urine.Filtrasi terjadi di glomerulus yang merupakan gulungan
kapiler dan di kelilingi kapsul epitel berdinding ganda yang disebut kapsul
Bowman.Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari
kapiler glomerular.Glomerular Filtrasi Rate (GFR) adalah jumlah filtrat yang
terbentuk per menit dari semua nefron pada kedua ginjal.Rata-rata GFR normal
pada orang dewasa adalah 125ml per menit atau 180 liter per 24 jam.Kira-kira
darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output.Dalam glomerulus ginjal
difiltrasi air dan zat-zat lain seperti glukosa,asam amino,urea,kreatinin,dan
elektrolit.Glomerulus akan memfiltrasi sebagian urine,tetapi sebagian zat seperti
glukosa,asam amino,uric acid,sodium dan potassium kembali ke plasma.Pada
orang dewasa normal pengeluaran urine antara 1,2 sampai 1,5 liter per hari
selebihnya hasil filtrasi diabsobsi kembali yang menjadi fungsi dari tubulus ginjal
diantaranya adalah air,elektrolit,glukosa.Sedangkan jumlah produksi urine
tergantung dari faktor sirkulasi.cairan yang masuk,penyakit metabolic seperti
diabetes,penyakit outoimun seperti glomeruionefritis,penggunaan obat-obatan
deuretik.jika pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan gagal ginjal.
Ginjal menghasilkan hormone eritropoitin yang berfungsi merangsang
eritripoitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada sumsum
tulang.Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah
(hypoksia)pada ginjal.ginjal juga menghasilkan hormone rennin yang berfungsi
pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadi ischemia.Renin di hasilkan pada sel
juxtagiomerulus pada apparatus juxtagiomerulus di nephron.Renin berfungsi
sebagai enzim yang berfungsi mengubah agiotensinogen (dihasilkan di hati)
menjadi angiotensin 1 yang kemudian di ubah di paru-paru menjadi angiotensin
11 dan angiotensin 111.angiotensin 11 berefek pada vasokontriksi dan
menstimulus aldosteron untuk menahan/meretensi air dan meningkatkan volume
darah.
2 Fungsi Utama Ginjal
1. Mengeluarkan sisa nitrogen,toksin,ion,dan obat-obatan.
2. Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh
3. Mempertahankan keseimbangan antara air dan garam-garam serta asam
dan basa.
4. Menghasilkan renin,enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.
5. Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstimulasi pembentukan sel-sel
darah merah disumsum tulang.
6. Membantu dalam pembentukan vitamin D.
3 Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu ke
bladder melalui ureter.panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai 30cm
dengan diameter 4 sampai 6mm.Setelah meninggalkan ginjal,ureter berjalan ke
bawah dibelakang peritoneum ke dinding bagian belakang kandung kemih.
Lapisan tengah ureter terdiri atas otot-otot yang distimulasi oleh tranmisi implus
elektrik berasal dari saraf otonom.Akibat gerakan peristaltic ureter maka urine di
dorong ke kandung kemih.
4 Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine.Terletak di dasar
panggul pada daerah retroperitoneal dan terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus
atau body yang merupakan otot lingkar,tersusun dari otot detrusor dan bagian
leher kandung kemih terdapat spinter interna.Spinter ini di control oleh system
saraf otonom.kandung kemih dapat menampung 300 sam,pai 400 ml urine.
5. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari
tubuh.Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter
eksterna yang dapat terkontrol oleh kesadaran kita.
Panjang uretra wanita lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pria
panjangnya 20cm.Sehingga pada wanita berisiko terjadinya infeksi saluran
kemih.Bagian paling luar uretra disebut meatus urinaria.Pada wanita meatus
urinaria terletak antara labia minora,di bawah klitoris dan diatas vagina.
6 Proses pembentukan urine
Pembentukan urine melalui tiga proses penting yaitu filtrasi, reabsorbsi
dan sekresi yang berlangsung pada nefron.
1) Filtrasi
Kira kira 25% dari jumlah keseluruhan darah yang dipompakan dari
ventrikel kiri pada setiap siklus jantung dialirkan ke ginjal melalui arteri renalis
untuk proses filtrasi. Proses filtrasi terjadi pada glomerulus. Semua plasma darah
dan komponen lainnya difiltrasi kecuali molekul yang berukuran besar seperti
protein dan sel darah.
2) Reabsorbsi dan sekresi
Cairan yang telah difiltrasi kemudian mengalir ke tubulus renalis. Bahan
bahan yang diperlukan oleh tubuh diserap kembali sehingga yang tersisa adalah
bahan bahan yang tidak diperlukan oleh tubuh. Sel sel tubulus proksimal
menyekresi urea, kreatinin, hydrogen, dan ammonia kedalam urine (filtrate). Pada
ansa henle, filtrate (urine) menjadi lebih tinggi konsentrasinya. Selanjutnya, urine
dibuang melalui uretra dengan produksi urine sekitar 1 – 2 cc/kgBB.
7 Refjek Miksi
Proses pembuangan urine disebut proses miksi. Proses miksi dimulai dari
adanya distensi vesika urinaria oleh urine yang merangsang stretch receptors yang
terdapat pada dinding vesika urinaria. Jumlah urine sebanyak 250cc sudah cukup
untuk memberikan rangsangan tersebut. Kandung kemih dipersarafi oleh saraf
sacral 2 (s-2) dan sacral 3 (s-3).Pusat miksi mengirimkan sinyal kepada otot
kandung kemih relaksasi dan spinter eksterna yang di bawah control kesadaran
akan berperan.Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda.Pada saat miksi otot
abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.Biasanya
tidak lebih dari dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut
dengan urine residu.
8 Pola Eliminasi Urine Normal
Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu,biasanya miksi
satelah bekerja,makan atau bangun tidur.Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5
kali.
9 Karakteristik Urine Normal
Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen
urochrome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan,keadaan
dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan.penggunaan obat-
obat tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah
menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normaladalah bau khas amoniak yang merupakan hasil
pemecahan urea oleh bakteri.Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau
urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia,intake cairan,dan
ststus kesehatan.Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau
150 sampai 600 ml per sekali miksi.
9 Volume urine
Volume urine menentukan beberapa jumlah urine yang di keluarkan dalam
waktu 24 jam.Berdasarkan usia,volume urine normal dapat di tentukan sebagai
berikut:
1) Usia 1-2 hari : 15-60 ml/hari
2) Usia 3-10 hari : 100-300 ml/hari
3) Usia 10-12 bulan : 250-400 ml/hari
4) Usia 12 Bln-1 Th : 400-500 ml/hari
5) Usia 1-3 Tahun : 500-600 ml/hari
6) Usia 3-5 Tahun : 600-700 ml/hari
7) Usia 5-8 Tahun : 700-1000 ml/hari
8) Usia 8-14 Tahun : 800-1400 ml/hari
9) Usia 14 Th- Dwsa : 1500 ml/hari
10) Dewasa tua : <1500 ml/hari
