Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TOPIK EBM MASA NIFAS

OLEH :
RITA WULANDARI
NIM 042020204

INSTITUSI KESEHATAN DAN BISNIS


KARNIA JAYA PERDASA
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Nya atas begitu banyak nikmat dan rahmat yang
dilimpahkan kepada penulis, sehingg Makalah Masa Nifas Dengan Topic EBM ini dapat
diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini merupakan tugas yang akan dikumpulkan
kepada dosen mata kuliah. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada peneliti evidence based
terhdap kebidanan dan pihak lain yang tidak dapat kami sebut satu per satu. Dalam penyusunan
makalah ini tidak menutup kemungkinan masih ada kekurangan. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat
memberi banyak manfaat bagi para pembaca.

Toili, Maret 2022

Penulis

Rita wulandari

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Masa Nifas.....................................................................................................................3
B. Tujuan masa nifas............................................................................................................................3
C. Tahapan masa nifas.........................................................................................................................3
D. Psikologi pada masa nifas................................................................................................................4
E. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas............................................................................................6
F. Perawatan Ibu Nifas.........................................................................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau
dalam 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak
langsung (WHO, 2017). Angka Kematian Ibu (AKI) adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di
setiap 100.000 kelahiran hidup (KH) (Kemenkes, 2019). Menurut data WHO (2017), AKI di
dunia pada tahun 2017 adalah 211 per 100.000 KH atau diperkirakan jumlah kematian
maternal adalah 295.000 kematian yang artinya 810 ibu meninggal setiap hari akibat
komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia
Faktor risiko pada ibu hamil, bersalin, dan nifas seperti umur terlalu muda atau tua,
banyak anak, dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak
langsung menambah risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil (Walyani, 2018). Kondisi
tersebut dapat diperberat dengan adanya beberapa faktor risiko keterlambatan (tiga
terlambat), diantaranya terlambat dalam mendeteksi secara dini komplikasi kehamilan,
terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan, dan terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan emergensi (Kemenkes, 2019).
Penurunan kematian ibu dan anak tidak dapat lepas dari peran pemberdayaan masyarakat,
yang salah satunya dilakukan melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K). P4K merupakan suatu program yang dijalankan untuk mencapai target
penurunan AKI. Program ini menitikberatkan pemberdayaan masyarakat dalam monitoring
terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas (Kemenkes, 2019).
Perdarahan dan infeksi setelah proses persalinan untuk banyak kematian ibu, sementara
kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi berat berkontribusi pada dua pertiga dari semua
kematian neonatal. Perawatan yang tepat di jam-jam pertama dan hari-hari setelah
melahirkan dapat mencegah sebagian besar kematian ini. WHO merekomendasikan agar para
ahli kesehatan yang terampil menghadiri semua kelahiran, untuk memastikan hasil terbaik
bagi ibu dan bayi yang baru lahir. Namun, sebagian besar wanita masih kurang peduli. Rata-
rata, penolong kelahiran terampil mencakup 66% kelahiran di seluruh dunia, dan beberapa
bagian Afrika dan Asia memiliki tingkat cakupan yang jauh lebih rendah. Fakta bahwa dua
pertiga kematian ibu dan bayi baru lahir terjadi pada dua hari pertama setelah kelahiran
membuktikan kurangnya perawatan.
Karena permasalahan tersebut, pelayanan kesehatan harus lebih ditingkatkan menjadi
lebih baik. Cara yang dilakukan salah satunya dengan menerapkan evidence based practice,
dimana semua tindakan didasarkan pada bukti penelitian yang telah dilakukan. Tujuan dari
evidence base pada masa nifas yaitu untuk mengetahui kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari
kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda bahaya masa nifas dan perdarahan. Hal
ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan ibu nifas beserta bayi
dapat sehat dan terhindar dari kematian.

1
B. Rumusan Masalah
Apa saja based practice berdasarkan jurnal?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pentingnya melakukan pelayanan kesehatan berdasarkan evidence
based practice
b. Untuk mengetahui menghasilkan praktik profesi yang optimal.
c. Agar masyarakat mendapat pelayanan kesehatan yang optimal.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Nifas


Dilihat dari beberapa penelitian maka ada beberapa teori yang mendifinisikan masa nifas.
Masa nifas adalah masa yang dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai 6
minggu berikutnya setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan
pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak
diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020)

B. Tujuan masa nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan
pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan
psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
2. Melaksanakan skrining yang komperhensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan
manjmen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian
data subjektif, objektif, maupun penunjang.
3. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data tersebut
sehingga tujuan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
4. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, yakni setelah
masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk kelangkah berikutnya sehingga
tujuan di atas dapat dilaksanakan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, dan menyusui. (Ani & Saleh SMH, 2021)

C. Tahapan masa nifas


Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama masa
nifas, yaitu sebagai berikut :
1. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di
perbolehkan berdiri atau jalan-jalan

3
2. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan
menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu
3. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang
diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa bermingguminggu,
bulan dan tahun.

