Anda di halaman 1dari 22

AKTUALITA, Vol.1 No.2 (Desember) 2018 hal.

661-682

Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang


Terhadap Proses Kredensial Tenaga Medis

Nita Sri Mardiani


Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
e-mail: nitasri.mardiani@gmail.com

Abstrak-Rumah sakit memiliki tanggung jawab hukum terhadap proses kredensial tenaga
medis dalam menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis berdasarkan
PERMENKES Nomor 755 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggung jawab hukum rumah sakit Sriwijaya
Eye Centre Palembang terhadap proses kredensial tenaga medis dalam menjamin
akuntabilitas tenaga kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif
(yuridis normatif). Spesifikasi penelitian adalah deskriptif analisis. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang belum menjalankan
tanggung jawab hukum berupa kewajiban melaksanakan sistem kredensial sesuai dengan
tata kelola klinis yang baik (good clinical governance), karena adanya benturan
kepentingan antara pemilik dengan pengelola rumah sakit sehingga menyebabkan
pelaksanaan kredensial tidak berjalan sesuai standar profesi dan keilmuan.

Kata kunci: Tanggung Jawab Hukum, kredensial tenaga medis, Rumah Sakit Pusat
Mata Sriwijaya Palembang

Abstract-A hospital's has legal responsibility for the process of medical personnel
credentials in determining the feasibility of giving clinical authority under the Ministery
Regulation (PERMENKES) Number 755 of 2011 on Medical Committee. This study aims
to explore the legal responsibility of Palembang Sriwijaya Eye Center Hospital for the
process of medical personnel credentials to ensure the accountability of health workers.
This study uses a normative legal approach (normative juridical) with descriptive
analysis specification. The result of the study shows that the Palembang Sriwijaya Eye
Center Hospital has not carried out any legal responsibilities in the form of the
obligation to implement a credential system in accordance with good clinical
governance, as there is a conflict of interest between the owner and the hospital manager.
Hence the implementation of credentials did not work professionally and did not fulfil
scientific standards.

Keywords: Legal Responsibility, medical personnel credentials, Palembang Sriwijaya


Eye Center Hospital

A. PENDAHULUAN Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri


Setiap rumah sakit harus Kesehatan No 755 Tahun 2011
membentuk hospital by law untuk tentang Penyelenggaraan Komite
menjaga profesionalisme tenaga Medik di Rumah Sakit adalah:
medis yang bekerja di rumah sakit. “Perangkat rumah sakit
untuk menerapkan tata kelola
Pengertian Komite medik dalam
klinis (clinical governance) agar

ISSN: 2620-9098 661


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

staf medis terjaga dan peraturan internal staf medis


profesionalismenya melalui
(Medical Staff By Laws).
mekanisme kredensial, penjagaan
mutu profesi medis dan (Veronica, 2002:130) Meskipun
pemeliharaan etika serta disiplin
ada Permenkes No 755 Tahun
profesi medis”.
2011 Tentang Penyelenggaraan
Dalam Pasal 11 Peraturan
Komite Medik di Rumah Sakit
Menteri Kesehatan No 755 Tahun
tidak memberikan jaminan bahwa
2011 tentang Penyelenggaraan
peraturan tersebut dilaksanakan
Komite Medik di Rumah Sakit.
dalam praktek salah satunya di
Komite Medik memiliki tugas
Rumah Sakit Mata Sriwijaya Eye
meningkatkan profesionalisme staf
Centre Palembang.
medis yang bekerja di rumah sakit
RS Mata Sriwijaya Eye
dengan cara (Riandi, 2014:8),
Centre Palembang adalah salah
yaitu:
satu RS milik swasta yang dikelola
a. melakukan kredensial bagi
oleh PT Ryahana Medica. rumah
seluruh staf medis yang akan
sakit swasta ini khusus mata
melakukan pelayanan medisdi
pertama di luar pulau jawa dengan
rumah sakit;
kapasitas rawat inap sebanyak 25
b. memelihara mutu profesi staf
tempat tidur, mulai dari kelas III
medis dan
sampai Suite Room dilengkapi
c. menjaga disiplin, etika, dan
dengan Poliklinik dan peralatan
perilaku profesi staf medis.
yang cukup lengkap. Untuk
Permenkes ini menjadi
melaksanakan pelayanan medis RS
pijakan hukum bagi setiap rumah
Sriwijaya telah memiliki hospital
sakit untuk memiliki sebuah
by law (Peraturan Internal Rumah
peraturan internal (hospital by law)
Sakit) sebagai pedoman dalam
sekaligus menjadi aturan dasar
menjalankan sistem manajemen
yang mengatur tata cara
kerumahsakitan.
penyelenggaran rumah sakit yang
Meskipun RS Sriwijaya Eye
meliputi peraturan internal
Centre Palembang memiliki
korporasi (Corporate By Laws)
hospital by law sebagai pelaksana