10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1) Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang mempengaruhi output
urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah urine yang terbentuk.
Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkatkan
pembuangan urine. Kopi, the, coklat, cola (mengandung kafein) dapat
meningkatkan pembuangan dan eksresi urine.
2) Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga mempengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
3) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi.
Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4) Stress Psikologi
Meningkatkan stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal
ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yang diproduksi.
5) Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi spingter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun.
6) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan
dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan bertambahnya usia.
7) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti diabetes
mellitus. Pada pasien demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan dan iritasi organ
kemih menimbulkan retensi urine.
8) Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine seperti
adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang buang air kecil di tempat
tertentu.
9) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya mengalami
kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pot urine bila dalam keadaan
sakit.
10) Tonus Otot
Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih adalah
otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.
11) Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari
pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
12) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Missal obat diuretik
13) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic ini juga mempengaruhi kebutuhan eliminasi urine
khususnya prosedur prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saliran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP). Pemeriksaan ini dapat
membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine.
11 Masalah-masalah Eliminasi Urine
1. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan bladder untuk
mengosongkan kandung kemih.Penyebeb distensi bladder adalah urine yang
terdapat dalam bladder melebihi 400 ml.Normalnya adalah 250-400 ml.
Tanda-tanda Klinis pada retensi:
1) Ketidaknyaman daerah pubis
2) Distensi vesika urinaria
3) Ketidaksanggupan untuk berkemih
4) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
5) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
6) Meningkat keresaha dan keinginan berkemih
7) Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab:
1) Operasi pada daerah abdomen bawah,pelvis vesika urinaria.
2) Trauma sumsum tulang belakang.
3) Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah.
4) Sfingter yang kuat.
5) Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kalenjer prostate).
2. Inkotinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine.Inkotinensia terdiri atas:
1. Inkotinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa
sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan:
1) Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
2) Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab
1) Penurunan kapasitas kandung kemih
2) Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang menyebabkan
sepasme
3) Minum alkohol atau caffein
4) Peningkatan cairan
5) Peningkatan konsentrasi urine
6) Distensi kandung kemih yang berlebihan
2 Inkontinensia total:
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
1) Dispungsi neurologis
2) Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
3) Trauma atau penyakiy yang mempengaruhi syaraf medula spinalis
4) Fistula
5) Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total:
1) Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
2) Tidak ada distensi kandung kemih
3) Nocturia
4) Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
3 inkontinensia stres:
merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine kurang
dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab:
1) perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan.
2) Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
3) Distensi kandung kemih
4) Otot pelfis dan struktur penunjang lemah
Tanda-tanda inkontensia setres:
1) Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
2) Adanya dorongan berkemih
3) Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
4 Inkotinensia Refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang
tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab:
1) Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda Inkontinensia refleks:
1) Tidak ada dorongan berkemih.
2) Merasa bahwa kandung kemih penuh.
3) Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada interval
teratur.
5 Inkontinensial fugsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine secara
tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab:
1) Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)
Tanda-tanda inkontinensial fungsional:
1) Adanya dorongan untuk berkemih
2) Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
6 Enuresis
Merupakan ketidak sangupan menahan kemih(menggompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol spingter.
Faktor penyebab enuresis.
1) Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.
2) Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui,yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk ke kamar mandi.
3) Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung
urine dalam jumlah besar.
4) Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orang tua).
5) Orang tua yang mempumyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaanya tanpa di Bantu untuk mendidiknya.
6) Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologist system
perkrmihan.
7) Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral,atau Makanan
pemedas.
8) Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar mandi.
12 Ureterrotomi
Adalah tindakan operasi dengan jalan membuat stoma pada dinding perut
untuk drainase urine.
13 Perubahan Pola Berkemih
1. rekuensi
2. Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat,biasanya terjadi pada cystitis,stress,dan wanita hamil.
3. Urgency
4. Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak
karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
5. Dysuria
6. Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran
berkemih,trauma,dan striktur uretra.
7. Polyuria (Diuresis)
8. Produksi urine melebihi normal,tanpa peningkatan intake cairan misalnya
pada pasien DM.
9. Urinary suppression
10. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine secara tiba-tiba.Anuria
(urine kurang dari 100 ml/24 jam),olyguria (urine berkisar 100-300 ml/24
jam).
2.3.4 Patofisiologi

