Anda di halaman 1dari 12

Basicedu Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018 Halaman 11-21

JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
http:// stkiptam.ac.id/indeks.php/basicedu

ANALISIS KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM IMPLEMENTASI


PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD

Rizki Ananda1 Fadhilaturrahmi2

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai1


rizkiananda@universitaspahlawan.ac.id1
arkhan88fadhila@gmail.com2

Abstrak
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 mengisyaratkan penggunaan pendekatan
tematik dalam pembelajaran kelas 1 sampai kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Bahkan dewasa ini pasca
diberlakukannya Kurikulum 2013, pendekatan tematik wajib diimplementasikan dari kelas 1 sampai kelas 6
pada proses pembelajaran. Adalah menjadi hal yang penting bagi guru SD untuk dapat melaksanakan
pendekatan tematik sebagai tanggung jawab profesi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis
pemahaman guru SD tentang pendekatan tematik, 2) mendapatkan profil kemampuan guru SD dalam
melaksanakan pendekatan tematik, dan 3) mengetahui hambatan-hambatan guru dalam mengimplementasikan
pendekatan tematik di SD. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian guru
kelas 1 sampai kelas 3 di lima SD Kecamatan Bangkinang Kota. Data dikumpulkan dengan observasi dan
wawancara. Triangulasi dilakukan melalui focus group discussion antara peneliti, guru, dan kepala sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara konsep guru memahami pendekatan tematik dengan baik, namun
pada pelaksanaannya 6 dari 9 orang guru yang diteliti tidak melaksanakan pendekatan tematik dalam
pembelajaran. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sebagian besar guru mengalami kendala dalam
mengimplementasikan pendekatan tematik pada proses pembelajaran.
Kata Kunci: kemampuan guru, guru sekolah dasar, pendekatan tematik
Abstract
Regulation of the Minister of National Education No. 41 of 2007 hinted at the use of thematic approach in the
learning of grade 1 to grade 3 of elementary school (SD). Even today after the implementation of the 2013
curriculum, the thematic approach must be implemented from class 1 to grade 6 in the learning process. It is
important for elementary school teachers to be able to implement thematic approaches as professional
responsibilities. This study aims to: 1) analyze elementary school teachers 'understanding of the thematic
approach, 2) get the profile of elementary school teachers' ability in implementing thematic approaches, and 3)
find out the constraints of teachers in implementing thematic approaches in elementary schools. The research
used qualitative descriptive method with research subjects of grade 1 to grade 3 teachers in five SD
Kecamatan Bangkinang Kota. Data is collected by observation and interview. Triangulation is carried out
through focus group discussions between researchers, teachers, and principals. The results of the study
showed that the teacher understood the thematic approach well, but in practice 6 of the 9 teachers studied did
not carry out the thematic approach to learning. This study also revealed that most teachers experience
obstacles in implementing thematic approaches to the learning process.
Keywords: the ability of teachers, elementary school teachers, thematic approaches
@Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2018
 Corresponding author :
Address : Jl. Tuanku Tambusai No.23 Bangkinang Kota ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email :rizkiananda@universitaspahlawan.ac.id ISSN 2580-1147 (Media
Online) Phone : 085376406611

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
12 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

PENDAHULUAN pembelajaran tematik diharapkan


Sebelum dikeluarkannya Permendiknas permasalahan-permasalahan yang terjadi
Nomor 22 Tahun 2006 kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran di kelas awal SD dapat
di Sekolah Dasar (SD) kelas rendah (I, II, dan diatasi dengan baik. Pembelajaran tematik
III) untuk setiap mata pelajaran dilakukan lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara terpisah, misalnya IPS 2 jam pelajaran, dalam proses belajar secara aktif dalam proses
PKn 2 jam pelajaran, Bahasa Indonesia 2 jam pembelajaran sehingga siswa dapat
pelajaran dan sebagainya. Pembelajaran yang memperoleh pengalaman langsung dan terlatih
menyajikan mata pelajaran secara terpisah untuk dapat menemukan sendiri berbagai
tersebut dinilai kurang mengembangkan anak pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui
untuk berpikir holistik dan menyulitkan pengalaman langsung siswa akan memahami
mereka dalam belajar. Selain itu, juga konsep-konsep yang mereka pelajari dan
menimbulkan berbagai permasalahan, antara menghubungkannya dengan konsep lain yang
lain tingginya angka mengulang kelas dan telah dipahaminya.
putus sekolah pada siswa SD kelas rendah. Harapan akan pembelajaran pada kelas
Menurut data Depdiknas tahun 1999/2000 rendah sekolah dasar seperti yang dijabarkan
menunjukkan, angka mengulang kelas untuk di atas berbeda dengan kondisi riil yang terjadi
kelas satu sebesar 11,6%, kelas dua 7,51 %, di lapangan. Berdasarkan hasil tugas mata
kelas tiga 6,13 %, kelas empat 4,64 %, kelas kuliah yang peneliti berikan kepada
lima 3,1 %, dan kelas enam 0,37 %. Padatahun mahasiswa tentang observasi proses
yang sama angka putus sekolah untuk kelas pembelajaran pada kelas rendah, realitasnya
satu sebesar 4,22 %, kelas dua 0,83 %, kelas banyak guru belum benar-benar memahami
tiga 2,27 %, kelas empat 2,71 %, kelas lima pembelajaran tematik. Bahkan ada sebagian
3,79 %, dan kelas enam 1,78 %. Data tersebut guru yang tidak paham sama sekali bagaimana
menunjukkan bahwa angka mengulang kelas menerapkan pembelajaran tematik mulai dari
dan angka putus sekolah untuk kelas awal SD perencanaan, proses, dan evaluasi
cukup tinggi dibanding kelas tinggi. pembelajaran tematik. Hal ini tentu akan
Melihat kelemahan-kelemahan berakibat buruk terhadap proses pembelajaran
tersebut, pemerintah mengeluarkan yang terjadi di sekolah-sekolah dasar,
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. khususnya di sekolah dasar kelas I, II, dan III.
Implikasi dari kebijakan ini pendekatan yang Adanya realitas tersebut, penelitian dengan
digunakan dalam pembelajaran di SD kelas topik pembelajaran tematik dipandang sangat
rendah (kelas I, II, dan III) adalah penting dan sesuai dengan kebutuhan guru.
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
adalah pembelajaran terpadu yang mencermati lebih mendalam mengenai
menggunakan tema untuk mengaitkan permasalahan dalam implementasi
beberapa mata pelajaran sehingga dapat pembelajaran tematik di sekolah dasar se-
memberikan pengalaman bermakna kepada Kecamatan Bangkinang Kota.
siswa. Berdasarkan latar belakang penelitian
Menurut Piaget (dalam Joni, 1996) di atas, tiga pertanyaan penelitian yang
anak di kelas awal SD berada pada masa dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
rentangan usia dini dan pada masa tersebut 1) Bagaimanakah pemahaman guru SD
kemampuan anak untuk bergaul dengan hal- Bangkinang Kota tentang pendekatan tematik?
hal yang bersifat abstrak pada umumnya baru 2) Bagaimana kemampuan guru SD
terbentuk pada usia ketika mereka duduk di Bangkinang Kota dalam melaksanakan
kelas terakhir SD dan berkembang lebih lanjut pendekatan tematik? 3) Hambatan-hambatan
pada usia SMP. Oleh sebab itu, pengalaman apa saja yang dialami guru dalam
belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur- mengimplementasikan pendekatan tematik di
unsur konseptualnya, baik intra maupun SD Bangkinang Kota?
antarbidang studi akan meningkatkan peluang Winkel (dalam Sutikno, 2009:31)
bagi terjadinya pembelajaran yang lebih mengartikan pembelajaran sebagai
efektif. Sejalan dengan pendapat di atas, seperangkat tindakan yang dirancang untuk
Depdiknas (2006:1) mengatakan sebagian mendukung proses belajar peserta didik,
besar siswa SD tidak mampu menghubungkan dengan memperhitungkan kejadian-kejadian
antara pengetahuan yang dipelajari dengan eksternal yang berperanan terhadap rangkaian
cara menggunakan dan memanfaatkan kejadian-kejadian internal yang berlangsung di
pengetahuan itu. Oleh karena itu, melalui dalam diri peserta didik. Dalam pengertian