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 662


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

dari Permenkes No 755 Tahun pandangan pemilik rumah sakit


2011 Tentang Penyelenggaraan beroperasi untuk mendapatkan
Komite Medik di Rumah Sakit, keuntungan, artinya prinsip nirlaba
namun dalam beberapa persoalan hanya sebagai slogan. Sedangkan
tertentu Komite Medik sulit pengelola menginginkan rumah
mengimplementasikan semangat sakit beroperasi untuk memberikan
dari Permenkes No 755 dan pelayanan medis yang optimal bagi
hospital by law terutama berkaitan masyarakat dengan
dengan sistem kredensial padahal memaksimalkan peran seluruh
kredensial merupakan tanggung elemen struktural rumah sakit agar
jawab rumah sakit yang sangat kepercayaan masyarkat terus
penting karena berkaitan dengan meningkat. Untuk memberikan
mutu pelayanan medis. Setidaknya pelayanan yang maksimal pemilik
ada 3 (tiga) persoalan penting di harus mengeluarkan anggaran
dalam RS Mata Sriwijaya Eye yang cukup besar untuk
Centre yaitu: menyediakan SDM dan sarana
a. Adanya Benturan Kepentingan fasilitas kesehatan, keinginan
Pemilik Dengan Pengelola pengelola tidak sejalan dengan
Sebagaimana diketahui pemilik karena pemilik yang
sebelumnya bahwa Sriwijaya Eye mengharapkan keuntungan dari
Centre milik swasta, pengelolaan pelayanan medis yang diberikan
manajemen rumah sakit rumah sakit kepada pasien
sepenuhnya telah diserahkan sedangkan pengelola lebih
kepada pengelola berdasarkan mengharapkan peningkatan
hospital by law. Meskipun kualitas mutu yang membutuhkan
demikian dalam pelaksanaan SDM, fasilitas kesehatan yang
manajemen kerumahsakitan terjadi menunjang. Benturan kepentingan
perbedaan persepsi dan orientasi ini berimbas pada manajemen
antara pemilik dengan pengelola. struktur rumah sakit salah satunya
Pemilik selaku komisaris hanya komite medik yang melaksanakan
berorientasi pada profit. Dalam fungsi kredensial. Komite medik di

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 663


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

RS Mata Sriwijaya Eye Centre jika dalam pandangan komisaris


Palembang hanya sebatas sebaliknya maka tenaga medis
pelengkap struktural untuk tersebut akan diberikan
memenuhi kebutuhan akreditasi. kewenangan klinis.
b. Kewenangan Kredensial c. Minimnya Koordinasi Komite
Komite Medik Tidak Berjalan Medik Dengan Kepala Bagian
Sekalipun secara struktural Medis
komite medik ada di bawah Saat kredensial komite
direktur, akan tetapi komite medik medik terkadang sama sekali tidak
tidak menjalankan fungsi dengan melibatkan kepala bagian medis,
semestinya. Secara hukum Pasal padahal untuk memperoleh hasil
11 Permenkes No 755 Tahun 2011 evaluasi kredensial yang maksimal
tegas menyatakan komite medik seharusnya komite medik
bertugas melakukan kredensial berkoordinasi dengan setiap kepala
bagi seluruh staf medis yang akan bagian medis di rumah sakit.
melakukan pelayanan medis di Persoalan yang diuraikan di
rumah sakit. Kewenangan atas memberikan gambaran bahwa
kredensial tegas dimiliki komite tugas dan kewenangan yang
medik. Namun di RS Sriwijaya dimiliki oleh komite medik yang
Eye Centre secara faktual telah diatur dalam Permenkes No
kewenangan itu diintervensi oleh 755 Tahun 2011 sangat
kepentingan pemilik. Padahal menentukan mutu pelayanan
secara obyektif pemberian medis. Apabila tugas kredensial
kewenangan klinis diberikan oleh mampu dilaksanakan dengan baik
direktur atas rekomendasi komite oleh komite medik secara obyektif
medik, tetapi realitas kekinian di dan akuntabel, maka dapat
RS Sriwijaya Eye Centre seorang dipastikan tenaga medis yang
yang menurut pendapat komite bekerja di RS Sriwijaya Eye
medik tidak memenuhi syarat Centre mampu memberikan
untuk memperoleh kewenangan pelayanan kesehatan mata yang
klinis (clinical privelege) tetapi bermutu bagi pasien.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 664


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Mutu pelayanan medis akan dan rekredensial yang menjadi


mempengaruhi tingkat tanggung jawab rumah sakit.
kepercayaan sekaligus kepuasan Adanya kewajiban dan tanggung
masyarakat kepada rumah sakit, jawab hukum rumah sakit untuk
sementara kualitas mutu pelayanan melaksanakan proses kredensial
ditentukan oleh kemampuan diharapkan masyarakat dapat
tenaga medis yang memberikan merasakan mutu pelayanan medis
tindakan klinis kepada pasien. Di yang paripurna.
sini peran hukum berfungsi untuk Mutu pelayanan medis
mengatur (regulating) melalui secara umum adalah derajat
komite medik untuk mengevaluasi kesempurnaan pelayanan
(kredensial) calon tenaga medis kesehatan yang sesuai dengan
akan menentukan layak tidaknya standar profesi dan standar
untuk memperoleh kewenangan pelayanan dengan menggunakan
klinis (clinical privilege) potensi sumber daya yang tersedia
(Wiradharma, 1996:21). di rumah sakit secara wajar,
Kredensial merupakan efisien, dan efektif yang diberikan
proses pengakuan profesi yang secara aman dan memuaskan
diberikan kepada individu tenaga sesuai norma, etika, hukum, dan
medis oleh otoritas yang dianggap sosial budaya (Azrul Azwar,
kompeten dalam melakukan suatu 2006:17). Jadi mutu pelayanan
tindakan pelayanan medis. Dengan medis merujuk pada tingkat
adanya proses kredensial dan kesempurnaan pelayanan
rekredensial, tenaga medis kesehatan dalam memberikan
diharapkan mampu memberikan kepuasan pada setiap pasien.
pelayanan kepada pasien sesuai Makin sempurna kepuasan
dengan standar mutu dan tersebut, makin baik pula mutu
kewenangan klinis yang berlaku, pelayanan kesehatan. Sekalipun
serta dapat mempertahankan pengertian mutu yang terkait
standar pelayanan medis dengan dengan kepuasan ini telah diterima
melaksanakan proses kredensial secara luas, namun penerapannya