Tumor/neoplasma Pembesaran pada uterus


Proses Infeksi pada di sekitar ureter pada saat kehamilan
infeksi uretra atau uretra

Kompresi pada
Metabolisme peradangan
Kompresi pada saluran kemih
meningkat
ureter/uretra
Terbentuknya
Panas/demam jaringan perut

HIPERTERMI
Urine yang
Obstruksi keluar sedikit GANGGUAN
Obstruksi akut sebagian atau karena ada ELIMINASI
total aliran penyempitan URINE
ureter/uretra
Kolik renalis/nyeri
pinggang Urine
mengalir balik Kegagalan ginjal
lambung
untuk membuang
NYERI AKUT/NYERI
limbah metabolik
KRONIS hidroureter
Ureum
bertemu
Peningkatan
Urine reflak ke dengan
ureum dalam
pelvis ginjal HCL
darah

Penekanan Mual
Bersifat
pada medulla muntah
racun dalam
ginjal/pada sel tubuh
sel ginjal
DEFISIT
System NUTRISI
Gangguan pencernaan
fungsi ginjal

Kerusakan
sel-sel ginjal

Gagal Ginjal
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
1) Pola berkemih
2) Gejala dari perubahan berkemih
3) Faktor yang mempengaruhi berkemih.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Abdomen
Pembesaran,pelebaran pembuluh darah vena,distensi bladder,pembesaran
ginjal,nyeri tekan,tenderness,bising usus.
2) Genetalia wanita
Inflamasi nodul,iesi,adanya secret dari meatus,keadaan atropi jaringan vagina
3) Genetalia laki-lakli
Kebersihan,adanya lesi,tenderness,adanya pembesaran skortum.
3. Intake dan output cairan
1) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
2) Kebiasaan minum di rumah
3) Intake cairan infuse,oral,Makanan,NGT.
4) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidak seimbangan
cairan.
5) Output urine dari urinal,cateter bag,drainage ureterostomy,sistostomi.
6) Karakteristik urine,warna,kejernihan,bau,kepekatan.
4. pemeriksaan diagnostic
1) Pemeriksaan urine (urinalisis):
1) warna (N:jernih kekuningan)
2) Penampilan (N:jernih)
3) Bau (N:beraroma)
4) pH (N:1,005-1,030)
5) Glukosa (N:negative)
6) Keton (N:negative)
2) Kultur urine (N:kuman pathogen negative)
2.5 Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1. Hipertermi berhubungan dengan
2. Nyeri akut berhubungan dengan
3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan
4. Deficit nutrisi berhubungan dengan
2.6 Intervenes keperawatan
NO DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Hipertermi SLKI L.14134 Hal.129 SIKI L. 15506 Hal 181
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan selama 1x4 jam hipertermi (mis.
diharapkan masalah teratasi Dehidrasi, terpapar
dengan kriteria hasil: lingkungan panas)
1. Menggigil (cukup 2. Monitor suhu tubuh
menurun 4) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Pucat (cukup menurun 4) 4. Monitor komplikasi akibat
3. Suhu tubuh (cukup hipertermi
membaiik 4) 5. Sediakan lingkungan
4. Suhu kulit (cukup dingin
membaiik 4) 6. Longgarkan pakaian atau
5. Tekanan darah (cukup lepas pakaian
membaiik 4) 7. Basahi dan kipas
permukaan tubuh
8. Berikan cairan oral
9. Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
10. Berikan oksigen jika perlu
11. Anjurkan tirah baring
12. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perli
2 Nyeri akut Manajemen nyeri (SIKI I.
Tingkat Nyeri L.08066 Hal 145 08238 Hal 201)
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi sekala nyeri.
keperawatan selama 1x4 jam 2. Identifikasi respon nyeri
nyeri klien teratasi dengan non verbal
criteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri 4 (cukup memperberat dan
menurun) memperingan nyeri
2. Meringis 4 (cukup menurun) 4. Fasilitasi Istirahat dan tidur
3. Sikap protektif 4 (cukup 5. Pertimbangkan jenis dan
menurun) sumber nyeri dalam
4. Gelisah 4 (cukup menurun) pemilihan strategi
meredakan nyeri.
6. Jelaskan penyebab,
preriode, dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Kolaborasi pemberian obat
(katerolac 30mg/ IV)
3 Gangguan eliminasi Gangguan Eliminasi Urin Dukungan perawatan diri :
SLKI L.040334 Hal 24 BAK (SIKI I.11349 Hal. 37)
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifkasi kebiasaan
keperawatan selama 1x4 jam BAK sesuai usia
diharapkan dengan dengan 2. Buka pakaian yang
diperlukan untuk
criteria hasil :
memudahkan eliminasi
1. Sensasi berkemih 3. Jaga privasi selama
(sedang 3) eliminasi
2. Desakan berkemih 4. Ganti pakaian setelah
(cukup menurun 4) eliminasi
3. Distensi kandung kemih 5. Sediakan alat bantu (mis
kateter eksternal, urinal)
(cukup menurun 4)
6. Anjuurkan BAK secara
4. Berkemih tidak puas rutin
(cukup menurun 4)
5. Frekuensi BAK (cukup
membaik 4)

4 Deficit nutrisi Gangguan Eliminasi Urin Dukungan perawatan diri :


SLKI L.040334 Hal 24 BAK (SIKI I.11349 Hal. 37)
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifkasi kebiasaan
BAK sesuai usia
keperawatan selama 1x4 jam
2. Buka pakaian yang
diharapkan dengan dengan diperlukan untuk
criteria hasil : memudahkan eliminasi
1. Sensasi berkemih 3. Jaga privasi selama
(sedang 3) eliminasi
2. Desakan berkemih 4. Ganti pakaian setelah
(cukup menurun 4) eliminasi
5. Sediakan alat bantu (mis
3. Distensi kandung kemih
kateter eksternal, urinal)
(cukup menurun 4) 6. Anjuurkan BAK secara
4. Berkemih tidak puas rutin
(cukup menurun 4)
5. Frekuensi BAK (cukup
membaik 4)
2.7 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan (implementasi) adalah perskripsi untuk prilaku yang
diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat sesuai
dengan apa yang direncanakan (Doengoes, dkk: 2010) dalam
melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan abses hati, perawat
harus lebih dulu menjelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan
dilakukan dan tujuan dari tindakan yang dilakukan.
2.8 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah Hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-
item atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah
hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan (NANDA 2015) Evaluasi asuhan keperawatan sebagai tahap akhir
dari proses keperawatan yang bertujuan untuk hasil akhir dan seluruh
tindakan keperawatan yang telah keperawatan. Evaluasi ini bersipat
sumatif.Yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir dari semua
tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut juga evaluasi
pencapaian jangka panjang. Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil
evaluasi, yaitu:
a. Masalah teratasi apabila pasien atau keluarga menunjukkan perubahan tingkah
laku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian telah
ditetapkan
b. Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi sebagian apabila pasien atau keluarga menunjukkan
perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian dari keriteria
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila pasien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukkan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan menimbulkan
masalah yang baru
.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Jendral Sudirman km 5,5
Tgl MRS : 15/11/2021
Diagnosa Medis : BPH

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengataka nyeri pada bagian bawah perut saat mau BAK

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluarga pasien mengatakan pada hari jumat tanggal 5 november 2021
pasien dibawa ke puskesmas murjani (sampit) karena pasien merasa sakit
saat mau buang air kecil, sesampai puskesmas murjani pasien kemudian
dilakukann pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 140/90 mmHg, N : 80
x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,5 0C. lalu pasien dipasang kateter pada
saluran perkemihanya. Pada tanggal 14 November 2021 pasien diantar
kekuarganya ke puskesmas murjani untuk melakukan pemeriksaan
kembali, karena pasien tidak puas BAK. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter, dokter menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi pada
Tn. A karena pasien mengalami permasalahan pada saluran perkemihan,
lalu dokter menyarankan untuk di rujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya agar di lakuakn tindakan operasi. Lalu pasien dirujuk ke ke
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dan tiba di UGD pukul 08.30 wib,
kemudian dilakukann pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg,
N : 90 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36 0C. Setelah dilakukan pemeriksaan
di UGD pasien di anjurkan untuk di rawat inap di ruang Dahlia untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat
sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan seperti DM dll

C. KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN NYERI

Suhu : 36,9°C,  Gelisah  Nyeri Skala Nyeri : 4 Gambaran


Nyeri : sedang
Lokasi nyeri : pada bagian bawah abdomen Frekuensi Nyeri : nyeri sedang Durasi
/Perjalaan : 5-10 menit
Tanda Obyektif :  Mengerutkan muka  Menjaga area yang sakit
Respon emosional : Baik Penyempitan Fokus : Penanganan nyeri
Cara mengatasi nyeri : Teknik relaksasi dengan napas dalam / pengalihan nyeri
Lain-lain : tidak ada
Masalah Keperawatan :
 Nyeri Ο Hipertermi Ο Hipotermi
1. OKSIGENASI 2. CAIRAN
Nadi : 98 x /menit, Pernapasan : 22 x /mnt Kebiasaan minum : 1500 CC /hari,
TD: 130/80 mmHg Bunyi Nafas : jenis : air putih
wheezing Turgor kulit : Baik
Respirasi : 22 Mukosa mulut : merah muda normal
Kedalaman : - Fremitus : baik Punggung kaki : baik warna : baik
Sputum : Tidak ada Sirkulasi oksigen : Pengisian kapiler : < 2 detik
baik Dada : Simetris Mata cekung : tidak ada
Oksigen : ( Tgl : …Canula /sungkup :- Konjungtiva : Merah muda Sklera :
ltr/m Normal
WSD : ( Tgl: di – Keadaan-) Edema : tidak ada.
Riwayat Penyakit : tidak ada masalah Distensi vena jugularis : tidak ada
keperawatan Asites : tidak ada Minum per NGT :
Lain – lain : tidak ada tidak ada
Terpasang Dekompresi NGT : tidak
ada
( dimulai tgl : - Jenis : -
dipasang di : -)
Terpasang infuse : -
( dimulai tgl : Jenis : -
dipasang di : -
Lain –lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : Masalah Keperawatan :
Ο Intolerance aktivitas Ο Pola nafas tdk Ο Kekurangan volume cairan ,
efektif Ο Kelebihan volume cairan
Ο Gg pertukaran gas Ο Penurunan Curah  Tidak Ada Masalah Keperawatan
Jantung
Ο Gg Perfusi Jaringan
 Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. NUTRISI 4. KEBERSIHAN PERORANGAN
TB : 162 cm BB : 60 Kg
Kebiasaan makan : 3 kali /hari ( teratur) Kebiasaan mandi : 2 x/hari
Keluhan saat ini : Cuci rambut : 1 x /hari
 Tidak ada masalah nafsu makan Kebiasaan gosok gigi : 2 x /hari
Sakit /sukar menelan Sakit gigi Kebersihan badan :  Bersih
Stomatis Keadaan rambut :  Bersih
Tidak ada nyeri ulu hati /salah cerna , Keadaan kulit kepala  Bersih
Disembuhkan oleh : tidak ada Keadaan gigi dan mulut  Bersih
Pembesaran tiroid : tidak ada hernia Keadaan kuku :  Pendek
/massa : tidak ada Keadaan vulva perineal : tidak ada
Maltosa : tidak ada Kondisi gigi/gusi : baik Keluhan saat ini : tidak ada
Penampilan lidah : Baik Iritasi kulit : tidak ada
Bising usus 23 x /mnt Luka bakar : tidak ada
Makanan /NGT/parental (infuse) : Keadaan luka : tidak ada
(dimulai tgl : - J. Cairan : - Lain lain : Tidak ada
Dipasang di: -
Porsi makan yang dihabiskan : 1/2 Porsi
makan
Makanan yang disukai : Sup ayam
Diet : -
Lain lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan Masalah keperawatan
Ο Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari Ο Defisit perawatan diri : …………..
kebutuhan Ο Gangguan integritas kulit
Ο Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari  Tidak Ada Masalah Keperawatan
kebutuhan

 Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. AKTIVITAS ISTIRAHAT 6. ELIMINASI


Aktivitas waktu luang : Barbaring dan Kebiasaan BAB : 2 x /hari
duduk BAK : menggunakan kateter
Aktivitas Hoby : - sebanyak 900 cc
Kesulitan bergerak : Karena nyeri pada Meggkan laxan : tidak ada
bgian bawah perut, dan terpasang kateter Meggkan diuretic : tidak ada
Kekuatan Otot : 4-4 4-4 Keluhan BAK saat ini : susah buang air
Tonus Otot : cukup baik kecil sehingg dilakukan pemasangan
Postur : baik tremor : - kateter
Rentang gerak : terbatas Keluhan BAB saat ini : tidak ada
Keluhan saat ini : aktivitas masih di bantu Peristaltik usus : tidak ada
keluarga Abdomen :
Penggunaan alat bantu : - Nyeri tekan : ada, Lunak /keras : lunak
( tgl : -di - ) Massa : tidak ada
Pelaksanaan aktivitas : terbatas Ukuran/lingkar abdomen :
Jenis aktivitas yang perlu dibantu : Terpasang kateter urine : Ya
Berjalan ( dimulai tgl : 5 November 2021
Lain - lain : tidak ada Penggunaan alcohol : -.
Lain – lain : tidak ada

Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan


Ο Hambatan mobilisasi fisik  Gangguan Eliminasi Urin
Ο dll…………………………….  Nyeri akut

7. TIDUR & ISTIRAHAT 8. PENCEGAHAN TERHADAP


BAHAYA
Kebiasaan tidur : Malam baik Siang Reflek : baik
baik Penglihatan : baik
Lama tidur : Malam : 4-6 jam, Siang : 2 Pendengaran : baik
jam Penciuman : baik
Kebiasaan tidur : Perabaan :baik
- Sebelum sakit tidur malam 8 jam, tidur Lain – lain : tidak ada
siang 1 jam
- Setelah sakit tidur malan 4-6 jam, tidur
siang 2 jam
Kesulitan tidur : Tidak ada
Cara mengatasi : -
Lain – lain : tidak ada
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan
Ο Gangguan Pola Tidur Ο Resiko Trauma Fisik Ο Resiko
Injuri
Ο Gangguan Persepsi Sensorik