D. Psikologi pada masa nifas


Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum Menurut Sutanto,
Andina Vito. 2018
1. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
a. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
b. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
c. Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
d. Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
e. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi
normal.
f. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
g. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
h. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai
berikut:
2. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
a. Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan
sedih (baby blues).
b. Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung
jawab akan bayinya.
c. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya
tahan tubuh.
d. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong,
menyusui, memandikan, dan mengganti popok.

4
e. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. 6. Kemungkinan
ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan
bayinya.
a. Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
b. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung,
dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan untuk
berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
3. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)
a. Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke rumah
dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
b. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan
bayi

Reaksi ibu setelah melahirkan akan mempengaruhi sikap, perilaku, dan tingkat
emosional. Tekanan psikologis setelah persalinan merupakan gejala emosional dan
perasaan, dimana seseorang merasa murung, tidak bisa tidur, kelelahan fisik yang
berlebihan, dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan atas perannya yang baru.
Pengkajian pada ibu dari aspek psikologi merupakan dasar kesiapan ibu dalam
menghadapi peran barunya. Tuntutan sebagai ibu, akan dirasakan semakin berat karena
kurangnya pengetahuan wanita akan hal perawatan bayi, terutama pada perempuan yang
baru pertama kali melahirkan (Primipara). Secara teoritis seorang wanita setelah
persalinan (Post partum) akan mengalami gangguan psikologis (Maternal blues) hal ini
dipengaruhi oleh perubahan hormon yang dihasilkan (Kusthina, 2015)

Tinggi rendahnya pengetahuan responden terhadap adaptasi psikologis pada masa


nifas bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur dan rendahnya minat responden
untuk mendapatkan informasi mengenai adaptasi psikologis pada masa nifas sehingga
menganggap bahwa adaptasi psikologis pada masa nifas ini tidak begitu penting yang
akhirnya dapat menimbulkan suatu masalah mengarah kegangguan psikologis pada masa
nifas seperti postpartum blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum. Pencegahan
terbaik bagi ibu bila ibu mengalami gangguan psikologis pada masa nifas adalah dengan

5
memberikan dukungan suami atau keluarga, lingkungan serta mempersiapkan diri secara
mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan persalinan dan
mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat membantu
mengurangi ketakutan (Nova S dan Sagoto S, 2020).

E. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas


sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post partum.
Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain Risa &
Rika (2014) :
1) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau
tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan
volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14.
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-
6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post partum
menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan
oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut
dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada
abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk

6
yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar
disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-
angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum hamil.
5) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal
ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.

Ibu nifas membutuhkan latihan-latihan tertentu yang dapat mempercepat proses involusi.
Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan
tubuh ibu secara fisiologis maupun psikologis.

Senam nifas yang dilakukan tepat waktu secara bertahap hari demi hari, akan
membuahkan hasil yang maksimal dan dapat mempengaruhi involusi uteri sebagaimana
tujuan dari senam nifas antara lain dapat mempercepat proses involusi uteri memperlancar
pengeluaran lochea.

Kontraksi pada uterus akan mempercepat proses involusi uterus yaitu perubahan
retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Uterus yang
berkontraksi dengan baik secara bertahap akan berkurang ukurannnya, sampai tidak dapat
dipalpasi lagi diatas simpisis pubis (Fahriani M dkk, 2020).

F. Perawatan Ibu Nifas


1. Tujuan Perawatan Nifas (Post Partum) Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan
dan pengawasan yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar

7
dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih,
(2019)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk
mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi,
penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat
lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik
maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari
depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif Melaksanakan skrining yang
komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala
IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada
penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang
perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di
antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara

8
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan
putting susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

Pilaria (2017) menunjukkan terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI
pada ibu post partum dari kategori tidak cukup menjadi cukup. Mendiskusikan
perawatan luka perineum yaitu dengan menjaga agar daerah genetalia tetap kering
dan membasuh genetalia dengan air rebusan daun sirih dengan komposisi daun sirih
100 gr direbus selama 20 menit menggunakan 1 liter air dan dibasuh ke genetalia saat
suhu air rebusan 30oC-33oC. Hasilnya luka menjadi cepat kering dan tidak ada tanda
infeksi.