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 665


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

tidaklah semudah yang di Rumah Sakit Sriwijaya Eye


diperkirakan. Centre Palembang?
Untuk memberika mutu 2. Bagaimana upaya komite medik
pelayanan medis yang paripurna dalam melaksanakan kredensial
bagi pasien RS Sriwijaya Eye di masa mendatang untuk
Centre memerlukan proses menjaga mutu pelayanan medis
kredensialing yang baik dan ketat di Rumah Sakit Sriwijaya Eye
agar tenaga medis mampu Centre Palembang?
memberikan tindakan klinis yang
tepat kepada pasien di rumah sakit
maka hukum berperan untuk
menjembatani melalui berbagai
peraturan seperti Permenkes No
755 Tahun 2011. Jika kewenangan
klinis (clinical privelege) diberikan
tanpa proses kredensial yang
sesuai standar normatif dan
keilmuan berpotensi menghasilkan
tenaga medis yang tidak kompeten. B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari uraian diatas, maka 1. Tanggung Jawab Hukum
dalam penulisan ini permasalahan Rumah Sakit Sriwijaya Eye
yang akan dibahas yaitu: Centre Palembang Terhadap
1. Bagaimana tanggung jawab Proses Kredensial Tenaga
hukum rumah sakit terhadap Medis Dalam Menentukan
proses kredensial tenaga medis Kelayakan Pemberian
dalam menentukan kelayakan Kewenangan Klinis
pemberian kewenangan klinis Rumah sakit harus mengatur
ditinjau dari Permenkes No 755 pemberian kewenangan klinis
Tahun 2011 Tentang (clinical privilege) setiap staf
Penyelenggaraan Komite Medik medis sesuai dengan
kompetensinya yang nyata.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 666


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Dengan demikian pemberian bahwa para dokter spesialis/dokter


kewenangan klinis (clinical gigi spesialis dari kolegiumnya
privilege) tersebut harus kompeten untuk melakukan
melibatkan komite medik yang pelayanan medis tertentu tersebut.
dibantu oleh mitra bestarinya (peer Dalam situasi tersebut komite
group) sebagai pihak yang paling medik menyusun “buku putih”
mengetahui masalah keprofesian (white paper) untuk pelayanan
yang bersangkutan. medis tertentu tersebut dengan
Kewenangan klinis (clinical melibatkan mitra bestari (peer
privilege) setiap staf medis dapat group) dari beberapa spesialisasi
saling berbeda walaupun mereka terkait (Isfandyarie, 2005:45).
memiliki spesialisasi yang sama. Sistem kredensial
Seorang staf medis dari spesialisasi menggunakan pembatasan
tertentu dapat saja lebih kompeten kewenangan klinik berbasis
daripada yang lainnya untuk profesionalisme dilakukan untuk
melakukan jenis pelayanan medis memastikan setiap pelayanan bagi
tertentu dalam bidang spesialisasi pasien dilakukan oleh tenaga
tersebut. Dengan demikian profesional yangberkompeten. Hal
kewenangan klinis (clinical tersebut merupakan salah satu cara
privilege) untuk setiap spesialisasi untuk menjamin kredibilitas dan
ilmu kedokteran harus dirinci lebih akuntabilitas tenaga keperawatan
lanjut (delineation of clinical secara berkesinambungan. Dasar
privilege) (A Gde Munjaya, pemikiran sistem kredensial ini
2004:221). adalah konsep profesionalisme,
Dalam pelaksanaan di yang mana profesional kesehatan
lapangan suatu pelayanan medis memiliki kontrak sosial dengan
tertentu ternyata dilakukan oleh masyarakatuntuk menjamin
para staf medis dari jenis kualitas layanandan menempatkan
spesialisasi yang berbeda. Setiap kepentingan masyarakat di atas
kolegium dari spesialisasi yang kepentingan pribadi (Nursalam,
berbeda tersebut menyatakan 2007:25).

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 667


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Rumah Sakit Sriwijaya Eye rumah sakit Sriwijaya Eye Centre


Centre telah membangun sistem yang memiliki hospital by law dan
kredensial tenaga medis dengan corporate by laws. Dalam hukum
pembatasan kewenangan klinik positif aturan mengenai pemberian
yang berbasis profesionalisme. kewenangan klinis kepada tenaga
Dalam sistem ini kewenangan medis sudah cukup jelas diatur
klinik diurai, yaitu dirinci satu dalam Permenkes No 755 Tahun
persatu. Seorang tenaga kesehatan 2011. Tetapi pelaksanaan
hanya dapat memberikan tindakan kredensial di rumah sakit Sriwijaya
medis sesuai dengan kewenangan Eye Centre ternyata tidak sesuai
klinik yang dimiliki. dengan amanat Undang-undang
Pada tataran pelaksana Rumah Sakit dan Permenkes No
operasional rumah sakit khususnya 755 Tahun 2011. Proses kredensial
terkait dengan dokter dan tenaga di rumah sakit ini banyak
kesehatan lainnya, ada medical diintervensi oleh kekuasaan
staff by laws seperti mengatur pemilik atau kepentingan pemilik
peran komite medik, tugas dan rumah sakit. Padahal dalam
wewenang komite etik (disiplin) peraturan internal rumah sakit
dan hukum atau komite (hospital by laws) telah membagi
keperawatan, serta staff medik kewenangan pemilik dengan
fungsional (SMF) yang pelaksana/pengelola. Pemilik
beranggotakan pada dokter juga boleh saja melakukan pengawasan
pengelolaan rekam medik dan terhadap kinerja direktur dan staf
menjaga rahasia kedokterannya, medis tetapi pengawasan itu harus
serta aturan lain yang lebih teknis. dalam rangka pengelolaan
Permenkes No 755 Tahun organisasi rumah sakit bukan
2011 Tentang Penyelenggaran mencampuri kewenangan staf
Komite Medik di Rumah Sakit medis dalam hal ini komite medik.
telah mengatur tugas dan Peraturan mengenai sistem
wewenang komite medik di kredensial di rumah sakit secara
fasilitas kesehatan tidak terkecuali teoritis merupakan bentuk