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
13 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

lain, pembelajaran adalah suatu proses Prinsip pengelolaan pembelajaran,


terjadinya interaksi antara pelajar (mahasiswa) artinya guru harus mampu menempatkan diri
dan pengajar (dosen/ instruktur) dalam upaya sebagai fasilitator dan mediator dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang pembelajaran. Menurut Prabowo (dalam
berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam Trianto, 2012:85) bahwa dalam pengelolaan
jangka satuan waktu tertentu pula (Hamalik, pembelajaran hendaklah guru dapat bertindak
2007:162). sebagai berikut: (1) Guru hendaknya jangan
Pembelajaran tematik dapat diartikan menjadi single actor yang mendominasi
suatu kegiatan pembelajaran dengan pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
mengintegrasikan materi beberapa mata (2) Pemberian tanggung jawab individu dan
pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
Sutirjo dan Mamik Sri Istuti (dalam menuntut adanya kerja sama kelompok; (3)
Suryosubroto, 2009:133) menyatakan bahwa Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-
pembelajaran tematik merupakan satu usaha ideyang terkadang sama sekali tidak
untuk mengintegrasikan pengetahuan, terpikirkan dalam perencanaan.
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, Prinsip evaluasi, Evaluasi pada
serta pemikiran yang kreatif dengan dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan.
menggunakan tema. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan
Menurut Sri Anitah (2009:2.33) evaluasi dalam pembelajaran tematik
pembelajaran tematik merupakan strategi diperlukan beberapa langkah-langkah positif
pembelajaran untuk memberikan pengalaman antara lain: (1) memberi kesempatan kepada
bermakna kepada siswa dengan melibatkan siswa untuk melakukan evaluasi diri di
beberapa mata pelajaran. Prioritas samping bentuk evaluasi lainnya: (2) guru
pembelajaran tematik adalah terciptanya perlu mengajak para siswa untuk
pembelajaran bersahabat, menyenangkan dan mengevaluasi perolehan belajar yang telah
bermakna. Karakteristik pembelajaran tematik dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan
adalah pada siswa, fleksibel tidak ada pencapaian tujuan yang akan dicapai.
pemisahan mata pelajaran dan dapat Prinsip reaksi, Dampak pengiring yang
mengembangkan bakat sesuai minat siswa, penting bagi perilaku secara sadar belum
menumbuhkembangkan kreativitas siswa, tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar
kemampuan sosial. mengajar. Karena itu guru dituntut agar
Trianto (2012:85-86) menyatakan mampu merencanakan dan melaksanakan
bahwa secara umum prinsip-prinsip pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan tujuan-tujuan pembelajaran.Guru harus
sebagai berikut; Prinsip penggalian tema, bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua
merupakan prinsip utama dalam pembelajaran peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang
tematik. Dengan demikian dalam penggalian sempit melainkan ke suatu keastuan yang utuh
tema tersebut hendaklah memerhatikan dan bermakna. Pembelajaran tematik
beberapa persyaratan antara lain: (1) Tema memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan menemukan kiat-kiat untuk memunculkan hal-
mudah dapat digunakan untuk memadukan hal yang dicapai melalui dampak pengiring
banyak mata pelajaran; (2) Tema harus tersebut.
bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih Sementara itu prinsip dasar
untuk dikaji harus memberikan bekal bagi pembelajaran tematik menurut Suryosubroto
siswa untuk belajar selanjutnya; (3) Tema (2009:133-134) antara lain: 1) bersifat
harus disesuaikan dengan tingkat kontekstual atau terintegrasi dengan
perkembangan psikologis anak; (4) Tema lingkungan; 2) bentuk belajar harus dirancang
dikembangkan harus mewadahi sebagian besar agar siswa bekerja secara sungguhsungguh
minat anak; (5) Tema yang dipilih hendaknya untuk menemukan tema pembelajaran yang
mempertimbangkan peristiwa-peristiwa riil sekaligus mengaplikasikannya; 3) efisiensi
otentik yang terjadi di dalam rentang waktu dalam segi waktu, beban materi, metode, dan
belajar; (6) Tema yang dipilih hendaknya penggunaan sumber belajar yang otentik.
mempertimbangkan kurikulum yang berlaku Pembelajaran tematik sebagai suatu
serta harapan masyarakat; (7) Tema yang strategi pembelajaran memiliki tiga langkah
dipilih hendaknya juga mempertimbangkan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
ketersediaan sumber belajar. evaluasi. Langkah-langkahpembelajaran

