Anda di halaman 1dari 24

Metode Pembelajaran Yang Tepat Pada Kurikulum 2013

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran)

Dosen Pengampu: Putri Emilia Yuriza, M.Pd

Kelompok 7/F

1. Nadyla Maulydazahara 1911060376


2. Putri Kinasih 1911060399
3. Rekha Azhra Fauza 1911060408
4. Renata Wulandari 1911060409
5. Ria Zulfa 1911060182
6. Toni Efriyandika 1911060438

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat, karunia, dan kuasa-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Metode Pembelajaran Yang
Tepat Pada Kurikulum 2013” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan untuk memenuhi tugas mata Strategi Pembelajaran.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., para
sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai sumber
referensi baik internet maupun buku. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak
lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih atas berbagai sumber
referensi demi tersusunnya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik konstruktif yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, dengan segala
kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya bagi pembaca.

Bandar Lampung, 25 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................2

Daftar Isi............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode pembelajaran apa yang digunakan dalam Kurikulum 2013............ 6

B. Perbandingan dari metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013......... 11

C. Efektivitas pendekatan metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013...19

D. Tindak lanjut terhadap metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013....20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 22

B. Saran ........................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan dari proses


pembelajaran yang dilakukan disekolah. Untuk mewujudkan salah satu
dari tujuan pembelajaran tersebut diperlukan faktor pendukung yaitu
penggunaan dari metode yang digunakan saat mengajar. Guru harus
memahami peserta didik agar dapat memilih metode pembelajaran apa
yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Guru dituntut
medidik dan mengajar peserta didik dengan menggunakan metode
pmebelajaran yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dikelas.
Djamarah dan Zain (2010) menyebutkan bahwa kedudukan metode
strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode ini
merupakan hal yang penting dan dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Trianto (2010), menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merancanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran tutorial. Pupuh dan
Sobry (2010) mengatakan makin tepat metode yang digunakan, diharapkan
makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajarannya.

Pada perubahan kurikulum seperti sekarang tentunya berubah pula


tujuan serta konsep yang digunakan dalam pembelajaran. Berbeda dengan
kurikulum sebelumnya, pada kurikulum 2013 ini peserta didik dituntut
untuk berlajar berpikir kritis, berdiskusi atau bertukar pikiran, menyatakan
pendapat. Lahirnya kurikulum 2013 dengan ciri khas pembelajaran
kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian
autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

4
adalah sangat tepat. Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui
pendekatan saintifik, yaitu pendektana pembelajaran yang mendorong
siswa lebih mampu mengamati, menanya, mencoba, mengumpulkan data,
dan mengomunikasikannya. Untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
dengan Kurikulum 2013 ini adalah salah satunya dengan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu akan dibahas mengenai
metode apa yang digunakan, kelebihan serta kekurangan, efektifitas, serta
tindak lanjutnya terhadap metode yang digunakan pada Kurikulum 2013
yang terdapat pada makalah ini. Semoga dapat membantu memberikan
pengetahuan serta wawasan para pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Metode pembelajaran apa yang digunakan dalam Kurikulum 2013?

2. Perbandingan kelebihan dan kekurangan dari metode-metode yang


digunakan dalam Kurikulum 2013?
3. Bagaimana efektivitas pendekatan metode yang digunakan dalam
Kurikulum 2013?
4. Bagaimana tindak lanjut terhadap metode-metode yang digunakan
dalam Kurikulum 2013?

C. Tujuan
1. Mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum
2013
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode-metode yang
digunakan dalam Kurikulum 2013

3. Mengetahui efektivfitas pendekatan metode yang digunakan dalam


Kurikulum 2013
4. Mengetahui tindak lanjut dari metode-metode yang digunakan dalam
Kurikulum 2013

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013

- Jenis-jenis metode pembelajaran

Berbicara mengenai metode mengajar dalam kegiatan pembelajaran pada


kurikulum 2013 yang memasuki era abad 21, Ada beberapa jenis metode yang
digunakan dalan Kurikulum 2013.

1. Metode Example dan non-Example

Model Examples Non-Examples merupakan salah satu pendekatan Group


investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe
pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran
kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil
dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.