9. NEUROSENSORI 10. KEAMANAN

Rasa Ingin Pingsan /Pusing : tidak ada Alergi /sensitifitas : tidak ada reaksi :
Stroke ( Gejala Sisa ) : tidak ada . tidak ada
Kejang : tidak ada Tife : tidak ada Perubahan sistem imun sebelumnya :
Agra : tidak ada . Frekuensi : tidak ada tidak ada penyebabnya : tidak ada
Status Postikal : tidak ada Cara Riwayat penyakit hub seksual ( tgl /tipe
mengontrol : tidak ada :-
Status mental : baik Waktu : baik Perilaku resiko tinggi : -periksaan : -
Tempat : baik orang : baik Transfusi darah /jumlah :- Kapan : -
Kesadaran : Composmetis Gambaran reaksi : -
Memori saat ini baik , yang lalu : baik Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Kaca mata : tidak ada Kotak lensa : tidak Fraktur /dislokasi sendi : tidak ada
ada Artritis /sendi tak stabil : tidak ada
Alat bantu dengar : tidak ada Masalah punggung : tidak ada
Ukuran /reaksi Pupil : kiri /kanan : - Perubahan pada tahi lalat : tidak ada
Facial Drop : - Kaku kuduk : - Pembesaran nodus : tidak ada
Gangguan genggam /lepas : Ki / Ka : - Kekuatan Umum : Tampak berbaring,
Postur : - Kordinasi : - kesadaran Composmetis, pasien
Refleks Patela Ki /Ka : - tampak meringis dan gelisah
Refleks tendo dalam bisep dan trisep : - Cara berjalan : terbatas
Kernig Sign : -. Babinsky : - Rem : tidak ada
Chaddock :- Brudinsky : - Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun :
tidak ada
Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan
Ο Gangguan perfusi jaringan cerebral Ο Resiko Injuri Ο Gangguan
Penularan infeksi
11. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual Aktif melakukan hubungan seksual : tidak ada
: tidak ada Penggunaan kondom : tidak ada
Penggunaan kondom : tidak ada Masalah – masalah /kesulitan seksual : tidak ada
Masalah – masalah /kesulitan Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat : tidak
seksual : tidak ada ada
Perubahan terakhir dalam frekuensi Pria :
/minat : tidak ada Rabas penis : ……… Gg Prostat : ………
Sirkumsisi : ……………Vasektomi : ………
Melakukan pemeriksaan sendiri : ………
Payudara test : …………………………………
Prostoskopi /pemeriksaan prostat terakhir : …
Tanda ( obyektif )
Pemeriksaan : ………………………………….
Payudara /penis /testis : ……………………….
Kutil genatelia/test : …………………………..
Masalah Keperawatan
Ο Perdarahan Ο Gg citra tubuh Ο Disfungsi Seksual Ο Gg Pemenuhan Kebthn
seksualitas
12. KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN PSIKO SERTA
INTERAKSI SOSIAL
Lama perkawinan : 37 thn, Sosiologis : tidak ada
Hidup dengan : anak, istri Perubahan bicara : -
Masalah /Stress : Takut Mengalami komunikasi : baik
Kegagalan Saat Dilakuakn Adanya laringoskopi : tidak ada
Tindakan Operasi Komunikasi verbal / non verbal dengan keluarga
Cara mengatasi stress : Dengan / orang terdekat lain : -
Teknik Relaksasi Spiritual : baik
Orang pendukung lain : Keluarga Kegiatan keagamaan : baik
Peran dalam struktur keluarga : Gaya hidup : baik
Kepala keluarga Perunahan terakhir : -
Masalah – masalah yang Lain – lain : tidak ada
berhubungan dengan penyakit
/kondisi : - Psikologis : -
Keputusasaan : -
Ketidakberdayaan : -
Lain – lain : tidak ada
Masalah Keperawatan
 Kecemasan / Ansietas

D. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN


1. Bahasa Dominan ( Khusus ) : tidak Buta huruf : tidak
Ο Ketidakmampuan belajar (khusus ) Ο Keterbatasan kognitif
2. Informasi yang telah disampaikan :
Ο Pengaturan jam besuk Ο Hak dan kewajiban klien Ο Tim /petugas
yang merawat
Ο Lain – lain : …………………………………………
3. Masalah yang ingin dijelaskan
Ο Perawatan diri di RS Ο Obat – obat yang diberikan
Ο Lain – lain ……………………
Ο Orientasi Spesifik terhadap perawatan ( seperti dampak dari agama
/kultur yang dianut )
Obat yang diresepkan ( lingkari dosis terakhir ) :
OBAT DOSIS WAKTU DIMININUM SECARA TUJUAN
TERATUR

1. Faktor resiko keluarga ( tandai hubungan ) :


Ο Diabetes Ο Tuberkulosis Ο Penyakit jantung Ο Stroke Ο TD
Tinggi
Ο Epilepsi Ο Penyakit ginjal Ο Kanker ΟPenyakit jiwa Ο Lain –
lain
E. Pemeriksaan Fisik Lengkap Terakhir :
1. Status Mental ;
Orientasi : Pasien mengetahui pagi siang sore
Afektifitas : baik.
2. Status Neurologis ;
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Pasien dapat membedakan bau alkohol
Nervus Kranial II : Lapang pandang normal
Nervus Kranial III : Kelopak mata, konjung tiva pasien baik
Nervus Kranial IV : Penglihatan pasien baik
Nervus Kranial V : Repleks berkedip pasien baik
Nervus Kranial VI : Tidak ada gangguan pergerakanmata ke kiri
dan ke kanan
Nervus Kranial VII : Pasien dapat tersenyum dan mengkerutkan
kening
Nervus Kranial VIII : Pasien dapat merasakan getaran garputala
Nervus Kranial IX : Pasien dapat membedakan rasa manis asam
Nervus Kranial X : Pasien dapat menelan
Nervus Kranial XI : Pasien dapat menggerakan bahu dan kepala
Nervus Kranial XII : Pasien dapat menggerakan lidah tanpa masalah

3. Ekstermitas Superior :
a) Motorik
Pergerakan : Baik
Kekuatan : 4-4
b) Tonus
c) Refleks Fisiologis
- Bisep : Baik
- Trisep : Baik
- Radius : Baik
- Ulna : Baik
d) Refleks Patologis
Hoffman Tromer : Baik
e) Sensibilitas
Nyeri : Tidak ada

4. Ekstremitas Inferior :
a) Motorik
Pergerakan : Baik
Kekuatan : 4-4
b) Tonus : Baik
c) Refleks Fisiologis
Refleks Patella : Baik
d) Refleks Patologis
- Babinsky : Baik
- Chaddock :. Baik
- Gordon : Baik
- Oppenheim : Baik
- Schuffle : Baik
5. Rangsang Meningen
a) Kaku kuduk : Baik
b) Brudzinksky I & II : Baik
c) Lassaque : Baik
d) Kernig Sign : Baik
F. DATA GENOGRAM