Sejalan dengan penelitian Anggeriani (2018) mengemukakan bahwa rata-rata


penyembuhan luka perineum menggunakan air daun sirih lebih cepat sembuh.
Mengajarkan dan melakukan perawatan payudara pasca persalinan untuk
melancarkan ASI. Perawatan payudara pada Ny. S dilakukan satu kali sehari dengan
durasi 30 menit dan dilakukan setiap sehabis mandi pagi. Hasil penelitian Soleha
(2019) perawatan payudara pada masa nifas yang dilakukan rutin sebanyak dua kali
seminggu berhubungan positif dan signifikan dengan produksi ASI (Soleha, 2019).

Selain itu konseling KB juga penting dilakukan, yaitu bertukar informasi dan
interaksi positif tentang alat kontrasepsi, dilakukan calon peserta KB dan petugas
untuk membantu calon peserta KB mengenali kebutuhan ber-KBnya serta memilih
solusi terbaik dan membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Alat kontrasepsi yang direkomendasikan dititik beratkan pada MKJP meliputi
implant, IUD, dan MOW. ( Hanun LC dkk, 2021)

9
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Tahap-tahap masa nifas meliputi : puerperium dini, puerperium intermedial, remot
puerperium. Tujuan dari evidence base pada masa nifas yaitu untuk mengetahui
kesejahteraan ibu dan bayi, baik dari kesehatan, kebersihan, nutrisi, pemberian ASI, tanda
bahaya masa nifas dan perdarahan.
Based practice dari kajian jurnal yang bisa diterapkan dalam pelayanan asuhan kebidanan
nifas dan menyusui, yaitu:
1. Analisis masukan dan proses asuhan pelayanan nifas oleh bidan pelaksana.
2. Konseling dan pendampingan Suami agar menemani ibu saat memberi ASI pertama
kalinya.
3. pemberian KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk persiapan persalinan dan nifas.
4. Dianjurkannya pijat oksitosin pada ibu nifas primipara.
5. Melakukan senam nifas .
6. Melakukan tujuh kontak konseling laktasi.

B. Saran
Penerapan asuhan pada ibu nifas sangat diperlukan karena sangat membantu ibu dalam
menjalankan perannya sebagai seorang ibu ketika mengalami kesulitan dalam mengasuh
bayinya. Serta, dengan adanya konseling masa nifas ibu menjadi lebih memahami betapa
pentingnya menjaga kebersihan, pemenuhan nutrisi, waspada akan terjadinya kelainan-
kelainan yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Sehingga diharapkan setiap bidan maupun
tenaga kesehatan yang lainnya dapat melakukan asuhan pada ibu nifas dan menyusui dengan
benar. Serta untuk mahasiswa kebidanan diharapkan dapat belajar tentang betapa pentingnya
asuhan kebidanan untuk ibu nifas dan menyusui

10
DAFTAR PUSTAKA
Anggeriani R, Lamdayani R. Efektivitas pemberian air daun sirih terhadap kecepatan
penyembuhan luka perineum pada ibu post partum. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan,
2018; 9 (2).
Fahrani M, Ningsi D.A, Kurnia A, & Mutiara D.S. (2020) The Process of Uterine
Involution with Postpartum Exercise of Maternal Postpartum. Vol 10. No.1
Hanum L.C, Dewiani K, Suryanti (2021) Pemberian Edukasi Dan Pendampingan Pada
Ny. “S” G4p3a0 Dengan Faktor Resiko Umur Dan Paritas. Vol 9 No. 2 P-ISSN: 2338-7068
E-ISSN: 2722-4228
Kemenkes RI. 2019. Profil kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kemenkes RI
Kusthina, N. W. A. A. & N. P. M. (2015). Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Adaptasi
Psikologi Pada Masa Nifas. Jurnal Genta Kebidanan. Retrieved from
ejournal.akbidkartinibali.ac.id/inde k.php/jurnal
Nova s & sagoto S (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Adaptasi
Psikologis Pada Masa Nifas Vol 9, No 2, p-ISSN: 2338-2139 e-ISSN: 2622-3457.
Pilaria E, Sopiatun R. Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
postpartum di wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Kota Mataram tahun 2017, Jurnal
Kedokteran Yarsi, 2018;26(1). https:/ejournal.poltekkes.pontianak.com. Hlm. 31─2.
Sutanto, Andina Vito. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Yuliana Wahida, & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. In asuhan kebidanan masa nifas (p. 2).

11

Anda mungkin juga menyukai