Ekonomi
Sosial budaya
Kondisi sosial budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain meliputi Kependudukan,
Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, Kesejahteraan Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Kebudayaan,
dan Keagamaan.
ADAT ISTIADAT
Dialek:
Dialek Yogyakarta adalah dialek yang diucapkan masyarakat Yogya. Masyarakat Yogyakarta
biasanya menyingkat kata, atau menambahi kalimat agar mantap dan enak didengar. Contoh
kalimat dengan Dialek Yogyakarta seperti, ”Wah, piye ta iki, wis dikandhani kok ra
ngrungokke. Jan!” (Wah, bagaimana sih, sudah dikasih tau kok [dia] tidak mendengarkan).
Kata “Jan” tak memiliki arti khusus. Kata “Jan” digunakan supaya terdengar mantap dan
enak didengar. Contoh kalimat lain seperti, ”Piye, wis dhong apa durung?? Wo, jan payah
tenan cah iki, ra dhongan!” (Bagaimana, sudah mengerti atau belum?? Wah, memang payah
sekali anak ini, susah mengertinnya). “Piye je?”, Kalimat ini sering di gunakan orang Yogya
jika sedang mengalami kebingungan, biasanya digunakan oleh orang Yogya yang tinggal
agak jauh dari kota. Orang Jogja juga suka menambahi huruf ”m” di depan sebuah kata.
Misalnya, Besuk = mBesuk; Bantul = mBantul; Bandung = mBandung; Bogor = mBogor.
Sedangkan untuk Tingkatan bahasa, Yogya juga mempunya tiga tingkatan bahasa, yaitu:
Wisata pantai
Pantai Glagah
Pantai Congot
Pantai Bugel
Pantai Trisik
Wisata goa
Wanagama
Kaliadem
Kaliurang
Air Terjun Sri Gethuk
Puncak Suroloyo
Gunung Nglanggeran
Lereng Merapi
Waduk Sermo
Lain-lain
Gudeg Bakpia
Gaplek Geblek
Salak pondoh Gethuk
Dll
JAWA TENGAH, KABUPATEN PURWODADI
EKONOMI
Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu
Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian
tengah wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali
Serang dan Kali Lusi.
Dua pegunungan tersebut merupakan hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi
sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian meskipun dengan daya
dukung tanah yang rendah.
Lembah yang membujur dari barat ke timur merupakan lahan pertanian yang produktif, yang
sebagian telah didukung jaringan irigasi. Lembah ini selain dipadati oleh penduduk juga
aliran banyak sungai, jalan raya dan jalan kereta api.
BUDAYA
Budaya yang paling terkenal di Grobogan ini adalah seni tayub, dengan pemainnya yang
legendaris adalah Lasmi dari desa Kropak.
ADAT ISTIADAT
DIALEK
Dialek Pantai Utara Timur Jawa Tengah adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang sering
disebut ”Dialek Muria” karena dituturkan di wilayah sekitar kaki gunung Muria, yang
meliputi wilayah Jepara, Kudus, Pati, Blora, Rembang. Ciri khas dialek ini adalah
digunakannya akhiran -em atau -nem (dengan e pepet) menggantikan akhiran -mu dalam
bahasa Jawa untuk menyatakan kata ganti posesif orang kedua tunggal. Akhiran -em dipakai
jika kata berakhiran huruf konsonan, sementara -nem dipakai jika kata berakhiran vokal.
(www.wikipedia.com)
Contoh kata yang menggunakan dialek tersebut seperti misalnya kata ”kathok” yang berarti
celana menjadi ”kathokem”, ”sikhil” yang berarti kaki menjadi ”sikhilem”, dan sebagainya.
Ciri lainnya adalah sering digunakannya partikel “eh”, dengan vokal e diucapkan panjang,
dalam percakapan untuk menggantikan partikel bahasa Jawa “ta”. Misalnya, “Aja ngono,
eh!” (Jangan begitu, dong!), lebih banyak diucapkan daripada “Aja ngono, ta!”
Beberapa kosakata khas yang tidak dipakai dalam dialek Jawa yang lain antara lain
“lamuk/jengklong” (nyamuk); “mbledeh/mblojet” (telanjang dada); “wong bento” (orang
gila).
Tempat pariwisata
Wisata alam
Wisata religi