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
14 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

tematik diuraikan sebagai berikut (Trianto, Membuat kontrak belajar, bagi siswa kelas
2007); tinggi mereka diarahkan untuk membuat
Tahap perencanaan, pada tahap kontrak belajar sesuai dengan sub tema yang
perencanaan, proses pembelajaran diawali mereka pelajari. Tetapi bagi siswa kelas
dengan menentukan tema, identifikasi dan rendah, guru langsung melanjutkan dengan
pemilihan sumber belajar, pemilihan aktifitas kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-
dan perencanaan evaluasi. 1) penentuan tema, langkah yang ada pada kegiatan inti di dalam
langkah pertama dalam merencanakan perencanaan pembelajaran. 4) Pengumpulan
pembelajaran terpadu adalah menentukan dan analisis data, tahap ini berisi kegiatan
tema. Dalam penentuan tema ada tiga cara eksplorasi tema atau sub tema sesuai dengan
yang dapat ditempuh, yaitu (a) tema sumber dan aktivitas yang dipilih. 5)
ditentukan oleh guru, (b) tema ditentukan oleh Penyajian hasil belajar, merupakan langkah
siswa dan (c) tema diputuskan bersama antara terakhir dalam pembelajaran tematik. Langkah
guru dan siswa. 2) Identifikasi dan pemilihan ini sering disebut dengan kulminasi. Pada
sumber belajar, menentukan sumber-sumber langkah ini siswa diajak menyajikan hasil-
belajar yang sesuai dan dapat digunakan oleh hasil belajarnya, baik melalui pemaparan,
siswa dalam mengeksplorasi tema. Sumber- demonstrasi atau pemajangan.
sumber belajar yang digunakan antara lain Tahap evaluasi, tahap ini meliputi dua
berupa (a) barang cetakan, seperti buku, hal pokok yaitu membahas tetang: 1) fokus
majalah, koran, gambar, grafik dan
sasaran evaluasi, pembelajaran tematik bukan
sebagainya; (b) benda-benda asli atau benda
tiruan, seperti alat peraga, miniatur, hanya tertuju pada hasil belajar dan yang
lingkungan dan sejenisnya. 3) Pemilihan bersifat kognitif saja, melainkan dipusatkan
aktivitas, jenis tema dan tujuan belajar yang juga pada proses yang terjadi selama
hendak dicapai berpengaruh terhadap jenis berlangsungnya kegiatan pembelajaran. 2)
aktivitas siswa. Misalnya tema lingkungan Teknik evaluasi, Sesuai dengan karakteristik
sekolah lebih banyak menuntut siswa untuk pembelajaran tematik yang fokus pada proses
melakukan pengamatan dan wawancara.
Sementara itu tema air lebih banyak menuntut maupun isi pembelajaran secara terpadu, maka
siswa melakukan percobaan, pengamatan, dan teknik evaluasi yang digunakan hendaknya
wawancara. 4) Perencanaan evaluasi, tujuan bersifat komprehensif. Selain menggunakan
belajar yang akan dicapai dan jenis aktivitas teknik tes, penggunaan teknik non-tes
siswa akan sangat menentukan teknik evaluasi mendapat porsi yang dominan. Hal ini
yang akan digunakan. Hal-hal yang dievaluasi memungkinkan guru untuk melakukan
meliputi produk, kinerja, kumpulan karya
evaluasi dalam latar yang alami..
(portofolio) dan proyek anak. Teknik yang
digunakan dalam mengevaluasi antara lain METODE PENELITIAN
pengamatan, dengan perangkat pendukungnya
seperti daftar cek, skala bertingkat, tes maupun Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
wawancara. Dasar yang terletak di Kecamatan Bangkinang
Tahap pelaksanaan, pada tahap ini Kota. Sekolah yang dimaksud adalah; SDN
dimulai dengan tahap: 1) penyajian tema, Cara
016 Bangkinang Kota, SDN 003 Bangkinang
penyajian tema dalam pembelajaran terpadu
ditentukan oleh bagaimana tema itu dipilih. Kota, dan SDN 018 Pahlawan Ridan Permai
Jika tema dipilih sendiri oleh guru, maka Subjek dalam penelitian ini adalah
penyajian tema akan diikuti penjelasan dari guru kelas I, II, dan III, di tiga SD lokasi
guru. Apabila tema itu dipilih oleh siswa, penelitian. Jadi dalam studi kasus ini, peneliti
maka penyajian tema dilakukan melalui tidak mengambil secara keseluruhan
pengajuan pertanyaan kepada siswa mengenai komponen-komponen yang ada di tiga SD
hal-hal yang ingin mereka pelajari, dan
Bangkinang Kota. Penelitian hanya dibatasi
seterusnya. 2) Curah pendapat, merupakan
kegiatan yang terkait erat dengan penentuan terkait dengan proses pembelajaran tematik,
tema kedalam sub-sub tema. Pada kesempatan serta seluruh aktivitas guru dan siswa selama
ini siswa secara aktif menyampaikan tentang dalam proses pembelajaran. Tujuan
hal-hal yang ingin mereka pelajari dan guru pembatasan ini adalah agar kajian analisis
menuliskan pendapat siswa di papan sehingga kemampuan guru dalam implementasi
terbentuk jaringan tema ke sub-sub tema. 3)