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 668


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

intervensi negara (pemerintah) yang profesional, memiliki


untuk menggunakan hukum kualifikasi medis yang memadai
sebagai sarana kontrol sosial dalam untuk memperoleh dan
bidang pelayanan kesehatan. menjalankan kewenangan klinis.
Untuk memberikan kewenangan Pelaksanaan kredensial di
klinis kepada tenaga medis harus rumah sakit Sriwijaya Eye Centre
memiliki landasan hukum yang semestinya dijalankan berdasarkan
jelas agar tenaga medis yang pedoman yang diatur dalam
melakukan tindakan klinis secara Permenkes No 755 Tahun 2011
hukum memiliki dasar yaitu dengan menyusun
kewenangan. Tanpa aturan hukum pentahapan daftar kewenangan
yang jelas sistem kredensial di klinis sesuai dengan masukan dari
rumah sakit tidak akan berjalan kelompok staf medis berdasarkan
sesuai harapan dan pelaksanaan norma keprofesian yang berlaku
kredensial tidak akan sebelum benar-benar memberikan
menghasilkan tenaga medis yang rekomendasi kepada direktur untuk
kompeten. menerbitkan kewenangan klinis
Teori hukum sebagai sarana kepada tenaga medis di rumah
pembaharuan dalam masyarakat sakit. Realitas di rumah sakit
tidak hanya menjaga ketertiban Sriwijaya Eye Centre tidak
tetapi mengendalikan segala demikian pemberian kewenangan
aktifitas sosial tidak kecuali klinis yang menjadi kewenangan
aktivitas pelayanan kesehatan komite medik telah diresupsi oleh
sistem kredensial rumah sakit. kepentingan pemilik untuk
Hukum berfungsi untuk mengatur diarahkan sesuai dengan
jalannya kredensial dan kemauannya.
rekredensial bagi tenaga medis. Secara faktual ditemukan
Dengan fungsi hukum ini rumah adanya pengabaian tanggung
sakit melalui komite medik mampu jawab pemilik rumah sakit
menjalankan sistem kredensial terhadap ketentuan-ketentuan
yang menghasilkan tenaga medis Permenkes No 755 Tahun 2011

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 669


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

yang memberikan kewenangan menggunakan kaidah-kaidah


penuh kepada komite medik untuk keprofesian agar tidak salah
melakukan kredensial kepada memberikan kewenangan klinisi
tenaga medis yang mengajukan kepada tenaga medis. Praktek yang
kredensial. Tugas dan fungsi terjadi di rumah sakit Srwijaya Eye
komite medik di rumah sakit Centre yang memasuki wilayah
Sriwijaya Eye Centre seolah hanya kewenangan komite medik dalam
sebagai pelengkap struktur proses kredensial akan
organisasi rumah sakit yang berpengaruh terhadap kualitas
diwajibkan oleh peraturan padahal pelayanan kesehatan yang
kewenangannya melakukan diberikan tenaga medis.
kredensial sudah tidak obyektif Pelayanan medis yang
secara norma keprofesian. diberikan oleh tenaga medis tanpa
Sebagai fasilitas kesehatan melalui kredensial yang obyektif
rumah sakit Sriwijaya Eye Centre akan menghasilkan keputusan
terikat dengan Undang-undang No pemberian klinis yang keliru
44 Tahun 2009 Tentang Rumah karena memiliki potensi kesalahan
Sakit dan peraturan-peraturan yang besar.(Sutopo, 2009 : 39)
pelaksananya yang bersifat teknis Tenaga medis yang tidak
operasional tujuannya adlah untuk kompetensi untuk mengambil
menjaga mutu pelayanan medis tindakan medis tertentu justru
yang diberikan rumah sakit kepada diberikan kewenangan untuk
pasien salah satunya dengan melaksanakannya. Keadaan ini
adanya kewajiban membentuk menimbulkan potensi yang dapat
komite medik di setiap rumah membahayakan keselamatan
sakit. Komite ini penting pasien setelah memperoleh
keberadannya karena memiliki pelayanan medis dari rumah sakit
kewenangan yang berkaitan Sriwijaya Eye Centre.
dengan pemberian kewenangan Dalam pengelolaan
klinis bagi tenaga medis. Proses manajemen rumah sakit Sriwijaya
kredensial pelaksanaannya dituntut Eye Centre antara pemilik dan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 670


