Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :
NAMA : DITA MULIATY A. MANOPPO
NIM : PO7120421007

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021/2022
A. Tinjauan Medis
1. Defenisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba,
dkk. 2008). Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya
dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan
(Dalami, dkk. 2009).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat
sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak mersaa diperlakukan
sebagai objek.
2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku.
a) Sikap bermusuhan/hostilitas
b) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak
c) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya.
d) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada
pembicaananak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga,
kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam
pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka dengan
musyawarah.
e) Ekspresi emosi yang tinggi
f) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat
bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga.seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
4) Factor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa.Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang
anggota keluarga yang menderita skizofrenia.Berdasarkan hasil
penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya
menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar dizigot
persentasenya 8%.Kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi:
1) Stressor Sosial Budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2) Stressor Biokimia
a) Teori dopamine: Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan
mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamin dalam otak. Karena salah satu kegiatan
MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamin, maka
menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
c) Faktor endokrin: Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan
pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami
penurunan karena dihambat oleh dopamin. Hypertiroidisme,
adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical
seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik.
d) Viral hipotesis: Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat
merubah stuktur sel-sel otak.
3) Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intesitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
4. Rentang Respon

T
erdapat dua respon yang dapat terjadi pada isolasi sosial, yakni:
a. Respons Adaptif
Merupakan suatu respons yang masih dapat diterima oleh norma -norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku dengan kata lain
individu tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan
masalah.
1) Menyendiri (solitude)
Merupakan respons yang dibutuh seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya (instropeksi).
2) Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama
Merupakan kemampuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain serta mampu untuk memberi dan menerima.
4) Interdependen
Merupakan saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal
b. Respon Maladaptif
Merupakan suatu respons yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan disuatu tempat, perilaku respons maladaptif, yakni meliputi:
1) Menarik diri
Merupakan keadaan dimana seseorang yang mengalami kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Ketergantungan
Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dirinya sehingga tergantung dengan orang lain.
3) Manipulasi
Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang
menganggap orang lain sebagai objek dan berorientasi pada diri
sendiri atau pada tujuan, bukan berorientasi pada orang lain. Individu
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
4) Curiga
Merupakan keadaan dimana seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri terhadap orang lain.
5) Impulsif
Keidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mmpunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak.
6) Narkisisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentris, pence,buru dan
marah jika orang lain tidak mendukung.
5. Akibat yang Ditimbulkan
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah
persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan
atau mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi adalah
pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang
tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan
pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori
eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran.
6. Pathway
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.
b. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari ,
dependen.
c. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya
harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang
akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang
hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan
ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan .
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua , putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri
sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat ,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
f) Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak
mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka
menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam
hidup.

g) Aspek medic
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial: menarik
b. Kerusakan komunikasi verbal
c. Sindrom kurang perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
a. Isolasi social
Dibuktikan oleh hal-hal berikut :
1) Menyendiri dalam ruangan,sedih efek datar
2) Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melalakukan kontak mata
3) Sedih, afek datar
4) Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya
5) Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna
6) Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain

Tujuan jangka pendek :

Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat
yang dipercayainya dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan
perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1) Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk


bersosialisasi dengan orang lain.
2) Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.
3) Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain
dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

Intervensi Keperawatan :
1) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang
sering tapi singkat.
Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga
diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2) Perlihatkan penguatan positif pada pasien.
Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
3) Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas
kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar
bagi pasien.
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa
aman bagi pasien.
4) Jujur dan menepati semua janji.
Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan
suatu hubungan saling percaya.
5) Orientasikan pasien pada orang, waktu, tempat sesuai kebutuhannya.
6) Berhati-hatilah dengan sentuhan.
Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan sebagai suatu
yang mengancam..
7) Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan
teknik untuk memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).
Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama
terjadi peningkatan anxietas.
8) Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain.
Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan
mendorong pengulangan perilaku tersebut.
9) Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien.
Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala
psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang
lain.
b. Kerusakan komunikasi verbal
Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini :
1) Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya
2) Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)
3) Menggunakan kata yang tidak berarti
4) Kontak mata kurang/tidak mau menatap lawan bicara

Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1 topik,


menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5
menit dengan perawat selama 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi


verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial
dengan cara yang sesuai / dapat diterima.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1) Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan


diterima orang lain.
2) Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
3) Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan
komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.
Intervensi Keperawatan :
a) Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola
komunikasi pasien.
Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia
dimengerti oleh orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk
mengerti ada pada perawat.
b) Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk
mengerti tindakan dan komunikasi pasien.
c) Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam
bagamana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin
juga dihindari oleh orang lain.
Rasional : Tehnik ini untuk meningkatkan hubungan saling
percaya antara perawat dan pasien, serta pasien dengan
lingkungannya.
d) Jika pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme),
gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.
Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan
rasa percaya dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang
menyakitkan dirinya.
e) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi
yang memuaskan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas
keperawatan.

c. Sindrom kurang perawatan diri


Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini :
1) Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa
makanan dari wadah ke mulut
2) Ketidak mampuan membersihkan tubuh atau bagian bagian tubuh
3) Kurangnya minat dalam memilih pakaian, kelainan kemampuan dalam
berpakaian, dan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4) Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau berkemih tanpa
bantuan

Tujuan jangka pendek :

Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup


sehari-hari dalam 1 minggu.

Tujuan jangka panjang :

Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan


mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.

Kriteria hasil yang diharapkan :

1) Pasien makan sendiri tanpa bantuan.


2) Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya
tanpa bantuan.
3) Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi
setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa
bantuan.
Intervensi keperawatan :
a) Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai
tingkat kemampuan pasien.
Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam
melakukan aktifitas akan meningkatkan harga diri.
b) Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak
dapat melakukan beberapa kegiatan.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas
dalam keperawatan.
c) Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya
mandiri.
Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri dan
mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.
d) Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang
menurut pasien sulit melakukannya.
Rasional : Penjelasan harus sesuai dengan tingkat pengertian yang
nyata.
e) Buat catatan secara terinci tentang makanan dan cairan.
Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran
nutrisi yang adekuat.
f) Berikan makanan kudapan dan cairan diantara waktu makan.
Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan
dalam jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan
penambahan diluar waktu makan.
g) Jika pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan
makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri yang membukanya,
atau disajikan dalam kekeluargaan.
Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari hidangan
yang sama.
h) Tetapkan jadwal defekasi dan berkemih, bantu pasien ke kamar
mandi sesuai jadwal, sampai pasien mampu melakukan tanpa
bantuan orang lain.Dukung kemandirian pasien, tapi
berikanbantuan saat pasien  tidak mampu melakukan beberapa
kegiatan. (Kusumawati,)
4. Strategi Pelaksanaan
a. SP 1 Pasien:
1. Identifikasi penyebab:
a) Siapa yang satu rumah dengan pasien?
b) Siapa yang dekat dengan pasien? Dan apa sebabnya?
c) Siapa yang tidak dekat dengan pasien? Apa penyebabnya?
2. Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain
3. Latihan berkenalan
4. Masukkan jadwal kegiatan pasien
b. SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1).
2. Melatih berhubungan social secara bertahap (pasien dan keluarga)
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2).
2. Latih ADL (Kegiatan sehari –hari), cara bicara.
3. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien.
d. SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial serta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
4. Bermain peran dalam merawat pasien isolasi sosial (Simulasi)
5. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
e. SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan isolasi sosial.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1, 2).
2. Evaluasi kemampuan klien
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

DAFTAR PUSTAKA

 Keliat,Budi Anna. 2009 .Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik


Diri.Jakarta:FIK UI.
 Kusumawati,Farida dan Yudi Hartono.2011.Buku Ajar Keperawatan
Jiwa.Jakarta:Salemba Medika.
 Lilik, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Indonesia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai