ASFIKSIA RINGAN
DI RUANG BERSALIN
RSUD Dr HARYOTO LUMAJANG
Oleh :
1. Konsep Penyakit
A. Definisi
Asfiksia adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan
berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan
tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru
dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut
hipoksia dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan
kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan
pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 saat janin di uterus hipoksia. Apgar
skor yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan
memperhatikan angka kematian yang tinggi.
Asfiksia neonatum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul didalam kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir.
B. Etiologi
Etiologi secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas ataau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir.
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu, oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi
selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan
karbon monoksida, tekanan darah ibu yang rendah.
b. Penyakit pembuluh darah yang mengganngu aliran darah uterus, kompresi
vena kava dan aorta saat hamil, gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak akibat perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsia.
c. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Gravida empat atau
lebih.
2. Faktor plasenta
Faktor yang dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen kebayi sehingga
dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir antara lain:
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tak menempel
d. Solusio plasenta
e. Perdarahan plasenta
f. Prolapsus tali pusat
3. Faktor janin/neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi dikarenakan oleh
pemakaian obat seperti anestesi atau analgetika yang berlebihan pada ibu yang
secara langsung dapat menimbulkan depresi pada pusat pernapasan janin.
Asfiksia yang dapat terjadi tanpa didahukui dengan tanda dan gejala gawat janin
antara bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan dengan
tindakan :
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
d. Prematur
e. Gemeli
f. Kelainan congenital
g. Pemakaian obat anestesi
h. Trauma yang terjadi akibat persalinan
i. air ketuban bercampur mekonium
4. Faktor persalinan
a. Partus lama
b. Partus tindakan
C. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis, Klasifikasi
Pada umumnya, asfiksia neonatorum dengan masalah kekurangan O2 menunjukkan
pernapasan yang cepat dalam periodeyang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan
pernapasan berhenti dan denyut jantung menurun. Sedangkan tonus neuromuskular
berkurang secara berangsur–angsur dan memasuki periode apnue primer. Adapun
gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung dan nadi berdenyut cepat, anak terlihat lemas, menurunnya
tekanan O2 anaerob (PaO2), meningginya tekanan CO2 darah (PaO2), menurunnya Ph
(akibat asidosis respiratorik dan metabolik), yang digunakan sebagai sumber glikogen
bagi tubuh anak dan metabolisme anaerob, serta terjadinya perubahan sistem
kardiovaskuler.Pada asfiksia tingkat selanjutnya, juga akan terjadi perubahan yang
disebabkan oleh beberapa keadaan. Diantaranya adalah hilangnya sumber glikogen
dalam jantung sehingga mempengaruhi fungsi jantung, terjadinya asidosis metabolik
yang mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus kurang adekuat
sehingga darah mengalami gangguan.
1. Pada kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau kurang dari 100x/menit,
halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
c. Jika DJJ 100x/menit ke bawah dan ada mekonium: janin dalam gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik: kejang,
nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis
h. Bayi tidak bernafas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari
100x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Destruksi tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah lahir rata-rata 40-
50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ke 3
2. Penilaian APGAR score
3. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
4. Pemeriksaan pH darah janin dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan
lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah
janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunya pH.
Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.
5. Analisa Gas Darah : Analisa dilakukan pada darah arteri, untuk mengetahui adanya
asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan tingkat
saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini ini dilakukan untuk mengetahui
oksigenasi, evaluasi tingkat tingkat kemajuan terapi.
E. Penatalaksanaan
a. Mengobservasi bayi yang telah berhasil diresustasi untuk kelompok pada tanda-
tanda berikut :
1. Pernafasan spontan tidak ada
2. Aktivitas kejang pada 12 jam pertama setelah lahir
3. Penurunan atau peningkatan haluaran urine
4. Perubahan metabolic
5. Peningkatan TIK
b. Mengurangi stimulus lingkungan yang merugikan
c. Membantu tingkat reaksi, aktivitas, tonus otot dan postur bayi
d. Memberi obat-obatan yang diprogramkan, misal obat anti kejang
e. Memberi dukungan pernafasan
f. Memantau komplikasi
1. Ukur dan catat asupan dan haluaran untuk mengevaluasi fungsi ginjal
2. Periksa setiap berkemih (darah)
3. Periksa setiap feses (darah)
4. Lakukan penentuan glukosa darah untuk mendeteksi hipoglikemia
g. Memberi dan mempertahankan cairan intra vena
h. Memberi penyuluhan dukungan emosional
i. Membersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir dengan menggunakan kasa
steril.
j. Apabila bayi tidak menangis lakukan rangsangan tartil dengan cara menepuk nepuk
kaki, mengelus-elus dada, perut atau punggung. Jika bayi masih belum menangis
setelah dilakukan rangsangan tartil maka lakukan nafas buatan mulut ke mulut atau
dengan ventilasi tekanan positif.
Langkah – langkah ventilasi :
1. Pasangan sungkup, perhatikan lekatan.
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik.
4. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontar teratur atau tidak.
F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
1. Edema otak & perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak akan menurun,
keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini
dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan
perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke
organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditanganin akan menyebabkan koma
karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak
PATHWAT ASFIKSIA
II. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Dasar
A. Pengkajian
Hal-hal yang dikaji pada bayi baru lahir dengan asfiksia meliputi :
a. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali permenit. Tekanan darah 60-80
mmHg sistolik dan 40-50 mmHg diastolik
1. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediasternum pada ruang intercostae III/IV
2. Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama kehidupan
3. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
b. Eleminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Neurosensori
1. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2. Sadar dan aktif memdemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (priode pertama reaktivitas), penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma)
3. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemiia, atau efek nekrotik)
d. Pernapasan
1. APGAR score optimal : antara 7 sampai dengan 10
2. Rentang RR normal dari 30-60 kali/menit, pola periodik dapat terlihat
3. Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik thorax :
kartilago xifoid menonjol umum terjadi
e. Keamanan
suhu normal pada 36,5 sampai dengan 37, 5℃ ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E Marlynn & Moerhorse, Mary Fraces. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. EGC. Jakarta
Kosim MS. 1998, Asfiksia Neonatorum dalam Kumpulan Makalah Penelitian Dokter
Spesialis Anak dalam Bidang NICU untuk RSU kelas B Tingkat Nasional. Semarang :
IAI.
Zone,zie.2013.16.Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Asfiksia