G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG ( DIAGNOSTIK &


LABORATORIUM )
Tgl 15 November 2021
PEMERIKSAAN HASIL NILAI SATUAN
RUJUKAN
Glukosa Sewaktu 147 <200 mg/dl
Ureum 32 21-53 mg/dl
Creatinim 1,01 0,7-1,5 mg/dl
SGOT/AST 28 L<37 : < 31 U/L
SGOT/ALT 23 L<42 : < 32 U/L
HbsAg - Negatif - Negatif
Tgl 15 November 2021
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN
PT 11, 2 9, 3- 11, 4 Detik
APTT 27, 6 24, 5 – 32, 8 Detik
INR 1, 09
Tgl 15 November 2021
PARAMETERS UNIT REFERENCE RANGES
WBC 7, 53 (10^3/uL) (4.50-11.00)
HGB 11, 4 (g/dL) (10, 5 – 18, 0)
HCT 35, 4 (%) (37, 0 – 48, 0)
PLT 484 + (10^3/uL) (150 - 400)

PEMERIKSAAN X FOTO THORAKS AP :


KESAN : JANTUNG DAN PARU NPRMAL

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hari/Tanggal Pemberian Obat : Rabu, 17 November 2021

No. Nama Obat Dosis Indikasi


Pemberian
1 Regivell Inj 0,5% Adalah sediaan obat dalam bentuk cairan
injeksi yang di produksi oleh Novell
Pharmaceutical Lab. Revigell digunakan
untuk mengatasi nyeri atau sebagai anestesi
(obat bius) selama operasi
2 Cairan infus NaCl Intravena Cairan infus ini digunakan untuk
0,9% 500ml menggantikan cairan tubuh yang hilang,
mengoreksi ketidak seimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
3 Ondansetron Inj. Intravena adalah obat yang digunakan untuk mencegah
4mg x 1 serta mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi,
radioterapi, atau operasi
4 Ketorolac Inj. Intravena adalah obat untuk meredakan nyeri dan
3 x 30mg peradangan. Obat ini sering digunakan
setelah operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri

Palangka Raya,15 september 2021


Mahasiswa,

Pipik
(2021-01-14901-052)
ANALISIS DATA
KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF DAN MASALAH
PENYEBAB
DATA OBYEKTIF
Ds : Distensi kandung kemih, Nyeri Akut
iritasi mukosa, obstruksi
Pasien mengataka nyeri
Merangsang respon nyeri di
pada bagian bawah perut saat sistem syaraf perkemihan
mau BAK sekala Nyeri 4,
Nyeri di rasakan seperti di Rasa nyeri pada waktu
berkemih
tusuk-tusuk dan Nyerinya
kadang tibul. Nyeri Akut

Do :

- Pasien tampak Meringis


- Pasien tampak mengelus
perut yang sakit
- Posisi pasien terlentang
- Pasien selalu mengeluh
dikrenakan sakit pada
perutnya
- Pasien terpasang kateter
- TD : 130/80 N : 98
S : 36,7 RR : 22
Do : Penekanan pada blader Gangguan eliminasi urin
Pasien mengatakan tidak
puas BAK Merangsanng untuk
berkemih
Do :

- Pasien tampak lemah Sering berkemih saat


- Pasien tampak meringis malam hari
- Pasien terpasang kateter
- Produksi urin 1200cc/ 24 Gangguan Eliminasi
Urin
jam (warna kuning muda)
- Hasil lab creatinine 1,01
- TD : 130/80 N : 98
S : 36,7 RR : 22

Ds : Perasaan sedih Kecemasan / Ansietas


Pasien mengatakan takut
dilakukan tindakan operasi Kurang merasa
Do : diperhatikan

- Pasien tampak gelisah


Ansietas
- Pasien tampak khawatir
- Pasien selalu menanyakan
terkait operasinya
- TD : 130/80 N : 98
S : 36,7 RR : 22
PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut b/d Rasa nyeri pada waktu berkemih di tandai dengan Pasien
mengataka nyeri pada bagian bawah perut saat mau bak sekala nyeri 4,
nyeri di rasakan seperti di tusuk-tusuk dan nyerinya kadang tibul, pasien
tampak meringis, pasien tampak mengelus perut yang sakitposisi pasien
terlentang, pasien selalu mengeluh dikrenakan sakit pada perutnya, pasien
terpasang kateter, TD : 130/80 N : 98 S : 36,7 RR : 22 (SDKI) D.0077
hal 180

2. Gangguan eliminasi urin b/d penurunan kapasitas kandung kemih di tandai


dengan Pasien mengatakan tidak puas bak, pasien tampak lemah, pasien
tampak meringis, Pasien terpasang kateter, produksi urin 1200cc/ 24 jam
(warna kuning muda), hasil lab creatinine 1,01 TD : 130/80 N : 98 S :
36,7 RR : 22.
(SDKI) D.0040 hal 96

3. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan di tandai dengan


pasien mengatakan takut dilakukan tindakan operasi, pasien tampak
gelisah, pasien tampak khawatir, pasien selalu menanyakan terkait
operasinya. (SDKI) D.0080 hal 180
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Nyeri akut b/d Rasa nyeri Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen nyeri (SIKI I.08238 Hal 1. Supaya mengetahui sekala nyeri
pada waktu berkemih Hal 145 201) 2. Mengetahui respon nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi sekala nyeri. 3. Untuk mengetahui faktor
keperawatan selama 1x4 2. Identifikasi respon nyeri non verbal memperhambat nyeri
jam nyeri klien teratasi 3. Identifikasi faktor yang memperberat 4. Supaya istirahat tercukupi
dengan criteria hasil : dan memperingan nyeri 5. Supaya tidak nyeri kempali
1. Keluhan nyeri 4 4. Fasilitasi Istirahat dan tidur 6. Supaya pasien mengetahui
(cukup menurun) 5. Pertimbangkan jenis dan sumber penyebab nyeri
2. Meringis 4 (cukup nyeri dalam pemilihan strategi 7. Supaya tidak nyeri kembali
menurun) meredakan nyeri. 8. Agar pasien tidak merasa nyeri
3. Sikap protektif 4 6. Jelaskan penyebab, preriode, dan
(cukup menurun) pemicu nyeri
4. Gelisah 4 (cukup 7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
menurun) 8. Kolaborasi pemberian obat (katerolac
3x30mg/ IV)
Gangguan eliminasi urin b/d Gangguan Eliminasi Urin Dukungan perawatan diri : BAK 1. Untuk mengetahui kapan BAK
penurunan kapasitas kandung SLKI L.040334 Hal 24 (SIKI I.11349 Hal. 37) 2. Supaya pasien merasa nyaman
kemih Setelah dilakukan tindakan 1. Identifkasi kebiasaan BAK sesuai 3. Supaya privasi pasien terjaga
keperawatan selama 1x4 usia 4. Supaya menjaga kebersihan
jam diharapkan dengan 2. Buka pakaian yang diperlukan untuk pasien
dengan criteria hasil : memudahkan eliminasi 5. Agar mempermudah pasien untuk
1. Sensasi berkemih 3. Jaga privasi selama eliminasi BAK
(sedang 3) 4. Ganti pakaian setelah eliminasi 6. Untuk memenuhi kebuutuhan
2. Desakan berkemih 5. Sediakan alat bantu (mis kateter eliminasi urin
(cukup menurun 4) eksternal, urinal)
3. Distensi kandung 6. Anjuurkan BAK secara rutin
kemih (cukup
menurun 4)
4. Berkemih tidak puas
(cukup menurun 4)
5. Frekuensi BAK
(cukup membaik 4)