Examples non examples merupakan model pembelajaran dengan


mempersiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan
kompetensi, sajian gambar ditempel atau memakai LCD/OHP, dengan petunjuk
guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi,
presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi..
Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh.
Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan
Kompetensi Dasar.

Metode examples non examples yang merupakan metode pembelajaran aktif,


metode ini menuntut siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran harus
menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya mendengarkan ceramah dari guru tentang pengetahuan. Pembelajaran

6
aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta
didik.

2. Metode Picture and Picture

“Picture And Picture merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan


gambar sebagai media pembelajaran. strategi ini mirip dengan Example Non-
Example, dimana gambar yang diberikan pada siswa harus dipasangkan atau
diurutkan secara logis. Gambar-gambar ini menjadi perangkat utama dalam proses
pembelajaran”. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses
pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan
gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta
dalam ukuran besar.

Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.


Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan
selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus
menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang
dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.

3. Metode Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa metode pembelajaran, diantaranya


adalah Number Head Togethers (NHT). NHT merupakan metode pembelajaran
yang menekankan keaktifan dan kerja sama antar siswa. Pembelajaran
menggunakan metode NHT membagi siswa dalam kelas menjadi beberapa
kelompok kecil, dan setiap kelompok beranggotakan 5-7 siswa. Guru memberikan
nomor kepada masing-masing siswa dalam setiap kelompok. Setiap kelompok
diberi tugas untuk didiskusikan dan diselesikan bersama dalam kurun waktu
tertentu. Setelah itu guru akan memanggil nomor siswa secara acak. Siswa dengan
nomor yang disebutkan guru dari setiap kelompok bertugas untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Dengan demikian setiap siswa
dalam dimasing-masing kelompok diharapkan dapat mempersiapkan diri sebaik
mungkin, sehingga menuntut kerja sama dalam kelompok tersebut.

7
Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk
menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Model ini merupakan
model yang mudah, guna memperoleh keaktifan kelas secara keseluruhan dan
tanggungjawab secara individu. Model ini memberikan kesempatan kepada setiap
siswa untuk bertindak sebagai seorang “pengajar/penjelas materi dan seorang
yang memfasilitasi proses pembelajaran” terhadap siswa lainnya. Dengan model
ini, siswa yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran
secara aktif.

4. Metode Cooperative Script

Cooperative script merupakan metode belajar di mana siswa bekerja


berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari. Strategi pembelajaran cooperative script adalah sebuah
strategi yang menarik bagi parasiswa, karena siswa akan berbicara dengan lawan
bicara secara langsung dan akan mendapatkan respon langsung dari lawannya
dalam membahas sebuah tema atau materi pelajaran yang diajukan oleh guru.

Jadi, Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali


dengan pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang
kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan
memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar
yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang
kurang lengkap dalam meteri yang ada secara bergantian sesama pasangan
masing-masing.

5. Metode Kepala Bernomor Terstruktur

Metode embelajaran NHT Tipe Kepala Bernomor Terstruktur merupakan


modifikasi dari model pembelajaran Numbered Head Together yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar peserta didik. Model pembelajaran ini masih
memakai nomor di kepala sebagai identitas utamanya. Bedanya yaitu nomor-
nomor di kepala pada model ini dibentuk secara berulang dan berurutan. Misalnya
dalam satu kelas terdapat lima kelompok dan masing-masing kelompok terdiri
dari lima orang. Maka nomor-nomornya yaitu 1-5 untuk setiap kelompok.

8
Metode pembelajaran ini cocok dipakai untuk bahan pembelajaran yang
mempunyai banyak kompetensi dan materi. Model pembelajaran ini juga melatih
peserta didik untuk memiliki tanggungjawab dalam kelompoknya dan berperan
aktif dalam diskusi kelompok sehingga ada interaksi antar peserta didik dalam
kelompok. Sehingga model pembelajaran ini dapat membuat peserta didik lebih
aktif, mengembangkan rasa saling memiliki antar sesama anggota kelompok dan
menumbuhkan rasa tanggungjawab setiap individu dalam kelompok.

6. Metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)


merupakan metode pembelajaran dengan pendekatan yang paling sederhana dan
paling mudah dipahami dan mengandung strategi pembelajaran kooperatif yang
memberi kesempatan untuk berkembang secara majemuk dengan latihan untuk
mempelajari konsep dan keahlian.

Metode ini menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara mahasiswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi untuk mencapai
hasil yang maksimal. Metode ini mengelompokkan siswa menurut prestasi,
gender, suku, dan sebagainya. Lantas kelompok siswa diminta untuk mengerjakan
tugas kelompok. Kemudian evaluasi dilakukan dalam bentuk tes atau kuis. Nah
dalam tes ini, kelompok tidak boleh saling membantu.

7. Metode Jigsaw (Metode Tim Ahli)

Jigsaw learning atau pembelajaran tipe Jigsaw merupakan sebuah teknik yang
dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari
kelompok ke kelompok (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan
penting yaitu setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Dalam teknik ini peserta
didik belajar dengan sebuah kelompoknya, dimana dalam kelompok tersebut
terdapat satu orang ahli yang membahas materi tertentu.

Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang terdiri dari tim-
tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi disajikan peserta didik
dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas penguasaan

9
bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota
lain. Metode jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan
teman-teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John Hopkins
pada tahun 1978. Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan
siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen.

Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks dan setiap
anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus
dipelajari. Teknik ini serupa dengan pertukaran antar kelompok.. Tiap siswa
mempelajari setiap bagian yang bila digabungkan akan membentuk pengetahuan
yang padu. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali kepada kelompok asal dan berusaha
mengajarkan pada teman sekelompok nya apa yang mereka dapatkan saat
pertemuan di kelompok ahli.

8. Metode Problem Based Introduction (PBI)

Metode Pembelajaran PBI (Problem Based Instruction) merupakan salah satu


dari banyak model pembelajaran inovatif. Model ini menyajikan suatu kondisi
belajar siswa aktif serta melibatkan siswa dalam suatu pemecahan masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah. Melalui PBI ini diharapkan siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan serta
dapat memiliki suatu keterampilan dalam memecahkan masalah. Peran guru harus
sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa
dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

9. Metode Pembelajaran Artikulasi

Perbedaan model artikulasi ini dengan model lainnya adalah penekanannya


pada komunikasi siswa kepada teman satu kelompoknya, karena di sana ada
proses wawancara pada teman satu kelompoknya, serta pada cara tiap siswa
menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok yang lain, sebab setiap anak

10
memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat kelompoknya. Kelompok ini
pun biasanya hanya terdiri dari dua orang. Metode pembelajaran ini meminta
siswa untuk secara berpasangan untuk menyampaikan materi yang diterima dari
guru dan mencatatnya secara bergantian. Di sinilah keunikan model pembelajaran
ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus
berperan sebagai ‘penyampai pesan.’

10. Metode Mind Mapping

Mind mapping adalah metode belajar yang memaksimalkan fungsi otak kanan
dan kiri. Teknik ini menggunakan penjabaran secara visual. Cara ini diyakini
lebih efektif dibanding menggunakan list materi.  Metode belajar ini cukup efektif
karena menggunakan simbol, kata, warna, hingga gambar. Konsep ini ramah
untuk otak dan mudah dipahami. 

Metode Mind Mapping dapat meningkatkan penyimpanan memori suatu


informasi dengan mengkombinasikan gambar, warna dan pengaturan spasial
dimana hal tersebut terbukti lebih efektif dibandingkan dengan cara konvensional
seperti menulis catatan pada umumnya.

Kegunaan metode ini dalam bidang pendidikan yaitu memberikan pandangan


menyeluruh pokok masalah, memungkinkan mahasiswa merencanakan rute atau
kerangka pemikiran suatu karangan, mendorong pemecahan masalah dengan
kreatif, meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang
berarti.

B. Perbandingan setiap metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013

1. Metode Example dan non-Example

Kelebihan model example non example adalah sebagai berikut.

 Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk


memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.

11
 Peserta didik terlibat dalam satu proses discovery atau penemuan yang
mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui
pengalaman dari example non example.

 Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik


dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat pada beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Kelemahan dalam menggunakan model Examples Non Examples, di antaranya


adalah sebagai berikut.

• Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

• Berpotensi memakan terlalu banyak waktu.

2. Metode Picture and Picture

Kelebihan metode pembelajaran Picture And Picture

• Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.

• Siswa dilatih berfikir logis dan sistematis

• Siswa dibantu belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suat subjek


bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktek berfikir

• Motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan

• Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas

Kekurangan metode pembelajaran Picture And Picture

• Memakan banyak waktu

• Membuat sebagian siswa pasif

• Munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas

• Kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai

12
3. Metode Numbered Heads Together

Kelebihan lain yaitu:

• Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk saling sharing ide-ide


dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

• Meningkatkan semangat kerja sama mahasiswa.

• Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

4. Metode Cooperative Script

Kelebihan dari metode pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut.

• Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan.

• Setiap siswa mendapat peran.

• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan dari metode pembelajaran Cooperative Script sebagai berikut.

• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga


koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

5. Metode Kepala Bernomor Terstruktur

Kelebihan:

• Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

• Mampu memperdalam pamahaman siswa.

• Melatih tanggung jawab siswa.

• Menyenangkan siswa dalam belajar.

• Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

• Meningkatkan rasa percaya diri siwa.

13
• Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.

• Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.

• Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.

• Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat


pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

Kelemahan:

• Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai
materi)

• Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada
siswa yang membantu dan dibantu .

• Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu


saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.

6. Metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD)

Kelebihan dari penerapan metode STAD:

• Mahasiswa berperan aktif dalam membantu dan memberikan motivasi


semangat untuk keberhasilan bersama dalam kelompok.

• Interaksi yang terjadi antara mahasiswa seiring dengan peningkatan


kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan suatu pendapat.

• Membantu mahasiswa dalam memudahkan untuk melakukan penyesuaian.

• Mampu meningkatkan perasaan saling percaya di antara anggota


kelompok dan lebih luas, di antara sesama manusia.

• Membantu mahasiswa menghilangkan sifat yang suka mementingkan diri


sendiri dan egois terhadap orang lain.

14
• Mampu meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sosial dan
kesetiakawanan dalam lingkungan sosial.

• Mahasiswa dapat berperan aktif sebagai seorang tutor sebaya. Sehingga


kelompok menjadi lebih berhasil untuk mencapai prestasi.

• Mahasiswa dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok,


dengan cara menjunjung tinggi norma – norma yang hidup dalam
kelompok.

Kelemahan dari metode pembelajaran STAD yaitu sebagai berikut.

• Waktu yang dibutuhkan dalam menerapkan metode ini lebih lama.

• Mahasiswa harus memiliki sifat untuk bersedia bekerja sama.

• Karena waktu yang dibutuhkan lama, maka tidak semua guru bersedia
menggunakan metode pembelajaran jenis STAD.

7. Metode Jigsaw (Metode Tim Ahli)

Kelebihan yaitu:

• Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada


kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya

• Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih


singkat.

• Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.

Kekurangan yaitu:

• Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung


mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus
benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan
agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari

15
tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak
mengerti.

• Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan


mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan
materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.

• Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini
guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar
siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

• Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti


proses pembelajaran.

8. Metode Problem Based Introduction (PBI)

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai


berikut.

• Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif

• Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

• Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar

• Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi


baru

• Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar


secara mandiri

• Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah


yang telah ia lakukan

• Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.

16
• Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.

• PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan


inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar,
dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah


sebagai berikut.

• Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional,
pemberian materi terjadi secara satu arah.

• Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan


waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu
untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu
pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

• Menurut Fincham et al. (1997), “PBL tidak menghadirkan kurikulum baru


tetapi lebih pada kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang
berbeda,” (hal. 419).

• Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi
mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki
pengalaman sebelumnya.

9. Metode Pembelajaran Artikulasi

Kelemahan Pembelajaran Artikulasi

• Untuk mata pelajaran tertentu.

• Waktu yang dibutuhkan banyak

• Materi yang didapat sedikit

17
• Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor

• Lebih sedikit ide yang muncul

• Jika ada perselisihan tidak ada penengah

Kelebihannya:

• Semua siswa terlibat (mendapat peran)

• Melatih kesiapan siswa

• Melatih daya serap pemahaman dari orang lain

• Cocok untuk tugas sederhana

• Interaksi lebih mudah

• Lebih mudah dan cepat membentuknya

• Meningkatkan partisipasi anak

10. MetodeMindMapping

Kekurangan yaitu:

• Waktu terbuang untuk menulis kata-kata yang tidak memiliki hubungan


dengan ingatan.

• Waktu terbuang untuk membaca kembali kata-kata yang tidak perlu


(kurang lebih 90%).

• Waktu terbuang untuk cari kata kunci pengingat.

• Hubungan kata kunci pengingat terputus oleh kata-kata yang memisahkan.


Kata kunci pengingat terpisah oleh jarak.

Kelebihan yaitu:

• Mengaktifkan seluruh otak.

• Membersihkan akal dari kesusutan mental.

18
• Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan.

• Membantu menunjukan hubungan antara bagian-bagian informasi yang


saling terpisah.

• Memberi gambaran yang jelas pada kesuluruhan dan perincian.

• Memungkinkan kita untuk mengelompokan konsep, membantu kita


membandingkanya.

C. Efektivitas pendekatan metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 yaitu kurikulum berbasis kompetensi yang merupakan


konsep kurikulum yang menitik beratkan pada pengembangan karakter dan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan ketentuan standar
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa. Dalam implementasinya
kurikulum 2013 masih mengalami banyak kendala-kendala secara umum ada dari
pemerintah, guru dan sebagainya. Sehingga kurikulum 2013 menjadi tidak efektif
untuk di terapkan pada proses pendidikan di Indonesia saat ini. Namun tidak
menutup kemungkinan kurikulum 2013 ini bisa menjadi efektif asalakan semua
factor keberhasilan berdasarkan pada sistem prndidikan tahun 2012 terkontrol
dengan baik. Tidak hanya itu prinsip-prinsip pemebelajaran kurikulum 2013 pun
mesti dapat diatur dengan baik oleh pemberi kebijakan, pelaksana ataupun
penikmat hasil. Sehingga dalam penerapan kurikulum 2013 mesti memperhatikan
faktor- faktor keberhasilan dan prinsip-prisp pembelajaran yang kesemuanya itu
merupakan suatu kesatuan yang menjadikan kurikulum 2013 ini bisa diterapkan di
Indonesia dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

Keefektifisan dari model-model yang telah dipaparkan sebelumnya adalah


semua tergantung pada keadaan dalam suatu kelas tersebut, bagaimana peserta
didiknya, bagaimana fasilitas disekolah maupun dikelasnya, tujuan dalam
pembelajaran atau pokok bahasan yang akan dilakukan apa, serta bagaimana
seorang guru tersebut mengajar, itu semua adalah faktor pendukung yang akan
menunjang keefektifisan penggunaan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran.

19
D. Tindak Lanjut dari metode yang digunakan dalam Kurikulum 2013

Dalam menerapkan kurikulum 2013 semua pihak pengajar atau pendidik harus
pintar-pintar melakukan pembaharuan baik itu dari skill pendidik itu sendiri
maupun dari peserta didiknya. Untuk memberikan hasil yang diinginkan dalam
kurikulum 2013 setidaknya ada upaya yang dilakukan oleh guru. Upaya ini
merupakan suatu usaha untuk menghasilkan kurikulum yang diterapkan secara
maksimal. Dalam upaya yang dilakukan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu
usaha yang ditujukan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan untuk
meningkatkan kualitas peserta didik.

Adapun usaha yang di tujukan untuk mengoptimalisasikan pendidik adalah:

1) Meningkatkan mutu guru dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan khusus


tentang pendidikan, dengan harapan menciptakan guru yang berkulitas dan
profesional,

2) Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, guna tercapainya tujuan


pembelajaran yang maksimal,

3) Musyawarah setiap guru mata pelajaran, dengan tujuan musyawarah ini adalah
menyatukan pandangan guru terhadap konsep umum pendidikan dan fungsi
sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan, selain itu untuk menyatukan
pendapat terhadap metode-metode yang akan di gunakan dalam proses belajar
mengajar serta pemecahan segala permasalahan yang ada dalam pengajaran,

4) Kepala sekolah dan guru bisa menerapkan dan Membudayakan penerapan


kurikulum baru dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah tersebut,

5) Memberikan sertifikasi bagi guru berprestasi dalam meningkatkan mutu


pendidikan di sekolahnya.