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
15 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

pembelajaran tematik dapat dilakukan secara tematik, pelaksanaan pembelajaran tematik,


komprehensif dan mendalam. dan kendala-kendala dalam pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam tematik. Kasus yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. penelitian adalah implementasi pendekatan
Digunakannya pendekatan kualitatif karena tematik dalam pembelajaran di SD
Bangkinang Kota yang akan diteliti. Kasus
dalam penelitian ini, akan dilakukan kajian
tersebut dibatasi dalam konteks pembelajaran
terhadap aktivitas sejumlah kelompok manusia pada kelas rendah SD pada sekolah yang
yang sedang berlangsung dalam proses menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
kegiatan pendidikan. Bogdan dan Biklen Pendidikan (KTSP) dan semua kelas pada
(1982:3) menjelaskan bahwa “dalam bidang sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum
pendidikan, penelitian kualitatif sering disebut 2013 melalui pendekatan tematik. Penggunaan
pendekatan kualitatif dengan metode studi
penelitian naturalistik, karena penelitian ini
kasus diharapkan dapat mengungkap aspek-
sering berada di tempat dimana peristiwa- aspek yang diteliti.
peristiwa yang menarik perhatian terjadi Instrumen utama dalam penelitian ini
secara alamiah”. Atas dasar itu, maka adalah peneliti sendiri, artinya peneliti terjun
penelitian ini dapat digolongkan ke dalam langsung ke lapangan untuk mencari informasi
penelitian kualitatif-naturalistik. Penelitian yang berhubungan dengan fokus penelitian
kualitatif-naturalistik, peneliti memperlakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi,
dan catatan lapangan (field notes). Hal ini
dirinya sebagai instrument utama (human
sesuai dengan pendapat Cresswel (2010:261)
instrument) yaitu bergerak dari hal-hal yang yang mengatakan “dalam penelitian kualitatif,
spesifik, dan dari tahapan yang satu ke tahap peneliti berperan sebagai instrument kunci
berikutnya, serta memadukannya sedemikian (researcher as key instrument) mengumpulkan
rupa sehingga pada akhirnya dapat ditemukan data melalui dokumentasi, observasi perilaku
kesimpulan-kesimpulan. Sejalan dengan itu, atau wawancara. Human instrument ini
Creswell (2010:261) mengatakan bahwa dibangun atas dasar pengetahuan dan
menggunakan metode yang sesuai dengan
dalam penelitian kualitatif peneliti adalah
tuntutan penelitian”. Untuk memudahkan
instrument kunci (researcher as key pengumpulan data di lapangan, peneliti
instrument) yang mengumpulkan sendiri data dipandu oleh pedoman observasi, pedoman
melalui dokumentasi, observasi dan wawancara, dan rambu-rambu studi
wawancara dengan partisipan. dokumentasi.
Kecenderungan peneliti memilih Analisis data mengikuti cara Miles dan
pendekatan ini, karena masalah yang diteliti Huberman (Sugiyono, 2012) yang terdiri dari
sedang berlangsung dalam proses kegiatan empat alur kegiatan, yaitu: pengumpulan data,
pendidikan, yaitu kegiatan pembelajaran di reduksi data, display data, dan verifikasi/
kelas rendah dengan menggunakan pendekatan menyimpulkan data.
tematik. Selanjutnya alasan peneliti memilih Alur kegiatan di atas dapat dijabarkan
pendekatan kualitatif-naturalistik adalah bahwa empat jenis kegiatan utama yakni
disebabkan data yang akan diperoleh dari pengumpulan data, reduksi data, display data,
penelitian ini di lapangan lebih banyak dan verifikasi/ menyimpulkan data merupakan
menyangkut perbuatan dan ungkapan kata- proses siklus interaktif. Reduksi data dalam
kata dari responden yang sedapat mungkin penelitian akan dilakukan dengan cara
bersifat alami, tanpa adanya rekayasa. mengelompokkan data yang telah terkumpul
Sebagaimana Moleong (2006:3) mengatakan sesuai dengan aspek-aspek permasalahan
bahwa “penelitian kualitatif merupakan penelitian. Reduksi data ini dilakukan untuk
prosedur penelitian yang menghasilkan data menajamkan dan mengorganisasikan data
kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lapangan yang diperoleh dari hasil observasi,
lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”. wawancara, dokumentasi, dan catatan
Metode yang digunakan adalah metode lapangan. Dengan demikian kesimpulannya
studi kasus dimana pada penelitian ini dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan
berusaha mengungkap penerapan pendekatan penelitian terhadap masalah yang diteliti.
tematik dalam proses pembelajaran yang Data yang telah direduksi kemudian
meliputi pemahaman guru tentang pendekatan disajikan (display) dalam bentuk deskripsi
sesuai dengan aspek-aspek penelitian.

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
16 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