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

pengelola direktur beserta kepatuhan terhadap ketentuan yang


jajarannya terjadi ketidaksamaan telah dipositifkan oleh pejabat
visi yang ingin dicapai sehingga terkait. Bila ditemukan adanya
terjadi pertentangan dalam aktivitas yang menunjukan
pengambilan kebijakan yang pelanggaran terhadap ketentuan itu
dianggap baik oleh pengelola dan maka ada konsekuensi hukum
staf medis belum tentu sama yang harus ditanggung oleh tenaga
dilihat dari segi pandangan medis dan rumah sakit sebagai
pemilik. Ketidaksamaan sarana pelayanan kesehatan (Syah,
pandangan ini menyentuh sampai 2011:23).
pada pengambilan kebijakan untuk Rumah sakit Sriwijaya Eye
menentukan kewenangan klinis Centre sebagai failitas pelayanan
proses kredensial yang sangat kesehatan memiliki kewajiban dan
menentukan kualitas layanan tanggung jawab kepada pasien
medis. untuk memberikan pelayanan
Penempatan tenaga medis medis melalui tenaga medis sesuai
pada bagian yang tidak sesuai kompetensinya yang disaring
kompetensinya merupakan potensi melalui proses kredensil oleh
terjadinya kesalahan dalam komite medik. Bila proses
memberikan pelayanan medis dan kredensial ini tidak menghasilkan
hal ini bisa dikulifikasikan sebagai tenaga medis yang kompeten maka
bentuk pengabaian tanggung jawab rumah sakit sama halnya tidak
rumah sakit terhadap Permenkes melaksanakan peraturan internal
No 755 Tahun 2011 karena proses rumah sakit (hospital by laws)
kredensial jelas harus dilaksanakan yang berimbas pula pada tidak
dengan mekanisme yang diatur dipatuhinya peraturan internal staff
dalam Permenkes tersebut bukan medis. Kenyataan ini
berdasarkan kemauan pemilik atau menimbulkan pertanyaan
pengelola rumah sakit. mendasar tentang kualitas
Pelaksanaan tanggung jawab pelayanan medis yang diberikan
hukum menuntut adanya rumah sakit kepada pasien. Bila

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 671


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

pasien mengetahui bahwa mereka clinical privilege), rekomendasi


ditangani oleh tenaga medis yang surat penugasan klinis (clinical
kurang kompetensinya akan appointment), rekomendasi
berpotensi melahirkan tuntutan penolakan kewenangan klinis
jika terjadi suatu peristiwa yang (clinical privilege) tertentu,
merugikan pasien rumah sakit. rekomendasi perubahan/modifikasi
Kenyataan ini bertentangan rincian kewenangan klinis
dengan tujuan pembentukan (delineationof clinical privilege)
peraturan internal staf medis dan rekomendasi lainnya yang
(medical staf bylaws) bahwa agar menjadi kewenangan komite
komite medik dapat medik maka bukan hal yang tidak
menyelenggarakan tata kelola mungkin rumah sakit Sriwijaya
klinis yang baik (good clinical Eye Centre dianggap tidak
governance) melalui mekanisme profesional dalam menjalankan
kredensial, peningkatan mutu peraturan internal staf medis.
profesi, dan penegakan disiplin Kewajiban dan tanggung
profesi. Selain itu peraturan jawab rumah sakit dalam
internal staf medis (medical staf menjalankan peraturan internal
bylaws) juga bertujuan untuk staff medis khususnya yang
memberikan dasar hukum bagi berkaitan dengan kredensial adalah
mitra bestari (peer group) dalam sebuah keharusan. Tanggung
pengambilan keputusan profesi jawab juga termasuk perbuatan
melalui komite medik. Putusan itu yang dilakukan oleh seseorang
dilandasi semangat bahwa hanya sebagai wujud dari kesadaran akan
staf medis yang kompeten dan kewajibannya di dalam
berperilaku profesional sajalah menanggung suatu akibat dari
yang boleh melakukan pelayanan perbuatan yang telah
medis dirumah sakit. dilakukannya. Tanggung jawab ini
Bila pengambilan keputusan bersifat kodrati, artinya tanggung
pemberian rekomendasi rincian jawab tersebut sudah menjadi
kewenangan klinis (delineation of bagian dari setiap kehidupan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 672


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

manusia, sehingga sudah pasti sepatutnya mengikuti aturan


masing-masing orang akan Permenkes No 755 Tahun 2011
memikul tanggung jawabnya karena tenaga medis yang
sendiri secara individual. memperoleh kewenangan klinis
(Sumaryono, 1995:16). lah yang boleh melakukan
Pemberian pelayanan medis tindakan medis tertentu kepada
oleh tenaga medis yang bukan pasien. Model kredensial ini
kompetensinya berpotensi bertumpu pada tiga prosesinti,
menimbulkan kesalahan berupa yaitu:
kelalaian dan secara hukum rumah a. Praktisi medis melakukan
sakit harus bertanggung jawab atas aplikasi clinical pivilege dengan
kesalahan tersebut sebagaimana metode self assessment.
diatur dalam Pasal 46 Undang- b. Mitra bestari mengkaji dan
undang No 44 Tahun 2009 memberikan persetujuan
Tentang Rumah Sakit bahwa: aplikasi berdasarkan buku putih
“Rumah Sakit bertanggung (white paper) yang memuat
jawab secara hukum terhadap
syarat seorang dokter
semua kerugian yang ditimbulkan
atas kelalaian yang dilakukan oleh melakukan tindakan medis
tenaga kesehatan di Rumah Sakit”.
tertentu.
Pelayanan medis yang c. Rumah sakit menerbitkan
diberikan tenaga medis tanpa clinical appointment
proses kredensial yang memadai berdasarkan rekomendasi dari
sesuai Permenkes No 755 Tahun mitra bestari.
2011 yang menimbulkan kerugian Secara periodik dokter akan
bagi pasien maka rumah sakit melalui proses rekredensial di
harus bertanggung jawab atas mana tiga proses inti tersebut akan
kerugian tersebut, maka sebaiknya berulang. Selain itu, jika seorang
untuk mencegah adanya kesalahan dokter dianggap akan
medis yang disebabkan proses membahayakan keselamatan
kredensial yang tidak memadai pasien, clinical privilegenya dapat
rumah sakit Sriwijaya Eye Centre ditangguhkan (suspension of

