KEKERASAN (RPK)
E. RENTANG RESPON
Menurut Direja (2011) rentang respon perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
Adaptif Mal adaptif
Keterangan:
1. Asetif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif: perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tapi tidak
terkontrol.
5. Kekerasan: perasan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
F. MEKANISME KOPING
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego
seperti displacement, sublimasi, proyeksi represif, denial dan reaksi formasi (Grabb,
2010).
G. POHON MASALAH
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai dosis
efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan transquilizer
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal
145).
2. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur
dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu
diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi
dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program
kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptif (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptif ke
perilakuadaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga
dapat ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
4. Terapi somatic
Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindakan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko Prabowo,
2014: hal 146).
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi
kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi
biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo,
2014: hal 146).
I. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proes keperawatan
terdiri drai pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokkan data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi,
2015) :
a. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian,
tanggal dirawat, nomor rekam medis.
b. Alasan masuk Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan,
membanting peralatan dirumah, menarik diri.
c. Faktor predisposisi
1) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam keluarga
3) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
d. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak, kekerasan dalam
keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
dengan klien serta konflik antar masyarakat.
e. Fisik Tidak mengalami keluhan fisik.
f. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri : klien
biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien menyadari peran
sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai
diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah sehubungan dengan
sakitnya.
3) Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan keluarga.
4) Spiritual Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang
tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau sangat berlebihan.
g. Mental
1) Penampilan Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau
cocok dan berubah dari biasanya
2) Pembicaraan Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti
kehilangan, tidak logis, berbelit-belit
3) Aktifitas motorik Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan
beberapa gerakan yang abnormal.
4) Alam perasaan Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
5) Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
6) Interaksi selama wawancara Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap
klien yang tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan.
7) Persepsi Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait
tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa sendiri,
menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak dapat membedakan
nyata atau tidak nyata, tidak dapat memusatkan perhatian, curiga,
bermusuhan, merusak, takut, ekspresi muka tegang, dan mudah
tersinggung.
8) Proses pikir Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut dan merasa
aneh terhadap klien.
9) Isi pikir Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan
latar belakang budaya klien. Ketidakmampuan memproses stimulus
internal dan eksternal melalui proses informasi dapat menimbulkan
waham.
10) Tingkat kesadaran Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap
orang, tempat dan waktu.
11) Memori Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan peraturan yang
telah disepakati, tidak mudah tertarik. Klien berulang kali menanyakan
waktu, menanyakan apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik,
permisi untuk satu hal.
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung Kemampuan mengorganisir dan
konsentrasi terhadap realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar
berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah mengalihkan
perhatian, mengalami masalah dalam memberikan perhatian.
13) Kemampuan penilaian Klien mengalami ketidakmampuan dalam
mengambil keputusan, menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga
tidak mampu melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Sering tidak
merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
14) Daya tilik diri Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan. Menilai dan mengevaluasi diri sendiri, penilaian terhadap
lingkungan dan stimulus, membuat rencana termasuk memutuskan,
melaksanakan keputusan yang telah disepakati. Klien yang sama seklai
tidak dapat mengambil keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi
ini sering mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
h. Kebutuhan persiapan klien pulang
1) Makan Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak memiliki
minat dan kepedulian.
2) BAB atau BAK Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan diri.
3) Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama
sekali.
4) Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
5) Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.
6) Pemeliharaan kesehatan Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran
keluarga dan sistem pendukung sangat menentukan.
7) Aktifitas dalam rumah Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam
rumah seperti menyapu.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian diatas di peroleh diagnosa keperawatan sebagai berikut (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Alam 1 3
perasaan
depresi
Perubahan Setelah dilakukan tidakan Manajemen halusinasi
keperawatan selam 3 x 24 jam di Observasi:
Persepsi
harapkan perubahan presepsi : Monitor perilaku yang
Sensori : Halusinasi membaik dengan mengindikasi halusinasi
Halusinasi kriteria hasil : Monitor dan tingkat
Awal Akhir aktivitas dan stimulasi
Verbalisasi 1 3 lingkungan
mendengar Monitor isi halusinasi
bisikan Terapeutik:
Distorsi 1 3 Pertahankan lingkungan
sensori aman
Perilaku 1 3 Lakukan tindakan
halusinasi keselamatan ketika tidak
Melamun 1 3 dapat mengontrol perilaku
Curiga 1 3
Diskusi perasaan dan
respon terhadap halusinasi
Hindari perdebatan tentang
validasi halusinasi
Edukasi:
Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjadi
halusinasi
Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberikan dukungan dan
umpan korektif halusinasi
Anjurkan melakukan
distraksi
Ajarkan keluarga dan
pasien cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antipsikolitik
Kemampuan 1 2
membuat
keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Grabb, H. K. & B. S. & J. (2010). Psikiatri Ilmu PengetahuanPerilaku Psikiatri Klinis. Bina
Rupa Kampus.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi Dan
Indikator Diagnosis) (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (definisi Dan
Kriteria Hasil (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.