Adapun upaya optimalisasi untuk kemajuan peserta didik menurut di dalam buku
E. Ramayulis tentang pengembangan dan implementasi kurikulum 2013 adalah:
mendongrak prestasi, penghargaan dan hadiah, membangun tim, program

20
akselarasi, mengimplementasikan kurikulum melalui budaya, melibatkan
masyarakat, menghemat biaya pendidikan, dan membangun jiwa kewirausahaan.

BAB III

PENUTUP

21
A. Kesimpulan
Peran metode dalam proses pembelajaran merupakan hal yang
penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Pada perubahan kurikulum
yang sebelumnya menjadi Kurikulum 2013 tentunya memiliki dampak
terhadap penggunaan model yang dipakai pada saat pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan pemilihan metode-metode yang dapat
digunakan, terdapat kelebihan serta kekurangannya. Penggunaannya
tergantung pada kondisi sekolah atau kelas tersebut agar dapat cocok dan
tujuan pembelajarannya pun tercapai.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga untuk pembaca
disarankan untuk membaca lebih banyak lagi reverensi lain tentang
metode-metode yang dapat digunakan pada kurkulum 2013 dari berbagai
sumber agar memiliki wawasan yang lebih luas lagi.

DAFTAR PUSTAKA

22
Lina Agustina. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum
2013 D SMP Negeri 1 Delangu. Biology Education. Vol 15. No 2. ISSN
2528-5742. Hal 116-119

Arifai, Ahmad, 2017, “Optimalisasi Kurikulum 2013”, Jurnal Tarbiyah


Islamiyah. Sekolah Tinggi Raudhah Ulum Sakatiga, Vol 2 No.1, ISSN:
2541-3686.

Edi Yuversa, “Efektivitas Kurikulum 2013 Terhadap Proses Pembelajaran",


SlideShare, 2018, https://www.slideshare.net/EdiYuversa/efektivitas
kurikulum-2013-terhadap-proses-pembelajaran

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar


Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, A. 2012. Cooperative Learningy. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Setyo Astuti, Dwi. 2015. Penggunaan Metode Belajar Numbered Head Tohether
(NHT) Disertai Dengan Peta Konsep dan LKS Ditinjau dari Motivasi dan
Kreativitas Siswa. Prosiding Seminar Penelitian Pendidikan Sains. ISSN:
2407-4659

Numbered Head Together (NHT) Metode Menyenangkan Untuk Meningkatkan


Keaktifan Siswa. CTLE Telkom University. 2019.
https://ctle.telkomuniversity.ac.id/docs/teachin-resources/science-maths-and-
technology/number-head-together-nht-metode-menyenangkan-untuk-
meningkatkan-keaktifan-mahasiswa/

Hamid, M. S. 2011. Metode Edutainment.Yogyakarta: Diva Press.

Alit, Mahisa. 2002. Pembelajaran Kooperatif, Apa dan Bagaimana. Cirebon: SD


Negeri 2 Bungko Lor

23
Bachtiar, Bagus, Eleonora Dwi Wahyuningsih, Purwo Susongko. (2017).
Keefektifan Model Pembelajaran NHT Tipe Kepala Bernomor Struktur
Berbantu CD Pembelajaran Ditinjau Dari Konsep Diri Terhadap Prestasi
Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti. 1(1) (2017) 53
57.

M Pangestika, Liana. E, D, Wahyuningsih. Dan W, B, Utami. 2019. Efektivitas


Model NHT Kepala Bernomor Terstruktur Berbantuan Word Square.
Jurnal Matematika dan Pendidikam Matematika. 10(2):156. ISSN: 2579
7646

Silberman, Melvin L. (2002). Active Learning 101 Stategi Pembelajarn Aktif.


Yogyakarta: Yappendis.

24

Anda mungkin juga menyukai