Penyajian data ini dimaksudkan untuk tuntutan dari kebijakan perubahan kurikulum
memudahkan peneliti menafsirkan data dan secara nasional. Artinya guru pada dua SD
menarik kesimpulan. Berdasarkan kepada tersebut tidak mampu menjelaskan alasan
aspek penelitian, maka data yang diperoleh filosofis penerapan pembelajaran tematik di
dari lapangan akan disajikan secara struktural SD.
mengenai keadaan faktual tentang Hal yang agak berbeda peneliti
implementasi pembelajaran tematik di SD dapatkan dari 3 orang guru yang bersedia
Kecamatan Bangkinang Kota. menjadi responden di SD Pahlawan Ridan
Permai. Untuk diketahui guru-guru SD
HASIL PENELITIAN Pahlawan rata-rata memiliki pengalaman
Pemahaman guru tentang pendekatan kurang dari 5 tahun dan merupakan guru-guru
tematik didapatkan dari hasil wawancara muda. Berdasarkan jawaban dari wawancara
terhadap sembilan orang guru di SD yang yang dilakukan ditemukan bahwa hampir
diteliti. Di SD 016 Bangkinang Kota dan SD semua guru mampu menjelaskan dan
003 Bangkinang Kota yang rata-rata guru pada memahami pendekatan tematik. Hal ini terlihat
dua Sekolah tersebut sudah memiliki dari jawaban responden bahwa pendekatan
pengalaman mengajar di atas 25 Tahun tematik merupakan pendekatan yang
didapatkan informasi secara umum bahwa memadukan dua mata pelajaran atau lebih
hampir seluruhnya dapat menjelaskan dengan menggunakan tema sebagai
mengenai pendekatan tematik walaupun tidak penghubung mata pelajaran. Ketika diberikan
dijelaskan sesuai dengan definisi tematik pertanyaan lanjutan untuk lebih menggali
menurut teorinya. pemahaman guru, pada umumnya guru-guru di
Untuk mengkonfirmasi lebih lanjut SD Pahlawan juga menyatakan sangat setuju
mengenai pemahaman guru terkait pendekatan bahwa Pembelajaran tematik merupakan suatu
tematik pada dua sekolah di atas, peneliti model pembelajaran yang paling sesuai untuk
melakukan pertanyaan lanjutan tentang arti siswa SD kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3 SD).
pentingnya penggunaan pendekatan tematik
dilaksanakan untuk siswa Sekolah Dasar.
Berdasarkan pertanyaan yang kedua ini, dari Kemampuan Guru SD dalam
dua SD di atas peneliti tidak menemukan Melaksanakan Pendekatan Tematik
alasan yang cukup kuat sesuai dengan teori
bahwa sejatinya pembelajaran tematik Untuk mengetahui bagaimana
dilaksanakan pada anak usia SD disebabkan kemampuan guru dalam melaksanakan
anak masih berada pada fase operasional pendekatan tematik, peneliti melakukan
konkrit yang mana cara berfikir anak dalam observasi langsung terhadap proses
belajar masih bersifat holistik. Hampir semua pembelajaran kelas 1 sampai kelas 3 di SD
guru tidak mampu menjawab secara pasti dan yang menjadi tempat penelitian. Berdasarkan
terlihat ragu-ragu dalam memberikan jawaban. hasil observasi terhadap sembilan orang guru
Adapun guru yang menjawab menjelaskan SD di Kecamatan Bangkinang Kota
dasar pentingnya pembelajaran tematik didapatkan gambaran umum sebagai berikut:
dilaksanakan tidak lebih karena alasan Pelaksanaan pembelajaran tematik di 3
tuntutan kurikulum dan kebijakan pemerintah. SD yang diteliti secara umum belum sesuai
Berdasarkan dua pertanyaan yang dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
peneliti ajukan terhadap guru-guru di SD 016 (RPP) yang telah dirancang guru. Pada saat
dan 003 Bangkinang Kota di atas, bisa pelaksanaan pembelajaran guru belum
dipahami bahwa secara teori guru mampu sepenuhnya berpedoman pada RPP. Sehingga
memahami pembelajaran tematik. Meskipun yang sering terlihat dalam proses
tidak dijelaskan menurut definisi yang benar pembelajaran adalah ketidaksesuaian antara
setidaknya guru bisa menjawab bahwa perencanaan yang dibuat guru dengan
pembelajaran tematik adalah pembelajaran pelaksanaan pembelajaran. Pada dasarnya RPP
yang menggabungkan dua atau lebih mata yang dibuat guru di 3SD yang menjadi tempat
pelajaran ke dalam satu tema. Akan tetapi penelitian ini sudah menganut prinsip
alasan penting kenapa tematik perlu pembelajaran tematik. Contohnya saja pada
diimplementasikan untuk anak usia sekolah indikator pencapaian kompetensi, tujuan
dasar, sebagian besar guru tidak mampu pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang
menjawab, terlihat ragu-ragu, adapun yang dirancang guru sudah mengaitkan antara dua
menjawab tidak lebih alasannya karena atau lebih mata pelajaran dengan tema yang

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
17 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

ditetapkan. Namun tematik pada RPP tidak disuruh mengaitkan dengan tema di lingkungan
terlihat ketika guru melaksanakan
pembelajaran. Berdasarkan observasi,
pelaksanaan pembelajaran hampir sebagian
besar dilaksanakan guru kelas 1 sampai 3 SD
dengan mata pelajaran secara terpisah-pisah
(separated), bukan dengan pendekatan tematik
yang seharusnya pembelajarannya terpadu
(integrated).
Untuk mendapatkan klarifikasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan guru, peneliti melakukan
wawancara tentang alasan guru yang tidak
melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan tematik. Berdasarkan jawaban
sebagian besar guru, dijelaskan bahwa guru
merasa tidak yakin materi pembelajaran tidak
tersampaikan secara maksimal kepada peserta
didik jika proses pembelajaran dilakukan
dengan pendekatan tematik. Selanjutnya guru
juga menyampaikan sebagus apapun proses
yang dilakukan dengan tematik, namun jika
peserta didik tidak mendapatkan materi
pelajaran secara utuh tetap saja guru dianggap
tidak berhasil dalam mendidik siswa. Seperti
cuplikan dialog antara peneliti dengan guru
SH di SDN 016 Bangkinang Kota berikut ini:

Peneliti: “Saya melihat RPP yang ibu rancang sudah


menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran. Kenapa pada
pelaksanaan pembelajaran Ibu tidak
melaksanakan sesuai RPP?
Guru : “Pada dasarnya RPP yang kami buat dengan
Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus
Anggrek ini hanya untuk memberikan
jawaban kepada pengawas sekolah dari UPTD
Pendidikan
Kecamatan Bangkinang Kota Pak”.
Peneliti: “Maksudnya bagaimana ya bu?”
Guru : “Maksudnya pak, RPP ini hanya untuk
kepentingan administrasi sekolah saja, Karena
yang dituntut dari guru kan bukan proses pak.
Tapi bagaimana siswa dapat memahami seluruh
materi yang ada pada kurikulum. Contohnya
begini pak, dulu kami sudah berupaya
melaksanakan pembelajaran tematik ini, tapi
pembelajaran tematik ini kan menyita banyak
waktu dibanding pembelajaran dengan mata
pelajaran yang terpisah-pisah. Akhirnya materi
tidak tersampaikan seluruhnya, sehingga siswa
banyak nilainya yang tidak mencapai KKM.
Akhirnya kan gurunya yang dikatakan tidak
profesional dalam mendidik siswa karena nilai
anak banyak yang jelek. Makanya kami
kembali melaksanakan dengan mata pelajaran
saja supaya materi cepat tuntas dan
tersampaikan secara keseluruhan kepada
siswa.”
Peneliti: “Apa yang ibu harapkan dari pemerintah terkait
implementasi pendekatan tematik di SD ini?”
Guru : “Harapan saya pak, mungkin harapan guru-guru
yang lain juga, bahwa pemerintah harus
konsisten dengan kebijakan yang
dikeluarkannya. Kalau pembelajaran harus
dengan pendekatan tematik, biarkan kami guru
yang menentukan ketuntasan dan kelulusan
siswa. Kan dalam pendekatan tematik kita
Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober
2018
18 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

siswa, nah itu sudah kami lakukan dulu tapi guru terkait faktor pendukung dan penghambat
nanti pas ujian soalnya kan datang dari pusat.
Jadi materi yang kami kaitkan dengan pembelajaran tematik, secara umum informasi
lingkungan siswa ketika pembelajaran, pas
evaluasinya materinya justru tidak ada
hubungannya dengan lingkungan siswa yang
sudah kami ajarkan, karena soalnya yang
buat bukan kami. Karena itulah kami
melaksanakan pembelajaran menyesuaikan
dengan tuntutan kelulusan siswa, bukan
tuntutan prosesnya.
Karena sekali lagi yang dinilai dari kinerja
kami adalah hasil belajar siswa pak, bukan
proses siswa belajar.”