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 673


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

clinical privilege) sebagian atau kompeten dengan menerapkan


seluruhnya, sehingga dokter yang mekanisme kredensial. Konsep
bersangkutan tidak diperkenankan kredensial rumah sakit model ini
melakukan tindakan medis di (delineation of clinical
rumah sakit tersebut Mungkin saja privileges)diikuti di dunia
ada pendapat yang internasional dalam akreditasi
mempertanyakan kewenangan rumahsakit oleh Joint Commission
rumah sakit dalam mengatur International (JCI).
dokter dalam melakukan tindakan Tenaga medis yang tidak
medis di rumah sakit tersebut. memenuhi standar kredensial yang
Dokter yang memiliki surat tanda ditetapkan komite medik apabila ia
registrasi (STR) dari Konsil menjalankan tugas pelayanan
Kedokteran Indonesia (KKI) medis dapat diklasifikasikan
memang berwenang untuk seorang tenaga medis yang tidak
melakukan tindakan medis di memenuhi standar keprofesian
wilayah Indonesia sesuai dengan untuk bidang tertentu, apabila ia
ijazah spesialisnya yang melaksanakan tugas dan ternyata
diterbitkan oleh kolegium. Namun membawa dampak negatif dapat
demikian, KKI dan Kolegium diklasifikasikan telah terjadinya
tidak dapat digugat atau dituntut kesalahan atau kelalaian, yang kini
oleh pihak pasien bila ternyata lebih dikenal dengan sebutan
seorang dokter tidak kompeten malpraktek.
melakukan tindakan medis Malpraktek medis adalah
tertentu, sehingga menimbulkan tindakan yang salah/kelalaian
kecederaan. Selain dokter tersebut, seorang dokter dalam
rumah sakit juga bertanggung melaksanakan kewajiban
jawab terhadap dokter yang tidak profesinya dengan tidak berhati-
kompeten (non-delegable duty). hati dan tidak mengikuti standar
Rumah sakit bertanggung jawab profesi, standar pelayanan
dan berkewajiban melindungi medis,standar opersional prosedur
pasien dari dokter yang tidak sehingga menyebabkan pasien

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 674


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

mengalami cacat, luka bahkan suatu studi kualitatif dengan


kematian. Tindakan malpraktek diskusi kelompok terfokus dengan
medik oleh dokter memang metode (Focus Group Discussion-
mungkin saja terjadi, baik karena FGD) dilaksanakan pada sub
kesengajaan ataupun karena komite kredensial komite medik di
kelalaian. Bagaimanapun juga rumah sakit Sriwijaya Eye Centre.
sebagai manusia biasa yang penuh Metode ini dipilih karena
dengan kekurangan, dokter tidak diharapkan dapat memberikan
bisa lepas dari kemungkinan untuk informasi naratif yang diperkaya
melakukan kekeliruan dan dengan interaksi antar partisipan.
kesalahan karena merupakan sifat Setiap FGD dilaksanakan dalam
kodrat manusia, tetapi dokter yang forum pertemuan Komite Medis di
diberi kewenangan klinis tanpa rumah sakit dan dihadiri oleh
proses kredensial yang mengikuti minimal 10 partisipan yang terdiri
standar keprofesian memiliki dari dokter dan pihak manajemen
potensi lebih besar melakukan rumah sakit. Focus Group
malpraktek (Deriza, 2015:92). Discussion (FGD) ini dilaksanakan
2. Upaya Komite Medik Dalam selama satu jam, dipimpin oleh
Melaksanakan Kredensial di seorang moderator dan didampingi
Masa Mendatang Untuk oleh seorang sekretaris.
Menjaga Mutu Pelayanan Partisipan FGD komite
Medis di Rumah Sakit medik di rumah sakit Sriwijaya
Sriwijaya Eye Centre Eye Centre sepakat bahwa suatu
Palembang sistem kredensial yang baik akan
Untuk menjawab persoalan menjamin kualitas layanan rumah
bagaimana upaya komite medik sakit terhadap pasien. Partisipan
dalam melaksanakan kredensial di juga sepakat bahwa proses
masa mendatang dalam menjaga kredensial belum ideal. Upaya dan
mutu pelayanan medis di Rumah harapan komite medik rumah sakit
Sakit Sriwijaya Eye Centre Sriwijaya Eye Centre tercermin
Palembang penulis melakukan dari kebutuhan yang tercetus

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 675


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

dalam FGD dalam melaksanakan b. Menjalin Hubungan Baik Tim


kredensial untuk menjaga mutu Kredensial Dengan Pihak
pelayanan medis, yaitu: Manajemen dan Pemilik
a. Kebutuhan Proses Kebutuhan hubungan baik
Monitoring tim kredensial dengan pihak
Partisipan dalam komite manajemen dan pemilik rumah
medik menggarisbawahi bahwa sakit Sriwijaya Eye Centre muncul
hubungan baik antar kolega sangat sebagai salah satu harapan
penting untuk dijaga. Kebutuhan perbaikan sistem kredensial. Pada
monitoring lahir dari keterbatasan FGD, hubungan baik ini tercermin
proses kredensial yang hanya salah satunya dalam bentuk
memotret kandidat pada satu titik umpan-balik atas rekomendasi Tim
waktu. Salah satu upaya yang Kredensial kepada Direksi. Tim
dapat diusulkan di masa Kredensial ingin tahu apakah
mendatang adalah dengan dokter yang direkomendasikan
diterapkannya periode uji coba pada akhirnya diterima di rumah
bagi kandidat. Dalam periode ini sakit atau tidak. Partisipan melihat
kompetensi kandidat diobservasi umpan-balik sebagai salah satu
dandisupervisi saat bekerja di motivasi bagi anggota tim
lapangan. Upaya lainnya adalah kredensial, supaya proses ini tidak
pemanfaatan data rekam medis dipersepsi sebagai formalitas
sebagai bahan evaluasi track belaka. Partisipan juga
record dokter di rumah sakit. Salah mengharapkan kewenangan lebih
seorang partisipan FGD untuk memutuskan diterima atau
mengusulkan proses rekredensial. tidaknya seorang dokter, sebagai
Kewenangan klinis tidak diberikan bentuk kepercayaan Direksi. Focus
seumur hidup, namun disesuaikan Group Discussion (FGD) melihat
dengan kompetensi dan kondisi hubungan baik dapat dibangun
fisik dokter. melalui kesepakatan penguatan
wewenang dan kedudukan tim
kredensial dalam rumah sakit.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 676