Ansietas b/d kekhawatiran Tingkat Ansietas SLKI Reduksi ansietas (SIKI I.09314 1. Untuk mengetahui tingkat
mengalami kegagalan L.09093 Hal 132 Hal. 387) kecemasan pada pasien
operasi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 2. Untuk mengetahui tanda dan
keperawatan selama 1x4 berubah gejala kecemasan
jam diharapkan dengan 3. Untuk menambah kepercayaan
2. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan criteria hasil : dan tidak timbul rasa curiga yang
1. Vervalisasi kebingungan 3. Ciptakan suasana terapeutik untuk di alami pasien
(cukup menurun 4) menumbuhkan kepercayaan 4. Supaya meningkatkan rasa
2. Prilaku gelisah (cukup percaya diri
4. Temani pasien untuk mengurangi
menurun 4) 5. Agar pasien merasa tenang di sisi
3. Prilaku tegang (cukup kecemasan keluarga
menurun 4) 5. Anjurkan keluarga untuk tetap 6. Untuk mengurangi rasa
4. Kosentrasi (cukup kecemaasan pada pasien
Bersama pasien
membaik 4) 7. Supaya tingkat kecemasan pasein
6. Latih Teknik relaksasi dapat berkurang
7. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 16 november 2021 1. Mengidentifikasi sekala nyeri. Jam 14.00 wib
13.00 wib 2. Mengidentifikasi respon nyeri non S : Pasien mengatakan masih nyeri
verbal pada bagian bawah perut saat mau BAK
3. Mengidentifikasi faktor yang sekala Nyeri 3, Nyeri di rasakan seperti di
13.10 wib memperberat dan memperingan nyeri tusuk-tusuk dan Nyerinya kadang tibul.
5. Mempertimbangkan jenis dan sumber O : Pipik
nyeri dalam pemilihan strategi  Pasien tampak tenang
meredakan nyeri.  Pasien tampak mengelus perut yang
6. Menjelaskan penyebab, preriode, dan sakit
pemicu nyeri  Posisi pasien terlentang
7. Menjelaskan strategi meredakan  Pasien terpasang kateter
nyeri  TD : 130/90 N : 90
8. Berkolaborasi pemberian katerolac S : 36,3 RR : 20
30 mg/iv A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Selasa, 16 november 2021 1. Mengidentifkasi kebiasaan BAK Jam 14.00 wib


13.15 wib sesuai usia S : Pasien mengatakan masih tidak puas
2. Membuka pakaian yang diperlukan BAK
untuk memudahkan eliminasi O :
3. Menjaga privasi selama eliminasi  Pasien tampak lemah
13.18 wib 4. Mengganti pakaian setelah eliminasi  Pasien terpasang kateter Pipik
5. Menyediakan alat bantu (mis kateter  Produksi urin 1200cc/ 24 jam
eksternal, urinal) (warna kuning muda)
6. Mengnjuurkan BAK secara rutin  Hasil lab creatinine 1,01
 TD : 130/90 N : 90
S : 36,3 RR : 20
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan interfensi
Selasa, 16 november 2021 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas Jam 14.300 wib
13.20 wib berubah S : Pasien mengatakan takut dilakukan
2. Memonitor tanda-tanda ansietas tindakan operasi
3. Menciptakan suasana terapeutik O :
untuk menumbuhkan kepercayaan  Pasien tampak gelisah
13.50 wib 4. Menemani pasien untuk mengurangi  Pasien tampak khawatir
kecemasan  Pasien selalu menanyakan terkait Pipik
5. Menganjurkan keluarga untuk tetap operasinya
Bersama pasien  TD : 130/90 N : 90
6. Melatih Teknik relaksasi S : 36,3 RR : 20
7. Berkolaborasi pemberian obat A : Masalah teratasi sebagian
antiansietas jika perlu P : Lanjutkan interfensi
DAFTAR PUSTAKA

Adelia, F., Monoarfa, A., & Wagiu, A. (2017). 250 Gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari
2014 – Juli 2017.Diakses pada tanggal 21 November 2019 pada
https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18538

Anjar, S. A., Syamsi, N., & Program, M. P. (2019). Striktur Urethra. Diakses
pada tanggal 29 November 2019.

Devi, K., Frasiska, A., Agung, A., & Oka, G. (2018). Usia Dan Obesitas
Berhubungan Terhadap Terjadinya Penyakit Benign Prostatic
Hyperplasia Di RSUP Sanglah Bali Periode Januari 2014 Sampai
Desember 2014. E-Jurnal Medika. Diakses pada tanggal 21 November
2019.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :


http://911medical.blogspot.com/2007/06/asuhan-keperawatan-klien-
dengan- masalah.html
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.
Terdapat pada : http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-
dasar- pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada:
www.kiva.org
Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem Perkemihan

Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program


Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA PASIEN DAN KELUARGA
TENTANG PERSIAPAN PRE OPERASI DI RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA.

Oleh :

Pipik

(2021-01-14901-052)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
B. Sasaran
1. Program : Di Ruang Dahlia
2. Penyuluhan : Di Ruang Dahlia

C. Tujuan
1. TujuanUmum :
Setelah diberikan pendidikan atau penyuluhan kesehatan di harapkan
pasien dan keluarga dapat mengetahui dan memahami tentang Persiapan Pre
Operasi

2. Tujuan Khusus :
1) Tn.A di ruang Dahlia mampu mengetahui apa itu Operasi
2) Tn.A di ruang Dahlia mampu mengetahui Pre Operasi
3) Tn.A di ruang Dahlia mampu mengetahui apa aja Persiapan
Penunjang
4) Tn.A di ruang Dahlia mampu mengetahui Persiapan Psikis
5) Tn.A di ruang Dahlia mampu mengetahui Obat Premedikasi
D. Materi : Persiapan Pre Operasi
E. Metode : Ceramah
F. Media : leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Kamis, 23 November 2021
2. Pukul : 16.30 WIB - selesai
3. Alokasi Waktu : 20 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit Ceramah
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 10 menit Ceramah
Menjelaskan tentang :
1. Apa itu Operasi
2. Apa Pre Operasi
3. Apa saja Persiapannya
4. Apa Aja Persiapan Penunjang
5. Persiapan Psikis
6. Persiapan Obat Premedikasi
3 Tanya Jawab : 5 menit Ceramah
1. Mengevaluasai kembali
materi yang sudah dijelaskan
dengan bertanya kepada
peserta penyuluhan.
5 Penutup : 3 menit Ceramah
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membagikan leaflet

H. Tugas Pengorganisasian
1. Moderator : Pipik
1. Membuka acara penyuluhan
2. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
3. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
4. Mengatur jalannya diskusi
2 Leader : Pipik
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
3 Fasilitator : Pipik
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membagikan liflet dan absen peserta penyuluhan
4 Dokumentasi : Pipik
1. Mengambil foto saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
2. Bertanggung jawab menyimpan semua data dokumentasi yang berupa
gambar atau foto.
5 Evaluasi: Pipik
1. Menanyakan kembali seputaran materi yang dibahas kepada kepada
pesera penyuluhan, apakah mereka dapat menerima atau tidak
PERSIAPAN PRE OPERASI Apa itu operasi? 2. Persiapan penunjang

1) Foto Rontgen (Radiologi)

Pre Operasi adalah:


Preoperatif adalah fase dimulai
ketika keputusan untuk menjalani
Disusun Oleh : operasi atau pembedahan dibuat
2) Pengambilan darah
Pipik dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi
Apa saja Persiapannya?
1. Persiapan fisik
1) Status kesehatan fisik
secara umum
2) Status nutrisi 3) Rekam jantung (EKG)
3) Keseimbangan cairan dan
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA SEKOLAH elektrolit
TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI PROPESI NERS
TA 2021-2022 4) Kebersihan lambung dan usus
5) Pencukuran daerah operasi
6) Pengosongan kandung kemih
3. Persetujuan 6. Persiapan obat premedikasi
Sebelum dilakukan tindakan
Obat-obatan premedikasi
operasi terlebih dahulu pasien dan
yang diberikan biasanya adalah
keluarganya akan diberikan penjelasan
valium atau diazepam. Antibiotik
tentang tindakan operasi. Penjelasan
profilaksis biasanya diberikan
tersebut berisi tentang prosedur, biaya
sebelum pasien dioperasi.
dan dampak yang timbul dari tindakan
Antibiotik profilaksis yang
operasi tersebut.
diberikan dengan tujuan untuk
4. Persiapan psikis
mencegah terjadinya infeksi
Pasien yang akan menjalni operasi
selama tindakan operasi,
biasanya akan mengalami kecemasan.
antibiotika profilaksis biasanya
Untuk menghindari kecemasan, maka
diberikan 1-2 jam sebelum
diperlukan persiapan psikis tersebut.
operasi dimulai dan dilanjutkan
Dalam persiapan psikis peran keluarga
pasca bedah 2- 3 kali
sangat penting yaitu untuk
mendampingi pasien sebelum operasi.
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Pipik


NIM : 2021-01-14901-052
Angkatan : Ners IX (Sembilan)
Tahun Ajaran/Semester : 2021/ 2022
Pembimbing 1 : Suryagustina, Ners.,M.Kep
Pembimbing 2 : Ria Asihai, S.Kep.,Ners

Pembimbing

No Hari/Tgl/ Catatan Pembimbing Mahasiswa


Waktu Akademik Klinik

1. Senin, 15 1. Pembekalan
November
Ricky Gunawan is inviting you to a
2021
scheduled Zoom meeting.

Topic: Kontrak Waktu & Pembagian Kasus


Di Ruang Dahlia

Time: Nov 15, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7
2. Selasa, 16 1. Pembahasan kasus askep
November Ricky Gunawan is inviting you to a
2021 scheduled Zoom meeting.

Topic: Pembahasan Kasus Askep

Time: Nov 16, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7
3. Rabu, 17 1. Pre Conference
November 2. Perbaikan sesuai saran
2021 Ricky Gunawan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Pre Conference

Time: Nov 17, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7

4. Kamis, 18 1. Pre Conference


November 2. Perbaikan sesuai saran
2021 Ricky Gunawan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Pre Conference

Time: Nov 18, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09
Meeting ID: 980 317 8600
Passcode: 7QTVH7

5. Jumat, 19 1. Post Conference


November 2. Perbaikan sesuai saran
2021 Ricky Gunawan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Post Conference

Time: Nov 19, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7

6 Sabtu, 20 1. Post conference


November 2. Perbaikan sesuai saran
2021 Ricky Gunawan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Post Conference

Time: Nov 20, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7
1. Senin, 22 1. Bimbingan penkes dan seminar
November kelompok
2021 2. Perbaikan sesuai saran

Ricky Gunawan is inviting you to a


scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Penkes dan Seminar


Kelompok

Time: Nov 22, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7

2. Selasa, 23 1. Bimbingan penkes dan seminar


November kelompok
2021 2. Perbaikan sesuai saran
Ricky Gunawan is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Penkes dan Seminar


Kelompok

Time: Nov 23, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600


Passcode: 7QTVH7

3. Rabu, 24 1. Persiapan penkes kelompok


November Ricky Gunawan is inviting you to a
2021 scheduled Zoom meeting.

Topic: Persiapan penkes kelompok

Time: Nov 24, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600

Passcode: 7QTVH7

4. Kamis, 25 1. Penkes Kelompok di Ruang Dahlia


November Ricky Gunawan is inviting you to a
2021 scheduled Zoom meeting.

Topic: Penkes Kelompok di Ruang Dahlia

Time: Nov 25, 2021 10:00 AM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09
Meeting ID: 980 317 8600
Passcode: 7QTVH7

5. Jumat, 26 1. Seminar Kelompok


November Ricky Gunawan is inviting you to a
2021 scheduled Zoom meeting.

Topic: Seminar Kelompok

Time: Nov 26, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600

Passcode: 7QTVH7

6. Sabtu, 27 1. Ujian Virtual


November Ricky Gunawan is inviting you to a
2021 scheduled Zoom meeting.

Topic: Ujian Virtual

Time: Nov 27, 2021 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting

https://us04web.zoom.us/j/9803178600?pw
d=SmlPa2Jzc2krK3IvQXd4VEMrSHpVZz
09

Meeting ID: 980 317 8600

Passcode: 7QTVH7

Anda mungkin juga menyukai