Jawaban yang hampir sama juga


peneliti dapatkan dari guru-guru SDN 003
dan SDN Pahlawan. Sebagian besar guru
tidak melaksanakan pembelajaran tematik
bukan karena ketidakmampuan atau tidak
mengerti mengimplementasikannya, akan
tetapi lebih karena alasan teknis untuk
mengejar target ketercapaian materi dan
tuntutan sistem dalam kurikulum pendidikan
nasional. Hampir sebagian besar guru
mengatakan bahwa yang dituntut dari guru
adalah agar materi bisa disampaikan
semuanya kepada siswa, dan nilai siswa di
atas rata-rata sehingga berdampak pada
peringkat sekolah.
Hal lainnya berdasarkan penjelasan
dari guru yang membuat implementasi
pendekatan tematik tidak terlaksana adalah
karena kurangnya pengalaman dan pelatihan
yang didapatkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran tematik. Sementara itu mitra
sesama guru pun tidak ada yang bisa
dijadikan model/panutan dalam
pelaksanaan
pembelajaran tematik yang ideal.
Akan tetapi dari tiga SD yang menjadi
tempat penelitian, SD 003 Bangkinang Kota
lebih konsisten dalam menerapkan
pembelajaran tematik. Hal ini cukup
beralasan karena SD tersebut merupakan
salah satu sekolah yang ditunjuk sebagai pilot
project implementasi kurikulum 2013.
Berdasarkan hasil observasi terlihat guru-
guru pada SD ini sudah berupaya
melaksanakan tematik integratif dalam proses
pembelajaran. Namun dari hasil pengamatan,
perpindahan antara satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya masih terlihat
jelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Peneliti tidak melihat hubungan antara tema
yang digunakan dengan penyampaian materi
pada setiap mata pelajaran yang dikaitkan
oleh guru.

Hambatan-hambatan Guru dalam


Pelaksanaan Pendekatan Tematik
Dari hasil wawancara dengan semua
Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober
2018
19 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

yang didapatkan dapat dideskripsikan sebagai menghubungkannya dengan konsep lain yang
berikut: faktor-faktor pendukung yang telah dipahaminya.
disampaikan oleh semua guru adalah berupa Pembelajaran tematik lebih
ketersediaan sumber bahan ajar, tuntutan hasil menekankan pada penerapan konsep belajar
akhir bukan pada proses pembelajaran, sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
fasilitas/ sarana dan prasarana, ketersediaan Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau
media, guru partner, keterampilan serta merancang pengalaman belajar yang akan
kreatifitas guru dalam mengelola mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
pembelajaran, dan kebijakan kepala sekolah Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
yang dapat mendukung implementasi unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pendekatan tematik. pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
Sementara itu dari segi factor antar mata pelajaran yang dipelajari akan
penghambat, guru-guru menuturkan mulai dari membentuk skema, sehingga siswa akan
waktu untuk mempersiapkan materi-materi memperoleh keutuhan dan kebulatan
yang relatif lebih lama dibanding kurikulum pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
sebelumnya, kurangnya sumber belajar untuk pembelajaran tematik di sekolah dasar akan
pengayaan siswa, mindset orang tua yang sangat membantu siswa, karena sesuai dengan
menganggap anaknya tidak mempelajari tahap perkembangan siswa yang masih
materi yang jelas , dan sebagian guru yang melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
tidak menginginkan pembelajaran tematik, (holistik).
mengendalikan antusiasme belajar siswa, dan Menurut Jean Piaget (dalam Dantes,
persiapan media, alat peraga, serta sumber 2008) menyatakan bahwa setiap anak
belajar yang lebih banyak dan bahkan belum memiliki cara tersendiri dalam
pernah dilakukan/ dibuat sebelumnya menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
Pelaksanaan pendekatan tematik lingkungannya (teori perkembangan kognitif).
memiliki relevansi yang sangat kuat dengan Menurutnya, setiap anak memiliki struktur
tingkat perkembangan anak usia sekolah dasar kognitif yang disebut schemata yaitu sistem
yang berada pada fase operasional konkrit. konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil
Melalui pembelajaran dengan pendekatan pemahaman terhadap objek yang ada dalam
tematik anak sekolah dasar akan diajak belajar lingkungannya. Pemahaman tentang objek
sesuai dengan dunia nya yaitu pembelajaran tersebut berlangsung melalui proses asimilasi
yang dekat dengan konteks kehidupan dan (menghubungkan objek dengan konsep yang
pengalamannya sehari-hari. Berkaitan dengan hal sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi
ini menjadi sangat penting bagi guru Sekolah (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam
Dasar memahami secara filosofis arti pentingnya pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua
pendekatan tematik untuk proses pembelajaran di proses tersebut jika berlangsung terus menerus
SD. Karena tanpa memahami landasan filosofis akan membuat pengetahuan lama dan
pembelajaran tematik dikhawatirkan bahwa pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan
proses pembelajaran yang dilakukan guru hanya cara seperti itu secara bertahap anak dapat
untuk memenuhi syarat administrasi sekolah dan membangun pengetahuan melalui interaksi
tuntutan kurikulum. dengan lingkungannya. Berdasarkan hal
Pembelajaran tematik adalah tersebut, maka perilaku belajar anak sangat
pembelajaran tepadu yang menggunakan tema dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut
sehingga dapat memberikan pengalaman tidak mungkin dipisahkan karena memang
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok proses belajar terjadi dalam
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi konteks interaksi diri anak dengan
pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik lingkungannya.
lebih menekankan pada keterlibatan siswa Anak usia sekolah dasar berada pada
dalam proses belajar secara aktif dalam proses tahapan operasi konkret. Pada rentang usia
pembelajaran, sehingga siswa dapat tersebut anak mulai menunjukkan perilaku
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang
untuk dapat menemukan sendiri berbagai dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek
pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui situasi ke aspek lain secara reflektif dan
pengalaman langsung siswa akan memahami memandang unsur-unsur secara serentak, (2)
konsep-konsep yang mereka pelajari dan Mulai berpikir secara operasional, (3)
Mempergunakan cara berpikir operasional