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Hubungan baik antara c. Standarisasi Aturan dan


pengelola (Direksi) dengan Instrumen Kredensial
pemilik selama ini tidak berjalan Kebutuhan standardisasi
baik karena adanya perbedaan aturan dan instrumen kredensial
orientasi antara keduanya. merupakan usaha untuk
Pengelola berupaya memberikan mengurangi subjektivitas kolega
pelayanan kepada pasien sesuai pada proses kredensial. Aturan dan
standar medik yang berlaku di instrumen dikembangkan sesuai
rumah sakit. Pelayanan ini kebutuhan lokal rumah sakit dan
dilaksanakan oleh tenaga medik divalidasi oleh komite medis. Pada
yang memiliki kompetensi di rumah sakit Sriwijaya Eye Centre
bidangnya. Selama ini proses seorang partisipan yang
kredensial di rumah sakit Sriwijaya menyebutkan bahwa proses
Eye Centre yang seharusnya kredensial menghasilkan
menjadi wewenang sub komite kewenangan klinis. Panitia
kredensial komite medik banyak kredensial membuat suatu
diintervensi oleh kewenangan kebijakan atau petunjuk
pemilik karena komite medik berdasarkan rekomendasi mitra
hanyalah pelengkap struktur bestari. Tiap tahap proses
organisasi tanpa memiliki kredensial diberi batas waktu.
kewenangan yang penuh untuk Sanksi dapat diterapkan jika batas
melakukan kredensial. Artinya waktu terlewati. Standarisasi
hasil rekomendasi komite medik aturan memerlukan instrumen
yang disampaikan kepada hukum yang jelas dan memadai
pengelola terkadang tidak menjadi disini hukum berfungsi sebagai
dasar pertimbangan untuk sarana kontrol pelayanan
menentkan diterima atau tidaknya kesehatan terutama untuk menjaga
kewenangan klinis kepada tenaga sistem kredensial yang obyektif
medis, semuanya bergantung pada dan memadai untuk membangung
keinginan pengelola dan pemilik. kualitas sumber daya manusia di
rumah sakit yang memenuhi

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 677


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

standar kompetensi yang kewenangan klinis. Selain itu,


dibutuhkan. peserta FGD RS1 juga berharap
d. Kebutuhan Tim Kredensial agar kredensial tidak kontradiktif
yang Ideal dengan proses yang dilakukan oleh
Selanjutnya, kebutuhan tim kolegium.
ideal untuk proses kredensial Tujuan utama pembentukan
digambarkan sebagai tim yang komite medis adalah menjaga
solid, sungguh-sungguh bekerja, profesionalisme para tenaga medis
dan netral. Anggota tim berasal di sebuah rumah sakit. Dengan
dari komite medis maupun dokter dijaminnya profesionalisme tenaga
tamu. Mereka adalah orang-orang medis maka keselamatan dan
bijak dan berpengaruh dari setiap harkat martabat pasien di rumah
spesialisasi. Partisipan juga sakit akan senantiasa terjaga
berharap supaya budaya segan dengan baik. Dua komponen
(ewuh pakewuh-bahasa Jawa) utama profesionalisme kedokteran
tidak menghambat proses yang harus senantiasa dijaga
kredensial. rumah sakit adalah masalah
Terakhir FGD juga perilaku (conduct) dan kompetensi
menunjukkan bahwa sistem tenaga medis. Rumah sakit
kredensial seharusnya tidak berkewajiban menjaga kedua
menjadi sumber konflik antar komponen utama profesionalisme
dokter, misalnya karena perebutan kedokteran tersebut melalui komite
lahan antar spesialisasi. Proses medis, bahkan memiliki tanggung
kredensial diharapkan dapat jawab hukum atas akibat tidak
menjaga hubungan baik antar diterapkannya profesionalisme
sejawat. Kompetisi yang muncul (non-delegable duty) (Soekidjo,
diharapkan bersifat positif, yaitu 2010:42). Sayangnya, komite
untuk meningkatkan mutu dokter. medis pada rumah sakit Sriwijaya
Proses kredensial dapat menjadi Eye Centre Palembang belum
sarana untuk legitimasi kompetensi melaksanakan tugas untuk
seorang dokter yang telah memiliki menjaga kedua komponen utama

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 678


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

profesionalisme tenaga medis dilakukan karena para dokter


dengan baik. Komite medis masih masih memiliki kebutuhan untuk
dipersepsikan sebagai kelompok perbaikan dan telah memiliki
yang berfungsi untuk menjaga pemikiran yang sejalan dengan
kepentingan (ekonomis) para elemen-elemen proses kredensial
dokter di rumah sakit. Fungsi yang ideal.
kredensial, peningkatan mutu
C. PENUTUP
profesi, dan penjagaan disiplin
1. Simpulan
profesi belum terlaksana dengan
a. Rumah sakit Sriwijaya Eye
baik karena konsep
Centre Palembang sebagai
profesionalisme belum
fasilitas pelayanan kesehatan
diimplementasikan oleh komite
belum menjalankan
medis.
tanggung jawab hukum
Upaya utama untuk
berupa kewajiban
melindungi keselamatan pasien
melaksanakan sistem
adalah rumah sakit menjamin
kredensial sesuai dengan tata
kompetensi setiap dokter yang
kelola klinis yang baik (good
melakukan tindakan medis melalui
clinical governance)
mekanisme kredensial. Dengan
berdasarkan Permenkes No
kurang berfungsinya komite medis,
755 Tahun 2011 Tentang
tentu ingin diketahui hal apa
Penyelenggaraan Komite
sajakah yang dapat menghambat
Medik di Rumah Sakit,
proses kredensial yang baik di
karena adanya benturan
rumah sakit. Penelitian ini telah
kepentingan antara pemilik
menunjukkan bahwa proses
dengan pengelola rumah
kredensial belum seperti yang
sakit sehingga menyebabkan
diharapkan karena adanya
pelaksanaan kredensial tidak
mispersepsi dari para dokter.
berjalan sesuai standar
Namun demikian, perbaikan
profesi dan keilmuan.
terhadap proses kredensial di
Akibatnya keputusan
rumah sakit sangat memungkinkan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 679


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

pemberian kewenangan kebutuhan rumah sakit (4)


klinis (clinical privilege) Membentuk Tim kredensial
kepada tenaga medis yang ideal. Dengan demikian
cenderung tidak sesuai proses kredensial di rumah
dengan kompetensi tenaga sakit Sriwijaya Eye Centre
medis yang berpotensi benar-benar menjadi sarana
mempengaruhi mutu untuk legitimasi kompetensi
pemberian pelayanan medis tenaga medis memperoleh
bagi pasien. kewenangan klinis (clinical
b. Upaya komite medik privilege).
melaksanakan kredensial 2. Saran
terhadap tenaga medis di a. Rumah sakit Sriwijaya Eye
rumah sakit Sriwijaya Eye Centre sebagai fasilitas
Centre Palembang di masa pemberian pelayanan rumah
mendatang adalah (1) sakit membutuhkan sistem
melakukan upaya monitoring kredensial yang dapat
kredensial dan memotret menjamin keselamatan
kinerja tenaga medis tidak pasien. Oleh karena itu
hanya pada satu titik waktu sebaiknya Tim kredensial
(2) Menjalin hubungan baik komite medik, pengelola dan
tim kredensial dengan pihak pemilik mematuhi peraturan
manajemen dan pemilik internal rumah sakti (hospital
rumah sakit berupa umpan by laws) dan peraturan
balik atas rekomendasi Tim internal staff medis (medical
Kredensial kepada Direksi staff by laws)sebagai bentuk
yang akan mendorong kewajiban dan tanggung
perbaikan sistem kredensial jawab hukum
(3) Menyusun standardisasi menyelenggarakan komite
aturan dan instrumen medik yang profesional dan
kredensial yang obyektif sesuai Permenkes
dikembangkan sesuai No 755 Tahun 2011 Tentang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 680


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Penyelenggaraan Komite mampu menjaga mutu


Medik. Pemilik dan pelayanan medis di rumah
pengelola (Direksi) sakit Sriwijaya Eye Centre
sebaiknya tidak Palembang.
mengintervensi kewenangan
D. DAFTAR PUSTAKA
komite medik untuk
melakukan kredensial secara A. A. Gde Muninjaya, Manajemen
Kesehatan, Edisi Kedua.
obyektif dan akuntabel
EGC, Jakarta, 2004.
sehingga bisa memberikan
Azrul Azwar, Menjaga Mutu
rekomendasi kewenangan
Pelayanan Kesehatan,
klinis kepada tenaga medis Kencana, Jakarta, 2006.
sesuai kompetensinya.
Desriza Ratman, Mediasi Non
b. Untuk menjaga mutu Litigasi Terhadap
Sengketa Medik dengan
pelayanan medik yang sesuai
Konsep Win-win Solution,
dengan standar keprofesian Graha Ilmu, Yogyakarta,
2015.
maka disarankan kepada
pengelola rumah sakit Isfandyarie, Anny, Malpraktek &
Resiko Medik Dalam
Sriwijaya Eye Centre
Kajian Hukum Pidana,
(Direksi) agar Prestasi Pustaka, Jakarta,
2005.
mempertimbangkan untuk
menerbitkan surat penugasan Nursalam, Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian
klinis kepada tenaga medis
Ilmu Keperawatan,
yang telah memenuhi Salemba Medika, Jakarta,
2007.
elemen-elemen sistem
kredensial yang Riandi, Peraturan Rumah Sakit
dan Mutu Pelayanan
direkomendasikan komite
Kesehatan, Sinar Grafika,
medik yaitu berdasarkan Jakarta, 2014.
pada konsep
Veronica Komalawati, Penerapan
profesionalisme. Dengan Informed Concent dalam
Perjanjian Terapeutik,
demikian pelaksanaan
Citra Aditya Bakti,
kredensial tenaga medis Bandung, 2002.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 681


Nita Sri Mardiani, Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre Palembang...

Sutopo Patria Jati, Beberapa


Konsep Dasar tentang
Manajemen Rumah Sakit,
2009.

Syah, Mudakir Iskandar., Tuntutan


Pidana dan Perdata
Malpraktek, Permata
Aksara, Jakarta, 2011.

Sumaryono, Etika Profesi Hukum,


Norma-norma Bagi
Penegak Hukum,
Kanisius, Yogyakarta,
1995.

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi


Kesehatan Teori dan
Aplikasinya, Rineka
Cipta, Jakarta, 2010.

Wiradharma, Danny, Penuntun


Kuliah Hukum
Kedokteran, Binarupa
Aksara, Jakarta, 1996.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i2.4016 682

Anda mungkin juga menyukai