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
20 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) sering disebut juga Rencana


Membentuk dan mempergunakan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
pengembangannya dilakukan
sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami berdasarkan analisis kebutuhan,
konsep substansi, volume zat cair, panjang, karateristik siswa, karakteristik kelas,
lebar, luas, dan berat. serta factor penunjang lainnya. Guru
Memperhatikan tahapan perkembangan sebagai demonstrator, senantiasa
berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak dituntut untuk menguasai menguasai
usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu: (1) materi pembelajaran dan
Konkrit, mengandung makna proses belajar
mengembangkan kemampuan dalam
beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan bidang ilmu yang dimilikinya, karena
diotak atik, dengan titik penekanan pada hal ini akan sangat menentukan hasil
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang akan dicapai siswa.
belajar. Pemanfaatan lingkungan akan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang Sebagai bentuk upaya dalam mengatasi
lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa hambatan implementasi pendekatan tematik
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sudah dilakukan guru berupa diskusi
yang sebenarnya, keadaan yang alami, (sharing) bersama dengan guru partner,
sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih Trianto (2011: 175), menyebutkan kerjasama
bermakna, dan kebenarannya lebih dapat antar tim guru-guru akan menghasilkan:
dipertanggungjawabkan. (2) Integratif, pada a) pencapaian kompetensi pada setiap
tahap usia sekolah dasar anak memandang pembelajaran akan lebih efektif karena
sesuatu yang dipelajari sebagai suatu dalam tim guru pastinya terdiri atas
keutuhan, mereka belum mampu memilah- beberapa yang ahli dalam ilmu-ilmu di
milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal
bidangnya, b) pengalaman dan
ini melukiskan cara berpikir anak yang
deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi pemahaman siswa lebih kaya daripada
bagian. (3) Hierarkis, pada tahapan usia pembelajaran dipersiapkan oleh
sekolah dasar, cara anak belajar berkembang seorang guru, karena di dalam tim
secara bertahap mulai dari hal-hal yang dapat mengungkapkan berbagai konsep
sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. dan pengalaman, dan c) dalam
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu mempersiapkan media dan sumber
diperhatikan mengenai urutan logis,
pembelajaran akan sangat efektif
keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan
serta kedalaman materi. karena dikerjakan dan dipersiapkan
Berkaitan dengan temuan penelitian oleh beberapa orang guru.
adalah menjadi sebuah keniscayaan bagi guru
Sekolah Dasar untuk kembali memahami Sementara itu, Uno (2009: 17)
hakekat perkembangan anak usia 7 – 12 menjelaskan “apabila seorang guru ingin
Tahun. Tugas ini juga yang melekat sebagai menjadi guru yang professional maka sudah
fungsi kompetensi pedagogik yang harusnya seharusnya ia dapat selalu meningkatkan
selalu dimiliki, dihayati, dipahami, serta wawasan pengetahuan akademis dan praktis
diimplementasikan guru dalam melaksanakan melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun
tugas dan tanggungjawab profesi guru SD. up-grading dan/ atau pelatihan yang bersifat
Sehubungan dengan berbagai kendala in-service training dengan rekan-rekan
yang dialami guru dalam sejawatnya”.
mengimplementasikan pembelajaran tematik, Terakhir, setiap pengembangan dalam
perlu dirujuk pendapat, Mulyasa (2013:193- hal pembelajaran perlu didukung oleh
194) yang menyatakan bahwa: kebijakan-kebijakan kepala sekolah.
Guru sebagai designer, yang bertugas Kebijakan yang jelas dan baik akan dapat
memberikan kelancaran dan kemudahan dalam
merancang dan merencanakan
implementasi pembelajaran tematik. Menurut
pembelajaran, serta mempersiapkan Mulyasa (2013:106) ada beberapa kebijakan
berbagai hal yang terkait dengan yang relevan diambil kepala sekolah dalam
pembelajaran. Persiapan pembelajaran

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
21 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

membantu kelancaran implementasi dibuat guru dengan pelaksanaan


pembelajaran tematik, yaitu: pembelajaran. Alasan mendasar tidak
a) Memprogramkan perubahan terlaksananya pembelajaran tematik
kurikulum sebagai bagian integral dari adalah kekhawatiran guru tidak
program sekolah secara keseluruhan. b) tersampaikannya materi secara maksimal
Menganggarkan biaya operasional kepada peserta didik jika proses
untuk ketersediaan media dan sumber pembelajaran dilakukan dengan
pendekatan tematik. Pada umumnya
pembelajaran sebagai bagian dari
responden berpendapat bahwa
anggaran sekolah. c) Meningkatkan pembelajaran menggunakan pendekatan
mutu dan kualitas guru, serta fasilitator tematik jauh lebih menyita waktu
agar dapat bekerja secara professional dibanding jika dilaksanakan dengan
(meningkatkan profesionalisme guru). menggunakan mata pelajaran yang berdiri
d) Menyediakan sarana dan prasarana sendiri (separated).
3. Faktor pendukung implementasi
yang memadai untuk kepentingan
pendekatan tematik adalah ketersediaan
pembelajaran. e) Menjalin kerjasama sumber bahan ajar, tuntutan hasil akhir
yang baik dengan unsur-unsur terkait bukan pada proses pembelajaran, fasilitas/
secara resmi dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana, ketersediaan media,
implementasi pembelajaran tematik. guru partner, keterampilan serta kreatifitas
guru dalam mengelola pembelajaran, dan
Jadi, secara garis besar dapat dikatakan kebijakan kepala sekolah yang dapat
bahwa dalam menghadapi masalah-masalah mendukung implementasi pendekatan
atau hambatan-hambatan dalam kegiatan tematik. Sementara itu dari segi factor
pendidikan hendaknya semua komponen penghambat, guru-guru menuturkan mulai
dari waktu untuk mempersiapkan materi-
pendidikan dilibatkan, baik itu guru,
materi yang relatif lebih lama dibanding
administrator, orang tua siswa, dan kurikulum sebelumnya, kurangnya
masyarakat. sumber belajar untuk pengayaan siswa,
mindset orang tua yang menganggap
KESIMPULAN anaknya tidak mempelajari materi yang
Merujuk pada temuan penelitian yang telah jelas , dan sebagian guru yang tidak
diuraikan di atas, dapat dirumuskan beberapa menginginkan pembelajaran tematik,
mengendalikan antusiasme belajar siswa,
simpulan penelitian sebagai berikut:
dan persiapan media, alat peraga, serta
1. Guru-guru di SD 016 Bangkinang Kota, sumber belajar yang lebih banyak dan
003 Bangkinang Kota dan SD Pahlawan bahkan belum pernah dilakukan/ dibuat
sudah menunjukkan pemahaman yang sebelumnya.
cukup baik tentang pembelajaran tematik.
Pada intinya pembelajaran tematik SARAN
diterjemahkan guru sebagai pembelajaran
Berdasarkan simpulan di atas,
yang memadukan dua atau lebih mata
pelajaran ke dalam sebuah tema. Namun penelitian ini merekomendasikan beberapa hal
terdapat perbedaan data terkait beberapa hal agar implementasi pembelajaran
pemahaman guru tentang arti pentingnya tematik di Sekolah Dasar dapat berjalan
pembelajaran tematik. Dari tiga sekolah maksimal dan seperti yang diharapkan, yaitu
tersebut guru-guru pada SD Pahlawan sebagai berikut:
yang notebene guru muda lebih mampu 1. Kepala Sekolah perlu lebih
menjelaskan alasan filosofis pendekatan mengintensifkan pendampingan terhadap
tematik diperlukan untuk anak usia guru dalam mengimplementasikan
sekolah dasar. pembelajaran tematik. Selain itu, kepala
2. Pelaksanaan pembelajaran tematik pada sekolah juga harus selalu memberikan
SD yang diteliti secara umum belum dukungan dan support yang lebih kepada
sesuai dengan RPP yang ada. Terlihat guru terutama dalam memberikan semua
dalam proses pembelajaran adalah sumber daya yang ada seperti membantu
ketidaksesuaian antara perencanaan yang menyediakan sarana dan sumber

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018
22 | Analisis kemampuan guru sekolah dasar dalam implementasi pembelajaran tematik di SD

pembelajaran, memberikan sumber kelas 1 dan 2 SD: Identifikasi dan


pendanaan untuk ketersediaan media Perancangan Model Konseptual
pembelajaran. Pembelajaran Tematis untuk kelas 1
2. Semua guru diharapkan mempunyai dan 2 SD. Laporan Penelitian, Malang:
komitmen yang lebih dalam Lemlit UM.
mempersiapkan, melaksanakan, dan Anitah W.S. (2009). Strategi Pembelajaran di
melakukan evaluasi pembelajaran tematik. SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Selain itu, guru harus memahami betul Bogdan, B.C. and Biklen, S.K. (1982)
konsep pembelajaran tematik atau Qualitative Research for Education, an
pembelajaran terpadu sehingga penerapan Introduction to Theory and Methode.
pembelajaran tematik sesuai dengan Boston: Allyn and Bacon, Inc.
tuntutan kurikulum. Sebagai ujung Creswell, J.W. (2010). Research Design
tombak pelaksana kurikulum di lapangan Qualitative, Quantitative and Mixed
guru harus benar-benar paham dengan Methods Approach (Third Edition).
dinamika perkembangan ilmu Penerjemah Achmad Farwaid.
pengetahuan dan perubahan metode Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran. Guru tidak bisa hanya Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
menunggu informasi tapi harus aktif Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
mencari informasi perkembangan metode- Joni, T. R. (1996). Pembelajaran Terpadu.
metode pembelajaran muthakhir dari Naskah Program Pelatihan Guru
berbagai sumber sebagai bentuk tanggung Pamong, BP3GSD PPTG Ditjen Dikti.
jawab profesi. Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985).
3. Pemerintah dalam hal ini kemendikbud, Naturalistik Inquiry. London: Sage
perlu memperhatikan kualitas intstruktur Publication.
untuk sosialisasi pelatihan pembelajaran Moleong, L.J. (2006). Metode Penelitian
tematik. Penujukkan instruktur perlu lebih Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
diperketat dan yang dipilih benar-benar Rosdakarya.
memiliki kapasitas dan kapabilitas yang
mumpuni, sehingga dalam implementasi Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan
di lapangan guru-guru mendapatkan Implementasi Kurikulum 2013.
pemahaman yang komprehensif dalam Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
melaksanakan pembelajaran tematik. Nasution, S. (1988). Metode Penelitian
Selain itu, guru perlu didampingi dan Naturalistik-Kualitatif. Bandung: PT.
dipantau secara berkelanjutan agar Trasito.
pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak
sekedar menjadi wacana tapi dievaluasi Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
hasilnya degan menggunakan indikator Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
yang terukur.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar
UCAPAN TERIMA KASIH Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada
DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian Trianto. (2009). Mengembangkan Model
kepada Masyarakat) yang telah mendanai Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT
penelitian ini. Seluruh tim peneliti yang sudah Prestasi Pustakaraya.
terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam upaya penyelesaian penelitian Trianto. (2011). Desain Pengembangan
Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia
ini. Para kepala sekolah dan guru-guru SD 003 Dini TK/ RA dan Anak Usia Kelas Awal
Bangkinang Kota, SD 016 Bangkinang Kota, SD/ MI. Jakarta: Prenada Media Group.
dan SD Pahlawan yang sudah bersedia
menjadi sumber data dan subjek penelitian ini. Uno, H.B. (2009). Profesi Kependidikan:
Problema, Solusi, dan Reformasi
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi
Akasara.
Akbar, S. (2010). Pengembangan Model-
model Pembelajaran Tematis untuk

Jurnal Basicedu Vol 2 No 2 Oktober


2018

Anda mungkin juga menyukai